Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sifilis atau Raja Singa adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Treponema
pallidum , yang merupakan penyakit kronis dan bersifat sistemik . Selama perjalanan
penyakit ini dapat menyerang seluruh organ tubuh. Selain itu penyakit sifilis ini juga bersifat
laten dan kronis, juga dapat kambuh lagi sewaktu-waktu.
Sifilis dimasa lalu, merupakan salah satu penyakit yang dikatakan dalam masyarakat
sebagai penyakit kutukan karena tubuh penderita akan digrogoti oleh kuman sifilis ini dan
sulit untuk dilakukan pengobatan jika sudah terkena. Penyebaran dari penyakit sifilis terjadi
dengan kontak langsung dengan penderita salah satunya adalah dengan seks. Orang-orang
yang termasuk rentan untuk penyakit sifilis adalah para pekerja seks seperti gigolo dan
wanita pekerja seks, namun tidak menutup kemungkinan juga pada orang yang sering
bergonta-ganti pasangan.
Insiden sifilis telah menurun dalam beberapa tahun terakhir, dilaporkan 53.000 kasus
pada tahun 1996, sedangkan pada tahun 1992 113.000 kasus. Namun, jumlah kasus sifilis
primer dan sekunder meningkat pada tahun 2000-2007.Pada tahun 2007, 11.466 kasus
dilaporkan kepada US Centers for Disease Control and Prevention.Sebagian besar dari
peningkatan ini terjadi pada pria, terutama pada pria yang berhubungan seks dengan pria lain.
Keseluruhan kasus yang dilaporkan pada wanita menurun. Lebih dari 80% kasus yang
dilaporkan di selatan Amerika Serikat. Kecenderungan untuk kasus sifilis kongenital terjadi
penurunan selama sepuluh tahun terakhir.
Namun pada abad modern seperti sekarang ini sudah ditemukan obat dari sifilis
sehingga penderita sifilis dapat berkurang secara signifikan, namun tidak hilang. Selama
penderita melakukan kontak langsung (seks) dengan pasangan-pasangannya sifilis tidak dapat
dikatakan sudah tertangani sepenuhnya. Dari pembahasan diatas maka penulis mencoba
memberikan pemahaman lebih mengenai penyakit sifilis mulai dari definisi, tanda terkena
penyakit sifilis (gejala), diagnosis, dan khususnya cara penularannya yaitu dengan kontak
langsung.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan sifilis.?
2. Bagaimanakah cara sifilis menular.?
3. Apa saja stadium yang dilalui oleh penyakit sifilis.?
4. Bagaimana gejala dari penyakit sifilis.?
5. Bagaimana cara mencegah penyakit sifilis.?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan penyakit sifilis
2. Untuk mengetahui cara dan proses penularan dari penyakit sifilis
3. Untuk mengetahui stadium-stadium yang dilalui oleh penyakit sifilis
4. Untuk mengetahui gejala-gejala awal dari penyakit sifilis
5. Untuk mengetahui cara mencegah penyakit sifilis
BAB II
PEMBAHASAN
A. SIFILIS
Sifilis adalah infeksi menular seksual yang disebabkan oleh bakteri spiroset
Treponema pallidum sub-spesies pallidum. Rute utama penularannya melalui kontak seksual;
infeksi ini juga dapat ditularkan dari ibu ke janin selama kehamilan atau saat kelahiran, yang
menyebabkan terjadinya sifilis kongenital. Penyakit lain yang diderita manusia yang
disebabkan oleh Treponema pallidum termasuk yaws (subspesies pertenue), pinta (sub-
spesies carateum), dan bejel (sub-spesies endemicum) (Anonim, 2014).
Sifilis atau penyakit Raja Singa adalah salah satu penyakit menular seksual (PMS)
yang kompleks, disebabkan oleh infeksi bakteri Treponema pallidum. Perjalanan penyakit ini
cenderung kronis dan bersifat sistemik. Hampir semua alat tubuh dapat diserang, termasuk
sistem kardiovaskuler dan saraf. Selain itu wanita hamil yang menderita sifilis dapat
menularkan penyakitnya ke janin sehingga menyebabkan sifilis kongenital yang dapat
menyababkan kelainan bawaan atau bahkan kematian. Jika cepat terdeteksi dan diobati, sifilis
dapat disembuhkan dengan antibiotika. Tetapi jika tidak diobati, sifilis dapat berkembang ke
fase selanjutnya dan meluas ke bagian tubuh lain di luar alat kelamin (Hartono Olivia R,
2008: 2).
Asal penyakit ini tidak jelas. Sebelum tahun 1492, penyakit ini belum dikenal di
Eropa. Ada yang berpendapat bahwa penyakit ini berasal dari penduduk indian yang dibawa
oleh anak buah Christopher Colombus sewaktu mereka kembali ke Spanyol dari benua
Amerika pada tahun 1492. Pada tahun 1494 terjadi epidemi di Napoli, Italia. Pada abad ke 18
baru diketahui bahwa penyebaran sifilis dan gonore terutama disebabkan oleh senggama dan
keduanya dianggap sebagai infeksi yang sama. Dengan berjalannya waktu, akhirnya
diketahui bahwa kedua penyakit itu disebabkan oleh jenis kuman yang berbeda dan gejala
klinisnyapun berlainan (Hartono Olivia R, 2008: 2-3).

