Anda di halaman 1dari 14

i

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keberadaan usia lanjut ditandai dengan umur harapan hidup yang semakin
meningkat dari tahun ke tahun, hal tersebut membutuhkan upayapemeliharaan
serta peningkatan kesehatan dalam rangka mencapai masa tua yang sehat,
bahagia,berdaya guna dan produktif.
keberadaan usia lanjut ditandai dengan umur harapan hidup yang semakin
meningkat dari tahun ke tahun, hal tersebut membutuhkan upaya pemeliharaan
serta peningkatan kesehatan dalam rangka mencapai masa tua yang sehat,
bahagia, berdaya guna, dan produktif.proses menua yang dialami oleh lansia
menyebabkan mereka mengalami berbagai perasan sedih,cemas,kesepian, dan
mudah tersinggung dan depresi. Jika lansia mengaklami gangguan tersebut maka
kondisi tersebut dapat menggangu kegiatan sehari-hari lansia.mencegah dan
merawat lansia dengan masalah tersebut adalah hal yang sangat penting
dlamupaya mendorong lansia bahagia sejahtera di dalamkeluarga serta
masyarakat.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penyusunan makalah ini adalah :
1. Bagaimanakah konsep medis DEPRESI, yang meliputi : definisi, etiologi, ,
manifestasi klinis, penatalaksanaan ?
2. Bagaimanakah konsep asuhan keperawatan DEPRESI, yang meliputi :
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi ?

1
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memperoleh informasi tentang konsep asuhan
keperawatan DEPRESI pada lansia.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah :
a. Mengetahui konsep medis depresi, yang meliputi : definisi, etiologi,,
manifestasi klinis, klasifikasi, penatalaksanaan.
b. Mengetahui konsep asuhan keperawatan depresi, yang meliputi :
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi.

BAB II

2
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Medis DEPRESI


1. Definisi
Depresi adalah gangguan perasaan atau mood yang disertai komponen
psikologi berupa sedih, susah, tidak ada harapan dan putus asa disertai
komponen biologis misalnya anoreksia, konstipasi dan keringat dingin
(Atkinson et al., 2010).
Depresi adalah satu masa terganggunya fungsi manusia yang
berhubungan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala perubahan pada
pola tidur, nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa
putus asa, tidak berdaya dan bunuh diri (Kaplan, 2010).
Depresi adalah suatu gangguan perasaan hati dengan ciri sedih,
merasa sendiri, rendah diri, putus asa, biasanya disertai tanda tanda retardasi
psikomotor atau kadang-kadang agitasi, menarik diri dan terdapat gangguan
fisiologis seperti insomnia dan anoreksia. Maslim berpendapat bahwa depresi
adalah suatu kondisi yang dapat disebabkan oleh defisiensi relatif salah satu
atau beberapa aminergik neurotransmiter (noradrenalin, serotonin, dopamin)
pada sinaps neuron di Sistem Saraf Pusat (SSP) terutama pada sistem limbik
(Maslim, 2002).
2. Etiologi
Etiologi dari depresi pada lansia terdiri dari: faktor psikologik, biologik, dan
genetik. Pada sebagian besar kasus, ketiga faktor ini saling berinteraksi.
a. Faktor Psikososial
Menurut teori psikoanalitik dan psikodinamik Freud (1917) cit Kaplan
dan Sadock (1997) mengungkapkan bahwa depresi disebabkan karena
kehilangan obyek cinta kemudian individu mengadakan introyeksi yang
ambivalen dari aspek cinta tersebut. Menurut model Cognitif Behavioural
Beck (1974) cit Kaplan dan Sadock (1997), depresi terjadi karena
pandangan yang negatif terhadap diri sendiri, interprestasi yang negatif
terhadap pengalaman hidup dan harapan pengalaman hidup dan harapan
yang negatif untuk masa depan.

3
b. Faktor Biologik
1) Disregulasi biogenik amin
Beberapa peneliti melaporkan bahwa pada penderita depresi terdapat
abnormalitas metabolitas biogenik amin (5- hydroxy indolacetic acid,
homouanilic acid, 3-methoxy-4 hydroxy phenylglycol). Hal ini
menunjukkan adanya disregulasi biogenic amin, serotonin, dan
norepineprin yang merupakan nurotransmiter paling terkait dengan
patofisiologi depresi.
2) Disreguloasi Neuroendokrin
Hipotalamus merupakan pusat pengatur aksis neuroendokrin. Organ
ini menerima input neuron yang mengandung neurotransmister
biologik amin. Pada pasien depresi ditemukan adanya disregulasi
neuroendokrin. Disregulasi ini terjadi akibat kelainan fungsi neuron
yang mengandung biogenik ami (Amir, 1998).

c. Faktor Genetik
Faktor genetik memiliki kontribusi dalam terjadinya depresi. Berdasarkan
studi lapangan, studi anak kembar, dan anak angkat, serta studi linkage
terbukti adanya faktor genetik dan depresi.

