Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Insan Farmasi Indonesia, 2(1) 126-138 Rollando Rollando

Issn cetak 2621-3184


Issn online 2621-4032

PENETAPAN KADAR FENILBUTAZON DAN


PARASETAMOL DIDALAM JAMU PEGAL LINU YANG
BEREDAR DI KOTA MALANG SECARA KROMATOGRAFI
LAPIS TIPIS DENSITOMETRI
Rollando Rollando, Erizcha Debora Embang, Eva Monica
Program Studi Farmasi, Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Ma Chung, Malang, Jawa Timur, Indonesia.
ro.llando@machung.ac.id

ABSTRAK
Penggunaan obat tradisional sangat sering dijumpai, karena
penggunaannya yang bebas tanpa harus berkonsultasi dengan tenaga medis,
sehingga masih didapati penggunaan bahan kimia obat dalam jamu. Bahan kimia
obat yang sering ditambahkan dalam jamu adalah parasetamol dan fenilbutazon.
Pada penelitian ini digunakan sistem KLT Densitometri untuk mendeteksi
parasetamol dan fenilbutazon, agar mendapatkan sistem KLT yang optimal,
validasi meliputi selektivitas, linearitas, akurasi, presisi, batas deteksi dan batas
kuantitasi, dan penetapan kadar parasetamol fenilbutazon dalam sampel jamu
pegal linu. Fase gerak yang optimal dalam deteksi parasetamol dan fenilbutazon
yaitu etil asetat : kloroform (2:1). Dengan panjang gelombang maksimal
parasetamol 240 nm, dan fenilbutazon 237 nm. Metode yang digunakan memiliki
selektivitas, linearitas dan memenuhi kriteria akurasi dan presisi, tetapi pada batas
deteksi dan batas kuantitasi belum memenuhi sesuai dengan yang dipersyaratkan.
Pada 30 sampel jamu, ditemukan 5 sampel positif mengandung fenilbutazon yaitu
j, k, s, u, v dengan persen kadar 9,5053%; 10,6138%; 62,8776%; 42,8839% dan
24,9238%.

Kata kunci: Densitometri, Fenilbutazon, Jamu pegal linu, KLT, Parasetamol

ABSTRACT
Traditional medicine or commonly known as herbal medicine is often
found, because its free to use without consulting medical therefore. Chemical
drugs in the herbal products are still often found. Drug chemicals often added to
herbs are paracetamol and phenylbutazone. In this study TLC Densitometry
system used to detect paracetamol and phenylbutazone, to get optimal TLC
system, validation includes selectivity, linearity, accuracy, precision, LOD and
LOQ, determination of paracetamol and phenylbutazone in herbal
samples.Optimal mobile phase for detection paracetamol and phenylbutazone is
ethyl acetate : chloroform (2:1). Maximum wavelength of 240 nm paracetamol,
237 nm phenylbutazone. The method used has selectivity, linearity and met the
criteria of accuracy and precision, but the limit detection and limit quantitation
do not met requirements. The result of the study 30 samples of herbs, found 5
samples were positive containing phenylbutazone that samples j, k, s, u and v with

Artikel diterima : 2 April 2019


Diterima untuk diterbitkan : 20 Mei 2019 126
Diterbitkan : 28 Mei 201
Jurnal Insan Farmasi Indonesia, 2(1) 126-138 Rollando Rollando
Issn cetak 2621-3184
Issn online 2621-4032

successive percentpercentages of 9,5053%; 10,6138%; 62,8776%; 42,8839% and


24,9238%.

