Anda di halaman 1dari 8

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

IDENTIFIKASI PARASETAMOL DALAM JAMU


Okhe Rosmalia
C2021050039
Program Studi Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Gombong Jl. Yos Sudarso No. 461 Gombong, Kebumen 54411, Indonesia

Abstrak
Jamu merupakan bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian
(galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan
untuk pengobatan. Jamu merupakan jenis obat tradisional yang paling sederhana, dimana
pembuktian ilimiah atas khasiat dan keamanannya hanya didasarkan pada bukti-bukti secara
empiris atau turun temurun. Bahan baku yang digunakan juga tidak diwajibkan untuk
dilakukan standarisasi namun tetap harus memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan
(Farmakope atau Peraturan Kepala Badan). Karena tingkat pembuktiannya umum, maka
klaim Jamu juga tidak boleh melebih-lebihkan.
Kata kunci: KLT, Jamu Pegal Linu,Paracetamol

Jamu merupakan ramuan Bahan baku obat herbal dr


tradisional kesehatan yang telah dikenal berbagai jenis mempunyai khasiat obat,
secara turun temurun dan digunakan berbentuk,rimpang,akar,kulitkayu,buah,
oleh masyarakat Indonesia untuk dan bunga.Bahan-bahan tersebut dapat
memenuhi kebutuhan akan digunakan,dalambentuksegar,keringata
kesehatan.Gaya hidup yang kembali ke u simplisia.Simplisia adalah bahan
alam (Back to nature) alami yang belum mengalami
menyadarkan masyarakat akan pengolahan apapun. Simplisia dapat
pentingnya penggunaan bahan alami dimanfaatkan untuk pembuatan jamu
(obat tradisional) sebagai obat.Animo serbuk,jamu gendong, atau jamu
masyarakat yang meningkat terhadap ramuan pribadi yang dikonsumsi dengan
penggunaan obat alami membuat direbus atau diseduh (Rukmi, 2009).
perkembangan industri herbal medicine Mengendalian kualitas obat
dan health food di Indonesia juga herbal untuk mencegah perkembangan
semakin meningkat. Penggunaan untuk bakteri dan jamur kontaminan pada
jamu tradisional sering mendapat proses pembuatan jamu serbuk proses
keluhan karena tingginya tingkat pemanenan,baku,transportasi tanaman
kontaminasi bakteri dan jamur (BPOM, obat menjadi subjek yang
2013) penyimpanan,produksi,dan
pendistribusian dapat menyebabkan melakukan pengawasan yang antara lain
mengakibatkan pembusukan dan dilakukan melalui inspeksi pada sarana
produksi mikotoksin (Mandeel, 2005). distribusi serta pengawasan produk di
Saat ini Badan POM masih peredaran dengan cara sampling dan
menemukan beberapa produk obat pengujian laboratorium terhadap produk
tradisional yang didalamnya dicampuri yang beredar. Informasi adanya BKO
bahan kimia obat (BKO). BKO di dalam didalam obat tradisional juga bisa
obat tradisional inilah yang menjadi diperoleh berdasarkan laporan /
selling point bagi produsen Hal ini pengaduan konsumen maupun laporan
sampai saat ini Badan POM masih dari Yayasan Badan Perlindungan
menemukan beberapa produk obat Konsumen Nasional (Yabpeknas).
tradisional yang didalamnya dicampuri Bahan - bahan kimia berbahaya
bahan kimia obat (BKO). BKO di dalam yang sering digunakan meliputi
obat tradisional inilah yang menjadi Metampiron, Fenil butazon,
selling point bagi produsen Hal ini Deksametason, Allopurinol, CTM,
kemungkinan disebabkan kurangnya Sildenafil sitrat, Tadalafil dan
pengetahuan produsen akan bahaya Parasetamol. Obat yang mengandung
mengkonsumsi bahan kimia obat secara bahan kimia tersebut memiliki efek
tidak terkontrol baik dosis maupun cara samping berbahaya. Misalnya jamu
penggunaannya atau bahkan semata- yang mengandung Fenilbutazon dapat
mata demi meningkatkan penjualan menyebabkan peradangan lambung
karena konsumen menyukai produk obat dalam jangka panjang akan merusak
tradisional yang bereaksi cepat pada hati dan ginjal (Latif, 2018).
tubuh. Konsumen yang tidak menyadari Pada praktikum ini,
adanya bahaya dari obat tradisional yang menggunakan metode KLT
dikonsumsinya, apalagi memperhatikan (Kromatografi Lapis Tipis) dengan
adanya kontra indikasi penggunaan cara membuat baku pembanding
beberapa bahan kimia bagi penderita mengekstraksi sampel dan
penyakit tertentu maupun interaksi menotolkan pada plat KLT,
bahan obat yang terjadi apabila kemudian di evaluasi dengan fase
