Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ASEPTOR KB
Diajukan memenuhi tugas akademik dalam Praktek Klinik Keperawatan Maternitas
Dosen pembimbing:
Ema Hikmah, S.Kep.Ners.M.Kes

Disusun Oleh :
Hikmawati Sugi
P227904121059

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN BANTEN
Jalan DR. Sitanala, RT.002/RW.003, Karang Sari, Kec. Neglasari,
Kota Tangerang, Banten 15121
A. Konsep Penyakit
1. Kontrasepsi
1.1 Pengertian
Keluarga Berencana (KB) adalah upaya untuk mewujudkan keluarga yang
berkualitas dalam mewujudkan hak - hak reproduksi membentuk keluarga
dengan usia kawin yang ideal, mengatur jumlah, jarak, dan usia ideal melahirkan
anak, mengatur kehamilan, dan membina ketahanan serta kesejahteraan anak
(BKKBN, 2015).
Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau
merencanakan jumlah anak dan jarak kehamilan dengan memakai alat
kontrasepsi. Keluarga Berencana yaitu membatasi jumlah anak dimana dalam
satu keluarga hanya diperbolehkan memiliki dua atau tiga anak saja. Keluarga
berencana yang diperbolehkan adalah suatu usaha pengaturan atau penjarangan
kelahiran atau usaha pencegahan kehamilan sementara atas kesepakatan suami
istri karena situasi dan kondisi tertentu untuk kepentingan keluarga, masyarakat,
maupun negara. Dengan demikian KB disini mempunyai arti yang sama dengan
pengaturan keturunan.
Penggunaan istilah keluarga berencana juga sama artinya dengan istilah
yang umum dipakai di dunia internasional yakni family planning atau planned
parenthood, seperti yang digunakan oleh International Planned Parenthood
Federation (IPPF) nama sebuah organisasi KB internasional yang berkedudukan
di London. KB juga berarti suatu tindakan perencanaan pasangan suami istri
untuk mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval kelahiran dan
menentukan jumlah anak sesuai dengan kemampuan serta sesuai dengan situasi
masyarakat dan negara. Dengan demikian KB berbeda dengan birth control yang
artinya pembatasan atau penghapusan kelahiran. Istilah birth control dapat
berkonotasi negatif karena bisa berarti aborsi atau sterilisasi (pemandulan).
Perencanaan keluarga merujuk kepada pengguanaan metode - metode
kontrasepsi oleh suami istri atas persetujuan bersama diantara mereka, untuk
mengatur kesuburan mereka dengan tujuan untuk menghindari kesulitan
kesehatan, kemasyarakatan dan ekonomi dan untuk memungkinkan mereka
memikul tanggung jawab terhadap anak - anaknya dan masyarakat. Ini meliputi
hal - hal sebagai berikut :
a. Menjarangkan anak untuk memungkinkan penyususan dan penjagaan
kesehatan ibu dan anak.
b. Pengaturan masa hamil agar terjadi pada waktu yang aman.
c. Mengatur jumlah anak, bukan saja untuk keperluan keluarga melainkan juga
untuk kemampuan fisik, financial, pendidikan dan pemeliharaan anak.
1.2 Intra Uterine (IUD)
a. Pengertian
Intra Uterine Device (IUD) atau alat kontrasepsi dalam rahim merupakan
alat kontrasepsi berbentuk huruf T, kecil, berupa kerangka dari plastik
yang fleksibel yang diselubungi kawat halus yang terbuat dari tembaga
(Cu), sangat efektif, reversible, dan berjangka panjang (dapat sampai 10
tahun : CuT.380A). IUD dapat dipakai oleh semua perempuan usia
reproduksi, kecuali oleh perempuan yang terpapar pada Infeksi Menular
Seksual (IMS).
b. Jenis
Tersedia dua jenis IUD yaitu hormonal (mengeluarkan hormon
progesterone) dan non-hormonal. IUD jenis CuT.380A berbentuk huruf
T, diselubungi kawat halus yang terbuat dari tembaga (Cu), dan tersedia
di Indonesia. IUD jenis lain yang beredar di Indonesia adalah NOVA T
(Schering).
c. Cara kerja
IUD bekerja dengan cara menghambat kemampuan sperma untuk masuk
ke tuba falopii, mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum
uteri. IUD bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, dan
mencegah terjadinya implantasi telur dalam uterus.