Keywords—densitometry, TLC, traditional herbs, paracetamol, phenylbutazone

PENDAHULUAN biaya yang relatif murah dan resiko efek


Keputusan Menteri Kesehatan samping yang kecil, sehingga masyarakat
No.381/Menkes/SK/III/2007 mengenai memiliki pandangan bahwa obat
Kebijakan Obat Tradisional Nasional tradisional lebih aman dibanding dengan
(KONTRANAS) salah satunya bertujuan obat sintetik. Penggunaan obat tradisional
untuk mendorong pemanfaatan sumber atau jamu yang secara bebas tanpa harus
daya alam dan ramuan tradisional secara berkonsultasi dengan tenaga medis
berkelanjutan untuk digunakan sebagai menjadi alasan mengapa jamu lebih
obat tradisional dalam upaya untuk diminati oleh masyarakat. Walaupun jamu
meningkatan pelayanan kesehatan.Di bersifat alami, namun penggunaannya
Indonesia perkembangan, popularitas dan perlu pengawasan yang ketat dari pihak
penggunaan obat tradisional dalam medis karena cukup berbahaya
berbagai kalangan masyarakat meningkat [2].Berdasarkan peraturan perundang-
didukung dengan sumber daya alam di undangan, obat tradisional dilarang
Indonesia yang sangat kaya akan manfaat. mengandung bahan kimia obat atau
Obat tradisional adalah bahan atau mikroba patogen (BPOM RI,
ramuan bahan yang berupa bahan 2016).Tetapi sampai saat ini penggunaan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, jamu yang mengandung BKO (Bahan
sediaan sarian (galenik), atau campuran Kimia Obat) masih sering dijumpai.
dari bahan tersebut, yang secara turun Beberapa contohnya yaitu berdasarkan
temurun telah digunakan untuk penelitian[1] diilakukan penelitian dengan
pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai KLT terhadap 114 jamu, ditemukan54
dengan norma yang berlaku di masyarakat (45,6%) produk jamu yang mengandung
[1]. obat, beberapa produk jamu mengandung
Ada beberapa hal yang mendasari asam mefenamat (4 produk, 3,5%),
penggunaan jamu sebagai obat, seperti piroksikam (8 produk, 7,0%),

127
Jurnal Insan Farmasi Indonesia, 2(1) 126-138 Rollando Rollando
Issn cetak 2621-3184
Issn online 2621-4032

fenilbutazon (23 produk, 20,2%), efektif dalam pengobatan serangan gout


parasetamol (35 produk, 30,7%). Pada akut [6] .Obat fenilbutazon dapat
tahun 2011, BPOM mengeluarkan daftar menyebabkan peradangan lambung dan
obat tradisional yang mengandung bahan dalam jangka panjang akan merusak hati
kimia obat yaitu poten-zhi kapsul, asam dan ginjal [7].
urat nyeri tulang cap gunung krakatau Salah satu metode analisis yang
serbuk, buah naga kapsul lebah makasar, dapat digunakan menganalisa adanya
dewa dewi kapsul, jamu cap putri sakti bahan kimia obat dalam jamu pegal linu
penyehat badan, jamu tradisional jawa asli adalah menggunakan metode
cap putri sakti, dan lain-lain [4]. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Penggunaan jamu BKO dalam jangka Densitometri. Dengan campuran fase
panjang dapat menyebabkan resiko efek gerak yang dimodifikasi hingga optimal,
samping yang serius. dapat memisahkan sampel berdasarkan
Anti-inflamasi dan analgetik komponen-komponen senyawa.
merupakan salah satu golongan obat Kromatografi Lapis Tipis Densitometri
untuk menghilangkan rasa nyeri yang merupakan teknik kromatografi yang
dapat diperoleh tanpa resep dokter, menggunakan suatu absorben yang
sehingga kemungkinan penggunaannya disalutkan pada suatu lempeng kaca
yang tidak tepat sering terjadi. Misalnya sebagai fase diam dan pengembangan
seperti menjadi bahan campuran atau kromatogram terjadi ketika fase gerak
tambahan dalam jamu. Bahan-bahan tertapis melewati adsorben tersebut.
kimia obat yang sering disalahgunakan Meskipun metode deteksi bahan kimia
adalah parasetamol, fenilbutazon, obat dalam jamu telah banyak
piroksikam, deksametason, CTM, dan dipublikasikan, namun belum ditemukan
sidenafil sitrat [5]. Jika jamu dengan BKO optimasi metode deteksi parasetamol dan
dikonsumsi dalam jangka waktu yang fenilbutazon dalam jamu secara
panjang misalnya pada parasetamol maka Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
akan menyebabkan gangguan kerusakan Densitometri. Oleh sebab itu, penulis
hati, sedangkan pada fenilbutazon yang ingin melakukan optimasi, validasi,
memiliki sifat anti-inflamasi kuat dan penetapan kadar parasetamol dan

