Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN KELUARGA BERENCANA

INTRA UTERINE DEVICES (IUD)

Disusun Oleh :

Emma Hermawati
H522197

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDANAN


FAKULTAS KEBIDANAN
INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI
BANDUNG
2023
I. KONSEP DASAR KB IUD
A. PENGERTIAN
Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) atau di sebut juga Intra
Uterin Devices (IUD) adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan kedalam
rahim yang sangat efektif, reversibel dan berjangka panjang, dapat
dipakai oleh semua perempuan usia produktif (Saifudin. 2008).
IUD adalah salah satu alat kontrasepsi modern yang telah
dirancang sedemikian rupa (baik bentuk, ukuran, bahan dan masa aktif
fungsi kontrasepsinya) diletakkan dalam kavum uteri sebagai usaha
kontrasepsi, menghalangi fertilisasi dan menyulitkan telur
berimplementasi dalam uterus (Hidayati, 2009).
IUD adalah suatu benda kecil yang terbuat dari plastik yang lentur,
mempuyai lilitan tembaga atau juga mengandung hormnon dan
dimasukkan kedalam rahim melalui vagina dan mempunyai benang.
(Handayani, 2010)
IUD adalah suatu alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam
rahim yang bentuknya bermacam- macam, terdiri dari plastik
(polythyline), ada yang dililit tembaga (Cu) ada pula yang tidak, tetapi
ada pula yang dililit dengan tembaga bercampur perak (Ag). Selain itu
ada pula yang batangnya berisi hormon progesterone. (Kusmarjati, 2011)

B. MACAM-MACAM IUD
IUD telah dikembangkan dari generasi pertama yang terbuat dari benang
sutera dan logam (besi baja, stainlessteel, perak, dan tembaga), sampai pada
generasi plastik baik yang ditambahi obat (medicated), maupun yang tidak
ditambahi obat (unmedicated).
1. Copper-T

Gambar 2.1 Jenis IUD Copper-T (Imbarwati : 2009)


Menurut Imbarwati (2009). IUD berbentuk T, terbuat dari bahan
polyethelen dimana pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga
halus. Lilitan tembaga halus ini mempunyai efek anti fertilitas (anti
pembuahan) yang cukup baik. Menurut ILUNI FKUI (2010). Spiral jenis
copper T (mlepaskan tenaga) mencegah kehamilan dengan cara
mengganggu pergerakan sprema untuk mencapai rongga rahim dan dapat
dipakai selama 10 tahun.
2. Copper – 7

Progestasert IUD (melepaskan progesteron) hanya efektif untuk 1 tahun


dan dapat digunakan untuk kontrasepsi darurat Copper – 7. Menurut
Imbarwati (2009). IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk
memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang
vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga luas
permukaan 200 mm2, fungsinya sama dengan lilitan tembaga halus pada
IUD Copper – T.
3. Multi Load

Gambar 2.3 Jenis IUD Multi Load (Imbarwati 2009)


Menurut Imbarwati (2009), IUD ini terbuat dari plastik (polyethelene)
dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjang
dari ujung atas ke ujung bawah 3,6 cm. Batang diberi gulungan kawat
tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk
menambah efektivitas. Ada tiga jenis ukuran multi load yaitu standar,
small, dan mini.
4. Lippes Loop

Gambar 2.4 Jenis IUD Lippes Loop (Imbarwati : 2009)


Menurut Imbarwati (2009), IUD ini terbuat dari
polyethelene,berbentuk huruf spiral atau huruf S bersambung.
Untuk memudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya
Lippes loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran
panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang biru),
tipe B 27,5 mm (benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang
kuning) dan tipe D berukuran 30 mm dan tebal (benang putih).
Lippes loop mempunyai angka kegagalan yang rendah.
Keuntungan dari pemakaian IUD jenis ini adalah bila terjadi
perforasi, jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus,
sebab terbuat dari bahan plastik.

