Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

DESINFEKTAN DAN INSEKTISIDA

Disusun Oleh:

1. Okhe Rosmalia (C2021050039)


2. Radifka Rifqi Kusumaningtyas (C2021050041)
3. Sarina Isna Nurfauziah (C2021050049)
4. Zalfa Nur Awali (C2021050060)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI FARMASI PROGRAM SARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG
2022
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL................................................................................................................ i

DAFTAR ISI........................................................................................................ ii

KATA PENGANTAR.............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................

1.1 Latar Belakang......................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................

1.3 Tujuan .................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................

2.1 Definisi Desinfektan dan


Insektisida................................................................................................................

2.2 Proses yang dapat Dilakukan Dalam Pengendalian Desinfektan dan


Insektisida......................................

2.3 .Bahan yang Digunakan Dalam Desinfektan........................................................

2.4.Cara Kerja Dari Penggunaan Desinfektan dan Insektisida

2.5.Efek Dari Penggunaan Desinfektan dan Insektisida

2.6.Desinfektan dan Insektisida Organik dan Anorganik

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................................................

3.1 Kesimpulan ...............................................................................................

3.2 Saran .................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................................


KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas kehendak-
Nyalah makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Makalah ini berisi tentang : Mekanisme Kerja dan Efek Desinfektan Organik, Anorganik,
dan Insektisida. Penulisan makalah ini didasarkan pada materi-materi yang kami dapat dari
berbagai sumber. Penulisan materi ini dibuat dengan langkah-langkah dan metode yang
sistematis sehingga dapat dengan mudah dipahami.

Dalam menyelesaikan makalah, penulis banyak mengalami kesulitan,terutama


disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan.Namun,berkat bimbingan dari berbagai pihak,dan
sumber materi yang didapat. Akhirnya makalah ini dapat diselesaikan,walaupun masih banyak
kekurangannya.

Penulis menyadari,sebagai seorang Mahasiswa/i yang pengetahuannya belum seberapa dan


masih perlu banyak belajar dalam penulisan makalah,bahwa makalah ini masih perlu banyak
memiliki kekurangan.Oleh karena itu,kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang
positif agar makalah ini menjadi lebih baik. Kami berharap makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Gombong, 20 Juni 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Para pekerja kebun dikenali telah memakai sabun untuk mengontrol pertumbuhan
hama serangga sejak awal tahun 1800 an.Di awal abad ke 19, sabun yang terbuat dari
minyak ikan paling jumlah digunakan. Cara-cara tersebut cukup efektif, meski harus
diberikan berkali-kali dan kadang justru mematikan tanaman.Belakang dikenali juga
beradanya penggunaan campuran bawang putih, bawang merah, dan lada atau beragam
jenis konsumsi yang lain, namun tidak cukup efektif membunuh serangga.
Penggunaan insektisida sintetik pertama dimulai pada tahun 1930 an dan mulai
meluas sesudah hasilnyanya Perang Dunia II.Pada tahun 1945 hingga 1965, insektisida
golongan organoklorin digunakan secara lapang sama berat untuk pertanian maupun
kehutanan. Salah satu produk yang paling terkenal adalah insektisida DDT yang
dikomersialkan sejak tahun 1946. Berikutnya mulai muncul bersamaan golongan
insektisida sintetik lain seperti organofosfat, karbamat, dan piretroid pada tahun 1970 an.
Sejak tahun 1995, tanaman transgenik yang membawa gen resistensi terhadap serangga
mulai digunakan.
Pestisida adalah zat untuk membunuh atau mengendalikan hama. Food and
Agriculture Organization (FAO) mendefinisikan bahwa pestisida adalah setiap zat yang
diharapkan sebagai pencegahan, menghancurkan atau pengawasan setiap hama termasuk
vektor terhadap manusia atau penyakit pada binatang, dan tanaman yang tidak disukai
atau binatang yang menyebabkan kerusakan selama proses produksi berlangsung,
penyimpanan atau pemasaran makanan, komoditi pertanian, kayu dan produksi kayu,
atau bahan makanan binatang (Sutarni, 2007).
Menurut The United States Environmental Pesticide Control Act, dalam
Djojosumarto (2004), pestisida adalah sebagai berikut.
Memuat zat atau campuran zat yang khusus digunakan untuk mengendalikan,
mencegah atau menangkal gangguan serangga, binatang mengerat, nematoda, gulma,
virus, bakteri, jasad renik yang dianggap hama, kecuali virus, bakteri dan jasad renik
lainnya yang terdapat pada manusia dan binatang dan zat yang digunakan untuk mengatur
pertumbuhan tanaman atau pengeringan tanaman.
Manfaat yang dimiliki pestisida mendorong petani untuk menggunakan pestisida
dalam mengendalikan organisme pengganggu tanaman. Pestisida tidak hanya dapat
membunuh organisme sasarannya saja melainkan dapat membunuh bukan sasarannya,
seperti manusia. Hal ini dikarenakan masih banyak petani yang menggunakan pestisida
tanpa memperhatikan segi ekologi dan kesehatan, meskipun sudah banyak peraturan
mengenai pemakaian pestisida yang dikeluarkan oleh pemerintah (Alsuhendra dan
Ridawati, 2013).

Insektisida adalah bahan-bahan kimia bersifat racun yang digunakan untuk


membunuh serangga. Insektisida bisa mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan,
tingkah laku, perkembangbiakan, kesehatan, sistem hormon, sistem pencernaan, serta
cara biologis yang lain hingga berujung pada kematian serangga pengganggu tanaman.
Insektisida termasuk salah satu jenis pestisida.Desinfektan adalah bahan kimia yang
digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran oleh jasad renik atau obat
untuk membasmi kuman penyakit.