128
Jurnal Insan Farmasi Indonesia, 2(1) 126-138 Rollando Rollando
Issn cetak 2621-3184
Issn online 2621-4032

fenilbutazon dalam jamu pegal linu secara ppm, 700 ppm, 600 ppm, 400 ppm dan
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) 300 ppm.
Densitometri yang diharapkan Pembuatan Larutan Sampel
menghasilkan suatu hasil yang efektif Pembuatan larutan sampel dengan
yang dapat digunakan sebagai alat ukur menimbang 50 mg masing-masing sampel
untuk menentukan adanya kandungan jamu, larutkan dengan metanol dalam
bahan kimia obat dalam suatu jamu atau labu 50 ml, jika belum larut dapat
tidak. menggunakan sonikasi selama ± 10 menit.
Perlakuan tersebut juga dilakukan pada
METODE PENELITIAN sampel jamu lainnya. Sebelum dilakukan
Pengumpulan Sampel Jamu Pegal Linu pengujian pada klt semua larutan disaring
Sampel dalam penelitian ini dengan saringan 0,2 mikron.
diperoleh dari beberapa tempat jamu di Penetapan Panjang Gelombang
Malang. Diambil sebanyak 30 sampel Maksimum
jamu ditempat yang berbeda dengan Masing-masing larutan baku
teknik pengambilan sampel yang ditotolkan pada fase diam, kemudian
digunakan adalah non probability dikembangkan dengan fase gerak.
sampling dengan cara purposive sampling Kemudian dibaca absorbansinya pada
dimana pengambilan sampel dilakukan panjang gelombang 200 – 800 nm.
atas dasar pertimbangan peneliti [8]. Pembuatan Fase Gerak
Pembuatan Larutan Baku Parasetamol Pembuatan fase gerak dengan beberapa
dan Fenilbutazon perbandingan antara klorofom, etil asetat,
Larutan baku parasetamol dan metanol dan n-heksan.
fenilbutazon dibuat terpisah dengan
Optimasi Fase Gerak
menimbang masing-masing 50 mg, 45
Lempeng KLT dipotong dengan
mg, 35 mg, 30 mg, 20 mg dan 15 mg.
ukuran tinggi 10 cm dan lebar 4 cm,
Masing-masing dilarutkan dengan
bergantung pada jumlah larutan sampel
metanol dalam labu 50 ml, sehingga
atau larutan baku yang akan dianalisis.
diperoleh konsentrasi 1000 ppm, 900
Tabel 1 Komposisi Fase

129
Jurnal Insan Farmasi Indonesia, 2(1) 126-138 Rollando Rollando
Issn cetak 2621-3184
Issn online 2621-4032

Sebelum lempeng KLT digunakan dioven densitometri sampel jamu tidak terdapat
dahulu selama ± 30 -60 menit dengan puncak kromatogram.
suhu 100-120°C. Larutan sampel atau Tabel 1. Fase gerak
larutan baku ditotolkan pada lempeng No. Fase Gerak Rasio
dengan menggunakan pipa kapiler, jarak 1 Etil Asetat : 2:1
antar bercak ± 1 cm. Siapkan fase gerak Kloroform
sebanyak 10 ml (sesuaikan dengan 2 Metanol : Etil 3:1:4
chamber/gelas). Lempeng dielusi hingga Asetat : N-Heksan
ketinggian sekitar 7 cm dalam chamber 3 Metanol : 2:1
gelas yang sebelumnya telah dijenuhkan Kloroform : Aseton
dengan menggunakan kertas saring. Fase Linearitas
gerak yang digunakan adalah metanol,
Linearitas dilakukan dengan
kloroform, etil asetat dan n-heksan
menggunakan larutan baku, masing-
dengan perbandingan yang beragam.
masing larutan baku ditotolkan pada fase
Hasil pengembangan dari masing-masing
diam yang sama kemudian dikembangkan
larutan baku dengan fase gerak yang
dengan fase gerak yang optimal.
beragam dapat dilihat di UV 254 nm dan
Linearitas kurva baku ditentukan dengan
366 nm. Kemudian hitung Rf dan
menentukan koefisien korelasi (r) dari
resolusinya, pemisahan yang paling baik
analisis regresi linier (y = bx + a) dari
yaitu pada rentang Rf 0,2-0,8 dan resolusi
kurva kalibrasi.
tidak kurang dari 1,5.
Akurasi
Validasi Metode
Selektivitas Studi recovery dilakukan untuk
Larutan sampel dan larutan baku memeriksa akurasi pada metode. Akurasi
yang sudah dianalisis dengan metode dilakukan dengan menganalisis sampel
yang sudah optimal, nilai Rf dan resolusi kalibrasi dengan memilih satu
(hasil kromatogram) dibandingkan konsentrasi. Ditotolkan pada plat silika
dengan data yang sudah didapat. Metode gel dengan replikasi sebanyak 2 kali
akan memenuhi syarat selektivitas apabila dengan volume penotolan 10 µL dan
Rf pada zat uji, kromatogram KLT- dielusi dengan eluen yang sudah optimal.

