PERSPEKTIF MEDIKOLEGAL
TRAUMA LISTRIK
DI SUSUN OLEH :
MUH. ISYRAQ RAIHAN N111 16 024
CYNTHIA FIDELIA MONTANG N111 16 062
DESI FRINAENSRI DOKI N111 16 088
PEMBIMBING :
Dr. dr. ANNISA ANWAR MUTHAHER, S.H., M.Kes., Sp. F
Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa mahasiswa yang bersangkutan
sebagai berikut:
Nama:
Muh. Isyraq Raihan N 111 16 024
Cynthia Fidelia Montang N 111 16 062
Desi Frinaensri Doki N 111 16 088
Telah menyelesaikan tugas referat ini sebagai tugas kepaniteraan klinik pada
Bagian Kedokteran Forensik dan Medikolegal di Fakultas Kedokteran Universitas
Tadulako
ii
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Luka listrik adalah salah satu jenis luka karena peristiwa fisika. Trauma listrik
terjadi saat seseorang menjadi bagian dari sebuah perputaran aliran listrik atau
disebabkan oleh terkenanya pada saat berada dekat dengan sumber listrik. Rangkaian
listrik dalam hal ini adalah suatu kumpulan elemen atau komponen listrik yang saling
dihubungkan dengan cara-cara tertentu. Elemen atau komponen memiliki dua buah
terminal atau kutub pada kedua ujungnya. Pembatasan elemen atau komponen listrik
pada Rangkaian Listrik dapat dikelompokkan kedalam elemen atau komponen aktif
dan pasif. Elemen aktif adalah elemen yang menghasilkan energi dalam hal ini adalah
sumber tegangan dan sumber arus. Elemen lain adalah elemen pasif dimana elemen ini
tidak dapat menghasilkan energi, dapat dikelompokkan menjadi elemen yang hanya
dapat menyerap energi dalam hal ini hanya terdapat pada komponen resistor atau
banyak juga yang menyebutkan tahanan atau hambatan dengan simbol R.1
Cedera Akibat Listrik merupakan kerusakan yang terjadi jika arus listrik
mengalir ke dalam tubuh manusia dan membakar jaringan ataupun menyebabkan
terganggunya fungsi suatu organ dalam. Tubuh manusia adalah penghantar listrik yang
baik. Kontak langsung dengan arus listrik bisa berakibat fatal. Arus listrik yang
mengalir ke dalam tubuh manusia akan menghasilkan panas yang dapat membakar dan
menghancurkan jaringan tubuh. Meskipun luka bakar listrik tampak ringan, tetapi
mungkin saja telah terjadi kerusakan organ dalam yang serius, terutama pada jantung,
otot atau otak. 1,2
Luka yang diakibatkan oleh arus listrik yang fatal umumnya disebabkan oleh
kecelakaan, dan lebih sering pada arus bolak-balik (AC) daripada searah (DC).
Kerusakanyang diakibatkanoleh trauma listrik disebabkan oleh dua mekanisme yaitu
terjadinya pemanasan dan aliran listrik itu sendiri yang melewati jaringan. Pemanasan
ii
akan menyebabkan nekrosis koagulatif dan aliran listrik pada jaringan akan
menyebabkan kerusakan membran sel. Kerusakan terbesar biasanya pada sel-sel saraf
pembuluh darah dan otot. 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Luka Listrik adalah luka yang disebabkan oleh trauma listrik, yang merupakan
jenis trauma yang disebabkan oleh adanya persentuhan dengan benda yang
memiliki arus listrik, sehingga dapat menimbulkan luka bakar sebagai akibat
berubahnya energi listrik menjadi energi panas. 1
Arus listrik bergerak dari tempat yang berpotensial tinggi ke potensial rendah.
Arahnya sama dengan arah gerak muatan-muatan positif (berlawanan arah dengan
elektron-elektron). 3
3. Tegangan (voltage/V)
Satuan : volt. 1 volt = tenaga listrik yang dibutuhkan untuk menghasilkan
intensitas listrik sebesar 1 ampere melalui sebuah konduktor (penghantar) yang
memiliki tahanan sebesar 1 ohm.
t = waktu (detik)
2.2 Trauma Listrik
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, trauma listrik terjadi saat seseorang
menjadi bagian dari sebuah perputaran aliran listrik atau bisa disebabkan pada saat
berada dekat dengan sumber listrik. 4
Arus yang melalui otak, baik voltase rendah maupun tinggi mengakibatkan
penurunan kesadaran segera karena depolarisasi saraf otak. Arus AC dapat
menghasilkan fibrilasi ventrikel jika jalurnya melalui dada. Aliran listrik yang lama
membuat kerusakan iskemik otak terutama yang diikuti gangguan nafas. Seluruh
aliran dapat mengakibatkan mionekrosis, mioglobinemia, dan mioglobinuria dan
berbagai komplikasi. Selain itu dapat juga mengakibatkan luka bakar. 5,6
b. Tegangan / voltage
Hanya penting untuk sifat-sifat fisik saja, sedangkan pada implikasi
biologis kurang berarti. Tegangan yang paling rendah yang sudah dapat
menimbulkan kematian manusia adalah 50 volt. Makin tinggi tegangan akan
menghasilkan efek yang lebih berat pada manusia baik efek lokal maupun
general. +60% kematian akibat listrik arus listrik dengan tegangan 115 volt.
