A. PENGERTIAN
pallidum yang bersifat kronis dan sistemik ditandai dengan lesi primer diikuti
dengan erupsi sekunder pada kulit dan selaput lendir kemudian masuk
kedalam periode laten tanpa manifestasi lesi di tubuh diikuti dengan lesi
pada kulit, lesi pada tulang, saluran pencernaan, sistem syaraf pusat dan
seksual. Penyakit ini sangat kronik, bersifat sistemik dan menyerang hampir
sistemik dan biasanya terjadi pada genital baik itu laki-laki maupun
1
B. ANATOMI DAN FISIOLOGI
Fisiologi Kulit
pengaruh luar seperti luka dan serangan kuman. Lapisan paling luar dari
kulit ari diselubungi dengan lapisan tipis lemak, yang menjadikan kulit
tahan air. Kulit dapat menahan suhu tubuh, menahan luka-luka kecil,
mencegah zat kimia dan bakteri masuk ke dalam tubuh serta menghalau
2. Penerima rangsang
berhubungan
dengan sakit, suhu panas atau dingin, tekanan, rabaan, dan getaran. Kulit
2
3. Pengatur panas atau thermoregulasi
Tubuh yang sehat memiliki suhu tetap kira-kira 98,6 derajat Farenheit
atau sekitar 36,50C. Ketika terjadi perubahan pada suhu luar, darah dan
sebagai organ antara tubuh dan lingkungan. Panas akan hilang dengan
penguapan keringat.
4. Pengeluaran (ekskresi)
garam, yodium dan zat kimia lainnya. Air yang dikeluarkan melalui kulit
tidak saja disalurkan melalui keringat tetapi juga melalui penguapan air
5. Penyimpanan.
C. ETIOLOGI
menetap saat infeksi dan berapa lama organisme ini berleplikasi. Spiroket
Inkubasi pada tahap primer adalah 10-90 hari setelah kontak, rata-
3
Inkubasi pada tahap sekunder adalah 17 hari sampai 6 bulan setelah
kontak, rata-rata 2,5 bulan. Bila sifilis tidak diobati, tanda dan gejala
minggu.
Individu dinyatakan infeksius bila muncul salah satu lesi primer atau
sekunder. Respons antibodi awal adalah IgM, dan dalam 2 minggu IgM
Rasa sakit atau nyeri pada saat kencing atau berhubungan seksual.
Keputihan berwarna putih susu, bergumpal dan disertai rasa gatal dan
Bintil – bintil berisi cairan, lecet atau borok pada alat kelamin.
Demam.
Ruam kulit, yang sering muncul sebagai luka, merah atau coklat
Sakit tenggorokan.
4
Adanya kutil seperti luka di mulut atau daerah genital.
Timbul suatu ulkus yang disebut ulkus durum yang mempunyai sifat
khusus, antara lain tidak nyeri (indolen), sekitar ulkus teraba keras
(indurasi), dasar ulkus bersih dan bewarna merah seperti plak, dan soliter
(biasanya hanya 1-2 ulkus). Lokasi ulkus ini pada laki-laki biasanya
Pada wanita di labium mayora dan minora, klitoris dan serviks. Ulkus bisa
terdapat ekstra genital misalnya pada anus, rektum, bibir, mulut, lidah,
Manifestasi klinis sifilis sekunder dapat berupa berbagai ruam pada kulit,
selaput lendir, dan organ tubuh. Dapat disertai demam, malaise. Juga
adanya kelainan kulit dan selaput lendir dapat diduga sifilis sekunder, bila
unilateral dan berbentuk arsiner. Pada kulit kepala dijumpai alopesia yang
2003).
3. Sifilis Laten
Sifilis laten merupakan stadium sifilis tanpa gejala klinis, akan tetapi
5
4. Stadium III (Sifilis Lanjut)
peradangan dan nekrosis (Daili, 2003). Pross gumma juga terjadi pada
E. KOMPLIKASI
Sifilis juga meningkatkan resiko infeksi HIV, dan bagi wanita, dapat
tulang, hepar, atau organ lainnya pada sifilis tahap laten. Jika pada
Masalah Neurologi
Stroke
Infeksi dan inflamasi membran dan cairan di sekitar otak dan spinal
cord (meningitis)
Paralysis
6
Deafness or visual problems
Personality changes
Dementia
Masalah kardiovaskular
Ini semua dapat meliputi bulging (aneurysm) dan inflamasi aorta, arteri
Infeksi HIV
Sekitar 40% bayi yang mengidap sifilis dari ibunya akan mati, salah
beberapa hari saja. Resiko untuk lahir premature juga menjadi lebih
tinggi.
atas dapat muncul pada sifilis dengan stadium tersier dan kongenital
semua sistem tubuh sehingga akan terjadi penurunan daya imun yang
7
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
kadar antibodi.