130
Jurnal Insan Farmasi Indonesia, 2(1) 126-138 Rollando Rollando
Issn cetak 2621-3184
Issn online 2621-4032

Hitung rata-rata persen perolehan pada masing-masing sampel persamaan


kembali. menggunakan persamaan kurva kalibrasi.

Presisi

Presisi diperoleh dengan HASIL DAN PEMBAHASAN

melakukan uji repeatabilitas dan presisi Optimasi Fase Gerak

intermediet. Repeatabilitas (presisi dalam Pada penelitian ini dilakukan


hari) dengan konsentrasi yang berbeda optimasi secara visual atau fisik dan
dan pengulangan replikasi sebanyak 2 dengan klt densitometri. Optimasi
kali. Hitung nilai relatif standar deviasi dilakukan dengan 3 macam fase gerak
(RSD) repeatabilitas untuk mendapatkan nilai rf dan resolusi
serta pemisahan yang optimal. Fase gerak
LOD dan LOQ
yang digunakan adalah metanol : etil
LOD dan LOQ ditentukan dengan
asetat : n – heksana (3:1:4), metanol :
menggunakan data standar deviasi dan
kloroform : aseton (2:1:0) dan etil asetat :
slope kurva kalibrasi. Dengan perhitungan
kloroform (2:1). Sebelum optimasi
nilai Y dimana nila Yb 3 untuk batas
dilakukan plat klt harus diaktivasi dengan
deteksi dan 10 untuk batas kuantitasi.
dioven pada suhu± 100-120°C. Pada
Identifikasi Zat Uji dalam Sampel optimasi secara visual dilakukan masing-
Jamu masing tiga kali replikasi.
Pada identifikasi uji ini,
menggunakan metode yang telah optimal,
dilakukan masing-masing pada tiap
sampel jamu. Tiap larutan sampel
ditotolkan sejumlah 10 µL pada plat KLT.
Kemudian dielusi dengan fase gerak yang
sudah optimal, hasil pengembangan
diukur dengan densitometer pada panjang A B C
gelombang maksimum. Perhitungan kadar Gambar 1. Fase Gerak Metanol : Etil
Asetat : N – Heksana (3:1:4) [A];Fase
sampel dapat dihitung dengan konsentrasi Gerak Metanol : Kloroform : Aseton (2:1:
0) [B]; Etil Asetat : Kloroform (2:1) [C]

131
Jurnal Insan Farmasi Indonesia, 2(1) 126-138 Rollando Rollando
Issn cetak 2621-3184
Issn online 2621-4032

secara manual tidak otomatis.


Optimasi fase gerak dengan
Kromatografi Lapis Tipis Densitometri
memiliki perlakuan hampir sama seperti
optimasi yang dilakukan secara visual
yang bertujuan untuk mendapatkan nilai
A A B C
Rf, resolusi dan pemisahan yang baik. Gambar 2. Fase Gerak Metanol : Etil Asetat :
Dengan menggunakan klt densitometri N – Heksana (3:1:4) [A]; Fase Gerak Metanol
: Kloroform : Aseton (2:1:0) [B]; Etil Asetat
plat akan secara otomatis ditotolkan pada :Kloroform (2:1) [C]
plat kemudian dilakukan scanning yang Berdasarkan hasil penelitian pada

menghasilkan output berupa densitogram optimasi fase gerak yang telah dilakukan,

dan data-data lainnya seperti nilai Rf dan jika dilihat secara visual dengan UV 254