d. Efektivitas
IUD merupakan alat kontrasepsi yang sangat efektif. Dari 0,6-0,8
kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama terdapat 1 kegagalan
dalam 125 – 170 kehamilan. Efektivitas IUD bergantung pada ukuran,
bentuk, dan kandungan bahan dalam IUD. Selain itu, umur, paritas, dan
frekuensi senggama akseptor juga mempengaruhi efektivitasnya.
e. Keuntungan
Keuntungan pemakaian IUD yakni hanya memerlukan sekali
pemasangan untuk jangka waktu yang lama dengan biaya yang relatif
murah. Selain itu, keuntungan dari pemaikaian IUD di antaranya tidak
menimbulkan efek sistemik, efektivitas cukup tinggi, reversible, dan
cocok untuk penggunaan secara massal. Keuntungan yang lain dari IUD
antara lain dapat diterima masyarakat dengan baik, pemasangan tidak
memerlukan medis teknis yang sulit, kontrol medis ringan, penyulit tidak
terlalu berat, pulihnya kesuburan setelah IUD dicabut berlangsung baik.
Pemakaian IUD juga memiliki keuntungan yaitu tidak mempengaruhi
hubungan seksual, tidak mahal jika ditinjau dari rasio biaya dan waktu
penggunaan kontrasepsi, metode yang nyaman, tidak perlu disediakan
setiap bulan dan pemeriksaan berulang. IUD dapat digunakan sampai
menopause (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir), dapat dipasang
segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi
infeksi), tidak ada interaksi dengan obat-obat.
f. Kerugian
Adapun beberapa kerugian pemakaian IUD antara lain :
Terdapat perdarahan (spotting atau perdarahan bercak, dan
menometroragia), tali IUD dapat menimbulkan perlukaan portio uteri dan
mengganggu hubungan seksual.
Pemakaian IUD juga dapat mengalami komplikasi seperti: merasakan
sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan, merasa
sakit dan kejang selama 3 – 5 hari setelah pemasangan, perdarahan berat
pada waktu haid atau di antaranya yang memungkinkan penyebab
anemia, perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya
benar). IUD tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS, tidak baik
digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering
berganti pasangan, penyakit radang panggul (PRP) terjadi sesudah
perempuan dengan IMS memakai IUD karena PRP dapat memicu
infertilitas, dan tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik terganggu
karena fungsi IUD untuk mencegah kehamilan normal.
g. Indikasi
IUD dapat digunakan pada wanita yang menginginkan kontrasepsi
dengan tingkat efektivitas yang tinggi, dan jangka panjang; dan tidak
ingin punya anak lagi atau ingin menjarangkan anak. Beberapa indikasi
penggunaan IUD antara lain: Usia reproduktif, keadaan nulipara,
menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi, setelah
melahirkan dan tidak menyusui bayinya, setelah mengalami abortus dan
tidak terlihat adanya infeksi, risiko rendah dari IMS, tidak menghendaki
metode hormonal, tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil
setiap hari, tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari senggama.
h. Kontra indikasi
Adapun kontraindikasi pengguna IUD diantaranya : Hamil
atau diduga hamil, infeksi leher rahim atau rongga panggul, termasuk
penderita penyakit kelamin, pernah menderita radang rongga panggul,
penderita perdarahan pervaginam yang abnormal, riwayat kehamilan
ektopik, penderita kanker alat kelamin.
Kontraindikasi yang lain yaitu : Alergi terhadap tembaga (hanya untuk
alat yang mengandung tembaga), dan ukuran ronga rahim kurang dari 5
cm.
i. Efek samping
Efek samping yang mungkin terjadi di antaranya
mengalami perubahan siklus haid (umum pada 3 bulan pertama dan akan
berkurang setelah 3 bulan), perdarahan dan kram selama minggu-minggu
pertama setelah pemasangan, dapat juga terjadi spotting antar waktu
menstruasi. Kadang-kadang ditemukan keputihan yang bertambah
banyak. Disamping itu pada saat berhubungan (senggama) terjadi expulsi
(IUD bergeser dari posisi) sebagian atau seluruhnya.
2. Pathway KB IUD, yaitu:
3. Komplikasi IUD
Komplikasi pemasangan intrauterine device (IUD) atau alat kontrasepsi dalam
rahim (AKDR) dapat berupa dysmenorrhea, ekspulsi IUD, dan perdarahan. Namun,
beberapa literatur menyatakan bahwa efek-efek samping ini mungkin berkurang
seiring berjalannya waktu.
