Anda di halaman 1dari 25

Universitas Pamulang Teknik Kimia S-1

COVER
KIMIA ANALISA 1

Penyusun:
Muryanto

Jl. Surya Kencana No. 1 Pamulang


Gd. A, Ruang 212 Universitas Pamulang
Tangerang Selatan – Banten

Kimia Analisa 1 i
Universitas Pamulang Teknik Kimia S-1

KIMIA ANALISA 1

Penulis:
Muryanto

ISBN: 978-623-6352-42-7

Editor:
Agustina Dyah Setyowati

Desain sampul:
Putut Said Permana

Tata Letak:
Kusworo

Penerbit:
Unpam Press

Redaksi:
Jl. Surya Kencana No. 1
Pamulang – Tangerang Selatan
Telp. 021-7412566
Fax. 021 74709855
Email: unpampress@unpam.ac.id

Cetakan pertama, 26 Agustus 2021


Hak cipta dilindungi undang-undang.
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa ijin
penerbit.

Kimia Analisa 1 ii
Universitas Pamulang Teknik Kimia S-1

DATA PUBLIKASI UNPAM PRESS


| Lembaga Penerbit dan Publikasi Universitas Pamulang

Gedung A. R. 212 Kampus 1 Universitas Pamulang


Jalan Surya Kencana Nomor 1 Pamulang Barat, Tangerang Selatan, Banten
Website: www.unpam.ac.id | Email: unpampress@unpam.ac.id

Kimia Analisa 1/ Muryanto – 1st ed.


ISBN. 978-623-6352-42-7

1. Kimia Analisa 1 I. Muryanto


M178-26082021-01

Ketua Unpam Press: Pranoto


Koordinator Editorial: Aden, Ali Maddinsyah
Koordinator Hak Cipta: Susanto
Koordinator Produksi: Dameis Surya Anggara
Koordinator Publikasi dan Dokumentasi: Kusworo
Desain Cover: Putut Said Permana

Cetakan pertama, 26 Agustus 2021

Hak cipta dilindungi undang-undang.


Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa ijin
penerbit.

Kimia Analisa 1 iii


Universitas Pamulang S-1 Teknik Kimia

PERTEMUAN 13
ANION

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada pertemuan ini akan dijelaskan mengenai anion, jenis anion dan uji anion.
Setelah menyelesaikan materi pertemuan tiga belas ini mahasiswa mampu mengerti
tentang anion, jenis-jenis anion dan dapat menguji anion.

B. URAIAN MATERI
1. Anion
Pada senyawa ion, selain ion kation kita juga mengenal istilah anion.
Berdasarkan sifat dan karakteristiknya, anion adalah sebuah ion yang bermuatan
negatif. Ion ini bermuatan negative karena untuk kesetabilannya, anion perlu
untuk menerima atau mengambil satu atau lebih elektron. Pada umumnya, anion-
anion yang ada berasal dari non-logam. Hal ini disebabkan senyawa non logam
memiliki mobilitas elektron yang rendah, selain itu juga senyawa non logam
memerlukan elektron untuk menjadi lebih stabil. Ukuran anion umumnya akan
lebih besar dibandingkan kation, karena pada anion memiliki eklektron ekstra.
Pada inti atom, jumlah electron akan bertambah ketika atom menerima electron,
sehingga ion akan bermuatan negative karena kelebihan muatan electron
negatif. Beberapa contoh dari anion adalah sebagai berikut : ion klorida Cl–, ion
oksida O2-, ion iodida I–, ion sulfida S2-, dan ion karbonat CO32-.

Anion secara umum dapat dibagi menjadi beberapa golongan.


Pembagian ini bisa berdasarkan dari sifatnya, karakteristikanya maupun dari
kemampuan dalam reaksinya. Dengan adaya penggolongan ini akan
mempermudah dalam menentukan jenis dari anion. Penggoloangan ini juga akan
mempermudah dalam mengidentifikasi dari sebuah anion. Anion digolongkan
menjadi dua golongan yaitu anion golongan A dan anion golongan B.
Penggolongan anion ini berdasarkan reaksi dengan zat tertentu.

Kimia Analisa 1 145


Universitas Pamulang S-1 Teknik Kimia

2. Penggolongan Anion
a. Anion golongan A

Pembagian yang pertama pada golongan anion adalah anion


golongan A. Anion pada golongan A ini akan menguap atau menghasilkan
gas jika bereaksi dengan asam. Anion golongan ini dibagi menjadi anion yang
bereaksi dengan asam encer dan anion yeng bereaksi dengan asam pekat.
Contoh golongan anion yang menghasilkan gas bila bereaksi dengan asam
encer (asam klorida encer dan asam sulfat encer) adalah karbonat, sulfit,
tiosulfat, nitrit, hypoklorit, sianida dan sianat. Selain dengan asam encer,
golongan anion ini juga jika direaksikan dengan asam pekat (contohnya asam
sulfat pekat) akan menghasilkan gas. Contoh dari anion ini adalah fluorida,
klorida, bromida, iodida, asetat, borat, format, oksalat, perklorat, nitrat, sitrat,
bromate, heksacyanoferrat(ii) dan (iii), tiosianat, tartrat, dan permanganat.

b. Anion golongan B

Anion golongan B adalah kelompok anion yang bereaksi di dalam


larutan. Anion ini dibagi menjadi anion yang mengalami reaksi pengendapan
dan anion yang menghasilkan reaksi okidasi dan reduksi. Anion yanng
mengalami reaksi pengendapan adalah anion yang membentuk endapan jika
anion tersebut bereaksi di larutannya. Anion yang termasuk dalam golongan
ini adalah sulfat, fosfat, sussinat, arsenat, kromat, silikat, salisilat, fosfit,
hipofosfit, arsenit, dikromat, dan benzoat. Selain itu, ada golongan anion
yang mennghasilkan reaksi oksidasi dan reduksi jika bereaksi dalam larutan.
Anion yang termasuk dalam golongan ini adalah manganat, permanganat,
kromat, dikromat.