AU. Pada plat yang akan ditotolkan nm fase gerak yang paling baik adalah

senyawa harus diaktivasi dioven pada Etil Asetat : Kloroform (2:1) dilihat

suhu ± 100-120°C. Besarnya ukuran berdasarkan pemisahan antar kedua

totolan, lebar, jarak antar totolan dan senyawa yang cukup jauh. Didapatkan

banyaknya dapat ditentukan sesuai yang dengan perhitungan secara manual nilai

diinginkan. Rf parasetamol 0,41 dan Rf fenilbutazon

Pada penelitian ini digunakan tiga 0,88. Pada perlakuan ini hanya dapat

kali replikasi, pada satu plat jarak antar menghitung nilai Rf karena untuk

totolan 0,9 cm, lebar totolan 4 mm dan menghitung nilai resolusi diperlukan data

jarak antar plat terhadap titik awal totolan kromatogram, sehingga penggunaan klt

adalah 1,5 cm, masing-masing totolan 10 densitometri pada penelitian ini

mikron. Berdasarkan hasil yang didapat didapatkan nilai Rf dan resolusi sebagai

dengan menggunakan tiga macam fase gambar 3. Berdasarkan hasil penelitian

gerak yaitu metanol : etil asetat : n – dengan klt densitometri pada tiga macam

heksana (3:1:4), metanol : kloroform : fase gerak.

aseton (2:1:0) dan etil asetat : kloroform Pada fase gerak etil asetat :

(2:1) dan di UV 237 nm, dapat dilihat kloroform (2:1), metanol : etil asetat : n –

secara visual hasilnya tidak jauh berbeda heksana (3:1:4), dan metanol : kloroform

dengan hasil pada perlakuan penotolan : aseton (2 :1: 0) hasil Rf berturut-turut

132
Jurnal Insan Farmasi Indonesia, 2(1) 126-138 Rollando Rollando
Issn cetak 2621-3184
Issn online 2621-4032

0,4; 0,41 dan 0,38. Sedangkan nilai kloroform : Aseton (2:1:0) didapatkan
resolusi yang dilakukan sebanyak dua hasil Rf berturut-turut dimana pada fase
replikasi pada fase gerak etil asetat : gerak etil asetat : kloroform dilakukan
kloroform (2:1) adalah 1,71; 2,54, dan sebanyak dua kali replikasi adalah 1,21
7,8. Fase gerak metanol : etil asetat : n – dan 1,21; 0,77; 0,75. Nilai resolusi yang
heksana (3:1:4) satu kali replikasi adalah didapat berturut-turut etil asetat :
0,6666 dan 1. Fase gerak Metanol : kloroform pada replikasi pertama adalah
Kloroform : Aseton (2:1:0) satu kali 1,05 dan 1,02, pada replikasi kedua 1,09
replikasi nilai resolusinya adalah 3,71 dan dan 1,02. Pada fase gerak metanol : etil
0,66. asetat : n – heksana dan metanol :
kloroform : aseton masing-masing satu
kali replikasi berturut-turut adalah 0,85
dan 0,85; 3,71 dan 0,66.
Dalam penelitian ini ditemukan
Replikasi 1 Replikasi 2
Gambar 3. Densitogram Parasetamol Fase
hasil fase gerak optimum yaitu fase gerak
Gerak Etil Asetat : Kloroform (2:1) etil asetat : kloroform (2:1) dimana

dapat dilihat pada tabel, bahwa pada pemisahan kedua senyawa parasetamol

senyawa parasetamol yang memiliki hasil dan fenilbutazon memisah dengan baik

Rf yang sama pada tiap fase gerak yaitu dan nilai Rf dan resolusi memenuhi

± 0,4. syarat atau lebih baik dibandingkan kedua


macam fase gerak lainnya.
Hasil Scanning Panjang Gelombang
Maksimum

Pengukuran panjang gelombang


Replikasi 1 Replikasi 2 maksimum masing-masing senyawa
Gambar 4. Densitogram Fenilbutazon Fase parasetamol dan fenilbutazon dilakukan
Gerak Etil Asetat : Kloroform (2:1)
Pada senyawa fenilbutazon pada plat klt yang sebelumnya sudah
dengan tiga macam fase gerak yaitu etil diaktivasi dengan dioven pada suhu±
asetat : kloroform (2:1), metanol : etil 100-120°C, kemudian ditotolkan secara
asetat : n – heksana (3:1:4), dan metanol : otomatis. Dengan menggunakan