Contoh permasalahan yang dapat terjadi akibat IUD adalah:
a. Ekspulsi atau lepasnya IUD dari tempat insersinya (merupakan komplikasi yang
paling sering terjadi, terutama pada pasien nulipara atau post partum)
b. Nyeri atau kram perut (dysmenorrhea)
c. Perdarahan, seperti perdarahan per vaginam di luar siklus haid dan menorrhagia
d. Perforasi uteri atau serviks
e. Infeksi atau peradangan pelvis
f. Fragmentasi atau terbenamnya IUD di dalam rahim
g. Gangguan tubo-ovari
h. Kehamilan ektopik

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai
sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien
(Budiono, 2015).
Kegiatan pengkajian yang dilakukan oleh seorang perawat dalam
pengumpulan data dasar yaitu mengkaji identitas atau biodata klien. Pengumpulan
data merupakan suatu kegiatan untuk menghimpun informasi tentang status
kesehatan klien. Status kesehatan klien yang normal maupun yang senjang
hendaknya dapat dikumpulkan. Hal ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi pola
fungsi kesehatan klien, baik yang efektif optimal maupun yang bermasalah.
Teknik pengumpulan data yang dapat dilakukan ada 3, yaitu :
1. Anamnesis.
2. Observasi.
3. Pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan menggunakan metode atau teknik
PE (Physical Examination) yang terdiri atas :
1) Inspeksi.
2) Palpasi.
3) Perkusi.
4) Auskultasi.
Pengumpulan data pengkajian meliputi :
a. Data subjektif
a. Biodata : Identitas pasien dan penanggung jawab (suami, ayah, keluarga).
a) Nama pasien dikaji untuk membedakan pasien satu dengan yang lain
agar tidak keliru dalam memberikan penanganan.
b) Umur pasien dikaji untuk mengetahui adanya resiko, apabila
dibawah 20 tahun, alat - alat reproduksi belum matang dan jika lebih
dari 35 tahun akseptor KB mendekati menopause.
c) Agama pasien dikaji untuk mengetahui keyakinan pasien untuk
membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa.
d) Suku pasien dikaji untuk mengetahui adat dan kebiasaan yang
berhubungan dengan KB.
e) Pendidikan pasien dikaji untuk mengetahui sejauh mana tingkat
intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai
dengan pendidikannya.
f) Pekerjaan pasien dikaji untuk mengetahui dan mengukur tingkat
sosial ekonominya, karena mempengaruhi dalam pemenuhan gizi
pasien.
g) Alamat pasien dikaji untuk mempermudah hubungan jika diperlukan
dalam keadaan mendesak sehingga bidan mengetahui tempat tinggal
pasien.
b. Keluhan utama
Mengetahui keluhan utama/alasan datang ke institusi pelayanan
kesehatan dan kunjungan saat ini apakah kunjungan pertama atau
kunjungan ulang.
c. Riwayat kesehatan
Untuk mengetahui riwayat penyakit sekarang seperti batuk, pilek
ataupun demam. Riwayat penyakit sistemik yang sedang atau pernah
diderita (penyakit jantung, hipertensi, DM, TBC, ginjal, ASMA, epilepsi,
hati, malaria, penyakit kelamin, HIV/AIDS). Riwayat penyakit sistemik
keluarga, riwayat penyakit ginekologi dan riwayat penyakit sekarang.
d. Riwayat Perkawinan
Untuk mengetahui status perkawinan, perkawinan ke, umur klien
saat perkawinan dan lama perkawinan.
e. Riwayat Menstruasi
Meliputi siklus, lama menstruasi, dismenorea, perdarahan
pervaginam dan flour albus.
f. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Untuk mengetahui jumlah paritas dan abortus.
g. Riwayat keluarga berencana
Untuk mengetahui metode yang dipakai, waktu, tenaga dan tempat
saat pemasangan dan berhentinya, keluhan/alasan berhenti.
h. Pola kebiasaan sehari - hari
Untuk mengetahui perbedaan pola kebiasaan ibu sebelum
dilakukan pemasangan alat kontrasepsi.
i. Data psikososial
Untuk mengetahui keadaan kejiwaan ibu yang mempengaruhi
terhadap proses pemasangan kontrasepsi dan untuk mengetahui
hubungan ibu dengan suami, keluarga ataupun dengan orang lain.
j. Data spiritual
Utnuk mengetahui kepercayaan ibu terhadap agama yang dianutnya
dan mengenali hal - hal yang berkaitan dengan masalah asuhan yang
diberikan.
b. Data Objektif
a. Keadaan umum
Untuk mengetahui keadaan pasien secara keseluruhan dengan
kriteria baik yaitu apabila ibu mampu melakukan aktivitas secara
mandiri tanpa bantuan atau lemah apabila ibu tidak bisa melakukan
aktivitas secara mandiri (Matondang, 2013).
b. Kesadaran
Penilaian kesadaran dinyatakan sebagai composmentis yaitu
kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab pertanyaan
tentang keadaan sekelilingnya. Apatis adalah keadaan kesadaran yang
segan untuk berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
Delirium adalah gelisah, disorientasi, memberontak, berteriak - teriak.
