Disusun Oleh:
HALAMAN SAMPUL................................................................................................................ i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................
Puji Syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas kehendak-
Nyalah makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini berisi tentang : Mekanisme Kerja dan Efek Desinfektan Organik, Anorganik,
dan Insektisida. Penulisan makalah ini didasarkan pada materi-materi yang kami dapat dari
berbagai sumber. Penulisan materi ini dibuat dengan langkah-langkah dan metode yang
sistematis sehingga dapat dengan mudah dipahami.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Para pekerja kebun dikenali telah memakai sabun untuk mengontrol pertumbuhan
hama serangga sejak awal tahun 1800 an.Di awal abad ke 19, sabun yang terbuat dari
minyak ikan paling jumlah digunakan. Cara-cara tersebut cukup efektif, meski harus
diberikan berkali-kali dan kadang justru mematikan tanaman.Belakang dikenali juga
beradanya penggunaan campuran bawang putih, bawang merah, dan lada atau beragam
jenis konsumsi yang lain, namun tidak cukup efektif membunuh serangga.
Penggunaan insektisida sintetik pertama dimulai pada tahun 1930 an dan mulai
meluas sesudah hasilnyanya Perang Dunia II.Pada tahun 1945 hingga 1965, insektisida
golongan organoklorin digunakan secara lapang sama berat untuk pertanian maupun
kehutanan. Salah satu produk yang paling terkenal adalah insektisida DDT yang
dikomersialkan sejak tahun 1946. Berikutnya mulai muncul bersamaan golongan
insektisida sintetik lain seperti organofosfat, karbamat, dan piretroid pada tahun 1970 an.
Sejak tahun 1995, tanaman transgenik yang membawa gen resistensi terhadap serangga
mulai digunakan.
Pestisida adalah zat untuk membunuh atau mengendalikan hama. Food and
Agriculture Organization (FAO) mendefinisikan bahwa pestisida adalah setiap zat yang
diharapkan sebagai pencegahan, menghancurkan atau pengawasan setiap hama termasuk
vektor terhadap manusia atau penyakit pada binatang, dan tanaman yang tidak disukai
atau binatang yang menyebabkan kerusakan selama proses produksi berlangsung,
penyimpanan atau pemasaran makanan, komoditi pertanian, kayu dan produksi kayu,
atau bahan makanan binatang (Sutarni, 2007).
Menurut The United States Environmental Pesticide Control Act, dalam
Djojosumarto (2004), pestisida adalah sebagai berikut.
Memuat zat atau campuran zat yang khusus digunakan untuk mengendalikan,
mencegah atau menangkal gangguan serangga, binatang mengerat, nematoda, gulma,
virus, bakteri, jasad renik yang dianggap hama, kecuali virus, bakteri dan jasad renik
lainnya yang terdapat pada manusia dan binatang dan zat yang digunakan untuk mengatur
pertumbuhan tanaman atau pengeringan tanaman.
Manfaat yang dimiliki pestisida mendorong petani untuk menggunakan pestisida
dalam mengendalikan organisme pengganggu tanaman. Pestisida tidak hanya dapat
membunuh organisme sasarannya saja melainkan dapat membunuh bukan sasarannya,
seperti manusia. Hal ini dikarenakan masih banyak petani yang menggunakan pestisida
tanpa memperhatikan segi ekologi dan kesehatan, meskipun sudah banyak peraturan
mengenai pemakaian pestisida yang dikeluarkan oleh pemerintah (Alsuhendra dan
Ridawati, 2013).
Ada berbagai macam dan jenis insektisida dan desinfektan dan juga mekanisme
kerjanya serta efeknya
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian lain dari desinfektan adalah senyawa kimia yang bersifat toksik dan
memiliki kemampuan membunuh mikroorganisme yang terpapar secara langsung oleh
desinfektan.Desinfektan tidak memiliki daya penetrasi sehingga tidak mampu membunuh
mikroorganisme yang terdapat di dalam celah atau cemaran mineral.Selain itu disinfektan
tidak dapat membunuh spora bakteri sehingga dibutuhkan metode lain seperti sterilisasi
dengan autoklaf
Insektisida adalah zat atau senyawa kimia yang digunakan untuk mematikan atau
memberantas serangga Berbagai jenis insektisida beredar di pasaran dengan bermacam-
macam merk dagang dan di jual secara bebas (Djojosumarto, 2008).