iri Ciri Penyakit Sipilis Pada Pria Dan Wanita


Gejala penyakit Raja Singa (Sipilis) berlangsung 3-4 minggu, kadang-kadang sampai 13
minggu. Kemudian timbul benjolan di sekitar alat kelamin. Kadang-kadang disertai pusing-
pusing dan nyeri tulang seperti flu, yang akan hilang sendiri tanpa diobati. Ada bercak
kemerahan pada tubuh sekitar 6-12 minggu setelah hubungan seks. Gejala ini akan hilang
dengan sendirinya dan seringkali penderita tidak memperhatikan hal ini.

Selama 2-3 tahun pertama penyakit ini tidak menunjukkan gejala apa-apa, atau disebut masa
laten. Setelah 5-10 tahun penyakit sifilis akan menyerang susunan syaraf otak, pembuluh
darah dan jantung. Pada perempuan hamil sifilis dapat ditularkan kepada bayi yang
dikandungnya dan bisa lahir dengan kerusakan kulit, hati, limpa dan keterbelakangan mental.

Ciri Ciri penyakit Sipilis Pada Wanita


mengenali gejala yang mungkin terjadi pada wanita, yang terurai dalam empat stadium
berbeda.

Stadium satu. Stadium ini ditandai oleh munculnya luka yang kemerahan dan basah di daerah
vagina, poros usus atau mulut. Luka ini disebut dengan chancre, dan muncul di tempat
spirochaeta masuk ke tubuh seseorang untuk pertama kalinya. Pembengkakan kelenjar getah
bening juga ditemukan selama stadium ini. Setelah beberapa minggu, chancre tersebut akan
menghilang. Stadium ini merupakan stadium yang sangat menular

Stadium dua. Kalau sifilis stadium satu tidak diobati, biasanya para penderita akan
mengalami ruam, khususnya di telapak kaki dan tangan. Mereka juga dapat menemukan
adanya luka-luka di bibir, mulut, tenggorokan, vagina dan dubur. Gejala-gejala yang mirip
dengan flu, seperti demam dan pegal-pegal, mungkin juga dialami pada stadium ini. Stadium
ini biasanya berlangsung selama satu sampai dua minggu.

Stadium tiga. Kalau sifilis stadium dua masih juga belum diobati, para penderitanya akan
mengalami apa yang disebut dengan sifilis laten. Hal ini berarti bahwa semua gejala penyakit
akan menghilang, namun penyakit tersebut sesungguhnya masih bersarang dalam tubuh, dan
bakteri penyebabnya pun masih bergerak di seluruh tubuh. Sifilis laten ini dapat berlangsung
hingga bertahun-tahun lamanya.

Stadium empat. Penyakit ini akhirnya dikenal sebagai sifilis tersier. Pada stadium ini,
spirochaeta telah menyebar ke seluruh tubuh dan dapat merusak otak, jantung, batang otak
dan tulang.