Tabel 13.1. Pengelompokan Anion Berdasarkan Golongan Anion A dan


Anion Golongan B
Anion Golongan A karbonat, sulfit, tiosulfat, fluorida, klorida, bromida,
sulfida, nitrit, hypoklorit, format, asetat, dan
sanida dan sianat oksalat, perklorat,
permanganat: bromate,
heksacyanoferrat (ii) dan
(iii), tiosianate, tartrat,
dan sitrat
Anion Golongan B sulfat, fosfat, sussinat, manganat, permanganat,
arsenat, kromat, silikat, kromat, dikromat.
salisilat, fosfit, hipofosfit,

Kimia Analisa 1 146


Universitas Pamulang S-1 Teknik Kimia

arsenit, dikromat, dan


benzoat.

Anion juga dapat dibedakan berdasarkan dari penyusunnya yaitu anion


monoatomik dan anion poliatomik.

c. Anion monoatomik,

Anion monoatomik sesuai dengan namanya, anion ini terbentuk dari satu
unsur saja, bukan merupakan campuran dari beberapa unsur. Contoh yang
termasuk dalam anion monoatomic ini diantaranya adalah anion ion klorida.
Anion ini hanya terdiri dari unsur klorida saja yang bermuatan negative.

Tabel 13.2. Anion monoatomik


Anion Monoatomik Rumus kimia Anion
Ion Hidrogen H-
Ion Oksigen O2-
Ion Flor F-
Ion Sulfur S2-
Ion Clor Cl-
Ion Brom Br-
Ion Iodida I-

d. Anion poliatomik

Anion poliatomik adalah anion yang terbentuk lebih dari satu unsur atau
atom. Pada anion poliatomik ini, tidak hanya satu unsur saja, tetapi gabungan
dari beberapa atom atau unsur. Contoh dari anion poliatomik ini misalnya
anion SO42- atau Kation NH4+, anion SO42- terdiri dari unsur S dan unsur O
membentuk SO4. Beberapa contoh dari ion poliatomik lainnya ditunjukkan
pada Tabel 13.2

Tabel 13.3. Anion poliatomik


Anion Poliatomik Rumus kimia Anion
Arsenat AsO43-
Arsenit AsO33-
Bikarbonat HCO3-
Bromat BrO3-
Dikromat Cr2O72-
Dihydrogen Phospat H2PO4-
Hydrogen Phospat HPO42-
Hipoklorit Ocl-

Kimia Analisa 1 147


Universitas Pamulang S-1 Teknik Kimia

Hipobromit OBr-
Hydrogen Sulfat HSO4-
Iodat IO3-
Karbonat CO32-
Kromat CrO42-
Klorat ClO3-
Klorit ClO3-
Nitrat NO3-
Nitrit NO2-
Perklorat ClO4-
Phospat PO43-
Sulfat SO42-
Sulfit SO32-
Thiosulfat S2O32-

Anion juga dapat dibagi berdasarkan sifatnya dalam reaksi reduksi


dan oksidasi. Anion dapat digolongkan sebagai anion pengoksidasi dan
anion pereduksi.

e. Anion Pengoksidasi

Anion yang termasuk ke dalam golongan ini adalah ClO4-, ClO3-, NO3, SO42,
Cr2O72-, IO3, dan lain-lain.
f. Anion Preduksi

Anion dalam golongan ini adalah S2-, S2O32-, SO3-, Cl-, CNS-, CN, [Fe(CN)6)4].

Anion juga dapat digolongkan menjadi golongan sulfat, golongan


halida dan anion golongan nitrat. Anion yang termasuk dalam golongan
sulfat adalah SO42-, SO32-, PO43-, Cr2O42-, BO2-, CO32-, C2O42-,AsO43-. Anion
golongan halide diantaranya Cl–, Br–, I–, S2-. Sedangkan anion golongan
nitrat tediri dari NO3–, NO2–,C2H3O2–.

3. Sifat-Sifat Anion
Setiap anion mempunyai karaktersitik masing-masing, tergantung pada
reaksi yang terjadi. Pada reaksi-reaksi tertentu anion akan memiliki sifat
kesetibangan yang berbeda seperti pada kesetimbangan asam basa,
kesetimbangan redoks dan juga kesetimbangan larutan. Perbedaan hasil dari
reaksi-reaksi tersebutlah yang mendasari dalam identifkasi antara anion.