C. CARA KERJA IUD


Menurut Saifudin (2010), Cara kerja IUD adalah
1. Mengambat kemampuan spresma untuk masuk ketuba falopi
2. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
3. AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun
AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan
dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi
4. Memungkinkan untuk mencegah implantasi dalam uterus

D. MEKANISME KERJA IUD


Menurut Mochtar, 2008 dalam buku Sinopsis Obstetri,
mekanisme kerja yang pasti dari IUD belum diketahui. Ada beberapa
mekanisme kerja IUD yang telah dianjurkan :
1. Timbulnya reaksi radang lokal yang non spesifik didalam cavum uteri
sehingga implantasi sel telur yang telah dibuahi terganggu.
2. Prodiksi lokal prostaglandin yang meninggi, yang menyebabkan
terhambat implantasi.
3. Teori reaksi benda asing yang menyebabkan pemadatan endometrium oleh
sel- sel makrofag dan limfosit yang menyebabkan blastokis rusak atau
tidak dapat bernidasi.
4. Teori pengaruh zat bioaktif progesteron (untuk IUD yang berisi
progesteron) yang menghambat ovulasi, mempengaruhi endometrium
yang berakibat menghambat nidasi, mempengaruhi lendir serviks yang
menghalangi gerak sperma.
5. IUD menimbulkan perubahan pengeluaran cairan, prostaglandin yang
menyebabkan rahim berkontraksi sehingga menghalangi transport sel
sperma ke kavum uteri.
6. Ion Cu yang dikeluarkan IUD dengan Cuppes menyebabkan gangguan
gerak spermatozoa sehingga mengurangi kemampuan untuk
melaksanakan konsepsi.

E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIFITAS IUD


Menurut Hanafi Hartanto, 2003 dalam buku KB dan Kontrasepsi,
Efektifitas dari IUD dinyatakan dalam angka kontinuitas (continuation rate)
yaitu berapa lama IUD tetap tinggal di uteri tanpa:
1. Ekspulsi spontan
2. Terjadinya kehamilan
3. Pengangkatan atau pengeluaran karena alasan-alasan medis atau pribadi.
Efektifitas dari macam-macam IUD tergantung pada IUD nya : Jenis,
ukuran, besar dan luasnya permukaan IUD, untuk IUD medisionalis
bergantung pada luasnya permukaan bahan bioaktif yang dikandung dan lama
pemakaian.
Akseptor : Umur, paritas, ketaatan dan keteraturan kontrol dan frekuensi
senggama, personal hygiene. Dari faktor-faktor yang berhubungan dengan
akseptor yaitu umur dan paritas, diketahui :
1. Makin tua usia, makin rendah angka kehamilan, ekspulsi dan
pengangkatan atau pengeluaran IUD.
2. Makin muda usia terutama pada multigravida, maka tinggi angka ekspulsi
dan pengangkatan atau pengeluaran IUD.
Maka efektifitas IUD tergantung pada variabel administratif pasien dan
medis, termasuk kemudahan insersi, pengalaman pemasang, kemungkinan
ekspulsi dari pihak akseptor, kemampuan akseptor untuk mengetahui
terjadinya ekspulsi dan kemudahan akseptor untuk mendapatkan pertolongan
medis.
Menurut Sujiyantini dan Arum (2009), keefektifitasan IUD adalah sangat
efektif yaitu 0,5 – 1 kehamilan per 100 perempuan selama 1 tahun pertama
penggunaan.

F. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN IUD


Menurut Saifuddin Abdul Bari dalam buku Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kontrasepsi, 2008:
Keuntungannya :
1. Sangat efektif, angka kegagalan 0,3 % sampai 1 %
2. IUD dapat efektif segera setelah pemasangan.
3. Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT.380A
dan tidak perlu diganti).
4. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.
5. Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
6. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil.
7. Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu IUD (CuT.380A)
8. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.
9. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau setelah
abortus (apabila tidak terjadi infeksi)
10. Tidak ada interaksi dengan obat-obat.
11. Membantu mencegah kehamilan ektopik
Kerugiannya :
1. Resiko penyakit radang panggul meningkat.
2. Bertambahnya darah haid dan rasa sakit selama beberapa
bulan pertama pada berbagai pemakai IUD.
3. Tidak dapat melindungi klien dari PMS dan AIDS.
4. Tali IUD dapat menimbulkan perlukaan partia uteri dan mengganggu
hubungan sseksual pada sebagian pemakai.
5. Perfosari dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya benar)
6. Klien tidak dapat mencabut sendiri IUD nya.
7. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang
sering berganti pasangan
8. Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS
memakai AKDR PRP dapat memicu infertilitas.

G. INDIKASI PEMASANGAN IUD


Menurut Manuaba, 2010 dalam buku Ilmu Kebidanan, Penyakit
Kandungan dan KB, pemasangan IUD untuk bertujuan kontrasepsi dapat
dilakukan pada wanita yang :
1. Telah memakai IUD di masa lalu dengan memuaskan dan aman.
2. Pernah melahirkan dan telah punya anak hidup.
3. Ukuran rahim tidak kurang dari 15 cm.
4. Telah cukup jumlah anaknya dan belum memutuskan untuk steril.
5. Tidak ingin hamil paling tidak lebih 2 tahun atau menjarangkan kehamilan.
6. Tidak boleh atau tidak cocok memakai kontrasepsi horrmonal
(mengidap penyakit jantung, hipertensi, hati).
7. Sedang menyusui dan menginginkan kontrasepsi.
8. Tidak ada kontra indikasi.

H. KONTRA INDIKASI PEMASANGAN IUD


Menurut Manuaba, 2010 dalam buku Ilmu Kebidanan, Penyakit
Kandungan dan KB, kontraindikasi pemasangan IUD antara lain :
1. Diketahui dan curiga hamil.
2. Infeksi panggul (pelvis)
3. Pendarahan vagina yang tidak diketahui.
4. Dicurigai atau dikrtahui adanya kanker rahim.
5. Kelainan rahim (rahim kecil, stenosis kanalis servikalis, polip
endometrium)
6. Anemi berat dan gangguan pembukaan darah.
7. Wanita dengan resiko tinggi mendapat PMS.

I. EFEK SAMPING
Menurut Sujiyantini dan Arum (2009), Efek samping IUD yaitu
a. Perdarahan (menorangia atau spotting menorangia)
b. Rasa nyeri dan kejang perut
c. Terganggunya siklus menstruasi (umumnya terjadi pada 3 bulan
pertama pemakaian)
d. Disminore
e. Gangguan pada suami (sensasi keberadaan benang iud dirasakan sakit atau
mengganggu bagi pasangan saat melakukan aktifitas seksual)
f. Infeksi pelvis dan endometrium
Menurut Zahra (2008), Efek samping dari penggunaan IUD meliputi, pada
minggu pertama, mungkin ada pendarahan kecil. Ada perempuan -
perempuan pemakai spiral yang mengalami perubahan haid, menjadi lebih
berat dan lebih lama, bahkan lebih menyakitkan. Tetapi biasanya semua
gejala ini akan lenyap dengan sendirinya sesudah 3 bulan.

J. KUNJUNGAN ULANG SETELAH PEMASANGAN IUD


Kunjungan ulang setelah pemasangan IUD Menurut BKKBN (2003), yaitu
1. 1 minggu pacsa pemasangan
2. 2 bulan pasca pemasangan
3. Setiap 6 bulan berikutnya
4. 1 tahun sekali
5. Bila terlambat haid 1 minggu
6. Perdarahan banyak dan tidak teratur

