Anda di halaman 1dari 11

Biopestisida, Biofungisida, Bioherbisida, Bioinsektisida

Dosen Pembimbing : Fahmi Arifan, S. T., M. Eng


Disusun Oleh :
Alif Nur Fauzi Prasetyo
NIM. 40040119650094
S.Tr. – Teknologi Rekayasa Kimia Industri

27 MARET 2020
UNIVERSITAS DIPONEGORO
Kata Pengantar

Alhamdulillahirobbil alamiin, puja dan puji syukur kita haturkan kehadirat Allah
SWT karena atas limpahan rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Biopestisida, Biofungisida, Bioherbisida, Bioinsektisida” dengan lancar dan
baik.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Fahmi Arifan, S. T., M. Eng.
yang telah membimbing penulis untuk dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-
baiknya dan juga tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan semua
serta pihak yang membantu penulis dengan sepenuh hati dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih ada banyak sekali kekurangan, untuk itu
penulis meminta maaf sebesar-besarnya dan menerima berbagai kritikan maupun saran yang
membangun untuk penulisan makalah kedepannya yang lebih baik. Terima kasih, selamat
membaca.

Semarang, 27 Maret 2020


Penulis

Alif Nur Fauzi Prasetyo


NIM. 40040119650094

i
Daftar Isi

Kata Pengantar…………………………………………….………………………………… i
Daftar Isi…………………………………………………………………………………….. ii
Bab I : Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah………………………………………………...…………….1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………………. 1
1.3 Tujuan Pembahasan………………………………………………………………….. 1
Bab II : Pembahasan
2.1 Biofungisida
2.1.1 Pengertian Biofungisida……………………………………………………… 3
2.1.2 Penerapan Biofungisida …………………………………………….……..…. 3
2.1.3 Manfaat Biofungisida ……………………………………………….……….. 3
2.2 Bioherbisida
2.2.1 Pengertian Bioherbisida…………………………………………………..….. 4
2.2.2 Mikroorganisme Patogen yang Digunakan dalam Bioherbisida……….…..… 4
2.3 Biopestisida
2.3.1 Pengertian Biopestisida………………………………………………………. 4
2.3.2 Tanaman yang Diterapkan dalam Biopestisida…………………….………… 4
2.4 Bioinsektisida
2.4.1 Pengertian Bioinsektisida………………………………………….…………. 5
2.4.2 Bioinsektisida yang Telah Digunakan…………………………………..…… 5
2.4.3 Kelebihan Bioinsektisida…………………………………………………….. 6
2.4.4 Kelemahan Bioinsektisida………………………………………………..….. 6
Bab III : Penutup
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………7
3.2 Saran………………………………………………………………………………..…7
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….…… 8

ii
Bab I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah


Tidak dipungkiri bahwa zaman sekarang masih banyak para petani yang
menggunakan zat kimia untuk memberantas hama, memberantas gulma, memberantas
hewan pengganggu tanaman, dan memberantas jamur-jamur yang merugikan. Cara
pemberantasan ini di satu sisi berhasil, namun di sisi lain penggunaan pestisida
dengan frekuensi tetap dapat mengakibatkan efek samping yang besar.
Menurut Bahagiawati (2007), dampak yang muncul misalnya terjadi resistensi
(kekebalan) pada hama sasaran, ledakan hama-hama sekunder yang bukan sasaran,
residu pestisida yang membawa keracunan pada konsumen, kematian dan cacat
tubuh akibat keracunan bagi penggunanya, serta pencemaran lingkungan yang
menyebabkan terganggunya keseimbangan ekosistem.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa itu Biofungisida?
1.2.2 Bagaimana penerapan dari Biofungisida?
1.2.3 Apa manfaat dari biofungisida?
1.2.4 Apa itu bioherbisida?
1.2.5 Apa saja mikroorganisme patogen yang digunakan dalam Bioherbisida?
1.2.6 Bagaimana cara mikroorganisme patogen dapat membunuh gulma?
1.2.7 Apa itu Biopestisida?
1.2.8 Tanaman yang Diterapkan dalam Biopestisida
1.2.9 Apa itu Bioinsektisida?
1.2.10 Apa saja Bioinsektisida yang telah digunakan?
1.2.11 Apa saja kelebihan dari Bioinsektisida?
1.2.12 Apa saja kekurangan dari Bioinsektisida?