Kimia Analisa 1 148


Universitas Pamulang S-1 Teknik Kimia

a. Sifat-sifat asam-basa

Anion dapat bereaksi dengan kation, ketika anion bereaksi maka muncul
sifat-sifat asam dan basa dari anion. Jika suatu garam yang larut dalam air
dan mengandung kation dari basa kuat, maka ketika bereaksi dengan anion
dari asam lemah akan dihasilkan larutan yang bersifat basa. Hal ini juga
berlaku sebaliknya.

b. Sifat redoks

Seperti yang telah disebutkan, anion ada yang bersifat sebagai reduktor
dan ada yang bersifat sebagai oksidator. Sifat oksidator dan reduktor ini juga
terkadang dipengaruhi oleh suasana larutan asam atau basa. Contoh dari
sifat redoks ini adalah pada anion CrO42- yang dalam suasana asam akan
bersifat sebagai oksidator kuat. Sedangkan contoh anion yang bersifat
sebagai reduktor adalah anion I-, SO32- yang dalam suasana asam akan
bersifat reduktor.

c. Kesetimbangan larutan

Analisis anion dapat dilakukan salah satunya adalah berdasarkan reaksi


pengendapan. Pada reaksi pengendapan ada sebuah konstanta yang
dikenal sebagai konstanta kelarutan (Ksp). Nilai Ksp ini menentukan apakah
suatu senyawa akan terlarutkan atau dapat terendapkan. Beberapa uji
spesifik dari anion ditentukan berdasarkan dari nilai kelarutannya, sebagai
contoh reaksi antara anion dengan kation barium. Reaksi dengan barium
dijadikan identifikasi dari anion karena menghasilkan produk yang berbeda
nilai kelarutannya. Berdasarkan nilai kelarutan berbagai garam, hanya
barium sulfat yang dapat diendapkan dari larutan suasana asam yang
dihasilkan dari asam kuat encer.

4. Identifikasi Anion
Berbeda dengan analisa kation, analisa anion tidak sistematik.
Penggolongan anion diantaranya dapat dilakukan berdasarkan kelarutan garam-
garam perak, garam-garam kalsium, barium dan seng. Analisa anion akan lebih
mudah jika dilakukan dalam keadaan larutannya. Larutan ekstrak soda dapat
digunakan untuk meningkatkan kelarutan dari anion. Uji pendahuluan anion

Kimia Analisa 1 149


Universitas Pamulang S-1 Teknik Kimia

dilakukan untuk mengetahui keberadaan anion di dalam larutan. Setelah uji


pedahuluan, kemudian dapat dilanjutkan dengan uji spesifik tergantung daria
kandungan anion yang ada.

a. Uji Pendahuluan untuk Anion

Uji pendahuluan anion bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya anion


dalam larutan/sampel. Uji pendahuluan dilakukan untuk memisahkan anion
yang bersifat oksidator dengan anion yang bersifat reduktor berdasarkan
reaksinya dengan larutan asam perklorat, HCLO4 encer dan kation perak
Ag+. Identifikasi uji pendahuluan berdasarkan pada ciri-ciri reaksi kimia
berdasarkan sifat fisika yang terjadi seperti terjadinya endapan, perbedaan
warna dan terbentuknya gas.

1) Deteksi adanya anion pengoksidasi

Anion pengoksidasi dapat diketahui keberadaanya dalam larutan jika


larutan tersebut terbentuk endapan jika direaksikan dengan larutan
mangan (II) klorida MnCl2.. Jika sampel larutan mengandung anion
pengoksidasi, maka ketika diteteskan kedalam larutan MnCl2 dalam
larutan HCl pekat akan terbentuk endapan berwarna merah – coklat
sampai hitam.

analit anion

atau atau

MnCl2 endapan endapan endapan


merah coklat hitam

Gambar 13.1. Uji pendahuluan anion

Kimia Analisa 1 150


Universitas Pamulang S-1 Teknik Kimia

2) Deteksi adanya anion pereduksi

Anion pereduksi dapat diketahui keberadannya dengan


mereaksikan sampel mengandung anion dengan larutan yang
mengandung besi klorida FeCl3, K3[Fe(CN)6] dan asam klorida HCl encer.
Endapan biru gelap dari senyawa kompleks KFe[Fe(CN)6] akan terbentuk
ketika anion pereduksi bereaksi dengan larutan-larutan tersebut.

analit anion

FeCl3 atau
K3[Fe(CN)6]
endapan biru

Gambar 13.2. Deteksi adanya anion pereduksi

3) Sifat-sifat anion terhadap asam sulfat pekat

Penggunaan larutan asam sulfat pekat dalam analisis


anion tergantung pada kemampuan anion sebagai bahan pengoksidasi
dan sifat keasamannya.

4) Kesetimbangan larutan

Pada analisis anion, kesetimbangan larutan seperti terbentuknya


endapan menjadi salah satu hal penting. Karena dapat digunakansebagai

Kimia Analisa 1 151


Universitas Pamulang S-1 Teknik Kimia

identifikasi keberadaan anion. Sebagai contoh ketika anion direaksikan


dengan kation barium, Ba2+ menjadi uji spesifik dari anion tertentu.

b. Identifikasi ion bromine (Br- )

Jika larutan mengandung ion bromin (Br-) direaksikan dengan Cl2, maka
akan dihasilkan larutan berwarna kuning. Larutan yang berwarna kuning
tersebut dikocok dengan karbon disulfide CS2 akan membuat warna larutan
berubah menjadi coklat, hal ini diakibatkan dari larutnya Br2 kedalam karbon
disulfida. Reaksi yang terjadi sebagai berikut :