133
Jurnal Insan Farmasi Indonesia, 2(1) 126-138 Rollando Rollando
Issn cetak 2621-3184
Issn online 2621-4032

konsentrasi masing-masing senyawa 1000 masing tujuh macam konsentrrasi


ppm dan tiap totol 10 mikron. Pada klt senyawa parasetamol dan fenilbutazon.
densitometri dilakukan scanning dimana Pada penelitiaan ini menggunakan
rentang panjang gelombang dapat konsentrasi 1000 ppm, 900 ppm, 700
disesuaikan. Dalam penelitian ini ppm, 600 ppm, 400 ppm dan 300 ppm.
pengukuran dilakukan pada panjang Dilakukan dua kali replikasi pada
gelombang 200-800 nm dengan rentang masing-masing senyawa dalam satu plat,
50 nm. kemudian dielusi dengan fase gerak
Berdasarkan hasil scanning optimal dan panjang gelombang
didapat panjang gelombang maksimum maksimum yang sudah didapat
parasetamol adalah 240 nm dan sebelumnya yaitu dengan fase gerak etil
fenilbutazon 237 nm. asetat : kloroform (2:1) dan panjang
gelombang maksimum parasetamol 240
nm, fenilbutazon 237 nm.
Persamaan kurva baku
parasetamol dan fenilbutazon berdasarkan
penelitian didapat nilai r adalah 0,9719
Fenilbutazon
dan 0,9980. Pada nilai tersebut
menunjukkan bahwa nilai hampir
memenuhi syarat atau mendekati yang
dipersyaratkan yaitu 0,9999 (Srivastava,
2011). Dapat dilihat babwa semakin kecil

Parasetamol konsentrasi yang digunakan maka


Gambar 5. Densitogram pada panjang semakin kecil juga area under curve atau
gelombang 237 nm (A) dan 240 nm (B)
luas area begitu juga sebaliknya. Dapat
dilihat dari nilai r tabel nilai r yang
Linearitas
didapat memenuhi yaitu tidak kurang dari
Linearitas dilakukan dengan 0,7293. Hal yang memungkinkan nilai r
menghitung nilai kurva kalibrasi, tidak mencapai atau melebihi dari yang
perlakukan ini dilakukan dengan masing- dipersyaratkan adalah pada saat dilakukan

134
Jurnal Insan Farmasi Indonesia, 2(1) 126-138 Rollando Rollando
Issn cetak 2621-3184
Issn online 2621-4032

preparasi pada senyawa larutan peneliti adalah 101,2860, 101,3963 dan 105,8143.
kurang teliti dalam perlakuannya baik Berdasarkan nilai yang dipersyaratkan
dalam hal penimbangan atau pengenceran. menurut AOAC (Association of Official
Dapat dilihat semakin besar Analytical Chemist) recovery 90-110%,
konsentrasi maka nilai AU atau luas area ketiga konsentrasi memenuhi dan
juga semakin besar, sehingga dapat memasuki rentang.
dikatakan bahwa pada kurva kalibrasi presisi
parasetamol dan fenilbutazon memenuhi Pengujian presisi dilakukan untuk
persyaratan linearitas. mengetahui kedekatan antara seri
Akurasi pengukuran dari beberapa pengambilan
Pada akurasi dari tujuh macam pada sampel homogen yang sudah
seri konsentrasi masing-masing dengan ditentukan. Pada penelitiaan ini hanya
dua kali replikasi dipilih tiga konsentrasi menggunakan salah satu kelompok dari
dari level tinggi, tengah dan rendah. presisi yaitu repeatability yang
Dalam penelitian ini dipilih konsentrasi menunjukkan suatu keterulangan pada
tingginya adalah 1000 ppm, tengah 700 suatu kondisi yang sama dan interval
ppm dan rendah 400 ppm. Parameter waktu yang pendek. Berdasarkan
yang digunakan dalam akurasi adalah perlakuan senyawa parasetamol dan
nilai recovery, untuk mencari nilai fenilbutazon dengan tujuh macam seri
recovery pada tiap seri konsentrasi konsentrasi yaitu 1000 ppm, 900 ppm,
diperlukan menghitung kadar terukur. 700 ppm, 600 ppm, 400 ppm dan 300
Kadar terukur dapat dihitung dengan ppm masing-masing dua kali replikasi
persamaan kurva baku yang sudah dihitung nilai RSDnya.
didapat sebelumnya. Berdasarkan hasil presisi dengan
Hasil akurasi pada parasetamol perhitungan RSD pada masing-masing
dan fenilbutazon dipilih tiga seri seri konsentrasi parasetamol dan
konsentrasi 1000 ppm, 700 ppm dan 400 fenilbutazon dan persyaratan yang
ppm berturut-turut nilai recovery menggunakan RSD Horwitz dengan
(1-0,5 log C)
parasetamol adalah 107,6591, 107,8535 rumus2 dimana c merupakan
dan 92,1824. Nilai recovery fenilbutazon kadar dari sampel. Hasil RSD memenuhi