Ciri Ciri penyakit Sipilis Pada Pria


Sedangkan pada lelaki yang telah tertular oleh sifilis memiliki gejala-gejala yang mirip
dengan apa yang dialami oleh seorang penderita wanita. Perbedaan utamanya ialah bahwa
pada tahap pertama, chancre tersebut akan muncul di daerah penis. Dan pada tahap kedua,
akan muncul luka-luka di daerah penis, mulut, tenggorokan dan dubur.

Orang yang telah tertular oleh spirochaeta penyebab sifilis dapat menemukan adanya chancre
setelah tiga hari – tiga bulan bakteri tersebut masuk ke dalam tubuh. Kalau sifilis stadium
satu ini tidak diobati, tahap kedua penyakit ini dapat muncul kapan saja, mulai dari tiga
sampai enam minggu setelah timbulnya chancre.
B. PENULARAN SIFILIS
Sifilis terutama ditularkan melalui kontak seksual atau selama kehamilan dari ibu ke
janinnya, spiroseta mampu menembus membran mokusa utuh atau ganguan kulit. Oleh
karena itu dapat ditularkan melalui mencium area di dekat lesi, serta seks oral, vaginal, dan
anal. Sekitar 30 sampai 60% dari mereka yang terkena sifilis primer atau sekunder akan
terkena penyakit tersebut. Contoh penularannya, seseorang yang disuntik dengan hanya 57
organisme mempunyai peluang 50% terinfeksi. Sebagian besar (60%) dari kasus baru di
United States terjadi pada laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki. Penyakit
tersebut dapat ditularkan lewat produk darah. Namun, produk darah telah diuji di banyak
negara dan risiko penularan tersebut menjadi rendah. Risiko dari penularan karena berbagi
jarum suntik tidaklah banyak. Sifilis tidak dapat ditularkan melalui dudukan toilet, aktifitas
sehari-hari, bak panas, atau berbagi alat makan serta pakaian (Anonim, 2014).

C. STADIUM SIFILIS
Penyakit sifilis memiliki empat stadium yaitu primer, sekunder, laten dan tersier. Tiap
stadium perkembangan memiliki gejala penyakit yang berbeda-beda dan menyerang organ
tubuh yang berbeda-beda pula.
1. Stadium Dini (primer) Tiga minggu setelah infeksi, timbul lesi pada tempat masuknya
Treponema pallidum. Lesi pada umumnya hanya satu. Terjadi afek primer berupa
penonjolan-penonjolan kecil yang erosif, berkuran 1-2 cm, berbentuk bulat, dasarnya bersih,
merah, kulit disekitarnya tampak meradang, dan bila diraba ada pengerasan. Kelainan ini
tidak nyeri. Dalam beberapa hari, erosi dapat berubah menjadi ulkus berdinding tegak lurus,
sedangkan sifat lainnya seperti pada afek primer. Keadaan ini dikenal sebagai ulkus durum.