Cl2(g) + 2Br-(aq) → 2Cl-(aq) [kuning] + Br2(g)

Cl2 CS2

Br-

Gambar 13.3. Identifikasi ion bromine (Br- )

c. Identifikasi ion klorida (Cl-)

Jika larutan mengandung ion klorida Cl- direaksikan dengan larutan perak
nitrat AgNO3 maka akan terbentuk endapan AgCl berwarna putih. Endapan
perak klorida ini akan larut dalam larutan amoniak. Reaksi yang terjadi
sebagai berikut:
Ag+(aq) + Cl-(aq) → AgCl(s) (endapan putih)

Kimia Analisa 1 152


Universitas Pamulang S-1 Teknik Kimia

AgCl(s) + 2NH3(aq) → Ag(NH3)2 + Cl-(aq)

Ion Cl-

+ NH3

AgNO3 endapan Endapan


putih larut

Gambar 13.4. Identifikasi ion bromine (Cl- )

d. Identifikasi ion karbonat (CO32-)

Jika larutan mengandung ion karbonat CO32- direaksikan dengan larutan


asam klorida HCl maka akan terbentuk gas karbon dioksida CO2. Gas
karbondioksida ini jika dialirka ke dalam larutan kapur Ca(OH)2, maka larutan
tersebut akan berubah menjadi keruh. Reaksi yang terjadi adalah sebaai
berikut:
2H+(aq) + CO32-(g) → H2O(l) + CO2(g)
CO2(g) + Ca2+(aq) + 2OH-(aq) → CaCO3(s) (endapan putih) + H2O(l)

Gas
CO2
Ion CO32-

Ca(OH)2
HCl Endapan
putih

Gambar 13.5. Identifikasi ion karbonat (CO32-)

Kimia Analisa 1 153


Universitas Pamulang S-1 Teknik Kimia

e. Identifikasi ion iodida (I-)

Identifikasi ion iodida sama seperti identifikasi ion bromida. Jika larutan
mengandung ion iodida direaksikan dengan gas Cl2 maka akan terbentuk
larutan bewarna kuning dari ion Cl-. Pada reaksi ini juga membentuk endapan
I2 yang jika dikocok dengan karbon disulfide, I2 akan larut ke dalam karbon
disulfide dan merubah warna larutan menjadi ungu. Reaksi yang terjadi
sebagai berikut
Cl2(g) + 2I-(aq) 2Cl-(aq) [kuning] + I2(s)

Cl2 CS2

Br-

Gambar 13 6. Identifikasi ion iodida (I-)

f. Identifikasi ion nitrat (NO3-)

Jika larutan mengandung anion nitrat NO3- direaksikan dengan asam


sulfat pekat dan larutan besi(II) sulfat FeSO4 pekat maka akan terbentuk
cincin cokelat. Reaksi yang terjadi sebagai berikut:
NO3-(aq) + 4H+(aq) + 3Fe2+(aq) → NO(g) + 2H2O(l) + 3Fe3+(aq)
NO(g) + Fe2+(aq) → FeNO2+(aq) [cokelat]

Kimia Analisa 1 154


Universitas Pamulang S-1 Teknik Kimia

+H2SO4 + FeSO4

Cincin
coklat

NO3-

Gambar 13 7. Identifikasi ion nitrat (NO3-)

g. Beberapa analisa anion yang lain

Selain dari anion-anion yang telah disebutkan diatas, ada beberapa


anion lain yang dapat dianalisa melalui analisa kualitatif. Beberapa analisa
tersebut diantaranya sebagai berikut:

1) Anion SO32- dapat dianalisa dengan melihat perubahan dari warna


KMNO4. Anion SO32- jika direaksikan dengan KMnO4 akan mereduksi
MnO4 menjadi Mn2+. Keberadaan anion ini dapat diidentifikasi dengan
hilangnya warna ungu dari KMnO4.

2) Anion SO42- dapat diidentifikasi keberadaanya dengan menggunakan


pereaksi barium klorida yang ditandai dengan terbentuknya endapan
putih. Endapan ini tidak larut dalam asam klorida encer, namun larut
dalam asam klorida pekat.

3) Anion S2O32- dapat diidentifikasi keberadaanya jika direaksikan dengan


larutan iodin. Jika didalam sampel mengandung anion S2O32- maka
larutan iodin yang semula berawarna ungu/biru akan menghilang karena
terbentuknya larutan tetrationat.

4) Anion CN- dapat diidentifikasi keberadaanya jika terbentuk endapan putih


ketika direaksikan dengan perak nitrat AgNO3. Endapan putih tersebut
merupakan endapan AgCN.

Kimia Analisa 1 155


Universitas Pamulang S-1 Teknik Kimia

C. SOAL LATIHAN/TUGAS
1. Sebutkan golongan-golongan anion
2. Sebutkan cara identifikasi anion

D. DAFTAR PUSTAKA
Well, Tread, and Hall, Analytical Chemistry vol 1
Ahmadi, 1992, Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern, Jakarta Erlangga
Vogel. BUku teks analisis anorganik kualitatif makro dan semimikro bagian I dan II.
Direvisi oleh G.Svehla. diterjemahkan oleh Setiono dkk. Kalman Media
Pustaka. 1985

Kimia Analisa 1 156


Universitas Pamulang S-1 Teknik Kimia

PERTEMUAN 14
ION HALIDA

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada pertemuan ini akan dijelaskan mengenai jenis ion penggangu dan uji ion
halida. Setelah menyelesaikan materi pertemuan tiga belas ini mahasiswa mampu
mengerti tentang jenis ion penggangu dan uji ion halida.