1.3 Tujuan Pembahasan


1.3.1 Pembaca dapat mengetahui pengertian Biofungisida.
1.3.2 Pembaca dapat mengetahui penerapan dari Biofungisida.
1.3.3 Pembaca dapat mengetahui manfaat dari biofungisida.
1.3.4 Pembaca dapat mengetahui pengertian Bioherbisida.
1.3.5 Pembaca dapat mengetahui mikroorganisme patogen yang digunakan dalam
Bioherbisida.
1.3.6 Pembaca dapat mengetahui cara mikroorganisme patogen dapat membunuh
Gulma.
1.3.7 Pembaca dapat mengetahui pengertian Biopestisida.
1.3.8 Pembaca dapat mengetahui tanaman yang diterapkan dalam biopestisida.
1.3.9 Pembaca dapat mengetahui pengertian Bioinsektisida.
1.3.10 Pembaca dapat mengetahui bioinsektisida yang telah digunakan.

1
1.3.11 Pembaca dapat mengetahui kelebihan dari Bioinsektisida.
1.3.12 Pembaca dapat mengetahui kekurangan dari Bioinsektisida.

2
Bab II
Pembahasan
2.1 Biofungisida
2.1.1 Pengertian Biofungisida
Biofungisida merupakan jenis pestisida  dari organisme tertentu yang
digunakan untuk mengendalikan penyakit yang disebabkan oleh jamur pada
tanaman.
Fungisida dapat berbentuk cair, gas, butiran, dan serbuk. Fungisida dapat
diklasifikasikan menjadi dua golongan, yaitu fungisida selektif dan non selektif.
Fungisida selektif membunuh jamur tertentu namun tidak menyakiti jamur lainnya.
Fungisida juga dapat dikategorikan sebagai fungisida kontak, translaminar, dan
sistemik. Fungisida kontak hanya bekerja di bagian yang tersemprot. Fungisida
translaminar mengalir dari bagian yang disemprot ke bagian yang tidak disemprot.
Fungisida sistemik diserap oleh tumbuhan dan didistribusikan melalui sistem
pembuluh tanaman.
2.1.2 Penerapan Biofungida
2.1.2.1 Trichoderma sp. sebagai biofungisida
Trichoderma sp dapat menghambat pertumbuhan beberapa jamur
penyebab penyakit pada tanaman antara lain Rigidiforus lignosus, Fusarium
oxysporum, Rizoctonia solani, Sclerotium rolfsii, dll.
2.1.2.2 Rhizobakteria sebagai Agen Biofungisida untuk Pengendalian Jamur
Fitopatogen fusarium sp.
Rhizobakteri mampu menghambat pertumbuhan jamur melalui sintesis
senyawa antifungi dan aktivitas degradasi kitin yang merupakan komponen
utama penyusun dinding sel jamur Fusarium sp. Rhizobakteri yang digunakan
bersifat non patogen pada manusia, sehingga produk pertanian akan aman
untuk dikonsumsi.
2.1.2 Manfaat Biofungsida
Penggunaan pestisida yang berasal dari bakteri (biofungisida) lebih aman
dibandingkan pestisida kimia (fungisida) dalam menghambat pertumbuhan jamur
patogen(perusak) pada tanaman. Penggunaan pestisida yang berasal dari
mikroorganisme menguntungkan seperti bakteri atau dalam bahasa ilmiah
biofungisida lebih unggul dibanding penggunaan pestisida kimia dalam membunuh
jamur atau cendawan yang bersifat merusak pada salah satu penyakit tanaman.