Sekitar tiga minggu kemudian terjadi penjalaran ke kelenjar getah bening di daerah lipat
paha. Kelenjar tersebut membesar, padat, kenyal pada perabaan, tidak nyeri, tunggal dan
dapat digerakkan bebas dari sekitarnya. Keadaan ini disebut sebagai sifilis stadium 1
kompleks primer. Lesi umumnya terdapat pada alat kelamin, dapat pula di bibir, lidah, tonsil,
putting susu, jari dan anus. Tanpa pengobatan, lesi dapat hilang spontan dalam 4-6 minggu,
cepat atau lambatnya bergantung pada besar kecilnya lesi.
2. Stadium II (sekunder) Pada umumnya bila gejala sifilis stadium II muncul, sifilis stadium I
sudah sembuh. Waktu antara sifilis I dan II umumnya antara 6-8 minggu. Kadang-kadang
terjadi masa transisi, yakni sifilis I masih ada saat timbul gejala stadium II. Sifat yang khas
pada sifilis adalah jarang ada rasa gatal. Gejala konstitusi seperti nyeri kepala, demam,
anoreksia, nyeri pada tulang, dan leher biasanya mendahului, kadang-kadang bersamaan
dengan kelainan pada kulit. Kelainan kulit yang timbul berupa bercak-bercak atau tonjolan-
tonjolan kecil. Tidak terdapat gelembung bernanah. Sifilis stadium II seringkali disebut
sebagai The Greatest Immitator of All Skin Diseases karena bentuk klinisnya menyerupai
banyak sekali kelainan kulit lain. Selain pada kulit, stadium ini juga dapat mengenai selaput
lendir dan kelenjar getah bening di seluruh tubuh.
3. Sifilis Stadium III Lesi yang khas adalah guma yang dapat terjadi 3-7 tahun setelah infeksi.
Guma umumnya satu, dapat multipel, ukuran milier sampai berdiameter beberapa sentimeter.
Guma dapat timbul pada semua jaringan dan organ, termasuk tulang rawan pada hidung dan
dasar mulut. Guma juga dapat ditemukan pada organ dalam seperti lambung, hati, limpa,
paru-paru, testis dll. Kelainan lain berupa nodus di bawah kulit, kemerahan dan nyeri.
4. Sifilis Tersier Termasuk dalam kelompok penyakit ini adalah sifilis kardiovaskuler dan
neurosifilis (pada jaringan saraf). Umumnya timbul 10-20 tahun setelah infeksi primer.
Sejumlah 10% penderita sifilis akan mengalami stadium ini. Pria dan orang kulit berwarna
lebih banyak terkena. Kematian karena sifilis terutama disebabkan oleh stadium ini.
Diagnosis pasti sifilis ditegakkan apabila dapat ditemukan Treponema pallidum. Pemeriksaan
dilakukan dengan mikroskop lapangan gelap sampai 3 kali (selama 3 hari berturut-turut)
(Hartono Olivia R, 2008:3-4).