3. Klasifikasi
Penggolongan depresi dapat dibedakan (Wilkinson,1995:18 - 26):
a. Menurut gejalanya
1) Depresi neurotic
Depresi neurotik biasanya terjadi setelah mengalami peristiwa yang
menyedihkan tetapi yang jauh lebih berat daripada biasanya.
Penderitanya seringkali dipenuhi trauma emosional yang mendahului
penyakit misalnya kehilangan orang yang dicintai, pekerjaan, milik
berharga, atau seorang kekasih. Orang yang menderita depresi
neurotik bisa merasa gelisah, cemas dan sekaligus merasa depresi.

4
Mereka menderita hipokondria atau ketakutan yang abnormal seperti
agrofobia tetapi mereka tidak menderita delusi atau halusinasi.
2) Depresi psikotik
Secara tegas istilah 'psikotik' harus dipakai untuk penyakit depresi
yang berkaitan dengan delusi dan halusinasi atau keduanya.
3) Psikosis depresi manic
Depresi manik biasanya merupakan penyakit yang kambuh kembali
disertai gangguan suasana hati yang berat. Orang yang mengalami
gangguan ini menunjukkan gabungan depresi dan rasa cemas tetapi
kadang-kadang hal ini dapat diganti dengan perasaan gembira, gairah,
dan aktivitas secara berlebihan gambaran ini disebut 'mania'.
4) Pemisahan diantara keduanya
Para dokter membedakan antara depresi neurotik dan psikotik tidak
hanya berdasarkan gejala lain yang ada dan seberapa terganggunya
perilaku orang tersebut.

b. Menurut Penyebabnya
1) Depresi reaktif
Pada depresi reaktif, gejalanya diperkirakan akibat stres luar seperti
kehilangan seseorang atau kehilangan pekerjaan.
2) Depresi endogenus
Pada depresi endogenous, gejalanya terjadi tanpa dipengaruhi oleh
faktor lain.
3) Depresi primer dan sekunder
Tujuan penggolongan ini adalah untuk memisahkan depresi yang
disebabkan penyakit fisik atau psiatrik atau kecanduan obat atau
alkohol (depresi 'sekunder') dengan depresi yang tidak mempunyai
penyebab-penyebab ini (depresi 'primer'). Penggolongan ini lebih
banyak digunakan untuk penelitian tujuan perawatan.

c. Menurut arah penyakit

5
1) Depresi tersembunyi
Diagnosa depresi tersembunyi (atau atipikal) kadang-kadang dibuat
bilamana  depresi dianggap mendasari gangguan fisik dan mental yang
tidak dapat diterangkan, misalnya rasa sakit yang lama tanpa sebab
yang nyata atau hipokondria atau sebaliknya perilaku yang tidak dapat
diterangkan seperti wanita lanjut usia yang suka mengutil.
2) Berduka
Proses kesedihan itu wajar dan merupakan reaksi yang diperlukan
terhadap suatu kehilangan. Proses ini membuat orang yang kehilangan
itu mampu menerima kenyataan tersebut, mengalami rasa sakit akibat
kesedihan yang menimpa, menderita putusnya hubungan dengan orang
yang dicintai dan penyesuaian kembali.
3) Depresi pascalahir
Banyak wanita kadang-kadang mengalami periode gangguan
emosional dalam 10 hari pertama setelah melahirkan bayi ketika emosi
mereka masih labil dan mereka merasa sedih dan suka menangis.
Seringkali hal itu berlangsung selama satu atau dua hari kemudian
berlalu.
4) Depresi dan manula
Usia tua merupakan saat meningkatnya kerentanan terhadap depresi.
Namun, kadang-kadang depresi pada manula ditutupi oleh penyakit
fisik dan cacat tubuh seperti penglihatan atau pendengaran yang
terganggu. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk mengingat
kemungkinan terjadinya penyakit depresi pada orang tua.