Somnolen kesadaran menurun respon psikomotor yang lambat, mudah
tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang. Stupor yaitu
keadaan seperti tertidur lelap, tetapi respon terhadap nyeri. Coma yaitu
tidak bisa dibangunkan tidak ada respon terhadap rangsangan apapun
c. Tanda - tanda vital meliputi :
1) Tekanan darah
Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi atau hipotensi,
tekanan darah normal adalah 120/80 mmHg.
2) Denyut jantung
Menilai kecepatan, irama suara jantung jelas dan teratur.
Denyut jantung normal pada orang dewasa adalah 60 - 80 x/menit.
3) Pernafasan
Menilai sifat pernafasan dan bunyi nafas dalam 1 menit.
Respirasi normal 40 - 60 x/menit.
4) Temperatur
Temperatur normal rektal axilla yaitu 37°C dan kulit 36,5°C.
d. Pemeriksaan Antropometri
1) Berat badan : Untuk memantau berat badan naik atau turun.
2) Panjang badan : Untuk mengukur tinggi badan.
e. Pemeriksaan generalis
1) Kepala dan leher
Meliputi edema wajah, mata (kelopak mata pucat, warna
sklera), mulut (rahang pucat, kebersihan, keadaan gigi, karies,
karang, tonsil), leher (pembesaran kelenjar tyroid, pembuluh
limfe).
2) Muka
Pada daerah wajah/muka dilihat simetris atau tidak, apakah
warna kulitnya, ekspresi wajahnya, dan pembengkakan daerah
wajah dan kelopak mata. Dilanjutkan inspeksi konjungtiva untuk
mengetahui ada tidaknya kemerahan atau anemia.
3) Mata
Pemeriksaan mata dilakukan dengan inspeksi bola mata,
kelopak mata, konjungtiva, sklera, dan pupil.
4) Telinga
Pengkajian telinga secara umum bertujuan untuk mengetahui
keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang telinga/membran
timpani, dan pendengaran.
5) Hidung
Hidung dikaji dengan tujuan untuk mengetahui keadaan
bentuk dan fungsi hidung. Pengkajian hidung mulai dari bagian
luar, bagian dalam kemudian sinus - sinus. Pada pemeriksaan
hidung juga dilihat apakah ada polip dan kebersihannya.
6) Mulut dan faring
Pengkajian mulut dan faring dilakukan dengan posisi pasien
duduk. Pengkajian dimulai dengan mengamati bibir, gudi, lidah,
selaput lendir, pipi bagian dalam, lantai dasar mulut, dan palatum
kemudian faring.
7) Leher
Apakah ada pembesaran kelenjar gondok atau tyroid, tumor
dan pembesaran kelenjar getah bening.
8) Payudara
Meliputi bentuk dan ukuran, hiperpigmentasi areola, keadaan
puting susu, retraksi, adanya benjolan/massa yang mencurigakan,
pengeluaran cairan dan pembesaran kelenjar limfe.
9) Abdomen
Meliputi adanya bentuk, adanya bekas luka, benjolan/masa
tumor, pembesaran hepar, nyeri tekan.
f. Pemeriksaan vulva vagina
1) Pemeriksaan vulva
Untuk mengetahui adanya perdarahan dan adanya
pengeluaran pervaginam.
2) Inspekulo
Untuk mengetahui keadaan servik (cairan/darah, luka,
peradangan atau tanda - tanda keganasan, keadaan dinding vagina).
3) Pemeriksaan penunjang dan laboratorium
Data penunjang diperlukan sebagai pendukung diagnosa,
apabila diperlukan misalnya pemeriksaan laboratorium.
2. Diagnosa Keperawatan
Tujuan penggunaan diagnosa keperawatan adalah sebagai berikut :
Memberikan bahasa yang umum Diagnosa Keperawatan adalah pernyataan yang
jelas mengenai status kesehatan atau masalah aktual atau resiko dalam rangka
mengidentifikasi dan menentukan intervensi keperawatan untuk mengurangi,
menghilangkan atau mencegah masalah kesehatan klien yang ada pada tanggung
jawabnya.