3
2.2 Bioherbisida
2.2.1 Pengertian Bioherbisida
Bioherbisida merupakan pengendalian gulma secara bilogis yaitu suatu cara
pengendalian gulma dengan mempergunakan organisme hidup. Yang termasuk
dalam golongan herbisida ini ialah pengendalian gulma dengan menggunakan
penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri, jamur dan virus.
2.2.2 Mikroorganisme Patogen yang Digunakan dalam Bioherbisida
2.2.2.1 Phytophthora palmivora  merupakan parasit  fakultatif yang menyebabkan 
kematian akar dari tanaman inangnya yaitu Morrenia odorata, gulma pada
tanaman jeruk.
2.2.2.2 P. palmivoramempunyai sporangium jorong, dan dapat membentuk
klamidospora. Jamur ini  dapat bertahan di dalam tanah secara safrofit
sehingga dapat berperan lebih lama.
2.2.2.3 Colletotrichum gloeosporioidesyang diperdagangkan dengan nama Collego
dan digunakan pada tanaman padi dan kedelai di Amerika.
2.2.2.4 Bakteri Pseudomonas syringae  pv. tagetis yang menyebabkan klorosis
pada beberapa spesies gulma seperti Ambrosia
artemisiifolia (common ragweed),  Helianthus tuberosus  (Jerusalem
artichoke), Cirsium avense  (Canada thistle), dan  Tagetes erecta  L.
(marigold).
2.2.2.5 Bakteri penghambat tanaman Pseudomonas fluorescens  strain D dapat 
mengendalikan Bromus tectorum  (Downy brome) gulma utama di
lahan gandum.

2.3 Biopestisida
2.3.1 Pengertian Biopestisida
Biopestisida adalah bahan yang berasal dari alam, seperti tumbuh-tumbuhan
yang digunakan untuk mengendalikan Organisme Pengganggu Tanaman atau juga
disebut dengan pestisida hayati. Biopestisida merupakan salah satu solusi ramah
lingkungan dalam rangka menekan dampak negatif akibat penggunaan pestisida non
hayati yang berlebihan. Saat ini Biopestisida telah banyak dikembangkan di
masyarakat khususnya para petani. Namun belum banyak petani yang menjadikan
biopestisida sebagai penangkal dan pengendali hama penyakit untuk tujuan
mempertahankan produksi. Penggunaan bio pestisida adalah alternatif paling aman
untuk mewujudkan pertanian organik, karena pestisida organik ini nyaris tidak
menimbulkan dampak bahaya (hazard) baik bagi konsumen maupun bagi
lingkungan.
2.3.2 Tanaman yang Diterapkan dalam Biopestisida
2.3.2.1 Widuri (Calotropis gigantea R. Br.)
Penelitian Siswanto (2000) membuktikan bahwa ekstrak daun widuri dapat
digunakan sebagai insektisida nabati untuk membasmi nyamuk Aedes aegypti.
Penelitian Pujihastuti (2000) membuktikan bahwa getah batang widuri dapat
digunakan untuk membunuh lalat rumah (Musca domestica).

4
2.3.2.2 Sirih (Piper bettle)
Aroma dan rasa daun Sirih yang khas, rupanya merupakan  hal yang tidak
disukai oleh banyak serangga pengganggu tanaman. Dengan campuran kapur
barus, larutan daun sirih ini dapat mengendalikan berbagai jenis hama terutama
dari jenis kutu-kutuan seperti tungau, kutu daun dan sebagainya.
2.3.2.3 Gadung (Dioscorea hispida).
Umbi dari tanaman gadung ini sangat beracun karena mengandung toksin jenis
sianida yang sangat mematikan. Racun yang terkandung dalam umbi gadung ini
dapat dimanfaatkan sebagai pengendali hama dan penyakit tanaman.
2.3.2.4 Kapasan (Abelmoschus moschatus)
Daun, bunga, dan biji bisa digunakan sebagai insektisida (membasmi
serangga). Minyak atsiri yang terdapat di dalam akar kapasan berfungsi sebagai
insektisida dan larvasida (Dalimartha, 1999).
2.3.2.5 Kemangian/Selasih (Ocimum basilicum Linn.)
Daun kemangi/selasih mengandung minyak atsiri dengan bahan aktif eugenol
dan sineol yang mempunyai potensi sebagai larvasida dan hormon juvenil yang
menghambat perkembangan larva nyamuk (Anopheles aconitus). Abu kemangi
bisa digunakan untuk menghalau serangan nyamuk (Fatimah, 1997). Selain
nyamuk, daun kemangi juga dapat digunakan untuk membasmi lalat buah, kutu
daun, laba-laba merah, dan tungau (Simon et al., 1990; Panhwar, 2005).

