(arenaviridae)
Disusun Oleh :
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya berupa nikmat
yang banyak sehingga penulis dapat menyusun makalah yang berjudul “Arenavirus” ini dapat
tersusun hingga selesai dengan tepat pada waktunya. Adapun maksud dan tujuan dari
pembuatan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Dasar Biomedik II.
Laporan ini disusun secara cepat dengan bantuan dan dukungan berbagai pihak
diantaranya; Ibu Dr. drh. Dwi Sutiningsih, M.Kes. selaku dosen mata kuliah Dasar Biomedik
II dan semua pihak yang telah membantu selama pembuatan makalah ini. Oleh karena itu
penulis sampaikan terima kasih atas waktu, tenaga dan pikirannya yang telah diberikan.
Penulis sangat berharap agar makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan
bagi para pembaca. Terlepas dari hal tersebut, sebagai penyusun dan penulis merasa bahwa
masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan.
Sehingga penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
sekalian. Akhir kata Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat untuk penulis dan
masyarakat Indonesia umumnya.
Kelompok 8
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui morfologi dari virus arena?
b. Untuk mengetahui reseptor di dalam virus arena?
c. Untuk mengetahui taksonomi virus virus arena?
d. Untuk mengetahui komponen-komponen yang ada dalam virus arena?
e. Untuk mengetahui genome dari virus arena?
f. Untuk mengethui mekanisme replikasi dari virus arena?
g. Untuk mengetahui cara penularan, penyakit yang ditimbulkan, dan cara pencegahan
dari penyakit yang ditimbulkan virus arena?
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Morfologi Virus
Morfologi Arenavirus berbentuk bulat atau pleomorfik, berdiameter 40–200 nm, dengan
selubung lipid (lapisan terluar dari virus) padat. Ribosom sel inang Arenavirus berbentuk
seperti butiran pasir. Lapisan permukaan virion ditutupi dengan tonjolan berbentuk gada
dengan daerah tangkai dan kepala yang khas. Proyeksi ini terbuat dari struktur spike trimerik
dari dua subunit glikoprotein membran (GP) virus-encoded (GP1 dan GP2) .
4
Struktur genom arenavirus: Arenavirus adalah virus RNA yang diselimuti dengan
genom ambisense beruntai tunggal yang terdiri dari dua segmen. Segmen genomik L (besar)
mengkodekan protein matriks Z dan protein L polimerase, dan segmen S (kecil) mengkodekan
glikoprotein (GP) dan nukleoprotein (NP). Gen yang dikodekan pada setiap segmen dipisahkan
oleh daerah intergenik noncoding (IGR). Genom linier diapit oleh daerah 5 'dan 3' yang tidak
diterjemahkan (UTR) yang dilestarikan.
5
meningkatkan terjemahan dan stabilitas mRNA. Fungsi LP ini disebabkan oleh urutan domain
dan homologi struktur dengan protein PA akuisisi cap influenza serta studi enzimatik yang
menggunakan ekspresi LCMV Domain 1. Domain 3 dari LP berisi urutan yang dilestarikan
yang diidentifikasi sebagai elemen dari RdRp. Domain 2 dan 4 memiliki fungsi yang belum
diketahui yang mungkin berhubungan dengan stabilitas, regulasi, atau interaksi protein-protein
lainnya.
Replikasi dimulai oleh LP dan NP yang memperoleh tutup 5′ dari mRNA inang. Tutup
ini merupakan inisiasi transkripsi gen awal: NP dan LP ORFs pada segmen S dan L, masing-
masing. Karena RNA arenavirus bersifat negatif, ia tidak dapat langsung diterjemahkan dalam
bentuk genomiknya. Ini memerlukan transkripsi RNA yang bergantung pada RNA yang baru
lahir yang diproduksi 5′–3′. NP dan LP ORF ditemukan di wilayah transkripsi pertama yang
mengarah ke produksi awal mereka sebagai produk awal. Transkripsi diakhiri melalui
pemanfaatan struktur jepit rambut intergenik yang ditemukan di IGR segmen L dan S. NP yang
diterjemahkan mengikat RNA virus untuk memfasilitasi transkripsi, replikasi, dan akhirnya
perakitan virus keturunan lebih lanjut. Analisis struktur kristal NP telah menunjukkan bahwa
domain terminal N dapat mengakomodasi tutup mRNA inang yang "dicuri" yang memfasilitasi
transkripsi lebih lanjut.