4. Manifestasi klinis

6
Frank J.Bruno (cit. Samsyddin, 2006) mengemukakan bahwa ada
beberapa tanda dan gejala depresi, yakni:
a. Secara umum tidak pernah merasa senang dalam hidup ini. Tantangan
yang ada, proyek, hobi, atau rekreasi tidak memberikan kesenangan.
b. Distorsi dalam perilaku makan. Orang yang mengalami depresi tingkat
sedang cenderung untuk makan secara berlebihan, namun berbeda jika
kondisinya telah parah seseorang cenderung akan kehilangan gairah
makan.
c. Gangguan tidur. Tergantung pada tiap orang dan berbagai macam faktor
penentu, sebagian orang depresi sulit tidur,. Tetapi dilain pihak banyak
orang yang mengalami depresi justru terlalu banyak tidur.
d. Gangguan dalam aktivitas normal seseorang. Seseorang yang mengalami
depresi mungkin akan mencoba melakukan lebih dari kemampuannya
dalam setiap usaha untuk mengkomunikasikan idenya.
e. Kurang Energi. Orang yang mengalami depresi cenderung untuk
mengatakan atau merasa lelah.
f. Keyakinan bahwa seseorang mempunyai hidup yang tidak berguna, tidak
efektif. Orang itu tidak mempunyai rasa percaya diri.
g. Kapasitas menurun untuk bisa berfikir dengan jernih dan untuk
memecahkan masalah secara efektif. Orang yang mengalami depresi
merasa kesulitan untuk memfokuskan perhatiannya pada sebuah masalah
untuk jangka waktu tertentu.
h. Perilaku merusak diri tidak langsung. Contohnya: penyalahgunaan
alkohol/narkoba, nikotin, dan obat-obat lainnya. Makan berlebihan,
terutama kalau seseorang mempunyai masalah kesehatan seperti misalnya
menjadi gemuk, diabetes, hypogliycemia, atau diabetes, bisa juga
diidentifikasi sebagai salah satu jenis perilaku merusak diri sendiri secara
tidak langsung.
i. Mempunyai pemikiran ingin bunuh diri. (tentu saja, bunuh diri yang
sebenarnya, merupakan perilaku merusak diri sendiri secara langsung. 

5. Penatalaksanaan

7
a. Terapi fisik
1) Obat
Secara umum, semua obat antidepresan sama efektivitasnya.
Pemilihan jenis antidepresan ditentukan oleh pengalaman klinikus dan
pengenalan terhadap berbagai jenis antidepresan. Biasanya
pengobatan dimulai dengan dosis separuh dosis dewasa, lalu
dinaikkan perlahan-lahan sampai ada perbaikan gejala.
2) Terapi Elektrokonvulsif (ECT)
Untuk pasien depresi yang tidak bisa makan dan minum, berniat
bunuh diri atau retardasi hebat maka ECT merupakan pilihan terapi
yang efektif dan aman. ECT diberikan 1- 2 kali seminggu pada pasien
rawat nginap, unilateral untuk mengurangi confusion/memory
problem. Terapi ECT diberikan sampai ada perbaikan mood (sekitar 5
- 10 kali), dilanjutkan dengan anti depresan untuk mencegah
kekambuhan.

b. Terapi Psikologik
1) Psikoterapi
Psikoterapi individual maupun kelompok paling efektif jika dilakukan
bersama-sama dengan pemberian antidepresan. Baik pendekatan
psikodinamik maupun kognitif behaviour sama keberhasilannya.
Meskipun mekanisme psikoterapi tidak sepenuhnya dimengerti,
namun kecocokan antara pasien dan terapis dalam proses terapeutik
akan meredakan gejala dan membuat pasien lebih nyaman, lebih
mampu mengatasi persoalannya serta lebih percaya diri.
2) Terapi kognitif
Terapi kognitif - perilaku bertujuan mengubah pola pikir pasien yang
selalu negatif (persepsi diri, masa depan, dunia, diri tak berguna, tak
mampu dan sebagainya) ke arah pola pikir yang netral atau positif.
Ternyata pasien usia lanjut dengan depresi dapat menerima metode ini
meskipun penjelasan harus diberikan secara singkat dan terfokus.