Ada berbagai macam dan jenis insektisida dan desinfektan dan juga mekanisme
kerjanya serta efeknya

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana mengetahui tentang Desinfektan dan Insektisida


2. Bagaimana cara pengendalian dari Desinfektan dan Insektisida
3. Bagaimana mengetahui tentang bahan apa yang digunakan dalam pembuatan
Desinfektan dan Insektisida
4. Bagaimana cara kerja dari Desinfektan dan Insektisida
5. Bagaimana efek dari penggunaan Desinfektan dan Insektisida
6. Bagaimana mengetahui tentang Desinfektan dan Insektisida Organik dan Non-
organik
1.3 Tujuan Penulisan Makalah

1. Untuk mengetahui tentang Desinfektan dan Insektisida


2. Untuk mengetahui cara pengendalian dari Desinfektan dan Insektisida
3. Untuk mengetahui tentang bahan yang akan digunakan dalam pembuatan Desinfektan
dan Insektisida
4. Untuk mengetahui cara kerja dari penggunaan dan pembuatan Desinfektan dan
Insektisida
5. Untuk mengetahui efek dari penggunaan Desinfektan dan Insektisida
6. Untuk mengetahui tentang Desinfektan dan Insektisida Organik dan Non-organi

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Desinfektan dan Insektisida


Insektisida adalah bahan-bahan kimia bersifat racun yang digunakan untuk
membunuh serangga. Insektisida bisa mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan,
tingkah laku, perkembangbiakan, kesehatan, sistem hormon, sistem pencernaan, serta
cara biologis yang lain hingga berujung pada kematian serangga pengganggu tanaman.
Insektisida termasuk salah satu jenis pestisida.Disinfektan adalah bahan kimia yang
digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran oleh jasad renik atau obat
untuk membasmi kuman penyakit.

Pengertian lain dari desinfektan adalah senyawa kimia yang bersifat toksik dan
memiliki kemampuan membunuh mikroorganisme yang terpapar secara langsung oleh
desinfektan.Desinfektan tidak memiliki daya penetrasi sehingga tidak mampu membunuh
mikroorganisme yang terdapat di dalam celah atau cemaran mineral.Selain itu disinfektan
tidak dapat membunuh spora bakteri sehingga dibutuhkan metode lain seperti sterilisasi
dengan autoklaf
Insektisida adalah zat atau senyawa kimia yang digunakan untuk mematikan atau
memberantas serangga Berbagai jenis insektisida beredar di pasaran dengan bermacam-
macam merk dagang dan di jual secara bebas (Djojosumarto, 2008).

➢ Desinfeksi :Bahan kimia atau pengaruh fisika yang digunakan untuk mencegah
terjadinya infeksi atau jasad renik seperti bakteri dan virus, juga untuk
membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit
lainnya (terhadap benda mati)
➢ Desinfektansia :Senyawa untuk mencegah infeksi dengan jalan penghancuran atau
pelarutan jasad renik patogen dikenakan pada jaringan tak hidup: ruang operasi,
alat-alat operasi, lantai

2.2 Proses Yang Dapat Dilakukan Dalam Pengendalian Desinfektan dan Insektisida

➢ Sterilisasi Merupakan kegiatan untuk mengeliminasi semua ben kehidupan yang


meliputi sel vegetatif, spora dan virus Desinfeksi mengeliminasi membunuh
bentuk-bentuk vegetatif dan sebagian besar organisme yang berbahaya dan
patogen, tetapi tidak digunakan untuk membunuh semua mikroba.
➢ Sanitasi Biasanya sanitasi ini sangat diperlukan dalam penyiapan proses di
industri makanan atau alat-alat di rumah sakit
➢ Antiseptik Bertujuan untuk menghambat atau merusak mikroorganisme di
permukaan suatu jaringan hidup sehingga dapat mencegah infeksi.
2.3 Bahan yang Digunakan dalam Desinfektan
Persamaan jenis bahan kimia yang digunakan sebagai antiseptik dan desinfektan.
kedua zat kimia ini bisa membunuh bakteri yang dapat menyebabkan penyakit dan
infeksi. Cara kerja dari antiseptik dan desinfektan memang sama, yaitu senyawa yang
terkandung di dalamnya akan menembus dinding sel organisme seperti bakteri. Pada
umumnya senyawa ini akan mengganggu.metabolisme sel atau mengubah permeabilitas
dari dinding sel mikroorganisme. Perbedaan antiseptik digunakan untuk menyingkirkan
kuman di kulit yang hidup, sedangkan desinfektan menyingkirkan kuman di benda yang
mati. disinfektan kadang digunakan juga sebagai antiseptik untuk manusia asalkan
dosisnya tepat karena kalau dosisnya terlalu tinggi bisa membuat keracunan hingga
kematian. Tetapi tidak semua bahan desinfektan adalah bahan antiseptik karena adanya
batasan dalam penggunaan antiseptik. Antiseptik harus memiliki sifat tidak merusak
jaringan tubuh atau tidak bersifat keras.

2.4 Cara Kerja Dari Penggunaan Desinfektan dan Insektisida

Disinfektan
Penggunaan senyawa ini diterapkan pada permukaan, peralatan atau benda mati
lainnya, sehingga kadarnya lebih toksik. Jika salah digunakan bisa menyebabkan
pengerasan kulit, luka serta peradangan. Desinfektan sering digunakan untuk peralatan
pembersih rumah tangga. Desinfektan mengandung glutaraldehyde, vantocil, ftalaldehida
dan formaldehida.