Transisi dari produk gen awal ke produk gen akhir difasilitasi melalui produksi RNA
anti-genomik. Ini diproduksi ketika polimerase membaca melalui jepit rambut IGR dan
membuat genom RNA gratis. RNA anti-genomik ini kemudian digunakan sebagai template
untuk menyalin mRNA dari Z dan GPC ORF. Karena mereka membutuhkan produksi RNA
antigenomik dan kemudian mRNA genomik, Z dan GPC merupakan produk gen akhir dalam
siklus replikasi virus. GPC diterjemahkan dalam retikulum endoplasma di mana ia mengalami
glikosilasi terkait-N dan pembelahan SSP dari GP1/GP2 oleh SPase. Mayoritas protein fusi
tipe 1 dipecah oleh furin inang seperti protease, tetapi arenavirus GPC menggunakan jalur yang
berbeda. GPC precleaved juga dibelah antara GP1 dan GP2 oleh Subtilisin Kexin Isozyme
1/Site 1 Protease (SKI-1/S1P) menjadi SSP, GP1, dan GP2 akhir di jaringan trans-Golgi.
Ketiga produk yang dibelah ini tetap terkait dan membentuk lonjakan glikoprotein tripartit di
membran plasma seluler. Ini sekali lagi unik dalam kenyataan bahwa peptida sinyal
dimasukkan ke dalam virion akhir alih-alih terdegradasi setelah lokalisasi protein akhir.
Protein Z adalah peptida pendek dari 90 hingga 99 aa panjangnya tergantung pada
spesies virus. Protein ini mengandung tiga domain yang berkontribusi pada sifat
multifungsinya. Domain N-terminal berisi situs miristilasi yang memungkinkan protein untuk
melokalisasi dan menambatkan dirinya ke membran plasma Domain pusat berisi domain
6
Benar-Benar Menarik Gen Baru (RING) yang mengkelat ion Seng. Domain ini telah terbukti
penting untuk interaksi Z-NP dan Z-LP tetapi tidak untuk interaksi Z-GPC. Akhirnya, domain
terminal-C dari Z berisi motif kaya prolin yang diketahui berinteraksi dengan mesin ESCRT.
Interaksi ini disebabkan oleh interaksi domain akhir Z dengan protein ESCRT. Dalam
arenaviruses, ada banyak domain akhir yang berbeda yang termasuk dalam beberapa kelompok
besar. Secara umum, virus Dunia Lama mengandung domain asam amino PTAP dan PPPY
sedangkan virus Dunia Baru umumnya mengandung domain asam amino PT/SAP.
2.7 Cara Penularan, Penyakit dan Gejala yang Ditimbulkan, dan Cara Mencegahnya
Tikus pembawa virus Lassa sangat mudah berkembang biak dan hidup dekat dengan manusia.
Penularan virus Lassa dari tikus ke manusia bisa terjadi dalam kondisi-kondisi seperti berikut
ini:
• Kontak langsung dengan menyentuh benda atau mengonsumsi makanan yang telah
terkontaminasi urine dan feses tikus yang terinfeksi.
• Inhalasi, yakni dengan menghirup partikel kecil di udara yang telah terkontaminasi
urine dan feses tikus yang terinfeksi, misalnya saat membersihkan rumah.
• Luka terbuka yang terkena urine dan feses tikus yang terinfeksi.
• Konsumsi tikus multimammate yang terinfeksi sebagai sumber bahan pangan. Hal
ini umum ditemui di sebagian kawasan Afrika Barat.