B. URAIAN MATERI
1. Ion Halida

Pada pertemuan sebelunya telah dibahas mengenai identifikasi anion


secara umum. Pembahasan lebih spessifik terhadap uji ion halida dan juga
beberapa anion pengangu akan lebih detail dibahas pada pertemuan ini. Secara
umum untuk mengidentifikasi anion dapat dilakukan dengan tiga cara. Cara yang
pertama adalah dengan menggolongkan anion berdasarkan pada kelarutan
garam-garam seperti garam kalsium, garam perak, dan garam barium. Cara yang
pertama ini dilakukan oleh Bunsen sehingga dikenal dengan penggolongan
berdasarkan Bunsen.

Penggolongan yang kedua dilakukan oleh Gilreath. Penggolongan anion


yang dilakukan Gilreath adalah berdasarkan kepada kelarutan garam-garam
kalsium, garam-garam barium, garam-garam cadmium dan garam-garam
peraknya, Sedangkan penggolongan yang ketiga adalah yang dilakukan oleh
Vogel. Penggolongan yang ketiga ini berdasarkan kepada proses reaksinya pada
larutan dan proses identifikasi dari anion yang dapat menguap jika direaksikan
dengan asam.

Identifkasi dengan reaksi yang terjadi pada larutan dapat dibagi menjadi
identifikasi yang dilakukan dengan berdasarkan pada reaksi redoks, dan juga
identifkasi denga berdasarkan pada reaksi pengendapan. Kedua jenis reaksi ini
dapat dilakukan untuk identifikasi keberadaan anion, karena dapat memberikan
hasil reaksi yang khas untuk menandakan keberadaan anion tertentu.

Sedangkan identifkasi anion dengan menggukan sifatnya jika direaksikan


dengan asam dapat dilakukan dengan menggunakan asam encer dan asam

Kimia Analisa 1 157


Universitas Pamulang S-1 Teknik Kimia

pekat. Larutan asam encer yang digunakan pada identifikasi anion adalah asam
sulfat dan asam klorida encer. Selain asam encer, juga digunakan asam sulfat
pekat dalam identfikasi anion. Identifkasi ini dapat dilakukan karena ada
beberapa golongan anion yang menghasilkan gas bila direaksikan dengan asam
sulfat atau asam klorida encer, namun ada juga anion yang baru menghasilkan
gas jika direaksikan dengan asam pekat seperti asam sulfat pekat.

Pada analisa anion, jika anion tersebut berada pada kondisi terlarut atau
larutan, maka dapat dilakukan uji reaksi basah. Sedangkan jika anion tersebut
berada pada fase padatan, maka dapat dilakukan dengan uji reaksi kering. Pada
reaksi kering dapat dilakukan dengan bantuan larutan ekstrak soda. Yaitu larutan
yang dibuat dari proses pemasakan cuplikan dalam larutan jenuh natrium
karbonat. Larutan ekstrak soda ini berfungsi untuk meningkatkan kelarutan
anion.

Umumnya berdasarkan identifikasi atau reaksi-reaksi uji ini, anion dibagi


menjadi 3 golongan, yaitu anion golongan sulfat, anion golongan halide dan
anion golongan nitrat.

a. Anion golongan sulfat

Anion-anion yang termasuk dalam anion golongan sulfat adalah SO42,


SO32, PO43-, Cr2O42-, BO2-, CO32-, C2O42-,AsO43-. Garam-garam barium dari
golongan sulfat seperti garam BaSO4, BaSO3, Ba2(PO4)3, BaCr2O4, Ba(BO2)2,
BaCO3, BaC2O4, Ba3(AsO4)2 merupakan golongan garam yang tidak larut
dalam kondisi basa. Sedangkan garam-garam barium dari anion lainnya akan
mudah larut pada kondisa basa. Sehingga penggunaan kation barium seperti
barium klorida BaCl2 dapat digunakan untuk identifkasi anion golongan sulfat
ini. Identifikasi keberadaan anion golongan sulfat ini dapat diketahui dari
endapan yang terbentuk jika direaksikan dengan barium kloida. Endapan
yang terbentuk dari reksi dengan barium ini adalah endapan putih karena
garam-garam barium yang mengendap berwarna putih, kecuali untuk garam
barium kromat. Garam barium kromat menghasilkan warna kuning.

b. Anion golongan halida

Anion-anion yang termasuk dalam anion golongan halide adalah Cl–,


Br–, I–, S2-. Anion-anion halide ini akan membentuk endapan jika direaksikan

Kimia Analisa 1 158


Universitas Pamulang S-1 Teknik Kimia

dengan asam nitrat yang ditambahkan dengan perak nitrat. Anion halide ini
akan bereaksi dengan pereaksi diatas menghasilkan endapan yang berbeda-
beda warnanya yang merupakan ciri khas dari masing-masing endapan
anion tersebut. Garam-garam yang terjadi memberikan endapan AgCl yag
berwarna putih, endapan AgBr yang berwarna kuning, endapan AgI yang
berwarna kuning muda, dan endapan Ag2S yang berwarna hitam.

c. Anion golongan nitrat

Anion-anion yang termasuk dalam anion golongan nitrat adalah NO3,


NO2–, dan C2H3O2–. Anion-anion golonan nitrat ini adalah golongan anion
yang tidak bereaksi dengan pereaksi-pereaksi atau uji dari golongan-
golongan sulfat dan halide.