➢ Desinfeksi :Bahan kimia atau pengaruh fisika yang digunakan untuk mencegah
terjadinya infeksi atau jasad renik seperti bakteri dan virus, juga untuk
membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit
lainnya (terhadap benda mati)
➢ Desinfektansia :Senyawa untuk mencegah infeksi dengan jalan penghancuran atau
pelarutan jasad renik patogen dikenakan pada jaringan tak hidup: ruang operasi,
alat-alat operasi, lantai
2.2 Proses Yang Dapat Dilakukan Dalam Pengendalian Desinfektan dan Insektisida
Disinfektan
Penggunaan senyawa ini diterapkan pada permukaan, peralatan atau benda mati
lainnya, sehingga kadarnya lebih toksik. Jika salah digunakan bisa menyebabkan
pengerasan kulit, luka serta peradangan. Desinfektan sering digunakan untuk peralatan
pembersih rumah tangga. Desinfektan mengandung glutaraldehyde, vantocil, ftalaldehida
dan formaldehida.
Desinfeksi
Chlorhexidine digunakan di rumah sakit berbagai negara sebagai antiseptik.
Sangat efektif sebagai desinfektan pada kulit sebelum operasi, cuci tangan sebelum
operasi serta sebagai desinfektan dan alat-alat kedokteran, terutama alat-alat operasi.
Chlorhexidine merupakan antibakteri dengan spektrum yang luas dan sangat efektif untuk
bakteri Gram (+), Gram (), bakteri ragi, jamur serta protozoa; algae dan virus.
chlorhexidine
Cara kerja :
Telah dibuktikan bahwa chlorhexidine dapat mengikat bakteri, mungkin
disebabkan adanya interaksi antara muatan positif dan molekul-molekul chlorhexidine
dengan dinding sel yang bermuatan negatif. Interaksi ini akan meningkatkan
permeabilitas dinding sel bakteri yang menyebabkan terjadinya penetrasi ke dalam
sitoplasma yang menyebabkan kematian mikroorganisme. Streptokokus tertentu dapat
terikat oleh chlorhexidine pada media polisakarida di luar selsehingga dapat
meningkatkan sensitivitas streptokokus dalam rongga mulut terhadap chlorhexidine.
Etanol dengan konsentrasi minimal 60% sudah diketahui dapat melarutkan bagian
lipid atau lemak dari dinding virus sehingga virus akan rusak. Karena etanol juga mampu
larut dengan air, maka sangat menguntungkan karena dapat melarutkan virus yang
amplopnya bersifat larut air (non-lipophilic virus). Bahan golongan klorin (contohnya
klorin dioksida, sodium hipoklorit, asam hipoklorit) dapat membunuh virus dengan jalan
masuk menembus dinding virus dan akan merusak bagian dalam virus. Klorin adalah
cairan/bahan yang mudah menguap, sehingga memiliki risiko mengganggu pernafasan
bila terhirup dan menimbulkan sesak nafas sampai iritasi paru-paru, sesuai banyaknya
klorin yang terhirup. Benzalkonium klorida, salah satu golongan surfaktan kationik yang
saat ini banyak digunakan pada cairan disinfektan, juga mampu merusak dinding virus.
Apabila terhirup juga dapat menimbulkan bahaya dalam pernafasan dan beberapa orang
dapat mengalami reaksi alergi atau kambuhnya asma. Hidrogen peroksida (H2O2)
merupakan senyawa oksidator kuat yang dapat merusak dinding virus dan mampu
merusak material di dalamnya. Penggunaan hidrogen peroksida secara berlebihan akan
menyebabkan iritasi hingga rusaknya kulit. Penggunaan bersama-sama antara hidrogen
peroksida (1%) dengan peracetic acid (0,08%) juga efektif untuk merusak dinding virus.
Informasi ini semua dapat ditemukan dalam website Centers for Disease Control and
Prevention
` Lenntech juga menyebutkan gas ozon sebagai alternatif desinfektan yang dapat
membunuh bakteri. Sejatinya ozon merupakan gas toksik bagi manusia yang dalam
konsentrasi tinggi dapat menyebabkan mulut kering, batuk, sakit kepala dan rasa tercekik.
Oleh karena itu, pemakaian ozon harus dilengkapi dengan monitor untuk memantau
konsentrasi ozon di udara. Dosis aman ozon di udara adalah kurang dari 0,3 ppm dengan
durasi maksimal 15 menit. Udara harus dijaga kelembabannya, karena adanya molekul
air dapat menyebabkan terbentuknya radikal hidroksida (-OH radikal) dan dapat juga
berikatan dengan nitrogen udara yang selanjutnya membentuk asam nitrat yang bersifat
korosif (10). Karena itu, penggunaan ozon sebagai desinfektan harus mempertimbangkan
kelembaban udara (harus kering), kadar ozon, durasi paparan, dan dilakukan pada
ruangan tertutup.