2.4 Bioinsektisida
2.4.1 Pengertian Bioinsektisida
Bioinsektisida adalah mikroorganisme yang dapat digunakan sebagai agen
pengendalian serangga hama. Pemanfaatan bioinsektisida sebagai agen hayati pada
pengendalian hama merupakan salah satu komponen pengendalian hama
terpadu(PHT).
Terdapat enam kelompok mikroorganisme yang dapat dimanfaatkan sebagai
bioinsektisida, yaitu cendawan/jamur, bakteri, virus, nematoda, protozoa, dan
rickettsia.
Penggunaan insektisida nabati/bioinsektisida dalam pengendalian hama
tanaman merupakan salah satu alternative penggalakan penggunaan bahan alami
ramah lingkungan.  Selama ini menggunakan insektisida kimia  tidak mampu
memecahkan masalah bahkan dapat menimbulkan masalah baru seperti terjadi
resurgensi hama, terbunuhnya musuh alami, dan pencemaran lingkungan.
2.4.2 Bioinsektisida yang Telah Digunakan
2.4.2.1 Cendawan Entromopatogen Metarizhium anisopliae
Pengendalian hayati dengan memanfaatkan cendawan yang patogenik
serangga (entomopatogen) berpotensi untuk dikembangkan dalam menekan
populasi wereng hijau sehingga secara otomatis juga dapat menekan
intensitas penyakit tungro.

5
2.4.2.2 Tanaman Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.)
Mengandung senyawa flavonoid dan saponin yang berfungsi sebagai
larvasida. Senyawa tersebut mampu menghambat pertumbuhan larva,
terutama tiga hormon dalam serangga, yaitu hormon otak (brain hormone),
hormon edikson, dan hormon pertumbuhan (juvenile hormone).
2.4.2.3 Cendawan Beauveria sp.
Cendawan Beauveria sp akan mengeluarkan racun Beauvericin yang
akan berkembang dalam tubuh hama. Racun ini mampu menyerang dan
merusak seluruh jaringan tubuh sehingga mengakibatkan kematian serangga.
Cendawan ini akan menyebabkan serangga mati dengan tubuh yang
mengeras.
2.4.2.4 Bakteri Bacillus thuringiensis
Bakteri ini mengandung suatu protein yang besifat toksin sehingga dapat
memberantas hama-hama pada suatu tanaman. Seluruh kristal protein bakteri
hanya bersifat toksin apabila termakan oleh larva serangga.
2.4.3 Kelebihan Bioinsektisida
Kelebihan bioinsektisida menurut Sunarno (2012) yaitu:
2.4.3.1 Aman, artinya tidak menimbulkan pencemaran lingkungan dan keracunan
manusia dan ternak
2.4.3.2 Tidak menyebabkan resistensi hama
2.4.3.3 Musuh alami bekerja secara selektif terhadap inangnya atau mangsanya
2.4.3.4 Bersifat permanen untuk jangka waktu panjang lebih murah, apabila keadaan
lingkungan telah stabil atau telah terjadi keseimbangan antara hama dan
musuh alaminya
2.4.4 Kelemahan Bioinsektisida
Kelebihan bioinsektisida menurut Sunarno (2012) yaitu:
2.4.4.1 Hasilnya sulit diramalkan dalam waktu singkat.
2.4.4.2 Diperlukan biaya yang cukup besar pada tahap awal baik untuk penelitian
maupun untuk pengadaan sarana dan prasarana.
2.4.4.3 Dalam hal pembiakan di laboratorium kadang-kadang menghadapi

kendala karena musuh alami menghendaki kondisi lingkungan yang khusus.

6
2.4.4.4 Teknik aplikasi di lapangan belum banyak yang dikuasai.