pengguna obat tradisional sedang gerak kloroform: etanol (9:1),
mengkonsumsi obat lain, tentunya kloroform: aseton (8:2), dan
sangat membahayakan. Untuk itulah methanol: kloroform (2:8).
BPOM secara berkesinambungan
Selanjutnya, dianaliss secara  Pembuatan Pembanding
kualitatif dengan cara melihat nilai Paracetamol
Rf. Setelah analisis kualitatif BKO
Paracetamol ditimbang
yang diteliti ditemukan pada
sebanyak 0,05 gram, setelah itu
sampel, kemudian dihitung besarnya
dimasukkaan ke mortar dan
kadar BKO dalam sampel. Tujuan
digerus hingga halus, tambahkan
dari praktikum ini yakni untuk
kloform PA secukupnya untuk
menganalisis paracetamol dalam
melarutkan paracetamol. Tuang
jamu pegal linu.
kedalam labu ukur kemudian di
ad sampai tanda batas atau
II. METODE sampai 10 ml, lalu digojog
Alat dan bahan sampai homogen. Selanjutnya
Alat yang digunakan antara lain larutan di saring menggunakan
gelas ukur 25 ml, gelas ukur 10 ml, kertas saring.
gelas ukur 5 ml, Erlenmeyer 50 ml,  Pembuatan Larutan Uji
pipet tetes, spatula, pipa kapiler, Sampel jamu pegal linu
cawan porselen, beaker glass, mortar ditimbang sebanyak 0,05 gram,
dan stemper, oven, KLT, labu ukur. lalu dimasukkaan ke mortar dan
Bahan yang digunakan antara lain digerus hingga halus kemudian
Paracetamol, Jamu pegal linu, tambahkan kloform PA
Kloroform PA, Aseton PA, Etanol secukupnya untuk melarutkan
PA, Metanol PA, Silika gel GF254, jamu. Masukkan kedalam labu
Kertas Saring. ukur kemudian di ad sampai tanda
Waktu batas atau 10 ml, lalu digojog
Dilaksanakan pada hari Sabtu18 sampai homogen. Selanjutnya
Maret 2023 Pukul 10.50-16.00WIB. larutan di saring menggunakan
kertas saring.
Teknik
 Pembuatan Fase Gerak
Teknik yang digunakan pada
Fase gerak jenis A, yaitu 9
praktikum adalah kromatografi lapis
ml kloroform dan 1 ml etanol
tipis.
untuk membuat fase gerak dengan
Rancangan percobaan
pembandingan 9:1, Kemudian
masukkan etanol dan kloroform
kedalam gelas ukur tunggu hingga nilai Rf baku standar BKO
jenuh. Fase gerak jenis B, yaitu 8 (Bahan Kimia Obat).
ml kloroform dan 2 ml aseton 2) Uji Organoleptik
untuk membuat fase gerak dengan Ambil secukupnya sampel,
pembandingan 8:2, Kemudian Kemudian amati bau, warna,
masukkan aseton dan kloroform serta rasanya.
kedalam gelas ukur tunggu hingga 3) Analisis Data
jenuh. Dan fase gerak jenis C, Sampel mengandung BKO
yaitu yaitu 2 ml metanol dan 8 ml (Bahan Kimia Obat), Bila nilai
kloroform untuk membuat fase Rf larutan uji dan larutan baku
gerak dengan pembandingan 2:8, paracetamol yang sama yakni
Kemudian masukkan metanol dan paracetamol. Perhitungan nilai
kloroform kedalam gelas ukur Rf dengan rumus sebagai
tunggu hingga jenuh Cara berikut:
menjenuhkan eluen atau fase
gerak yang digunakan yaitu
dengan cara memasukkan ke
Keterangan: Nilai Rf dinyatakan
dalam gelas ukur yang terdapat
hingga angka 1,0. Nilai Rf yang
fase gerak dan tunggu hingga
baik menunjukan pemisahan
cairan naik sampai ke atas.berikut
yang cukup baik yakni berkisar
uji yang diamati:
antara 0,2-0,8.
1) Uji KLT
Totolkan larutan uji (jamu
III. HASIL
pegal linu) da larutan sampel  Deskripsi produk
paracetamol pada plat KLT Hasil deskripsi produk dari sampel
yang sama, Masukkan plat jamu pegal linu jamu jago dapat
KLT pada erlenmeyer dilihat pada tabel 1.Hasil
kromatografi yang telah berisi pengamatan mengenai deskripsi
fase gerak atau eluen yang produk memenuhi persyaratan
berbeda. Amati titik noda pada kemasan produk yang baik.
plat KLT, Hitung Nilai Rf
(Retention factor) Serta
bandingkan nilai Rf dengan
Tabel 1. deskripsi produk dan uji Table 3. hasil pengujian kromatografi
organoleptis lapis tipis pada Panjang gelombang 365
nm
1).Nama Jamu Jago
2).Produsen PT. INDUSTRI DJAMU
DAN PHARMASI Plat Sampel Sinar Warna Nilai Hasil
3.)Komposisi Zingiberis Aromaticae KLT
RF Bercak RF
Rhizoma UV UV
Curcumae xanthorrhizae
365
Rhizoma
Piperis Rectrofracti Fructus 1.)Plat Paracetamol - - - -
Eucalyptus Globulus Fructus A
Jamu Uap 0,77 Hijau 0,77 -
4.)Khasiat Membantu meredakan pegal
dan linu dan sakit otot 2.)Plat Paracetamol -
pinggang B
Jamu Uap 0,98 Hijau 0,98 -
5.)Organoleeptik Rasa pahit bentuk serbuk, bau
khas, dan warna kuning 3.)Plat Paracetamol - - - -
C
Hasil uji organoleptik produk jamu Jamu Uap 0,97 Hijau 0,97 -