135
Jurnal Insan Farmasi Indonesia, 2(1) 126-138 Rollando Rollando
Issn cetak 2621-3184
Issn online 2621-4032

persyaratan yaitu kurang dari yang Berdasarkan hasil batas deteksi


dipersyaratkan. dan batas kuantitasi parasetamol adalah
Tabel 2. Hasil Presisi Parasetamol 27304,424 g/mL dan 91014,213 g/mL.
Rata- Pada fenilbutazon hasil batas deteksi dan
Rata RSD RSD
Konsentrasi batas kuantitasinya adalah 12200,28
Kadar % Horwitz
Terukur g/mL dan 40667 g/mL. Berdasarkan
1000 1012,86 2,1938 5,6459
dari konsentrasi larutan baku batas
900 837,7524 5,874 5,8096
700 709,7742 1,2351 5,9563 deteksi dan batas kuantitasi belum
600 596,9914 5,9369 6,1135 memenuhi karena melebihi 1000 g/mL.
400 423,2573 3,3797 6,4383
300 294,5306 3,2004 6,7995
Hal ini dapat disebabkan oleh sensitivitas
dari instrumen yang digunakan yaitu klt
Tabel 3. Hasil Presisi Fenilbutazon densitometri, sehingga hasil yang didapat
Rata-
lebih besar.
Rata RSD RSD
Konsentrasi
Kadar % Horwitz Penetapan Kadar Sampel
Terukur
1000 1076,592 4,6892 5,5943 Dilakukan pada 30 sampel jamu
900 985,7417 2,1603 5,669 pegal linu, dengan konsentrasi masing-
700 754,9748 5,3722 5,9013
masing 1000 ppm. Dilakukan elusi
600 565,1021 5,1245 6,1642
400 368,7296 1,1528 6,5734 dengan fase gerak optimal etil asetat :
300 326,2511 2,0474 6,6956 kloroform (2:1), kemudian dilakukan
LOD dan LOQ scanning pada panjang gelombang 200
nm. Berdasarkan hasil scanning beberapa
Penentuan LOD dan LOQ
sampel nilai Rf parasetamol dan
dilakukan pada tujuh seri konsentrasi
fenilbutazon tidak terdeteksi sehingga
yang dapat dilihat dari data pada
tidak dapat dihitung kadarnya.
persamaan kurva kalibrasi. Dengan
Didapatkan 5 sampel positif dari 30
persamaan Y = Yb + 3Sb maka didapat
sampel mengandung fenilbutazon yaitu
nilai LOD atau batas deteksi, sedangkan
sampel j, k, s, u, dan v dengan nilai persen
untuk menentukan LOQ atau batas
kadar berturut-turut 9,5053%; 10,6138%;
kuantitasi dapat menggunakan persamaan
62,8776%; 42,8839% dan 24,9238%,
Y = Yb + 10Sb.
tetapi pada 30 sampel jamu tidak