Selain itu, penularan demam Lassa juga bisa terjadi antarmanusia. Penularan dapat terjadi
setelah kontak langsung dengan virus pada darah, urine, atau feses orang yang terinfeksi. Meski
begitu, melakukan kontak biasa, misalnya kulit ke kulit tanpa adanya pertukaran cairan tubuh
tidak dapat menyebarkan virus Lassa. Penularan dari orang ke orang juga bisa terjadi di fasilitas
pelayanan kesehatan bila alat pelindung diri (APD) tidak tersedia atau tidak digunakan. Virus
Lassa juga bisa menyebar melalui peralatan medis yang terkontaminasi, seperti jarum suntik
yang digunakan kembali.
7
multimammate. Tikus Mastomys yang terinfeksi dengan virus Lassa tidak menjadi sakit, tetapi
mereka dapat menularkan virus dalam urin dan tinja mereka.
Virus penyebab penyakit demam berdarah lassa adalah Lassa Virus (LASV)/ Virus
Lassa yang merupakan golongan arbovirus dengan genus arenavirus dan family arenaviridae.
Virus ini merupakan jenis virus demam berdarah (Viral Hemorrhagic Fever/VHF) pada
primata. Virus lassa merupakan virus RNA yang berantai tunggal dan ditemukan sekitar 30
tahun lalu.
Sekitar 80% dari orang yang terinfeksi virus Lassa tidak menimbulkan gejala. 20%
kasus atau satu dari lima orang yang terinfeksi menyebabkan penyakit yang parah, di mana
virus mempengaruhi beberapa organ tubuh seperti hati, limpa dan ginjal. Virus lassa dapat
menginfeksi hampir setiap jaringan dalam tubuh manusia, dimulai dari mukosa, usus, paru-
paru dan sistem urin kemudian berkembang ke sistem vaskular.
Masa inkubasi Demam Lassa berkisar 6-21 hari. Timbulnya penyakit tersebut, biasanya
gejalanya bertahap, dimulai dengan demam, kelemahan umum, dan malaise. Setelah beberapa
hari, timbul sakit kepala, sakit tenggorokan, nyeri otot, nyeri dada, mual, muntah, diare, batuk,
dan juga bisa disertai sakit perut. Dalam kasus yang parah dapat terjadi pembengkakan wajah,
terdapat cairan dalam rongga paru-paru, pendarahan dari mulut, hidung, saluran vagina atau
pencernaan dan tekanan darah rendah. Pada tahap selanjutnya terdapat adanya protein urin,
shock, kejang, tremor, disorientasi, dan koma. Ketulian terjadi pada 25% pasien yang bertahan
hidup. Dari sebagian kasus-kasus ini, pendengaran kembali normal setelah 1-3 bulan, rambut
rontok sementara dan gangguan cara berjalan mungkin terjadi selama pemulihan.
Kematian biasanya terjadi dalam waktu 14 hari dari onset dalam kasus-kasus yang fatal.
Penyakit ini sangat parah di akhir kehamilan, dengan kematian ibu dan/atau kematian janin
terjadi lebih dari 80% kasus selama trimester ketiga
• Rajin mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau dengan hand sanitizer.
• Menyimpan makanan dan bahan makanan dalam wadah tahan tikus.
• Hindari mengonsumsi tikus atau hewan lain yang rentan terinfeksi penyakit.
8
• Membuang sampah secara teratur dan jauhkan dari rumah.
• Memelihara kucing peliharaan untuk mengusir tikus dari dalam rumah.
• Menggunakan alat pelindung diri (APD) saat menangani orang dengan demam Lassa,
termasuk masker, sarung tangan, dan kacamata.
• Mengisolasi pasien yang terinfeksi dari kontak dengan orang lain yang tidak terlindungi
sampai penyakitnya sembuh.
• Menghindari kontak dengan darah, urine, feses, atau cairan tubuh lain saat merawat
anggota keluarga yang terkena demam Lassa.