Desinfeksi
Chlorhexidine digunakan di rumah sakit berbagai negara sebagai antiseptik.
Sangat efektif sebagai desinfektan pada kulit sebelum operasi, cuci tangan sebelum
operasi serta sebagai desinfektan dan alat-alat kedokteran, terutama alat-alat operasi.
Chlorhexidine merupakan antibakteri dengan spektrum yang luas dan sangat efektif untuk
bakteri Gram (+), Gram (), bakteri ragi, jamur serta protozoa; algae dan virus.
chlorhexidine
Cara kerja :
Telah dibuktikan bahwa chlorhexidine dapat mengikat bakteri, mungkin
disebabkan adanya interaksi antara muatan positif dan molekul-molekul chlorhexidine
dengan dinding sel yang bermuatan negatif. Interaksi ini akan meningkatkan
permeabilitas dinding sel bakteri yang menyebabkan terjadinya penetrasi ke dalam
sitoplasma yang menyebabkan kematian mikroorganisme. Streptokokus tertentu dapat
terikat oleh chlorhexidine pada media polisakarida di luar selsehingga dapat
meningkatkan sensitivitas streptokokus dalam rongga mulut terhadap chlorhexidine.

Penelitian secara in vitro menunjukkan bahwa chlorhexidine diserap oleh


hydroxyapatit permukaan gigi dan mucin dari saliva, kemudian dilepas perlahan lahan
dalam bentuk yang aktif. Keadaan ini merupakan dasar aktivitas chlorhexidine untuk
menghambat pembentukan plak (anti-plak) Kumur-kumur dua kali sehari dengan
menggunakan 0,2% larutan chlorhexidine akan mengurangi jumlah mikroorganisme
dalam saliva sebanyak 80% dan apabila pemakaian obat kumur dihentikan bakteri akan
kembali seperti semula dalam waktu 24 jam
Sejak Covid-19 pertama kali dilaporkan oleh WHO di Wuhan China pada akhir
Desember 2019, saat ini telah menyebar ke lebih dari 180 negara termasuk Indonesia.
Semua negara berupaya mempersempit penyebaran virus Covid-19 yang ditransmisikan
antar manusia melalui droplet ;
1) Virus sangat berbeda dengan bakteri dalam hal ukuran yaitu 40-160 nm, memiliki
struktur berupa tonjolan glikoprotein dan membrane protein berbentuk amplop
yang memiliki kemiripan struktur dengan virus SARS-CoV hingga 75-90%.
Struktur gen pada Covid-19 juga mirip dengan SARS-CoV (>80%). Covid-19
akan inaktif jika terkena sinar ultraviolet dan suhu tinggi serta desinfektan yang
bersifat lipofil (larut lemak) yaitu : eter, etanol, klorin, asam peroksi asetat dan
kloroform
2) Covid-19 akan berkembang biak dalam tubuh manusia dalam masa inkubasi 3-7
hari bahkan hingga 14 hari. Sepanjang daya tahan tubuh manusia yang terinfeksi
cukup, maka Covid-19 akan mati dengan sendirinya (self limiting disease)
3) Hingga saat ini belum ada obat antivirus yang spesifik direkomendasikan untuk
terapi Covid-19, sehingga upaya yang dapat dilakukan adalah upaya pencegahan
penyebaran (transmisi) virus dengan mencuci tangan dengan sabun atau hand
sanitizer lebih sering dengan air mengalir, menghindari menyentuh area muka,
jika batuk dan bersin ditutupi dengan lengan atas atau sapu tangan, hindari
kerumunan dan menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS)/ gerakan
masyarakat hidup sehat (GERMAS). Makan dengan gizi seimbang adalah
makanan empat sehat lima sempurna dengan porsi sayur dan buah 2-5 porsi dalam
sehari merupakan upaya untuk mempertahankan daya tahan tubuh melawan
infeksi Covid-19
4) Salah satu cara memutus rantai penularan Covid-19 adalah dengan menjaga
kebersihan dengan membunuh virus Covid-19 sebelum ia menginfeksi manusia.
Berbagai cara diantaranya adalah menggunakan antiseptik untuk membasuh
tangan dan bagian tubuh, dan desinfektan yang disemprotkan atau diusapkan pada
berbagai benda mati yang mungkin terpapar virus. Namun demikian saat ini
muncul fenomena penyemprotan desinfektan secara masif pada berbagai tempat,
bahkan langsung kepada manusia dengan alasan untuk membunuh virus yang
mungkin menempel pada baju atau badan manusia. Sebelum kita membahas hal
tersebut, mari kita kenali dulu istilah-istilah antiseptik dan disinfektan.
Antiseptik adalah senyawa kimia yang digunakan untuk membunuh atau
menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada jaringan yang hidup seperti pada
permukaan kulit dan membran mukosa, untuk mengurangi kemungkinan infeksi, sepsis
atau pembusukan (putrefaction). Beberapa antiseptik adalah germisida sejati, yang
mampu menghancurkan mikroba (bakterisidal), sementara yang lain bersifat
bakteriostatik dan hanya mencegah atau menghambat pertumbuhannya. Antiseptik sering
digunakan misalnya untuk membersihkan luka, mensterilkan tangan sebelum melakukan
tindakan yang memerlukan sterilisasi (contohnya: povidone iodine, kalium permanganat,
hydrogen peroxide, alkohol). Hand sanitizer pada umumnya adalah mengandung
antiseptik, seperti alkohol 60-70%. Kadar bahan aktif pada antiseptik jauh lebih rendah
daripada disinfektan.
Disinfektan adalah bahan kimia yang digunakan untuk menghambat atau
membunuh mikroorganisme (misalnya pada bakteri, virus dan jamur kecuali spora
bakteri) pada permukaan benda mati, seperti furniture, ruangan, lantai, dll. Disinfektan
tidak digunakan pada kulit maupun selaput lendir, karena berisiko mengiritasi kulit dan
berpotensi memicu kanker. Hal ini berbeda dengan antiseptik yang memang ditujukan
untuk desinfeksi pada permukaan kulit dan membran mukosa.
Desinfektan dapat digunakan untuk membersihkan permukaan benda dengan cara
mengoleskan larutan desinfektan pada bagian yang terkontaminasi, misalnya pada lantai,
dinding, permukaan meja, daun pintu, saklar listrik dll. Penggunaan disinfektan dengan
teknik spray atau fogging telah digunakan untuk mengendalikan jumlah antimikroba dan
virus di ruangan yang berisiko tinggi. Pada ruangan yang sulit dijangkau biasanya
digunakan sinar UV dengan panjang gelombang tertentu. Proses ini akan mencegah
penularan mikroorganisme patogen dari permukaan benda ke manusia.
Terdapat beberapa produk desinfektan yang direkomendasikan untuk disinfeksi,
misalnya sodium hipoklorit, amonium kuarterner (jenis detergen kationik), alkohol 70 %
dan hidrogen peroksida. Perhatikan petunjuk penggunaan pada label agar produk dapat
digunakan dengan efektif dan aman. Perlu diperhatikan, konsentrasi desinfektan yang
digunakan serta waktu kontak antara objek dengan disinfektan (antara 1 hingga 10 menit
tergantung dari jenis desinfektan). Hal yang perlu diperhatikan adalah penggunaan sarung
tangan dan pastikan ventilasi yang baik untuk mengurangi paparan pada saat
menggunakan desinfektan (5,6).
Lalu apakah ada bahan lain yang dapat menghancurkan virus Covid-19? EPA
(Environmental Protection Agencies), suatu badan perlindungan lingkungan, telah merilis
sejumlah 351 sediaan yang dapat digunakan sebagai desinfektan untuk membunuh virus
termasuk human Coronavirus lengkap dengan waktu kontak yang efektif. Di bawah ini
akan dikaji mekanisme dan efek dari beberapa desinfektan yang sering digunakan, yaitu
etanol, sodium hipoklorit, hidrogen peroksida, ammonium kuarterner, dan sebagainya .