Bab III
Penutup

3.1 Kesimpulan
Biofungisida merupakan jenis pestisida  dari organisme tertentu yang
digunakan untuk mengendalikan penyakit yang disebabkan oleh jamur pada
tanaman. Mikroorganisme yang digunakan pada biofungisida yaitu Trichoderma
sp. sebagai biofungisida, Rhizobakteria sebagai Agen Biofungisida untuk
Pengendalian Jamur Fitopatogen fusarium sp. Manfaat dari biofungisida ini yaitu
berasal dari bakteri (biofungisida) yang lebih aman dibandingkan pestisida kimia
(fungisida) dalam menghambat pertumbuhan jamur patogen(perusak) pada
tanaman.
Bioherbisida merupakan pengendalian gulma secara bilogis yaitu suatu cara
pengendalian gulma dengan mempergunakan organisme hidup. Yang termasuk
dalam golongan herbisida ini ialah pengendalian gulma dengan menggunakan
penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri, jamur dan virus.
Mikroorganisme Patogen yang Digunakan dalam Bioherbisida antara lain
Phytophthora palmivora, P. palmivora, Colletotrichum gloeosporioides,
Bakteri Pseudomonas syringae  pv. tagetis, Helianthus tuberosus  (Jerusalem
artichoke), Cirsium avense  (Canada thistle), dan  Tagetes erecta  L. (marigold),
Bakteri Pseudomonas fluorescens   strain D.
Biopestisida adalah bahan yang berasal dari alam, seperti tumbuh-tumbuhan
yang digunakan untuk mengendalikan Organisme Pengganggu Tanaman atau
juga disebut dengan pestisida hayati. Tanaman yang diterapkan dalam
Biopestisida antara lain Widuri (Calotropis gigantea R. Br.), Sirih (Piper bettle),
Gadung (Dioscorea hispida), Kapasan (Abelmoschus moschatus), dan
Kemangian/Selasih (Ocimum basilicum Linn.).
Bioinsektisida adalah mikroorganisme yang dapat digunakan sebagai agen
pengendalian serangga hama. Pemanfaatan bioinsektisida sebagai agen hayati
pada pengendalian hama merupakan salah satu komponen pengendalian hama
terpadu(PHT). Bioinsektisida yang telah digunakan antara lain Cendawan
Entromopatogen Metarizhium anisopliae, Tanaman Mahoni (Swietenia mahagoni
Jacq.), Cendawan Beauveria sp., dan Bakteri Bacillus thuringiensis.

3.2 Saran
Pada zaman sekarang ada banyak pertisida, herbisida, fungisida, dan
insektisida yang telah dibuat dari bahan alam memanfaatkan mikroorganisme
maupun zat yang ada didalam tanaman, untuk itu mari kita berubah untuk
menggunakan pestisida, herbisida, fungisida, dan insektisida yang terbuat dari

7
bahan alam agar kita dapat mengurangi pencemara limbah bahan-bahan kimia
yang berdampak negatif di masa akan mendatang.
DAFTAR PUSTAKA

Dfa.(2000).Biofungisida.http://tlogotani.blogspot.com/2016/01/biofungisida.html

Fenty,Ferayanti.
(2015).Biopestisida.http://nad.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/info-
teknologi/799-tanaman-biopestisida

Litbang Pertanian.(2016).Pengendalian Penyakit Tungro dengan


Bioinsektisida.http://www.litbang.pertanian.go.id/info-teknologi/2670/

Sari Fauzia.Bioinsektisida.
https://www.academia.edu/9757945/BIOINSEKTISIDA_Pengertian_Bio-Insektisida

Yunia,Rachmawati.
(2013).Bioherbisida.https://blog.ub.ac.id/arinia/2013/05/26/bioherbisida/

Yuningsih.(2016).Bioinsektisida Sebagai Upaya Re-Harmonism


Ekosistem.https://www.researchgate.net/publication/323005393_BIOINSEKTISID
A_SEBAGAI_UPAYA_RE-HARMONISM_EKOSISTEM

Anda mungkin juga menyukai