PENDAHULUAN
Lesi yang timbul dapat terjadi pada tempat yang normal atau pada tempat
yang sebelumnya pernah terkena trauma. Terdapat vesikel yang biasanya tidak
mudah untuk mengalami ruptur kemudian yang khas dari vesikel ini vesikel
tersebut biasanya membesar menjadi bula. Di dalam bula tersebut awalnya
mengandung cairan yang jernih berwarna kuning, yang kemudian berubah warna
menjadi lebih gelap, serta lebih berwarna kuning kehitaman. Setelah 1-3 hari lesi
ini biasanya akan ruptur dan meninggalkan krusta yang tipis, berwarna cokelat
terang, dan satu lagi yang khas pada penderita Impetigo Bulosa adalah hipopion.
Karena impetigo terbatas hanya pada epidermis dan tidak mencapai bagian
yang lebih dalam, umumnya pasien hanya mengeluh gatal tanpa disertai nyeri.
Pada pasien dikatakan sempat merasa gatal saat awal munculnya gelembung
namun saat pemeriksaan rasa gatal disangkal. Keluhan berupa gelembung disertai
nanah yang diawali rasa gatal tanpa disertai rasa nyeri ini dapat dipikirkan sebagai
suatu impetigo. Data epidemiologi menyatakan daerah predileksi impetigo bulosa
antara lain leher, ketiak, dada, serta punggung dengan gambaran efloresensi yang
khas berupa bula hipopion di atas kulit yang eritema.
1
BAB II
KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. A
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal lahir/Usia : 03 Agustus 2010/7Tahun
Alamat : Jl. Dewi Sartika
Agama : Islam
Waktu Masuk : 03 April 2017, Pukul 10.30 WITA
Tempat Pemeriksaan : Poliklinik Anak RS Wirabuana
Identitas Orang Tua :
Nama Ibu : Ny. H
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jl. Tombolotutu
B. ANAMNESIS
a. Keluhan Utama
Gelumbung-gelembung berisi nanah diserta kemerahan pada ketiak,
punggung, dan lipatan lengan.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang di poliklinik RS Wirabuana dengan keluhan
kelainan kulit berupa Gelumbung-gelembung berisi nanah diserta
kemerahan pada ketiak dan punggung. Nanah yang tidak disertai
gatal dan nyeri pada punggung sejak 3 hari yang lalu. Awalnya
gelembung berisi nanah yang tidak disertai gatal dan perih ini
berukuran kecil, semakin lama gelembung ini semakin membesar dan
menyebar keseluruh punggung dan ketiak kanan. Demam dan rasa
nyeri tidak dijumpai.
Gelembung-gelembung berisi nanah pertama kali muncul 3 hari
yang lalu. Anak tidak mengalami demam (-), menggigil (-), sakit
2
kepala (-), badan terasa lemas (+). Batuk (-), flu (-), sesak (-). Mual
(-), muntah (-), BAB (+) biasa, BAK (+) lancar.
c. Riwayat Penyakit Sebelumnya
Pasien belum pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada yang memiliki keluhan sama di dalam keluarga.
e. Riwayat Kebiasaan dan Lingkungan
Pasien adalah anak yang aktif bermain di luar rumah dan juga
memiliki kebiasaan jajan sembarangan. Rumah terletak di perumahan
asrama tentara.
f. Riwayat Sosial-Ekonomi
Pasien berasal dari keluarga dengan sosial-ekonomi menengah,
tinggal di rumah yang beratapkan seng, dengan dinding tembok dan
lantai semen, yang di huni oleh 4 orang anggota keluarga
g. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Anak kedua dari 2 bersaudara, lahir normal di tolong oleh bidan,
bayi lahir secara spontan, letak belakang kepala, air ketuban jernih,
dan langsung menangis dengan usia kehamilan cukup bulan. Berat
Badan Lahir : 3000 gram, Panjang Badan Lahir: 49 cm. Selama
kehamilan, ibu pasien tidak pernah menderita sakit ataupun masalah
lainnya.
h. Kemampuan dan Kepandaian Bayi
Tumbuh dan kembang anak sesuai dengan usianya, dan saat ini
anak tidak mengalami keterlambatan atau gangguan tumbuh dan
kembang.
i. Anamnesis Makanan
Pasien mendapatkan ASI mulai dari usia 0 7 bulan dan
dilanjutkan dengan konsumsi susu formula sampai sekarang. Bubur
saring mulai umur 7 bulan, makanan padat umur 1 tahun. Saat ini
pasien mengkonsumsi makanan seperti orang dewasa.