Uji ini lebih sensitif dari pada VDRL dalam mendeteksi infeksi
2) VDRL
8
3) Antibodi treponema fluoresens (fluorescent treponema antibody,
FTA)
Sekali positif, hasil uji akan tetap positif dalam waktu yang
Treponema.
G. PENATALAKSANAAN
1. MEDIKAMENTOSA
9
a. Programkan uji FTA bila tidak terdapat riwayat sifilis
sebelumnya.
Bila uji FTA negatif dan tidak ada tanda atau gejal
klamidia.
plasenta.
10
a. Untuk klien yang mengalami sifilis awal-primer, sekunder,
sebagai berikut :
berikut :
a. Hamil ; rujuk klien untuk uji kulit (skin test) terhadap alergi
dialami klien.
b. Tidak hamil
11
3) Ulangi tindak lanjut VDRL tiap bulan saat hamil dan sedikitnya
meningkat empat kali dari 1:4 menjadi 1:6 atau dari 1:8
menjadi 1:32.
pasangan seksual.
2. NON MEDIKAMENTOSA
12
Memberikan pendidikan kepada klien dengan menjelaskan hal-hal
sebagai berikut :
2009)
H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Anamnesa
kelamin.
Pallidum.
13
5) Riwayat Penyakit keluarga : Adanya riwayat penyakit sifilis pada
6) ADL :
Nutrisi
Tanda : Vomiting
Aktivitas/istirahat
Eliminasi
Hygine
b. Pemeriksaan Penunjang
14
Untuk menentukan diagnosis sifilis maka dilakukan pemeriksaan
amat membantu dalam skrining, titer naik bila penyakit aktif (gagal
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
15
DO : Adanya luka/lesi pada kulit klien, turgor kulit jelek, kerusakan
jaringan kulit.
dengan baik
DO : Ada lesi dan ulkus pada : kulit tubuh, kepala, bibir, mukosa
DS :-
DO :-
16
j) Resiko penurunan curah jantung b.d insufisiensi aorta
DS :-
DO :-
reaktif.
3. PERENCANAAN KEPERAWATAN
perawatan
dalam perawatan
VDRL negatif.
Intervensi :
17
Ajarkan klien untuk menggunakan teknik relaksasi, distraksi atau
nyeri
nyeri klien.
membunuh kuman.
indicator nyeri.
perawatan
perawatan
Suhu 36–37 °C
Tidak menggigil
18
Dapat istirahat dengan tenang
Tidak lemas
Intervensi :
lipatan paha.
mukosa oral
Objective : klien akan terbebas dari ulkus mukosa oral selama dalam
perawatan
Intervensi :
19
Kolaborasi pemberian roborantia.
perawatan
Intervensi :
kateter.
saat berkemih.
ansietas
20
R/ pengukuran asupan dan haluaran yang akurat sangat penting
perawatan
dalam perawatan
Outcomes :
Intervensi :
R/ Menurunkan iritasi
perubahannya
21
Bantu klien dalam melakukan tindakan higine dan kenyamanan
keefektifannya
perawatan kulit
perawatan
penyakit SIFILIS
Intervensi :
tindakannya
22
Dorong klien untuk mengidentifikasi dan berpartisipasi dalam
intervensi selanjutnya.
perawatan
kebutuhan seksual
seksual
Intervensi :
23
R/ Membantu memahami mekanisme gangguan dan menggali
terganggu
tanpa menghakimi
atau pasangan
dalam perawatan
Objective : Klien terbebas dari kulit tubuh yang tidak baik selama
dalam perawatan.
pada tubuh.
Intervensi :
24
Bina hubungan saling percaya.
dipercaya.
diri.
dalam perawatan
25
Objective : klien akan terhindar dari kerusakan jaringan otot dan
Outcomes :
Intervensi :
intoleransi aktivitas.
intoleransi aktivitas.
Pantau TTV
dalam perawatan
26
Objective : Klien akan terbebas dari ulkus kronis selama dalam
perawatan
dalam perawatan
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
5. EVALUASI KEPERAWATAN
27