Etanol dengan konsentrasi minimal 60% sudah diketahui dapat melarutkan bagian
lipid atau lemak dari dinding virus sehingga virus akan rusak. Karena etanol juga mampu
larut dengan air, maka sangat menguntungkan karena dapat melarutkan virus yang
amplopnya bersifat larut air (non-lipophilic virus). Bahan golongan klorin (contohnya
klorin dioksida, sodium hipoklorit, asam hipoklorit) dapat membunuh virus dengan jalan
masuk menembus dinding virus dan akan merusak bagian dalam virus. Klorin adalah
cairan/bahan yang mudah menguap, sehingga memiliki risiko mengganggu pernafasan
bila terhirup dan menimbulkan sesak nafas sampai iritasi paru-paru, sesuai banyaknya
klorin yang terhirup. Benzalkonium klorida, salah satu golongan surfaktan kationik yang
saat ini banyak digunakan pada cairan disinfektan, juga mampu merusak dinding virus.
Apabila terhirup juga dapat menimbulkan bahaya dalam pernafasan dan beberapa orang
dapat mengalami reaksi alergi atau kambuhnya asma. Hidrogen peroksida (H2O2)
merupakan senyawa oksidator kuat yang dapat merusak dinding virus dan mampu
merusak material di dalamnya. Penggunaan hidrogen peroksida secara berlebihan akan
menyebabkan iritasi hingga rusaknya kulit. Penggunaan bersama-sama antara hidrogen
peroksida (1%) dengan peracetic acid (0,08%) juga efektif untuk merusak dinding virus.
Informasi ini semua dapat ditemukan dalam website Centers for Disease Control and
Prevention

` Lenntech juga menyebutkan gas ozon sebagai alternatif desinfektan yang dapat
membunuh bakteri. Sejatinya ozon merupakan gas toksik bagi manusia yang dalam
konsentrasi tinggi dapat menyebabkan mulut kering, batuk, sakit kepala dan rasa tercekik.
Oleh karena itu, pemakaian ozon harus dilengkapi dengan monitor untuk memantau
konsentrasi ozon di udara. Dosis aman ozon di udara adalah kurang dari 0,3 ppm dengan
durasi maksimal 15 menit. Udara harus dijaga kelembabannya, karena adanya molekul
air dapat menyebabkan terbentuknya radikal hidroksida (-OH radikal) dan dapat juga
berikatan dengan nitrogen udara yang selanjutnya membentuk asam nitrat yang bersifat
korosif (10). Karena itu, penggunaan ozon sebagai desinfektan harus mempertimbangkan
kelembaban udara (harus kering), kadar ozon, durasi paparan, dan dilakukan pada
ruangan tertutup.