3
j. Riwayat Imunisasi
Imunisasi dasar lengkap.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Sakit Sedang
Kesadaran : Compos mentis
Berat Badan : 24 kg
Tinggi Badan : 127 cm
Status Gizi : CDC 96% (Gizi Baik)
Tanda Vital
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Denyut Nadi : 80/menit, kuat angkat, irama reguler
Respirasi : 24/menit, reguler
Suhu axilla : 37 0C
1. Kulit:
Warna : Sawo matang
Efloresensi : (+) polimorf, berupa vesikel/bulla dengan
umbilikasi, tampak sebagian vesikel/bulla
telah memecah sehingga tampak membentuk
koleret dan dasarnya masih eritematosa.
Sianosis : (-)
Turgor : Segera kembali (<2 detik)
Kelembaban : Cukup
Rumple leed : (-)
2. Kepala:
Bentuk : Normocephalus
Rambut : Warna hitam, tidak mudah dicabut, tebal,
alopecia (-)
3. Mata:
Konjungtiva : Anemis (-/-)
4
Sklera : Ikterik(-/-)
Refleks cahaya : (+/+)
Refleks kornea : (+/+)
Pupil : Bulat, isokor
Cekung : (-/-)
4. Hidung:
Pernafasan cuping hidung : (-)
Epistaksis : (-)
Rhinorrhea : (-)
5. Mulut:
Bibir : Kering, sianosis (-), stomatitis (-)
Gigi : karies (-)
Gusi : perdarahan (-)
Lidah:
Tremor : (-)
Kotor/Berselaput : (-)
Warna : Tidak hiperemis
6. Telinga:
Sekret : (-)
Nyeri : (-)
7. Leher:
Kelenjar getah bening : Pembesaran(-/-), nyeri tekan (-)
Kelenjar Tiroid : Pembesaran (-), nyeri tekan (-)
Faring : Hiperemis (-)
Tonsil : T1-T1
8. Toraks:
a. Dinding Dada/Paru:
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris bilateral kanan =
kiri, retraksi (-), jejas (-), bentuk normochest,
eflorosensi (+)
5
Palpasi : Ekspansi dada simetris, vocal fremitus simetris
kanan = kiri, nyeri tekan (-).
Perkusi : Sonor di semua lapang paru
Auskultasi : Vesicular (+/+) Rhonchi (-/-),Wheezing (-/-)
b. Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Pulsasi ictus cordis teraba pada SIC V arah medial
linea midclavicula sinistra
Perkusi : Batas jantung normal, cardiomegaly (-)
Auskultasi : Bunyi jantung SI / SII murni reguler, murmur (-),
gallop (-).
9. Abdomen:
Inspeksi : Tampak datar, kesan normal
Auskultasi : Peristaltik (+), kesan normal
Perkusi : Bunyi timpani (+) diseluruh abdomen
Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (-), distensi (-),
meteorismus (-).
Hati : Hepatomegali (-)
Lien : Tidak teraba
Ginjal : Tidak teraba
10. Anggota Gerak:
a. Ekstremitas superior: Akral hangat (+/+), edema (-/-),
efluresensi(+)
b. Ekstremitas inferior: Akral hangat (+/+), edema (-/-)
11. Genitalia: Dalam batas normal
+/+
12. Otot-Otot: Eutrofi +/+, kesan normal
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan
6
E. RESUME
An. A perempuan, 7 tahun datang dengan keluhan vesikel/bulla(+) di punggung
dan ketiak yang muncul sejak 3 hari lalu sebelum datang ke Poliklinik Anak RS
Wirabuana. Vesikel/bulla muncul pertama di daerah punggung kemudian ketiak
kanan. Tidak terasa gatal, tidak panas, dan terasa perih pada punggung dan ketiak
kanan. Awalnya terdapat makula eritema pada kulit di daerah punggung dan
ketiak, lalu terjadi perubahan dari makula eritema ke papula dan menjadi
vesikel/bulla. Malaise (+). Pemeriksaan tanda vital didapatkan denyut nadi 80
kali/menit, respirasi 24 kali/menit, suhu 370C. Pada hasil pemeriksaan fisik
ditemukan efloresensi (+) polimorf, berupa vesikel/bulla dengan umbilikasi,
tampak sebagian vesikel/bulla telah memecah sehingga tampak membentuk
koleret dan dasarnya masih eritematosa.