D. GEJALA-GEJALA PENYAKIT SIFILIS


Tanda dan gejala sifilis bervariasi bergantung pada fase mana penyakit tersebut
muncul (primer, sekunder, laten, dan tersier). Fase primer secara umum ditandai dengan
munculnya chancre tunggal (ulserasi keras, tidak menimbulkan rasa sakit, tidak gatal di
kulit), sifilis sekunder ditandai dengan ruam yang menyebar yang seringkali muncul di
telapak tangan dan tumit kaki, sifilis laten biasanya tidak memiliki atau hanya menunjukkan
sedikit gejala, dan sifilis tersier dengan gejala gumma, neurologis, atau jantung. Namun,
penyakit ini telah dikenal sebagai "peniru ulung" karena kemunculannya ditandai dengan
gejala yang tidak sama. Diagnosis biasanya dilakukan melalui tes darah; namun, bakteri juga
dapat dilihat melalui mikroskop. Sifilis dapat diobati secara efektif dengan antibiotik,
khususnya dengan suntikan penisilin G (yang disuntikkan untuk neurosifilis), ataupun
ceftriakson, dan bagi pasien yang memiliki alergi berat terhadap penisilin, doksisiklin atau
azitromisin dapat diberikan secara oral atau diminum (Anonim, 2014).
a. Primer
Sifilis primer umumnya diperoleh dari kontak seksual secara langsung dengan orang yang
terinfeksi ke orang lain. Sekitar 3 sampai 90 hari setelah awal kedapatan (rata-rata 21 hari)
luka di kulit dinamakan chancre, tampak pada saat kontak. Lesi ini biasanya (40 % dari
waktu) tunggal, kokoh, tanpa rasa sakit, pemborokan kulit tanpa rasa gatal dengan dasar yang
bersih serta berbatasan tajam antara ukuran 0,3 dan 3,0 cm. Walau bagaimanapun luka bisa
dikeluarkan hampir dalam bentuk apapun. Pada bentuk yang umum, luka baerkembang dari
macule ke papule dan akhirnya ke erosion atau ulcer. Kadang-kadang, lesi ganda mungkin
muncul (~40%). Lesi ganda lebih umum ketika koinfeksi dengan HIV. Lesi mungkin nyeri
atau perih (30%), dan bisa terjadi di luar kelamin (2–7%). Letak paling umum pada wanita
adalah di cervix (44%), penis laki-laki heteroseksual (99%), dan anal serta rektal umumnya
secara relatif (laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki) (34%). Pelebaran nodus
limfa;(80%) sering kali terjadi di sekitar daerah infeksi, terjadi selama 10 hari setelah
pembentukan tukak. Lesi dapat bertahan selama tiga hingga enam minggu tanpa pengobatan
(Anonim, 2014).
b. Fase Skunder
Fase sekunder biasanya dimulai dengan suatu ruam kulit, yang muncul dalam waktu 6-12
minggu setelah terinfeksi. Ruam ini bisa berlangsung hanya sebentar atau selama beberapa
bulan. Meskipun tidak diobati, ruam ini akan menghilang. Tetapi beberapa minggu atau bulan
kemudian akan muncul ruam yang baru. Pada fase sekunder sering ditemukan luka di mulut.
Sekitar 50% penderita memiliki pembesaran kelenjar getah bening di seluruh tubuhnya dan
sekitar 10% menderita peradangan mata. Peradangan mata biasanya tidak menimbulkan
gejala, tetapi kadang terjadi pembengkakan saraf mata sehingga penglihatan menjadi kabur
(Anonim, 2008).
c. Fase Laten
Setelah penderita sembuh dari fase sekunder, penyakit akan memasuki fase laten dimana
tidak nampak gejala sama sekali. Fase ini bisa berlangsung bertahun-tahun atau berpuluh-
puluh tahun atau bahkan sepanjang hidup penderita. Pada awal fase laten kadang luka yang
infeksi kembali muncul (Anonim, 2008).
d. Tersier
Sifilis tersier bisa terjadi kira-kira 3 hingga 15 tahun setelah infeksi awal, dan bisa dibagi
kedalam tiga bentuk berbeda; sifilis gummatous (15%), akhir neurosifilis (6.5%),dan
kardiovaskular sifilis (10%). Tanpa pengobatan, ketiga dari orang yang terinfeksi
berkembang ke penyakit tersier. Orang dengan sifilis tersier adalah bukan penular. Sifilis
gummatous atau sifilis akhir benign biasanya terjadi 1 hingga 46 tahun setelah infeksi awal,
dengan rata-rata 15 tahun. Fase ini ditandai oleh pembentukan gumma kronik, yang
lembut,mirip peradangan bola tumor yang bisa bermacam-macam dan sangat signifikan
bentuknya gumma umumnya mempengaruhi kulit, tulang, dan liver, tetapi bisa terjadi
dimanapun. Neurosifilis merujuk pada infeksi yang melibatkan sistem saraf pusat yang bisa
terjadi dini, menjadi tak bergajala atau dalam bentuk dari meningitis sifilistik yang
berhubungan dengan keseimbangan yang lemah dan nyeri kilat pada ekstrimitas lebih rendah.
Akhir neurosifilis umumnya terjadi 4 hingga 25 tahun setelah infeksi awal. Siflis
meningovaskular umumnya muncul dengan apati dan sawan, serta telah umum dengan
demensia dan dorsalis. Juga di sana mungkin terdapat pupil Argyll Robertson, tempat pupil
kecil bilateral menyempit ketika orang fokus pada objek dekat, tapi tidak menyempit ketika
terkena cahaya terang. Sifilis kardiovaskular biasanya terjadi 10-30 tahun setelah infeksi
awal. Komplikasi yang paling umum adalah syphilitic aortitis, yang dapat mengakibatkan
pembentukan aneurisme (anonim, 2014).