2.5 Efek Dari Penggunaan Desinfektan dan Insektisida


Pada tahun 1960, Rachel Carson menerbitkan buku yang sangat berpengaruh
dalam sejarah penggunaan insektisida berjudul Silent Spring (Musim Sepi yang
Sunyi).Buku tersebut menyorot penggunaan DDT yang sangat marak di masa itu karena
sangat efektif, sekaligus menyadarkan manusia akan bahaya dari penggunaan pestisida
banyak sekali.[8] Insektisida yang digunakan seringkali menyerang organisme non target
seperti burung dan makhluk hidup yang lain. Oleh karena itu, penggunaan insektisida
juga dikhawatirkan berpotensi membahayakan kesehatan manusia.
Insektisida seringkali digunakan melebihi dosis yang seharusnya karena petani
beranggapan makin jumlah insektisida yang diaplikasikan maka akan makin bagus
hasilnya.Beberapa petani bahkan mencampurkan perekat pada insektisidanya supaya
tidak mudah larut terbawa cairan hujan.Namun, penggunaan perekat ini justru
menyebabkan tingginya jumlah residu pestisida pada hasil panen yang nantinya akan
dijadikan bahan konsumsi manusia.Menurut data WHO sekitar 500 ribu orang meninggal
dunia setiap tahunnya dan diperkirakan 5 ribu orang meninggal setiap 1 jam 45 menit
dampak pestisida dan/atau insektisida.
Penggunaan insektisida sintetik juga bisa menyebabkan terjadinya pencemaran
sekitar yang terkait. Hal ini dikarenakan insektisida tertentu bisa tersimpan di dalam
tanah selama bertahun-tahun, bisa merusak komposisi mikroba tanah, serta mengganggu
ekosistem perairan
Resistensi insektisida merupakan sebuah kenaikan proporsi individu dalam
populasi yang secara genetik memiliki kemampuan untuk tetap hidup meski terpapar satu
atau bertambah senyawa insektisida.Peningkatan individu ini terutama oleh karena
matinya individu-individu yang sensitif insektisida sehingga memberikan peluang untuk
individu yang resisten untuk terus berkembangbiak dan meneruskan gen resistensi pada
keturunannya.
Resistensi terhadap insektisida pertama kali dilaporkan terjadi pada tahun 1914
oleh AL Melander. Penggunaan kapur sulfur untuk mematikan hama pada anggrek pada
satu ahad pertama percobaan.Namun ketika diterapkan pengulangan perlakuan
insektisida, 90% hama tetap hidup.Tingkat resistensi serangga hama pada insektisida
terus meningkat seiring dengan kemunculan dan pemakaian beragam jenis insektisida
sintetik pada tahun-tahun berikutnya.
Beberapa senyawa di atas, ditujukan untuk desinfektan artinya untuk
diaplikasikan pada permukaan benda-benda mati agar berkurang jumlah kontaminan
virus atau mikroorganisme yang menempel. Lalu apakah dapat diaplikasikan seperti
halnya kegiatan penyemprotan desinfektan secara langsung kepada manusia (secara
langsung maupun lewat bilik desinfeksi) atau pada lingkungan? Tentu tidaklah baik dan
dan masih diragukan manfaatnya. Risiko yang diterima oleh manusia sebagai target yg
disemprot sangat besar seperti efek samping yang terjadi pada kulit, mata dan pernafasan,
karena tidak terkontrol berapa jumlah yang terpapar. Di samping itu, bahaya di kemudian
hari juga harus dipertimbangkan. Semua bahan kimia yang tumpah atau sengaja dibuang
ke lingkungan, baik lewat udara, air atau tanah akan mengalami pergerakan yang saling
bertautan. Ketika desinfektan disemprotkan ke udara, maka dia akan jatuh ke tanah bila
ada hujan turun, maka ada sebagian yang terbawa melalui air hujan atau meresap ke
dalam tanah.
Disinfektan ini sebagian besar adalah berspektrum luas, artinya tidak hanya
membunuh virus Covid-19 yang disasar, tetapi juga dapat membunuh mikroorganisme
lain yang seharusnya ada di lingkungan, misalnya yang diperlukan mengurai sampah. Hal
ini akan mengganggu keseimbangan lingkungan. Bahkan, mikroorganisme yang bertugas
menguraikan bahan kimia desinfektan tadi juga ikut mati dan punah, sehingga
desinfektan akan lebih lama berada di lingkungan. Bila demikian, maka sisa desinfektan
yang ada di tanah maupun air, akan dapat terserap oleh tanaman dan mengikuti rantai
makanan yaitu ke hewan kecil pemakan tanaman, hewan besar dan ke manusia. Bila
disinfektan ini mampu berikatan dengan lemak pada tubuh mangsanya, maka akan terjadi
penumpukan dalam tubuh.
Manusia sebagai pemakan tumbuhan dan hewan barangkali akan mengakumulasi
paling banyak lagi. Di samping itu, bahan desinfektan juga dapat mengubah sifat genetik
dari mikroba yang terpapar dan tidak mati, menjadi mikroba yang bermutasi, sehingga
keseimbangan lingkungan menjadi kacau. Sebagai contoh, benzalkonium klorida di alam,
dapat terdeposit dalam tanah dan akan mampu terlarut kembali dan diserap oleh
tanaman . Klorin juga demikian, akan mampu berinteraksi dengan senyawa aromatis
benzena membentuk poly chlorinated benzene (PCB) yang memiliki waktu tinggal di
alam sangat lama bahkan hitungan tahunan karena sulit untuk diurai.
Berdasarkan kajian di atas, maka perlu mendudukkan kembali fungsi desinfektan
yaitu diperuntukkan pada benda mati (perabotan, lantai, lemari, permukaan meja, gagang
pintu, dll) dan tidak dikenakan langsung pada manusia. WHO juga menyatakan bahwa
penyemprotan alkohol maupun disinfektan akan membahayakan manusia dan tidak akan
efektif membunuh virus.Contoh: Ulkus mukosa (Aphthous Ulcers).Penyebab ulkus
mukosa ini belum jelas dan perawatannya pada umumnya dilakukan secara simptomatis
dengan tujuan menghilangkan faktor predisposisi. Pengalaman klinis menunjukkan
bahwa pada penderita ini sering mengabaikan kebersihan mulut karena sakit pada waktu
menyikat gigi. Keadaan ini akan meningkatkan akumulasi plak yang tentunya akan
menambah keparahan ulkus. Chlorhexidine dapat membantu penyembuhan ulkus
(sariawan), mungkin disebabkan karena berkurangnya kolonisasi bakteri yang
terkontaminasi dengan luka dan mengurangi terjadinya infeksi sekunder
Povidone Iodine 1 % sebagai obat kumur yang dipasarkan dengan merek dagang
Betadine® (untuk selanjutnya kami sebut betadine) sebagai antiseptik mempunya sifat
antibakteri. Obat kumur ini dapat dipakai untuk mengurangi bakteremia setelah
pencabutan gigi atau setelah perawatan bedah.

POVIDONE IODINE
Efek betadine terhadap bakteri rongga mulut sangat cepat dan pada konsentrasi
yang tinggi dapat mematikan bakteri rongga mulut. Bila dibandingkan dengan
chlorhexidine, betadine hanya sedikit mempunyai sifat anti plak.