136
Jurnal Insan Farmasi Indonesia, 2(1) 126-138 Rollando Rollando
Issn cetak 2621-3184
Issn online 2621-4032

ditemukan jamu yang mengandung fenilbutazon 2,1938%; 5,874%;


parasetamol 1,2351%; 5,9369%; 3,3797%; dan
3,2004%. Pada batas deteksi dan
batas kuantitasi pada parasetamol
KESIMPULAN
27304,424 g/mL dan 91014,213
Berdasarkan hasil penelitian yang
g/mL, sedangkan pada fenilbutazon
telah dilakukan maka dapat disimpulkan
12200,28 g/mL dan 40667 g/mL.
sebagai berikut:
Dapat dilihat hasil selektvitas,
1. Hasil optimasi metode deteksi
akurasi, presisi memenuhi sesuai
parasetamol dan fenilbutazon dengan
dengan yang dipersyaratkan, tetapi
KLT Densitometri menunjukkan
pada batas deteksi dan batas
bahwa pemisahan yang baik diperoleh
kuantifikasi belum memenuhi sesuai
pada fase gerak yang etil asetat :
yang dipersyaratkan.
kloroform (2:1).
3. Dengan metode KLT Densitometri
2. Berdasarkan hasil uji yang telah
yang telah dioptimasi dan divalidasi
dilakukan didapat selektivitas dimana
maka dapat digunakan untuk
senyawa dapat terpisah dengan baik,
menetapkan kadar pada sampel jamu
hasil linearitas nilai r yang diperoleh
pegal linu.Dari 30 sampel jamu yang
pada parasetamol dan fenilbutazon
berada dipasaran yang diteliti dengan
berturut-turut 0,9719 dan 0,9980, nilai
menggunakan klt densitometri,
persen recovery (akurasi) pada
didapatkan sebanyak 5 sampel yang
konsentrasi 1000, 700 dan 400 ppm
mengandung senyawa aktif
pada parasetamol adalah 107,6591%;
fenilbutazon kelima sampel tersebut
107,8535% dan 92,1824%, pada
adalah j, k, s, u, dan vdengan persen
fenilbutazon 101,2860%; 101,3963%
kadar masing-masing secara berturut-
dan 105,8143%. Nilai akurasi %RSD
turut 9,5053%; 10,6138%; 62,8776%;
yang diperoleh pada konsentrasi
42,8839% dan 24,9238%.
1000, 900, 700, 600, 400, dan 300
ppm parasetamol adalah 4,6892%;
2,1603%; 5,3722%; 5,1245%;
1,1528%; dan 2,0474%, pada

137
Jurnal Insan Farmasi Indonesia, 2(1) 126-138 Rollando Rollando
Issn cetak 2621-3184
Issn online 2621-4032

UCAPAN TERIMA KASIH Buletin Penelitian Sistem Kesehatan.


Terima kasih di ucapkan kepada program Vol 15 (3): 269-274

studi farmasi Universitas Ma Chung yang


6. ICH. 2005. Validation of Analytical
telah membantu dalam penelitian ini. Procedures: Text and Methodology.
Internasional Conference on
DAFTAR PUSTAKA Harmonization
1. Amelia, Yulida Nasution. 2009.
Penetapan Kadar Zat Aktif
7. Lestari. 2012. Optimasi Pelarut
Parasetamol dalam Obat Sediaan Oral
Etanol-Air dalam Proses Ekstraksi
dengan Metode Kromatografi Cair
Herba Pegagan (Centella asiatica [L]
Kinerja Tinggi (KCKT). Fakultas
Urban) pada Suhu Terukur. Bionatura
Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Jurnal llmu-Ilmu Hayati dan Fisik.
Alam. Universitas Sumatera Utara,
Vol 4 (2)
Medan
2. Bebenista and Nowak. 2014.
8. Myers, R., Montgomery, D., Cook, C.
Paracetamol: Mechanism of Action
2009. Response Surface
Applications and Safety concern. Acta
Methodology. Third ed. John Wiley &
Poloniae Journals. Vol 71 (1): 11-23
Sons. Inc. Hoboken, New Jersey.
Canada
3. Departemen Kesehatan RI. 2012.
Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 007 Tahun
2012 tentang Registrasi Obat
Tradisional

4. [4]. Fonda, J. 2011. Penerapan


Metode Kromatografi Lapis Tipis
(KLT) untuk membedakan Curcuma
domestica Val., Curcuma xanthorrhiza
Roxb., Curcuma zedoaria Rosc.,
Curcuma mangga Val. & van Zijp.,
Curcuma aeroginossa Roxb dalam
campuran. Tugas Akhir. Fakultas
Farmasi Universitas Airlangga.

5. Gitawati. 2013. Analisis Adulterasi


Jamu Pegal Linu yang Diperoleh dari
Pasar di Jakarta dan Sekitarnya.

138

Anda mungkin juga menyukai