• Mengikuti prosedur penguburan yang aman bila anggota keluarga meninggal
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Arenavirus memiliki diameter 40–200 nm, dengan selubung lipid padat. Infeksi arenavirus
dimulai dengan cara virus menempel pada reseptor sel target lalu masuk ke dalam sel melalui
jalur endosom. pH-dependent lalu melebur dengan endosom dan melepas virion RNP
kompleks ke dalam sitoplasma. Arenavirus tergolong kedalam Famili Arenaviridae. Struktur
arenavirus diselimuti oleh membran lipid dan memiliki glikoprotein yang menonjol pada
permukaannya. Virus arena memiliki dua RNA untau tunggal yang mengkodekan empat jenis
protein virus. S merupakan RNA segmen kecil, berfungsi mengkodekan precursor glikoprotein
(GPC) dan protein nukleokapsid (NP) sebagai imunogen virus. GPC yang telah diperoses
menjadi sinyal peptide (SSP) dalam GP1 dan GP2 berfungsi sebagai berfungsi sebagai media
virus untuk proses perakitan (assembly), entry, dan uncoating virus. NP berfungsi enkapsulasi
genom, untuk replikasi RNA dan transkripsi, berhubungan dengan protein Z untuk perakitan
virus. L merupakan Segmen besar akan mengkode protein kecil yang mengikat Zn (Z) yang
berfungsi sebagai protein matriks. Genom arenavirus terdiri dari dua RNA negatif beruntai
tunggal berukuran sekitar 7,2 kb dan 3,5 kb. Setiap kode segmen genom dari dua protein
memiliki arah yang berlawanan yang dikenal sebagai strategi pengkodean ambisense.
Replikasi dimulai oleh LP dan NP yang memperoleh tutup 5′ dari mRNA inang. Tutup ini
merupakan inisiasi transkripsi gen awal: NP dan LP ORFs pada segmen S dan L, masing-
masing. Karena RNA arenavirus bersifat negatif, ia tidak dapat langsung diterjemahkan dalam
bentuk genomiknya. Ini memerlukan transkripsi RNA yang bergantung pada RNA yang baru
lahir yang diproduksi 5′–3′. NP dan LP ORF ditemukan di wilayah transkripsi pertama yang
mengarah ke produksi awal mereka sebagai produk awal. Transkripsi diakhiri melalui
pemanfaatan struktur jepit rambut intergenik yang ditemukan di IGR segmen L dan S.
Penularan parvovirus bisa melalui kontak langsung dengan tikus yang terinfeksi, Inhalasi, Luka
terbuka, dan Konsumsi tikus multimammate yang terinfeksi. Penyakit yang ditimbulkan dari
parvovirus seperti contohnya Demam Lassa. Pencegahan arenavirus bisa dilakukan dengan
Rajin mencuci tangan, Menyimpan makanan dalam wadah tahan tikus, Hindari mengonsumsi
tikus, Membuang sampah secara teratur.
10
3.2 Saran
Demikian materi yang dapat dipaparkan dalam pembahasan “Arenavirus”, diharapkan
pembaca dapat memahami materi yang dibahas di dalam makalah dan dapat digunakan serta
diimplementasikan dalam kehidupan. Penulis menyadari masih banyak kesalahan baik dalam
penulisan, maupun materi.Oleh karena itu, penulis bersedia untuk menerima kritik dan saran
dari pembaca. Penulis menyarankan bagi para pembaca untuk kembali mencari memahami
materi arenavirus tidak hanya dari makalah ini saja. Namun, pembaca dapat mencari materi
melalui sumber bacaan yang lain.
11
DAFTAR PUSTAKA
Shao, Junjie & Liang, Yuying & Ly, Hinh. (2015). Human Hemorrhagic Fever Causing
Arenaviruses: Molecular Mechanisms Contributing to Virus Virulence and Disease
Pathogenesis. Pathogens (Basel, Switzerland). 4. 283-306. 10.3390/pathogens4020283.
The citation for this ICTV Report chapter is the summary published as Cotmore et al., (2019):
ICTV Virus Taxonomy Profile: Parvoviridae, Journal of General Virology, 100: 367–
368.
Sikatta, F. O. A., Wiku, B. B. A. (2020). Resiko Perilaku Konsumsi Satwa Liar Terhadap
Kejadian Penyakit Infeksi Emerging (PIE): Tinjauan Literatur. IAKMI Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 1(3), 143-150.
Hallam SJ, Koma T, Maruyama J and Paessler S (2018) Review of Mammarenavirus Biology
and Replication. Front. Microbiol. 9:1751. doi: 10.3389/fmicb.2018.01751
12