pegal linu jamu JAGO dapat dilihat pada


Tabel 1. Dari hasil pengamatan organoleptik, Gambar 1. Hasil
pengamatan KLT pada sinar UV
jamu pegal linu jamu JAGO sama seperti 254 nm
jamu pegal linu pada umumnya.
Uji kromatografi lapis tipis Hasil
pengujian kromatografi lapis tipis (KLT)
produk jamu pegal linu jamu JAGO dapat
dilihat pada Tabel 2

Table2. Hasil pengujian kromatografi


lapis tipis pada Panjang gelombang
254 nm Gambar 2. Hasil
Plat KLT Sampel Sinar Warna Nilai RF Hasil
pengamatan KLT pada sinar UV
365
RF Berca UV 254
k UV

1.)PLAT Paracetamol - Hitam 0,82(positif) Positif


A Positif
Jamu Uap 0,77 Hitam 0,82

2.)PLAT Paracetamol - Hitam 0,95 Negatif


B
Jamu Uap 0,98 - -
-
3.)PLAT Paracetamol - Hitam 0,69 Negatif
C
Jamu Uap 0,97 Hitam 0,72
Negatif
IV. PEMBAHASAN lipofilitas rendah tidak larut dalam
Pada praktikum kali ini lipid atau polar maka nilai Rf akan
melakukan uji identifikasi semakin tinggi. Fase gerak yang
paracetamol pada sampel jamu digunakan dilakukan pemilihan
pegal linu dengan merek dagang beberapa campuran fase gerak atau
JAMU JAGO. Metode yang eluen dengan berbagai
dilakukan menggunakan perbandingan untuk mendapatkan
kromatografi lapis tipis dengan fase campuran fase gerak yang optimum
diamnya yaitu plat silika gel dan (Gunardi, dkk., 2009)
fase geraknya yaitu kloroform : Setelah itu menyiapkan fase
etanol (9:1), klorofoem : aseton gerak yaitu campuran larutan
(8:2), metanol : kloroform (2:8). dengan perbandingan kloroform:
Silika gel yang digunakan memiliki etanol (9:1), kloroform: aseton,
sifar polar sedangkan fase gerak (8:2), metanol : kloroform (2:8).
yang digunakan memiliki sifat non Setelah itu campuran eluen tersebut
polar dan akan menahan senyawa di jenuhkan terlebih dahulu dengan
yang polar pada fasa diam yang cara memasukkan kertas saring
bersifat polar dan akan membawa dengan posisi berdiri dan tunggu
senyawa yang kurang polar naik ke hingga cairan naik sampai kertas
atas. Sebelum melakukan bagian atas.
percobaan, Langkah awal yang Menimbang sampel jamu dan
dilakukan adalah mengoven plat paracetamol masing-masing 0,05
KLT untuk mengantivasi silika Gel gram dan di haluskan dalam mortar
sehingga dalam pengamatan dapat yang berbeda. Setelah dirasa halus,
berjalan dengan baik. tambahkan kloroform secukupnya
Selanjutnya membuat eluen untuk melarutkan larutan uji dan
untuk melihat kejenuhan suatu lurat standar. Kemudian masukkan
senyawa. Karena eluen akan ke dalam masing-masing labu ukur
berpengaruh pada nilai Rf. Jika dan di add sampai batas atau sampai
suatu senyawa mempunyai 10 ml. kemudian dikocok sampai
lipofilitas yang tinggi yang mudah homogen. Siapkan Erlenmeyer dan
larut dalam lipid atau non polar, saring masing-masing larutan uji ke
akan mempunyai nilai Rf yang dalam Erlenmeyer menggunakan
rendah. Jika senyawa mempunyai kertas saring.
Kemudian melakukan uji sama. Pada plat B didapat nilai