E. PENCEGAHAN PENYAKIT SIFILIS


Tidak ada vaksin yang efektif untuk pencegahan. Berpantang dari kontak fisik intim
dengan orang yang terinfeksi secara efektif mengurangi penularan sifilis, seperti penggunaan
yang tepat dari kondom lateks. Namun, penggunaan kondom, tidak sepenuhnya
menghilangkan risiko.[13][10] Oleh karena itu, Centers for Disease Control and Prevention
merekomendasikan hubungan jangka panjang dengan satu pasangan yang tidak terinfeksi dan
menghindari zat seperti alkohol dan zat terlarang lainnya yang dapat meningkatkan risiko
perilaku seksual. Sifilis bawaan pada bayi dapat dicegah dengan penapisan ibu selama awal
kehamilan dan mengobati mereka yang terinfeksi. United States Preventive Services Task
Force (USPSTF) sangat merekomendasikan penapisan universal pada semua wanita hamil,
sedangkan Organisasi Kesehatan Dunia menyarankan agar semua wanita dites pada
kunjungan pertama antenatal dan sekali lagi pada trimester ketiga. Jika mereka positif,
mereka menganjurkan agar pasangan mereka juga dirawat. Meskipun demikian, sifilis
bawaan masih banyak terjadi di negara berkembang, karena banyak wanita yang sama sekali
belum menerima perawatan antenatal, dan bahkan perawatan lain sebelum melahirkan yang
diterima tidak termasuk penapisan, dan ini terkadang masih terjadi di negara maju, karena
mereka yang kemungkinan besar tertular sifilis (melalui penggunaan obat-obatan terlarang,
dll.) adalah yang paling sedikit menerima perawatan selama kehamilan. Beberapa langkah
untuk meningkatkan akses ke tes tampaknya efektif untuk mengurangi tingkat sifilis bawaan
di negara berpendapatan rendah sampai menengah. Sifilis adalah penyakit yang harus
dilaporkan di beberapa negara, termasuk di Kanada Uni Eropa , dan Amerika Serikat. Ini
berarti penyedia layanan kesehatan diwajibkan untuk memberitahukan kepada otoritas
Kesehatan Masyarakat, yang idealnya nanti akan memberikan pemberitahuan pasangan
kepada pasangan pasien. Dokter juga dapat mendorong pasien untuk mengirim pasangan
pasien untuk mencari perawatan kesehatan. CDC merekomendasikan laki-laki yang aktif
secara seksual yang melakukan hubungan seks dengan laki-laki dites sekurang-kurangnya
sekali dalam setahun (Anonim, 2014).
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Penyakit sifilis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Treponema
Pallidium, merupakan penyakit kronis dan laten. Penyakit ini dapat menyerang dan merusak
seluruh tubuh jika tidak ditangani secepatnya. Penyakit sifilis dapat ditularkan melalui
banyak cara yaitu dengan jalan kontak langsung seperti berhubungan seks, menerima donor
darah dari orang yang telah infeksi penyakit ini, dapat juga ditularkan dari ibu kepada
bayinya selama didalam kandungan.
Tidak ada vaksin khusus untuk mencegah penularan penyakit raja singa ini, hanya
saja dapat dilakukan pencegahan dari penularan penyakit ini yaitu dengan setia terhadap satu
pasangan dan tidak bergonta-ganti pasangan.
B. SARAN
Penyakit sifilis dimasa kini sudah dapat ditangani penyakit ini tetap ada meskipun
penyebarannya sudah dapat ditekan. Setia pada satu pasangan dan tidak bergonta-ganti
pasangan adalah salah satu cara yang efektif untuk mencegah penyakit ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2014. Sifilis. (Online) http://id.wikipedia.org/wiki/Sifilis. Diakses pada senin 16 Maret 2015
pukul 06.35 WIB.
Anonim. 2013. Makalah Sifilis.(Online)
http://artiasofftiyani.blogspot.com/2013/10/makalah-sifilis.html. Diakses pada 16 Maret 2015
Pukul 06.50)
Hartono Olivia R, 2008. Treponema Pallidium. Forum Penelitian, 1 (1) : 2.
Ciri-ciri dan Gejala Utama HIV AIDS Berikut ini sekumpulan gejala yang umum terjadi pada
orang yang terkena HIV AIDS, jadi amatilah setiap gejala berikut untuk kemudian dilakukan
pemeriksaan laboratorium. Demam berulang Demam adalah tubuh respon pertama tubuh