POVIDONE IODINE
Efek betadine terhadap bakteri rongga mulut sangat cepat dan pada konsentrasi
yang tinggi dapat mematikan bakteri rongga mulut. Bila dibandingkan dengan
chlorhexidine, betadine hanya sedikit mempunyai sifat anti plak.
❖ Karies gigi
Karies gigi terjadi karena demineralisasi jaringan gigi yang secara klinis
akan tampak adanya lubang pada gigi. Karies dapat disebabkan oleh
mikroorganisme dah plak gigi dan dapat diperberat oleh makanan mengandung
karbohidrat; namun tidak ada hubungan langsung antara terjadinya karies dan
konsumsi gula. Bakteri plak akan meragikan gula dan menghasilkan asam organik
dengan pH rendah; suasana asam akan menyebabkan terjadinya kerusakan enamel
yang 95% diantaranya adalah hidroksiapatit dan menyebabkan terjadinya
demineralisasi dan karies. Chlorhexidine efektif sebagai anti-plak sehingga dapat
mencegah terjadinya karies
❖ Hexetidine
Sebagai obat kumur termasuk golongan antiseptik dan merupakan derivat
piridin. Mempunyai sifat antibakteri, bermanfaat untuk bakteri Gram positif dan
Gram negatif, dan dapat digunakan untuk mengurangi terjadinya keradangan.
Hexetidine merupakan antibakteri dengan spektrum luas dengan konsentrasi
rendah bermanfaat untuk mikroorganisme rongga mulut. Hexetidine dapat
digunakan pada penderita dengan radang rongga mulut dan nasopharynx.
Hidrogen peroksida (H202) merupakan antiseptik karena dapat melepaskan
oksigen sebagai zat aktif Sebagai obat kumur biasanya dipakai konsentrasi 3%.
Pemakaian hidrogen peroksida sebagai obat kumur dapat mencegah/menghambat
pertumbuhan bakteri.
Berikut adalah 10 kriteria suatu desinfektan dikatakan ideal, yaitu :
1. Bekerja dengan cepat untuk menginaktivasi mikroorganisme pada suhu kamar
2. Aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organik, pH, temperatur dan kelembaban
3. Tidak toksik pada hewan dan manusia
4. Tidak bersifat korosif
5. Tidak berwarna dan meninggalkan noda
6. Tidak berbau/ baunya disenangi
7. Bersifat biodegradable/ mudah diurai
8. Larutan stabil
9. Mudah digunakan dan ekonomis
10. Aktivitas berspektrum luas.
1. Disinfektan ini sebagian besar adalah berspektrum luas, artinya tidak hanya
membunuh virus Covid-19 yang disasar.
2. Insektisida adalah bahan-bahan kimia bersifat racun yang digunakan untuk
membunuh serangga.
3. Desinfektan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya
infeksi atau pencemaran oleh jasad renik atau obat untuk membasmi kuman
penyakit.
4. Disinfektan adalah bahan kimia yang digunakan untuk menghambat atau
membunuh mikroorganisme (misalnya pada bakteri, virus dan jamur kecuali spora
bakteri) pada permukaan benda mati
5. Manfaat yang dimiliki pestisida mendorong petani untuk menggunakan pestisida
dalam mengendalikan organisme pengganggu tanaman.
6. Insektisida golongan ini terdiri dari dua kategori, adalah bersifat fotostabil serta
bersifat tidak nonfoto stabil namun termostabil
3.2 Saran
1. Bagi BP4 Kotagede:
➔ Melakukan Desinfeksi ulang menggunakan Desinvektan ‘’V’’diruang
perawatan setiap 2 hari sekali.
➔ Bahwa selain Desinveksi menggunakan Sinar UV alternatif lan yang
mampu menurunkan angka kuman dinding perawatan adalah Desinvektan
‘’V’’
➔ Perlu dilakukan pemantauan angka kuman pada ruang perawatan
khususnya angka kuman dinding.
➔ Penggunaan Desinvektan alternatif lain,selain bahan kimia yaitu
menggunakan ekstrak jeruk nipis,blimbing wuluh,sehingga dapat
meminimalisis biaya.
2. Bagi Peneliti Lain:
➔ Memperpendek jarak waktu pengambilan pos setelah desinfeksi yang
sebelumnya hari menjadi jam.
➔ Menggunakan ekstrak alami seperti ekstrak jeruk nipis,blimbing
wuluh,untuk Desinveksi dinding ruang perawatan BP4 Kotagede.
➔ Melakukan penelitian mikroba spesien Mycobacterium Tuberculosis
Pada dinding ruang perawatan.
DAFTAR PUSTAKA