❖ Karies gigi
Karies gigi terjadi karena demineralisasi jaringan gigi yang secara klinis
akan tampak adanya lubang pada gigi. Karies dapat disebabkan oleh
mikroorganisme dah plak gigi dan dapat diperberat oleh makanan mengandung
karbohidrat; namun tidak ada hubungan langsung antara terjadinya karies dan
konsumsi gula. Bakteri plak akan meragikan gula dan menghasilkan asam organik
dengan pH rendah; suasana asam akan menyebabkan terjadinya kerusakan enamel
yang 95% diantaranya adalah hidroksiapatit dan menyebabkan terjadinya
demineralisasi dan karies. Chlorhexidine efektif sebagai anti-plak sehingga dapat
mencegah terjadinya karies
❖ Hexetidine
Sebagai obat kumur termasuk golongan antiseptik dan merupakan derivat
piridin. Mempunyai sifat antibakteri, bermanfaat untuk bakteri Gram positif dan
Gram negatif, dan dapat digunakan untuk mengurangi terjadinya keradangan.
Hexetidine merupakan antibakteri dengan spektrum luas dengan konsentrasi
rendah bermanfaat untuk mikroorganisme rongga mulut. Hexetidine dapat
digunakan pada penderita dengan radang rongga mulut dan nasopharynx.
Hidrogen peroksida (H202) merupakan antiseptik karena dapat melepaskan
oksigen sebagai zat aktif Sebagai obat kumur biasanya dipakai konsentrasi 3%.
Pemakaian hidrogen peroksida sebagai obat kumur dapat mencegah/menghambat
pertumbuhan bakteri.
Berikut adalah 10 kriteria suatu desinfektan dikatakan ideal, yaitu :
1. Bekerja dengan cepat untuk menginaktivasi mikroorganisme pada suhu kamar
2. Aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organik, pH, temperatur dan kelembaban
3. Tidak toksik pada hewan dan manusia
4. Tidak bersifat korosif
5. Tidak berwarna dan meninggalkan noda
6. Tidak berbau/ baunya disenangi
7. Bersifat biodegradable/ mudah diurai
8. Larutan stabil
9. Mudah digunakan dan ekonomis
10. Aktivitas berspektrum luas.

Variabel dalam desinfektan


● Konsentrasi (Kadar)
Konsentrasi yang digunakan akan bergantung kepada bahan yang akan
didesinfeksi dan pada organisme yang akan dihancurkan.
● Waktu
Waktu yang diperlukan mungkin dipengaruhi oleh banyak variabel..
● Suhu Peningkatan suhu mempercepat laju reaksi kimia.
● Keadaan Medium Sekeliling pH medium dan adanya benda asing mungkin sangat
mempengaruhi proses disinfeksi.

❖ Garam Logam Berat


Garam dari beberapa logam berat seperti air raksa dan perak dalam jumlah yang
kecil saja dapat membunuh bakteri, yang disebut oligodinamik. Hal ini mudah sekali
ditunjukkan dengan suatu eksperimen. Namun garam dari logam berat itu mudah
merusak kulit, makan alat-alat yang terbuat dari logam dan lagipula mahal,harganya
Contoh merkurokrom, metafen atau merthiolate
❖ Zat Perwarna
Zat perwarna tertentu untuk pewarnaan bakteri mempunyai daya bakteriostatis.
Daya kerja ini biasanya selektif terhadap bakteri gram positif, walaupun beberapa khamir
dan jamur telah dihambat atau dimatikan, bergantung pada konsentrasi zat pewarna
tersebut. Diperkirakan zat pewarna itu berkombinasi dengan protein atau mengganggu
mekanisme reproduksi sel. Selain violet Kristal (bentuk kasar, violet gentian), zat
pewarna lain yang digunakan sebagai bakteriostatis adalah hijau malakhit dan hijau
cemerlang.
❖ Klor Dan Senyawa Klor
Persenyawaan klor dengan kapur atau dengan natrium merupakan desinfektan
yang banyak dipakai untuk mencuci alat-alat makan dan minum.Klorin Warna hijau &
bau tajam sebagai deodoran. Standar pengolahan air minum di seluruh lingkungan.
Banyak sebagai desinfeksi & menghilangkan bau (ruangan RS, alat-alat non bedah)
Relatif tidak membahayakan jaringan, tidak berwarna & mewarnai
❖ Formaldehida
Formaldehida adalah desinfektan yang baik apabila digunakan sebagai gas. Agen
ini sangat efektif di daerah tertutup sebagai bakterisida dan fungisida. Dalam larutan cair
sekitar 37%, formaldehid dikenal sebagai formalin.
❖ Etilen Oksida
Jika digunakan sebagai gas atau cairan, etilen oksida merupakan agen pembunuh
bakteri, spora, jamur dan virus yang sangat efektif. Sifat penting yang membuat senyawa
ini menjadi germisida yang berharga adalah kemampuannya untuk menembus ke dalam
dan melalui pada dasarnya substansi yang manapun yang tidak tertutup rapat - rapat.
Misalnya agen ini telah digunakan secara komersial untuk mensterilkan tong-tong
rempah-rempah tanpa membuka tong tersebut. Agen ini hanya ditempatkan dalam
aparatup seperti drum dan, setelah sebagian besar udaranya dikeluarkan dengan pompa
vakum di masukkanlah etilen oksida
❖ Betapropiolakton
Substansi ini mempunyai banyak sifat yang sama dengan etilen oksida. Agen ini
mematikan spora dalam konsentrasi yang tidak jauh lebih besar daripada yang diperlukan
untuk mematikan bakteri vegetatif. Efeknya cepat, ini diperlukan, karena
betapropiolakton dalam larutan cair mengalami hidrolisis cukup cepat untuk
menghasilkan asam akrilat, sehingga setelah beberapa jam tidak terdapat
betapropiolakton yang tersisa.
❖ Senyawa Amonium
Kuarterner Kelompok ini terdiri atas sejumlah besar senyawa yang empat
subtituennya mengandung karbon, terikat secara kovalen pada atom nitrogen. Senyawa -
senyawa ini bakteriostatik atau bakterisid, tergantung pada konsentrasi yang digunakan;
pada umumnya, senyawa-senyawa ini jauh lebih efektif terhadap organisme gram-positif
daripada organisme gram-negatif.
❖ Fenol dan senyawa senyawa lain yang sejenis
Larutan fenol 2 4% berguna sebagai desinfektan Kresol atau kreolin lebih baik
khasiatnya daripada fenol, Lysol adalah desinfektan yang berupa campuran sabun dengan
kresol; lisol lebih banyak digunakan daripada desinfektan-desinfektan yang lain. Karbol
lalah nama lain untuk fenol. Seringkali orang mencampurkan bau-bauan yang sedap,
sehingga desinfektan menjadi menarik Fenol (asam karbol) Presipitasi protein, merusak
membran sel & menurunkan tegangan permukaan Standard pembanding u/ tentukan
aktivitas desinfektan lain. Bau khas & korosif Tahan panas/kering dan efektif terhadap
sporaKresol
Destilasi destruktif batubara berakibat produksi bukan saja fenol tetapi juga
beberapa senyawa yang dikenal sebagai kresol. Kresol efektif sebagai bakterisida, dan
kerjanya tidak banyak dirusak oleh adanya bahan organic. Namun, agen ini menimbulkan
iritasi (gangguan) pada jaringan hidup dan oleh karena itu digunakan terutama sebagai
disinfektan untuk benda mati. Satu persen lisol (kresol dicampur dengan sabun) telah
digunakan pada kulit, tetapi konsentrasi yang lebih tinggi tidak dapat ditolerir
❖ Alkohol
Sementara etil alkohol mungkin yang paling biasa digunakan, iso profil dan
benzyl alcohol juga antiseptic Benzyl alcohol biasa digunakan terutama karená efek
preservatifnya (sebagai pengawet) Paling efektif sbg desinfektan antiseptik
Mendenaturasi protein dg dehidrasi & mrpkn pelarut lemak (shg dpt merusak membran
şel danmenonaktifkan enzim-enzim); membunuh sel vegetatif, tdk spora 3 jenis metanol,
etanol & isopropanol Solusi dim air (70-80%), sering digunakan >90% & < 50%, kurang
efektif
❖ Sabun dan Detergen
Sabun bertindak terutama sebagai agen aktif-permukaan; yaitu menurunkan
tegangan permukaan. Efek mekanik ini penting karena bakteri, bersama minyak dan
partikel lain, menjadi terjaring dalam sabun dan dibuang melalui proses pencucian.