2. Jenis dan manfaat Ion Halida


Ion halida merupakan anion yang mengandung salah satu atom halogen
seperti fluorida (F−), klorida (Cl−), bromida (Br−), iodida (I−), dan astatin (At−).
Secara umum, halide dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu halide logam dan
halide non logam.

a. Halida Logam

Senyawa halide logam adalah senyawa yang terbentuk dari logam-


logam dengan salah satu dari empat senyawa halogen. Pada senyawa halide
logam ini tedapat beberapa senyawa halide logam transisi yang banyak
digunakan sebagai bahan awal pada preparasi senyawa-senyawa logam.
Halida logam transisi anhidrat biasanya berwujud padat dan hidratnya
adalah senyawa koordinasi dengan ligan air. Beberapa contoh dari senyawa
halide logam adalah sebagai berikut
1) Merkuri(II) klorida, HgCl2.

Merkuri(II) klorida memiliki bentuk kristal berwarna putih yang dapat larut
dalam air. Selain itu merkuri(II) klorida juga dapat larut dalam etanol.
Merkuri(II) khlorida jika berada dalam fasa bebasnya akan berbentuk
molekul lurus triatomic. Senyawa merkuri(II) klorida ini sangat bersifat
toksik atau beracun jika terpapar dalam dosis yang berlebih, sehingga
penggunaanya harus hati-hati. Senyawa merkuri(II) klorida dapat
digunakan untuk mengawetkan kayu, sebagai katalis dalam pembuatan

Kimia Analisa 1 159


Universitas Pamulang S-1 Teknik Kimia

vinil klorida, dan digunakan sebagai pereaksi kimia dalam beberapa


reaksi kimia.

2) Aluminum triklorida, AlCl3.

Aluminum triklorida merupakan kristal berwarna putih yang dapat


tersublimasi bila dilakukan proses pemanasan. Aluminum triklorida dapat
larut dalam eter dan juga dapat larut dalam etanol. Senyawa ini bersifat
higroskopis. Aluminum triklorida sering digolongkan sebagai asam lewis
dari beberapa basa. Aluminum triklorida dapat digunakan dalam katalis
asam Lewis Friedel Craft untuk menghasilkan detergen. Selain itu
senyawa ini banyak digunakan pada reaksi yang melibatkan kimia
organik.

3) Timah (II) klorida, SnCl2

Timah (II) klorida merupakan padatan putih, dan dalam keadaan cair
merupakan cairan tak bewarna. Senyawa ini jika berada dalam fasa gas
akan berbentuk molekul tetrahedral. Timah (II) klorida sering digunakan
sebagai agen pereduksi dalam suatu reaksi. Penggunaan senyawa ini
diantaranya sebagai pelapisan baja, dapat juga digunakan dalam industri
pewarna. Timah (II) klorida sering juga digunakan sebagai katalis.

4) Titanium (IV) khlorida, TiCl4.

Titanium (IV) khlorida merupakan cairan tak bewarna yang memiliki


molekul gas berbentuk tetrahedral mirip dengan timah(IV) khlorida.
Titanium (IV) khlorida banyak digunakan pada produksi logam titanium.
Titanium (IV) khlorida juga digunakan sebagai katalis.

b. Halida non Logam

Hampir semua halida non logam telah dikenal diantaranya fluoride,


dan klorida. Selain itu, gas-gas mulia seperti kripton, Kr, dan xenon, Xe juga
telah dikenal luas. Halida-halida non logam banyak digunakan sebagai
reaktan untuk berbagai rekasi kimia. Beberapa contoh dari halide non logam
akan dijabarkan lebih lanjut sebagai berikut :

Kimia Analisa 1 160


Universitas Pamulang S-1 Teknik Kimia

1) Boron trifluorida, BF3,

Boron trifluorida, merupakan gas yang tidak bewarna (mempunyai titik


leleh -127oC dan titik didih -100 oC). Gas ini memiliki bau yang bersifat
mengiritasi dan beracun. Boron triflourida umumnya digunakan sebagai
katalis untuk reaksi jenis Friedel-Crafts. Boron triflourida juga dapat
digunakan sebagai katalis pada reaksi polimerisasi kationik. Senyawa ini
berada di fasa gas sebagai molekul monomer triangular dan
membentuk senyawa adduct berdasarkan ikatan koordinasi dengan basa
Lewis amonia, amina, eter, fosfin, dan lainnya. Hal ini disebabkan oleh
sifat asam Lewisnya yang kuat. Senyawa adduct dietileter, (C2H5)2O:BF3,
merupakan cairan yang dapat didistilasi dan digunakan sebagai reagen
biasa seperti reaktan untuk preparasi diboran, B2H6. Tetrafluoroborat,
BF4-, merupakan anion tetrahedral yang dibentuk sebagai sebagai
senyawa adduct BF3 dengan garam logam alkali, garam perak dan
NOBF4 serta asam bebas HBF4 mengandung anion ini. Salah satu
kegunaan senyawa ini diantaranya digunakan pada kristalisasi kompleks
kation logam transisi sebagai ion lawan seperti ClO4 AgBF4.