dalam melawan setiap infeksi atau invasi benda asing. Jika seseorang terinfeksi HIV, pada
tahap awal muncullah demam kemudian disertai dengan gejala seperti flu selama empat
minggu pertama. Kondisi ini disebut dengan sindrom retroviral akut atau ARS atau infeksi
HIV primer. Ini adalah respon alami tubuh terhadap HIV yang menjadi gejala HIV awal.
Tingginya suhu tubuh dapat bervariasi mulai dari sedang hingga tinggi sekitar 38-39° C.
Biasanya demam akan disertai dengan kelelahan, sakit tenggorokan, pembengkakan kelenjar
getah bening dan kecenderungan mual. Sementara demam berlanjut, virus bergerak jauh ke
dalam aliran darah dan mulai mereplikasi (memperbanyak diri), mengganggu fungsi sistem
kekebalan tubuh yang menyebabkan reaksi peradangan. Ruam Kulit Ketika muncul ruam
atau kemerahan yang terjadi tanpa ada reaksi alergi atau overdosis obat, maka harus
diwaspadai jangan-jangan ini merupakan salah satu dari ciri-ciri HIV AIDS. Ruam ini dapat
terjadi pada tahap awal penyakit atau tahap lanjut ketika sisitem kekebalan tubuh menjadi
lemah. Ruam dapat muncul berupa warna merah, coklat, merah muda, atau bercak keunguan.
Jika ruam kulit terus bertahan meskipun sudah diobati, pertimbangkan untuk menjalani tes
HIV. Pembengkakan Kelenjar Getah Bening Tahukah Anda bahwa kelenjar getah bening
merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh sehingga organ ini seringkali dipengaruhi
ketika tubuh mengalami inflamasi atau infeksi, tak terkecuali pada HIV AIDS. Demam yang
disertai dengan pembengkakan kelenjar getah bening memang menjadi indikasi dari setiap
masalah kesehatan lainnya. Tapi apabila pembengkakan kelenjar getah bening di leher,
selangkangan, atau di ketiak tak kunjung pulih maka kita juga harus mewaspadai HIV AIDS.
Kelelahan Kronis Badan yang terus menerus mengalami lelah dan tidak jelas penyebabnya
mengindikasikan adanya masalah pada tubuh, salah satunnya adalah gejala HIV AIDS.
Karena infeksi HIV akan melemahkan sistem kekebalan tubuh yang berarti juga melemahkan
stamina tubuh. Nyeri Otot dan Sendi Pembengkakan kelenjar getah bening bersama dengan
sakit otot dan nyeri sendi adalah gejala HIV lain yang menonjol. Sakit Kepala Ekstrim Sakit
kepala dengan demam dan nyeri sendi bisa menjadi gejala dari beberapa kondisi kesehatan
lainnya tetapi juga umum terjadi pada infeksi HIV. Diare Diare yang berlangsung selama
lebih dari seminggu adalah masalah yang perlu diperhatikan. Diare tak henti-hentinya yang
tidak berhenti bahkan setelah diberikan pengobatan bisa menjadi gejala kemungkinan infeksi
HIV. Penurunan Berat Badan Penurunan berat badan yang cepat bersama dengan diare bisa
berarti bahwa virus tersebut telah benar benar mengganggu sistem pertahanan tubuh.
Kehilangan 10 persen berat badan bersama dengan diare dan mual merupakan kombinasi
yang pas. Pneumonia Batuk, demam, penurunan berat badan, dan sesak nafas yang
merupakan tanda-tanda pneumonia bisa menjadi indikasi infeksi HIV. Ingat pneumonia
adalah kejadian yang sangat umum bagi orang-orang yang terkena HIV. Keringat Malam
Banyak orang yang terkena infeksi HIV AIDS mengalami gejala sering berkeringat di malam
hari meskipun pada saat itu udara tidak panas dan sedang tidak melakukan aktifitas fisik.
Infeksi Jamur Ketika daya tahan tubuh melemah, maka tubuh mudah terserang infeksi,
terutama infeksi jamur. Pada prinsipnya semua bagian tubuh dapat terserang, jika jamur
menyerang kuku, maka kuku akan kuning, berubah warna, menebal dan rapuh ini merupakan
tanda infeksi sekunder setelah terinfeksi HIV. Demikian pula sariawan di mulut karena
infeksi jamur dapat menjadi indikasi yang sama. Penurunan Daya Ingat atau Depresi
Meskipun hal ini biasanya terjadi pada penyakit HIV tahap lanjut, namun tetap harus
diwaspadai secara dini.
Sumber: Gejala dan Ciri-ciri Terkena HIV AIDS Tahap Awal Sampai Lanjut - Mediskus

Anda mungkin juga menyukai