2.6 Desinfektan dan Insektisida Organik dan Anorganik


Insektisida bisa dibedakan dijadikan golongan organik dan anorganik. Insektisida
organik benar isinya unsur karbon sedangkan insektisida anorganik tidak. Insektisida
organik umumnya bersifat alami, adalah diperoleh dari makhluk hidup sehingga
dinamakan insektisida hayati.
Insektisida Sintetik
Insektisida organik sintetik yang jumlah digunakan dibagi-bagi lagi dijadikan beberapa
golongan besar:
1. Senyawa Organofosfat
Insektisida golongan ini diciptakan dari molekul organik dengan
penambahan fosfat.Insektisida sintetik yang masuk dalam golongan ini adalah
Chlorpyrifos, Chlorpyrifos-methyl, Diazinon, Dichlorvos, Pirimiphos-methyl,
Fenitrothion, dan Malathion.
2. Senyawa Organoklorin
Insektisida golongan ini diciptakan dari molekul organik dengan
penambahan klorin. Insektisida organoklorin bersifat sangat persistent, dimana
senyawa ini masih tetap aktif hingga bertahun-tahun. Oleh karena itu, kini
insektisida golongan organoklorin sudah dilarang penggunaannya karena
memberikan dampak buruk terhadap sekitar yang terkait. Contoh-contoh
insektisida golongan organoklorin adalah Lindane, Chlordane, dan DDT
3. Karbamat
Insektisida golongan karbamat dikenali sangat efektif mematikan jumlah
jenis hama pada suhu tinggi dan meninggalkan residu dalam jumlah sedang.
Namun, insektisida karbamat akan terurai pada suasana yang terlalu basa. Salah
satu contoh karbamat yang sering digunakan adalah bendiokarbamat.
4. Pyrethrin/ Pyrethroid Sintetik
Insektisida golongan ini terdiri dari dua kategori, adalah bersifat fotostabil
serta bersifat tidak nonfoto stabil namun termostabil.Produknya sering dicampur
dengan senyawa lain untuk menghasilkan efek yang bertambah sama berat. Salah
satu contoh produk insektisida ini adalah Permethrin.
5. Pengatur Tumbuh Serangga
Insektisida golongan ini merupakan hormon yang bertindak dalam siklus
pertumbuhan serangga, misalnya menghambat perkembangan normal.Beberapa
contoh produknya adalah Methoprene, Hydramethylnon, Pyriproxyfen, dan
Flufenoxuron.
6. Fumigan
Fumigan adalah gas-gas mudah menguap yang bisa membunuh hama
serangga.Fumigan hanya boleh digunakan oleh personil terlatih karena tingkat
toksisitasnya yang tinggi.Contoh-contohnya adalah Metil Bromida (CH3Br),
Aluminium Fosfit, Magnesium Fosfit, Kalsium Sianida, dan Hidrogen Sianida.
Insektisida Hayati
Walaupun insektisida bertambah dikenal merupakan senyawa sintetik, namun
terdapat juga insektisida alami yang bersumber dari bakteri, pohon, maupun bunga.
Silica (SiO2) merupakan insektisida anorganik yang memperagakan pekerjaan
dengan menghilangkan selubung lilin pada kutikula serangga sehingga menyebabkan
mati lemas. Insektisida jenis ini sering diciptakan dari tanah diatom atau kieselguhr, yang
tersusun dari molekul diatom Bacillariophyceae.
● Asam Borat (H3BO3) adalah insektisida anorganik yang digunakan untuk
menarik perhatian semut.
● Pyrethrum adalah insektisida organik alami yang bersumber dari kepala bunga
tropis krisan.Senyawa ini memiliki kemampuan penghambatan serangga yang
sama berat pada konsentrasi rendah. Namun berkaitan dengan anggota
ekstraksinya, senyawa ini sangat mahal.
● Rotenon adalah insektisida organik alami yang diperoleh dari pohon
Derris.Senyawa ini berfungsi sebagai insektisida yang menyerang permukaan
tubuh hama.
● Neem merupakan ekstrak dari pohon Neem (Azadirachta indica). Penggunaan
Neem sebagai insektisida hayati dimulai sejak 40 tahun lalu. Ekstrak neem
mengganggu cara sistem pencernaan serangga, khususnya golongan Lepidoptera
(ngengat dan kupu-kupu beserta larvanya). Selain itu neem juga bertindak sebagai
pengatur tumbuh dimana menyebabkan beberapa jenis serangga terus berada pada
kondisi larva dan tidak mampu tumbuh matang.
Bakteri Bacillus thuringiensis menghasilkan toksin Bt yang bisa mematikan serangga
yang memakannya.Toksin Bt aktif pada pH basa dan menyebabkan aliran pencernaan
serangga tiris sehingga berujung pada kematian.Para peneliti telah sukses memindahkan
gen yang bertindak dalam produksi toksin Bt dari B. thuringiensis ke tanaman kapas
sehingga serangga yang memakan tanaman kapas tersebut akan mati.Kapas Bt
merupakan salah satu organisme transgenik yang paling jumlah ditanam di dunia.
BAB III
Kesimpulan dan Saran
3.1 Kesimpulan