2) Tetrakhlorosilan, SiCl4,

Tetrakhlorosilan merupakan cairan yang tidak bewarna (mempunai titik


leleh -70oC dan titik didih 57.6oC). Senyawa ini berupa molekul tetrahedral
reguler, dan bereaksi secara hebat dengan air membentuk asam silisik
dan asam khlorida. Salah satu dari kegunaan tetrakhlorosilan adalah
sebagai bahan baku produksi silikon murni, senyawa silikon organik dan
silicon.

3) Fosfor trifluorida, PF3,

Fosfor trifluorida merupakan gas yang tidak bewarna, tak berbau, dan
sangat beracun (mempunyai titik leleh -151.5oC dan titik didi -101.8oC).
Bentuk molekul dari Fosfor trifluorida adalah piramida segitiga. Fosfor
trifluorida bersifat penarik elektron seperti CO,PF3 sehingga dapat
menjadi ligan untuk membentuk senyawa kompleks logam yang
analog/mirip dengan senyawa kompleks logam karbonil.

Kimia Analisa 1 161


Universitas Pamulang S-1 Teknik Kimia

4) Fosfor pentakhlorida, PCl5,

Fosfor pentakhlorida merupakan zat kristalin yang tidak bewarna


(tersublimasi tetapi terdekomposisi pada 160 °C). Molekulnya berbentuk
trigonal bipiramid dalam wujud gas, tetapi dalam kristal berupa pasangan
ion [PCl4]+[PCl6]- pada fasa padat. Walaupun senyawa ini bereaksi hebat
dengan air dan menjadi asam fosfat dan asam khlorida, PCl5 larut dalam
CS2 dan CCl4. Fosfor pentakhlorida sangat bermanfaat untuk klorinasi
senyawa organik.

5) Arsen pentafluorida, AsF5,

Arsen pentafluorida merupakan gas yang tidak bewarna (memiliki titik


leleh -79.8 °C dan titik didih -52.9°C). Molekulnya adalah trigonal
bipiramida. Walaupun senyawa ini terhidrolisis, senyawa ini larut dalam
pelarut organik. Arsen pentafluorida adalah penangkap elektron yang
kuat, senyawa ini dapat membentuk kompleks donor-akseptor dengan
donor elektron.

6) Belerang heksafluorida, SF6,

Belerang heksafluorida merupakan gas yang bewarna dan tak berbau


(memiliki titik leleh -50.8°C dan titik sublimasi -63.8 °C). Molekulnya
berbentuk oktahedral. Belerang heksafluorida secara kimia tidak stabil
dan sukar larut dalam air. Belerang heksafluorida memiliki sifat penahan
panas yang istimewa, tidak mudah terbakar dan tahan korosi, sehingga
sering digunakan sebagai insulator tegangan tinggi.

7) Belerang klorida, S2Cl2,

Belerang klorida merupakan cairan bewarna jingga (memiliki titik leleh -


80 °C dan titik didih 138°C). Belerang klorida mempunyai struktur yang
sama dengan hidrogen peroksida dan bersifat mudah larut dalam pelarut
organik. Belerang klorida umunnya sering digunakan untuk vulkanisasi
karet.

3. Analisa Titrimetri atau Volumetri


Pada identifikasi senyawa baik kation maupun anion, sangat erat
kaitannya dengan analisa titimetri atau volumetri. Analisa volumetri merupakan

Kimia Analisa 1 162


Universitas Pamulang S-1 Teknik Kimia

salah satu dari analisa kimia kuantitatif. Analisa volumetri dilakukan berdasarkan
prinsip pengukuran volume dari suatu larutan standar yang bereaksi secara
langsung dengan larutan yang akan dianalisis. Pada analisa ini, kadar atau
konsentrasi dan komposisi dari sampel ditentukan berdasarkan pada volume
pereaksi yang ditambahkan ke dalam larutan zat uji. Prinsip ini sama dengan
proses titrasi. Oleh karena itu, analisa volumetri juga dapat disebut sebagai
analisa titrimetri.
Metode analisis kuantitatif volumetri (titrimetri), umumnya menggunakan
metode titrasi, Proses ini dilakukan dengan cara menambahkan suatu larutan
yang telah diketahui konsentrasinya ke dalam larutan yang ingin diketahui
konsentrasinya. Larutan yang ditambahkan disebut sebagai larutan pereaksi atai
bisa juga disebut sebagai titran, sedangkan larutan yang ingin diketahui
konsentrasinya dikenal sebagai analit. Ketika larutan pereaksi bereaksi
sempurna dengan analit maka dapat ditentukan dengan terbentuknya produk
yang dapat diidentifikasi. Selain itu pada proses titrasi juga dapat digunakan
penambahan indicator untuk membantu menentukan titik akhir titrasi.
Secara umum, prinsip dasar volumetri adalah sebagai berikut
1) pencapaian reaksi titik akhir ekuivalen harus berlangsung secara stoikiometri,
hal ini akan membantu dalam menghitung/menentukan konsentrasi dari analit
2) Titik ekuivalen merupakan titik pada saat senyawa yang ditambahkan
(pereaksi) telah tepat bereaksi dengan analit.
Contoh yang umum dalam proses titrasi adalah pada penentuan reaksi
asam dan basa. Titik Ekuivalen adalah titik dimana terjadi kesetaraan reaksi
secara stokiometri antara zat yang dianalisis dan larutan standar atau dapat
disebut juga sebagai titik pada saat asam dan basa tepat habis bereaksi. Titik
akhir titrasi adalah titik dimana terjadi perubahan warna pada indicator. Pada
titrasi umumnya digunakan indicator untuk mempermudah dalam titik akhir titrasi.
Umumnya indikator yang digunakan adalah indikator azo dengan warna yang
spesifik pada berbagai perubahan pH.
Ketelitian dalam penentuan titik akhir titrasi sangat mempengaruhi hasil
analisis pada suatu senyawa. Oleh karena itu proses titrasi harus dilakukan
secara teliti dan hati-hati. Penentuan indicator yang tepat dapat membantu dalam
mempermudah melihat titik akhir titrasi. Analisa volumetri (titrimetric) akan lebih
baik jika dilakukan pengulangan. Umunya dilakukan proses pengulangan