Berdasarkan patofisiologis penyakit dan manifestasi klinik yang muncul
maka diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien akseptor KB :
1) Ansietas berhubungan dengan proses pemasangan IUD.
2) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai
pemasangan KB IUD.
3. Perencanaan Keperawatan/Intervensi Keperawatan
Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi
dan mengatasi masalah - masalah yang telah diidentifikasi dalam diagnosis
keperawatan. Desain perencanaan menggambarkan sejauh mana seorang tenaga
kesehatan mampu menetapkan cara menyelesaikan masalah dengan efektif dan
efisien. Pada tahap perencanaan, ada empat hal yang harus diperhatikan :
1) Menentukan prioritas masalah.
2) Menentukan tujuan.
3) Menentukan kriteria hasil.
4) Merumuskan intervensi dan aktivitas perawatan.

Perencanaan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1. Ansietas berhubungan Setelah dilakukan 1. Identifikasi saat 1. Mengetahui
dengan proses tindakan tingkat ansietas perubahan
pemasangan IUD. keperawatan berubah (Mis: kecemasan
selama 1 x 3 0 kondisi, waktu, 2. Mengetahui
mnit diharapkan stres) tanda - tanda
tingkat ansietas 2. Monitor tanda – ansietas
menurun. tanda ansietas 3. Untuk
Dengan kriteria 3. Ciptakan suasana membangun
hasil : terapeutik untuk kepercayaan agar
o Verbalisasi menimbulkan pasien lebih
kebingungan kepercayaan nyaman
menurun 4. Dengarkan 4. Agar pasien
o Perilaku dengan penuh merasa
gelisah perhatian diperhatikan
menurun 5. Gunakan 5. Agar pasien
o Perilaku pendengaran lebih terbuka
tegang yang tenang dan
menurun meyakinkan
2. Defisit pengetahuan Setelah dilakukan 1. Identifikasi 1. Mengetahui
berhubungan dengan tindakan kesiapan dan sejauh mana ibu
kurangnya informasi keperawatan kemampuan siap menerima
mengenai pemasangan selama 1 x 30 menerima informasi
KB IUD. menit diharapkan informasi 2. Untuk mengukur
tingkat 2. Identifikasi sejauh mana
pengetahuan pengetahuan pengetahuan ibu
meningkat. tentang alat tentang alat
Dengan kriteria kontrasepsi kontrasepsi
hasil : 3. Berikan 3. Untuk
o Pertanyaan pendidikan memberikan
tentang keshatan edukasi terhadap
masalah yang mengenai KB ibu
dihadapi IUD 4. Menciptakan
menurun 4. Berikan komunikasi dua
o Perilaku kesempatan arah
membaik untuk bertanya 5. Membuat pasien
5. Jelaskan metode mengetahui
alat kontrasepsi tentang alat
kontrasepsi

4. Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalah langkah terakhir dari proses keperawatan untuk mengetahui
sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai. Evaluasi ini dilakukan
dengan cara membandingkan hasil akhir yang teramati dengan tujuan dan kriteria
hasil yang dibuat dalam rencana keperawatan.
Evaluasi ini dilakukan untuk melihat apakah asuhan keperawatan yang
diberikan kepada pasien berhasil mengatasi masalah pasien tersebut ataukah asuhan
tersebut terus mengikuti siklus proses keperawatan sampai masalah pasien tersebut
benar-benar teratasi.
DAFTAR PUSTAKA

Affandi, Biran. 2014. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : PT. Bina
Pustaka Sarwono Prawiharjo
BKKBN. 2015. Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : BKKBN
Hartanto, Hanafi. 2012. Pelayanan Keluarga Berencana Dua Anak Cukup. Bandung :
Alfabeta
Nanda International. 2018 - 2020. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klarifikasi. Jakarta
: EGC
Yuhendi dan Kurniawati. 2018. Buku Ajar Kependudukan Dan Pelayanan KB. Jakarta :
EGC
Wahhab. 2021. Kenali Tujuan dan Manfaat Program Keluarga Berencana.
dppkbpmd.bantulkab.go.id
Tim Pokja SDKI PPNI. 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta : Dewan
pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Tim Pokja SIKI PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta : Dewan
pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional

Anda mungkin juga menyukai