1. Disinfektan ini sebagian besar adalah berspektrum luas, artinya tidak hanya
membunuh virus Covid-19 yang disasar.
2. Insektisida adalah bahan-bahan kimia bersifat racun yang digunakan untuk
membunuh serangga.
3. Desinfektan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya
infeksi atau pencemaran oleh jasad renik atau obat untuk membasmi kuman
penyakit.
4. Disinfektan adalah bahan kimia yang digunakan untuk menghambat atau
membunuh mikroorganisme (misalnya pada bakteri, virus dan jamur kecuali spora
bakteri) pada permukaan benda mati
5. Manfaat yang dimiliki pestisida mendorong petani untuk menggunakan pestisida
dalam mengendalikan organisme pengganggu tanaman.
6. Insektisida golongan ini terdiri dari dua kategori, adalah bersifat fotostabil serta
bersifat tidak nonfoto stabil namun termostabil

3.2 Saran
1. Bagi BP4 Kotagede:
➔ Melakukan Desinfeksi ulang menggunakan Desinvektan ‘’V’’diruang
perawatan setiap 2 hari sekali.
➔ Bahwa selain Desinveksi menggunakan Sinar UV alternatif lan yang
mampu menurunkan angka kuman dinding perawatan adalah Desinvektan
‘’V’’
➔ Perlu dilakukan pemantauan angka kuman pada ruang perawatan
khususnya angka kuman dinding.
➔ Penggunaan Desinvektan alternatif lain,selain bahan kimia yaitu
menggunakan ekstrak jeruk nipis,blimbing wuluh,sehingga dapat
meminimalisis biaya.
2. Bagi Peneliti Lain:
➔ Memperpendek jarak waktu pengambilan pos setelah desinfeksi yang
sebelumnya hari menjadi jam.
➔ Menggunakan ekstrak alami seperti ekstrak jeruk nipis,blimbing
wuluh,untuk Desinveksi dinding ruang perawatan BP4 Kotagede.
➔ Melakukan penelitian mikroba spesien Mycobacterium Tuberculosis
Pada dinding ruang perawatan.
DAFTAR PUSTAKA

English, LM (2005). "Organic Gardening–Natural Insecticides". New Mexico


State University. Diakses 06-07-2011 House of Commons Committees.
"History of Pesticide Use". Parliament of Canada. Diakses 06-07-2011.
Heller, JL (2010). "Insecticide Poisoning". Medline Plus. Diakses 06-07-2011
Kardinan. 2002. Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasi. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Praubhudesai (2007). "Environmental Effects of Insecticides/Herbicides". Worm
Digest. Diakses 06-07-2011.
Sherman, RW (1955), The Rotarian, Rotary International, p. 26 Text "ISSN
0035-838X" ignored (help); Missing or empty |title= (help) (DDT
dikomersialkan tahun 1946 lihat di Penelusuran Buku Google)"Bacillus
thuringiensis". University of California San Diego. Diakses 06-07-2011 )
Bennet, SM (2003). "Insecticide". PiedPiper. Diakses 06-07-2011
"Herbicides and Insecticides - Specific Chemicals and Health Effects".
History of Water Filters. 2010. Diakses 06-07-2011.
Sutarni, S. 2007. Sari ‘’Neurotoksikologi’’. Yogyakarta: Pustaka Cendekia Press.
Swadaya.
Tabashnik, BE (2011). "Pesticide Resistance - History and Extent of Insecticide
Resistance, Genetics and Biochemistry of Resistance, Delaying Evolution
of Resistance". Diakses 06-07-2011.
WALHI (Wahana Sekitar yang terkait Hidup). 1987. Teropong Persoalan
Pestisida (Terompet). Jakarta: WALHI.

Anda mungkin juga menyukai