8
Melalui latihan-latihan, tugas-tugas dan aktivitas tertentu terapi
kognitif bertujuan mengubah perilaku dan pola pikir.
3) Terapi keluarga
Problem keluarga dapat berperan dalam perkembangan penyakit
depresi, sehingga dukungan terhadap keluarga pasien sangat penting.
Proses penuaan mengubah dinamika keluarga, ada perubahan posisi
dari dominan menjadi dependen pada orang usia lanjut. Tujuan terapi
terhadap keluarga pasien yang depresi adalah untuk meredakan
perasaan frustasi dan putus asa, mengubah dan memperbaiki sikap /
struktur dalam keluarga yang menghambat proses penyembuhan
pasien.
4) Penanganan Ansietas (Relaksasi)
Teknik yang umum dipergunakan adalah program relaksasi progresif
baik secara langsung dengan instruktur (psikolog atau terapis
okupasional) atau melalui tape recorder. Teknik ini dapat dilakukan
dalam praktek umum sehari-hari. Untuk menguasai teknik ini
diperlukan kursus singkat terapi relaksasi.

9
B. Konsep Asuhan Keperawatan DEPRESI
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari
berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien. Pengkajian dilakukan dengan cara berurutan, perawat harus
mengetahui data aktual apa yang diperoleh, faktor resiko yang penting,
keadaan yang potensial mengancam pasien dan lain-lain (Nursalam, 2001).
Data yang perlu dikaji pada pasien depresi dapat berupa :
a. Lakukan anamese langsung teerhadap klien atau keluarga:
1) Identitas diri klien
2) Struktur keluarga : Genoogram
3) Riwayat Keluarga
4) Riwayat Penyakit Klien
Kaji ulang riwayat klien dan pemeriksaan fisik untuk adanya tanda dan
gejala karakteristik yang berkaitan dengan gangguan tertentu yang
didiagnosis.
1) Kaji adanya depresi.
2) Singkirkan kemungkinan adanya depresi dengan scrining yang tepat,
seperti geriatric depresion scale.
3) Ajukan pertanyaan-pertanyaan pengkajian keperawatan
4) Wawancarai klien, pemberi asuhan atau keluarga.

b. Lakukan observasi langsung terhadap :  


1) Perilaku.
a) Bagaimana kemampuan klien mengurus diri sendiri dan
melakukan aktivitas hidup sehari-hari?
b) Apakah klien menunjukkan perilaku yang tidak dapat diterima
secara sosial?
c) Apakah klien sering mengluyur danmondar¬mandir?
d) Apakah ia menunjukkan sundown sindrom atau
perseveration phenomena? 

10
2) Afek
a) Apakah kilen menunjukkan ansietas?
b) Labilitas emosi?
c) Depresi atau apatis?
d) lritabilitas?
e) Curiga?
f) Tidak berdaya?
g) Frustasi?

3) Respon kognitif
a) Bagaimana tingakat orientasi klien?
b) Apakah klien mengalamikehilangan ingatan tentang hal¬hal yang
baru saja atau yang sudah lamaterjadi?
c) Sulit mengatasi masalah, mengorganisasikan atau mengabstrakan?
d) Kurang mampu membuat penilaian?
e) Terbukti mengalami afasia, agnosia, atau,apraksia?

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut organisasi kesehatan adalah usia pertengahan (midlle age) kelompok
usia45-70 tahun usia lanjut (elders) antara 60-70 tahun usia tua (old) antara 75-
90thn usia dangat tua(very old) diatas 90 tahun.
Menurut prof koesmoto setyonegoro lanjut usia adalah orang yg berumur 65
tahun keatas.World Health Organization (WHO)
Faktor-faktor yang mempengaruhi tua adalah herediter, nutrisi, status kesehatan,
pengalaman hidup, lingkungan, stres.

B. Saran
Asuhan keperawatan pada lansia haruslah diakukan secara profesional dan
komprehensip, yaitu dengan memandang pada aspek boi-psiko-sosial-spiritual
pada lansia. Aspek psikologis pada lansia merupakan aspek yang tak kala penting
dari aspek yang lain, olehnya itu pelaksanaan asuhan keperawataan lansia dengan
gangguan psikososial harus dilakukan dengan sebaik-baiknya demi terciptanya
lansia yang sehat jasmani dan rohani.

12
DAFTAR PUSTAKA

Aulia Fika.2021.Kontrasepsi Pil Dan Kejadian Depresi.Penerbit NEM.

Indrani, DKK.2023.Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Dewasa, Lansia Dan

Khusus.Global Eksekutif Teknologi.

13

Anda mungkin juga menyukai