Kematian akibat aliran listrik tegangan rendah terutama oleh karena terjadinya
fibrilasi ventrikel, sementara itu pada tegangan tinggi disebabkan oleh karena
trauma elektrotermis. 6,7
c. Tahanan / resistance
Tahanan tubuh bervariasi pada masing-masing jaringan, ditentukan
perbedaan kandungan air pada jaringan tersebut. Tahanan yang terbesar
terdapat pada kulit tubuh, akan menurun besarnya pada tulang, lemak, urat
saraf, otot, darah dan cairan tubuh. Tahanan kulit rata-rata 500-10.000 ohm. 6,7
Di dalam lapisan kulit itu sendiri bervariasi derajat resistensinya, hal ini
bergantung pada ketebalan kulit dan jumlah relatif dari folikel rambut, kelenjar
keringat dan lemak. Kulit yang berkeringat lebih jelek daripada kulit yang
kering. Menurut hitungan Cardieu, bahwa berkeringat dapat menurunkan
tahanan sebesar 3000-2500 ohm. Pada kulit yang lembab karena air atau saline,
maka tahanannya turun lebih rendah lagi antara 1200-1500 ohm. Tahanan tubuh
terhadap aliran listrik juga akan menurun pada keadaan demam atau adanya
pengaruh obat-obatan yang mengakibatkan produksi keringat meningkat. 6,7
Berikut ini disajikan sebuah tabel mengenai efek aliran listrik terhadap
tubuh : 8
mA Efek
1,0 Sensasi, ambang arus
1,5 Rasa yang jelas, persepsi arus
2,0 Tangan mati rasa
4,0 Parestesia lengan bawah
15,0 Kontraksi otot-otot fleksor mencegah terlepas dari
aliran listrik
40,0 Kehilangan kesadaran
75-100 Fibrilasi ventrikel
Dikatakan bahwa kuat arus sebesar 30 mA adalah batas ketahanan seseorang,
pada 40 mA dapat menimbulkan hilangnya kesadaran dan kematian akan terjadi
pada kuat arus 100 mA atau lebih. 8
Kebanyakan oleh energi listrik itu sendiri. Sering trauma listrik disertai trauma
mekanis. Ada kasus karena listrik yang menyebabkan korban jatuh dari ketinggian,
dalam hal ini sukar untuk mencari sebab kematian yang segera. 8,9
b. Paralisis respiratorik
Akibat spasme dari otot-otot pernafasan, sehingga korban meninggal
karena asfiksia, sehubungan dengan spasme otot-otot karena jantung masih
tetap berdenyut sampai timbul kematian. Terjadi bila arus listrik yang
memasuki tubuh korban di atas nilai ambang yang membahayakan, tetapi
masih di batas bawah yang dapat menimbulkan fibrilasi ventrikel. Menurut
Koeppen, spasme otot-otot pernafasan terjadi pada arus 25-80 mA,
sedangkan ventrikel fibrilasi terjadi pada arus 75-100 mA. 8,9
Kematian oleh arus listrik biasanya tidak disengaja dari peralatan listrik rusak
atau kelalaian dalam penggunaan peralatan. Dalam industri, kematian dapat dihasilkan
dari kontak dengan kabel yang berarus, atau dari alat-alat penerangan, alat-alat
elektronik, ataupun saklar-saklar. Kematian dapat terjadi selama terapi kejang untuk
pasien dengan gangguan jiwa namun kasus tersebut jarang, kecuali sebagai kasus
bunuh diri, dan bahkan pembunuhan telah terjadi. Organ dalam harus dianalisis untuk
mengetahui apakah korban telah rusak pada saat kecelakaan. Bunuh diri jarang terjadi.
Orang biasanya menggulung kawat ke pergelangan tangan atau jari-jarinya, yang
kemudian dihubungkan ke arus listrik, dimana saklar terlihat dalam posisi on. 10
Kurang dari setengah korban sambaran petir meninggal. Mati akibat petir adalah
selalu akibat dari kecelakaan. Kadang-kadang, mayat korban luka petir terlihat sebagai
korban kekerasan. Korban tersebut dapat ditemukan di lapangan terbuka dengan
gambaran memar, luka robek, dan fraktur. Pada kasus ini, diagnosis harus ditegakkan
berdasarkan riwayat badai petir di wilayah lokal tersebut, bukti adanya efek dari
sambaran petir, dan magnetisasi terhadab bahan logam. 8,9,10
a. Pemeriksaan Luar
b. Pemeriksaan Dalam
c. Pemeriksaan Tambahan
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
1. Luka akibat listrik adalah kerusakan yang terjadi jika arus listrik mengalir ke
dalam tubuh manusia dan membakar jaringan ataupun menyebabkan
terganggunya fungsi organ dalam.
2. Klasifikasi luka listrik secara garis besar dibagi dua yaitu luka listrik akibat
kontak dengan alat listrik dan luka listrik petir.
3. Hal-hal yang mempengaruhi trauma listrik, antara lain tipe sirkuit (AC/DC), lama
kontak, resistensi (R), tegangan (V), kuat arus (I) jalannya arus dan luas area
kontak.
4. Penanganan trauma listrik pertama-tama yang harus dilakukan adalah
memutuskan aliran listrik selekas mungkin.
5. Kematian akibat listrik dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan berdasarkan
tinggi-rendahnya tegangan listrik, yaitu tegangan listrik pada kisaran rumah
tangga, industri dan karena petir.
DAFTAR PUSTAKA