F. DIAGNOSIS
Diagnosis kerja : Impetigo Bullosa
G. TERAPI
Pasien Rawat jalan
Non Medikamentosa:
- Menjaga higiene tubuh dengan baik, seperti mengganti baju tiap
berkeringat dan mandi dengan air bersih.
- Memperkuat daya tahan tubuh, seperti mengonsumsi buah-buahan,
multivitamin, dan beristirahat cukup.
- Menjaga agar kulit pasien tidak terluka agar terhindar dari infeksi
sekunder pada kulit pasien.
Medikamentosa:
- Amoxicillin syr. 250mg/5ml 3x1 cth
- Kompres NaCl 0,9% setiap 10 menit
- Salep antibiotik Kotrimoksazol 2 % 2x1 setiap habis mandi
7
BAB III
DISKUSI KASUS
Impetigo dapat terjadi pada semua ras. Lebih sering dijumpai pada laki-
laki, dan pada usia 2 sampai 5 tahun. Impetigo bulosa paling sering dijumpai pada
neonatus dan bayi, 90% kasus anak di bawah 2 tahun.
8
meninggalkan skuama anular dengan bagian tengah eritema (koleret), dan cepat
mengering. Lesi dapat melebar membentuk gambaran polisiklik. Sering kali bula
sudah pecah saat berobat, sehingga yang tampak ialah lesi koleret dengan dasar
eritematosa. Pasien berusia di bawah 1 tahun atau bayi, akan tampak rewel karena
rasa nyeri di kulit membuat pasien merasa tidak nyaman. Keadaan umum
biasanya baik.
Jika vesikel/bula telah pecah dan hanya terdapat koleret dan eritema,
akan tampak mirip dermatofi tosis. Pada anamnesis hendaknya ditanyakan
riwayat adanya lepuh, yang mengarah pada diagnosis impetigo bulosa. Impetigo
vesikubulosa juga terkadang mirip dengan pemfi gus vulgaris. Etiologi pemfigus
ialah autoimun, sehingga tidak ditemukan kuman pada pemeriksaan gram.
Penyakit ini juga mirip varisela akan tetapi pada stadium awal varisela terdapat
gejala demam tinggi sebelum muncul vesikel, dan bila vesikel pecah tidak
menimbulkan koleret seperti pada impetigo bulosa.
9
- Histopatologi: vesikel formasi subkorneum atau stratum granulosum, sel
akantolisis, edema papila dermis, serta infiltrat limfosit dan neutrofi l
disekitar pembuluh darah pada pleksus superfisial.
Penatalaksanaan dari impetigo ini dapat dilakukan baik secara umum dan
secara khusus. Secara umum mencegah dan menghindari faktor predisposisi
memperbaiki hygiene diri dan lingkungan, dan meningkatkan daya tahan tubuh.
Secara khusus dengan cara pemberian obat topikal dan sistemik.
a. Non-medikamentosa:
1. Menjaga kebersihan dan kesehatan tubuh
2. Menghindari faktor predisposisi
3. Memperkuat daya tahan tubuh
b. Medikamentosa:
1. Topikal: mupirocin krim 2%, asam fusidat krim 2%, atau tetrasiklin krim
atau salep, kompres NaCl 0,9%
2. Oral: eritromisin 2 x 500 mg pada dewasa, pada anak 40 mg/KgBB/hari
dibagi 4 dosis; atau amoksisilin-klavulanat 3 x 500 mg pada dewasa, pada
anak 25 mg/KgBB/hari dibagi 3 dosis; atau cephalexin 2 x 500 mg pada
dewasa, pada anak 25 mg/KgBB/hari dibagi 4 dosis.
10
DAFTAR PUSTAKA
1. Soedarmo, SSP. et al. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis. IDAI. 2015 :
134-140
2. Davey, P. 2005. At a glance medicine. EGC : Jakarta
3. Corwin, EJ. Buku saku patofisiologi Ed 3. 2007. EGC : Jakarta
4. Bergman, I & Painter, M.J,. 2010. Nelson Esensi Pediatri Edisi 4 : Neurologi.
EGC. Jakarta.
11