Kimia Analisa 1 163


Universitas Pamulang S-1 Teknik Kimia

sebanyak tiga kali atau dikenal dengan istilah triplo. Hal ini dilakukan agar hasil
yang diperoleh menjadi lebih akurat.

a. Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat dilakukan analisis


volumetric

Pada analisa volumetric perlu dipenuhi beberapa syarat-syarat agar


analisa dapat berhasil dan dinilai valid. Persayaratan ini menjadi penting,
karena jika tidak dipenuhi, maka penentuan konsentrasi dari analit tidak
dapat ditentukan. Syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut :
1) Reaksi yang terjadi dari analisa ini adalah reaksi yang berlangsung
sangat cepat, sehingga perubahan warna/indicator dapat secara cepat
diamati.

2) Reaksi yang terjadi harus reaksi yang sederhana serta dapat dinyatakan
dengan persamaan reaksi yang kuantitatif atau memenuhi prinsip
stokiometrik.

3) Pada reaksi antara pereaksi dengan analit harus ada perubahan yang
terlihat pada saat titik ekuivalen tercapai, baik secara kimia maupun
secara fisika.

4) Perlu digunakan indikator jika reaksi yang terjadi tidak menunjukkan


perubahan kimia atau fisika secara langsung. Indikator potensiometrik
dapat pula digunakan.

b. Macam-Macam Analisa Volumetri

Beberapa jenis analisa yang termasuk ke dalam analisa volumetric dapay


dijabarkan sebagai berikut,
1) Gasometri

Gasometri adalah analis volumetri untuk mengukur kadar gas. Pada


analisa ini yang diukur (kuantitatif) adalah volume gas yang direaksikan
atau hasil reaksinya.
2) Titrimetri

Titrimetri atau titrasi adalah pengukuran volume dalam larutan yang


diperlukan untuk bereaksi sempurna dengan sevolume atau sejumlah

Kimia Analisa 1 164


Universitas Pamulang S-1 Teknik Kimia

berat zat yang akan ditentukan. Dalam setiap metode titrimetri selalu
terjadi reaksi kimia antara komponen analit dengan zat pendeteksi yang
disebut titran.
3) Alkalimetri

Alkalimetri adalah analisa volumetric berdasarkan pada prinsip asam dan


basa. Metode ini digunakan untuk menentukan kadar suatu zat yang
bersifat asam dengan menggunakan larutan standar yang bersifat basa.
4) Acidimetri

Acidimetri adalah metode yang digunakan untuk menentukan kadar suatu


zat yang bersifat basa dengan menggunakan larutan standar yang
bersifat asam. Pada titrasi acidimetri terjadi penetralan asam basa
menurut reaksi.
5) Permanganometri

Permanganometri adalah analis avolumetri digunakan untuk menentukan


kadar suatu zat yang bersifat reduktor dengan menggunakan larutan
standar KMnO4yang bersifat oksidator. Pada titrasi permanganometri
terjadi reaksi redoks. Titrasi permanganometri tidak menggunakan
indikator karena KMnO4 sudah berfungsi sebagai auto indikator.

6) Iodometri

Iodometri adalah metode yang digunakan untuk menentukan kadar suatu


zat yang bersifat reduktor dengan menggunakan larutan standar I2 yang
bersifat oksidator. Penambahan amylum dilakukan menjelang titik akhir
titrasi. Bila amylum ditambahkan lebih dahulu akan mengganggu jalannya
pengamatan pada titik akhir titrasi. Hal ini terjadi karena disebabkan
I2 dapat mengikat amylum sedangkan ikatan iod amylum sukar dipisah.
Iodometri juga dapat digunkaan untuk menentukan kadar suatu zat yang
bersifat oksidator (I2) dengan menggunakan larutan standar yang bersifat
reduktor.

Kimia Analisa 1 165


Universitas Pamulang S-1 Teknik Kimia

C. SOAL/LATIHAN
1. Jelaskan cara- uji ion halide
2. Jelaskan jenis-jenis pembagian anion
3. Gambarkan diagram alir anallisa anion

D. DAFTAR PUSTAKA
Well, Tread, and Hall, Analytical Chemistry vol 1
Ahmadi, 1992, Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern, Jakarta Erlangga
Vogel. BUku teks analisis anorganik kualitatif makro dan semimikro bagian I dan II.
Direvisi oleh G.Svehla. diterjemahkan oleh Setiono dkk. Kalman Media
Pustaka. 1985

Kimia Analisa 1 166

Anda mungkin juga menyukai