plat KLT dengan menotolkan Rf paracetamol 0,95 ini
sampel uji pada plat KLT sebanyak menandakan tidak terdapat
2-3 tetes. Plat klt yang dibutuhkan paracetamol pada sampel jamu
ada 3 karena eluen yang digunakan karena nilai Rf pada paracetamol
juga ada 3. Sampel jamu dan tidak ada. Pada plat C nilai Rf
paracetamol di totolkan sejajar agar jamu 0,72 dan nilai Rf
mudah diamati. Setelah itu masing paracetamol 0,69 ini
masing plat KLT dimasukkan ke menandakan tidak terdapat
dalam chamber atau gelas beker dan paracetamol pada sampel jamu
ditutup menggunakan alumunium karena nilai Rf tidak sama.
foil. Diamati sampai eluen
mencapai garis atas yang sudah V. SIMPULAN DAN SARAN
diberi tanda. Kesimpulan yang dapat
Kemudian diamati pada diambil pada praktikum kali ini
sinar UV 254 nm, UV 365, dan sinar adalah sampel jamu pada plat A
tampak. Pada sinar tampak tidak positif mengandung
terdapat bercak pada semua plat paracetamol, sedangkan pada
KLT. Pada sinar UV 254 terdapat plat B dan C negatif
bercak hitam pada plat A, plat B, mengandung paracetamol. Hasil
maupun plat C. Pada sinar UV 365 yang positif karena tidak
terdapat bercak warna hijau pada memiliki selisih pada nilai Rf
semua plat dengan sampel jamu sedangkan hasil yang negatif
uap,namun dengan sampel memiliki selisih pada Rf dan
paracetamol tidak menunjukan dapat di simpulkan juga jika
adanya bercakan warna. hasil yang positif mempunyai
Hasil Rf yang didapat nilai RF yang sama seperti
pada sinar UV 254 nm yaitu plat contoh pada praktikum kami
A dengan sampel jamu didapat kemarin yaitu paracetom
nilai Rf 0,82 dan paracetamol memiliki nilai RF Paracetamol
juga 0,82 ini menandakan bahwa dan jamu sebesar 0,82.Dan
sampel jamu yang diamati fungsi dari sediaan jamu JAGO
mengandung paracetamol ini yaitu untuk Membantu

karena memiliki nilai Rf yang meredakan pegal dan linu dan sakit
otot pinggang sedangkan jika Pharmacy. 2009;06(03):104–
dilihat dari segi organoleptisnya 25.
sendiri memiliki ciri sebagai [5] Solomon,W.D.S.,Anand,P.R.V
berikut:Rasa pahit bentuk serbuk, .,&Shukla,R,2010.Aplication
bau khas, dan warna kuning
of TLC-Densitometri Method
for Simultaneus Estimation Of
Paracetamolin Pharmaceutical
VI. DAFTAR PUSTAKA
Dosageforms.(Online).Vol:2.I
[1] Anggraeni, D.L., Rusdi, B dan
SSN:0974-4290Diakses tgl 24
Hilda, A.W., Pengembangan
Maret 2023
Metode Analisis Parasetamol
dan Deksametason Pada
Jamu Pegal Linu Menggunakan
Metode Ekskresi Fasa Pada dan
Kromatografi Cair Kinerja
Tinggi. Prosiding Penelitian
SPeSIA Unisba. 2015.
[2] Gandjar, G. I., dan Rohman, A.,
2014, Kimia Farmasi Analisis,
Pustaka Belajar, Yogyakarta.
[3] Latif A,. Analisis Alupurinol
Pada Sediaan Jamu Serbuk
Asam Urat Yang
Beredar di Purwokerto.
Fakultas Farmasi-
Universitas Muhammadiyah
Purwokerta. 2018. p. 1145.
.
[4] Rahayu WS, Utami PI,
Fajar SI.Penetapan Kadar
Tablet Ranitidin Menggunakan
Metode Spektrofotometri UV-
Vis dengan Metanol.

Anda mungkin juga menyukai