K. PEMERIKSAAN PADA SAAT KUNJUNGAN ULANG


Menurut Varney, Kriebs dan Gegor (2006), Setelah IUD dipasang seorang
klien wanita, ia harus diarahkan untuk menggunakan preparat spermisida dan
kondom pada bulan pertama. Tindakan ini akan memberi perlindungan penuh
dari konsepsi karena IUD menghambat serviks, uterus, dan saluran falopii
tempat yang memungkinkan pembuahan dan penanaman sel telur dan ini
merupakan kurun waktu IUD dapat terlepas secara spontan. Klien harus
melakukan kunjungan ulang pertamanya dalam waktu kurang lebih enam
minggu. Kunjungan ini harus dilakukan setelah masa menstruasi pertamanya
pasca pamasangan IUD. Pada waktu ini, bulan pertama kemungkinan insiden
IUD lebih tinggi untuk terlepas secara spontan telah berakhir. IUD dapat
diperiksa untuk menentukannya masih berada pada posisi yang tepat. Selain
itu, seorang wanita harus memiliki pengalaman melakukan pemeriksaan IUD
secara mandiri dan beberapa efeksamping langsung harus sudah diatasi.
Kunjungan ulang member kesempatan untuk menjawab pertanyaan dan
memberi semangat serta meyakinkan klien. Diharapkan, hal ini membuahkan
hasil berupa peningkatan jumlah pengguna IUD. Data-data terkait IUD berikut
dapat diperoleh pada kunjungan ulang ini.
a. Riwayat
1) Masa menstruasi (dibandingkan dengan menstruasi sebelum
menggunakan IUD)
a) Tanggal
b) Lamanya
c) Jumlah aliran
d) Nyeri
2) Diantara waktu menstruasi (dibading dengan sebelum menggunakan
IUD)
a) Bercak darah atau perdarahan: amanya, jumlah
b) Kram: lamanya, tingkat keparahan
c) Nyeri punggung: lokasi, lamanya, tingkat keparahan.
d) Rabas vagina: lamanya, warna, bau, rasa gatal, rasa terbakar saat
berkemih (sebelum atau setelah urine mulai mengalir)
3) Pemeriksaan benang
a) Tanggal pemeriksaan benang yang terakhir
b) Benang dapat dirasakan oleh pasangan selama melakukan
hubungan seksual
4) Kepuasaan terhadap metode yang digunakan (baik pada wanita
maupun pasangannya)
5) Setiap obat yang digunakan: yang mana, mengapa
6) Setiap kunjungan ke dokter atau keruang gawat darurat sejak
pemasangan IUD: mengapa
7) Preparat spermisida dan kondom: kapan, apakah ada masalah
8) Tanda-tanda dugaan kehamilan jika ada indikasi
b. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan abdomen untuk mengetahui adanya nyeri tekan pada
bagian bawah abdomen
2) Pemeriksaan untuk mengetahui adanya nyeri tekan akibat CVA,
jika diindikasikan untuk diagnose banding
3) Tanda-tanda kemungkinan kehamil, jika ada indikasi.
c. Pemeriksaan pelvic
1) Pemeriksaan speculum
a) Benang terlihat
b) Panjang benang: pemotongan benang bila ada indikasi
c) Rabas vagina: catat karakteristik dan lakukan kultur dan apusan
basah bila diindikasikan.
2) Pemeriksaan bimanual
a) Nyeri ketika serviks atau uterus bergerak
b) Nyeri tekan pada uterus
c) Pembesaran uterus
d) Nyeri tekan pada daerah sekitar
e) Tanda-tanda kemungkinan kehamilan bila diindikasikan
d. Laboratorium
1) Hemoglobin atau hematokrit
2) Urinalis rutin sesuai indikasi untuk diagnosis banding
3) Kultur serviks dan apusan basah, jika ada indikasi
4) Tes kehamilan, jika ada indikasi
Apabila hasil pemeriksaan diatas memuaskan, maka klien akan
mendapatkan jadwal untuk melakukan pemeriksaan fisik rutinnya. Pada
kunjungan tersebut bidan akan melakukan hal-hal seperti mengkaji riwayat
penapisan umum yaitu pemeriksaan fisik dan pelvic, pap smear, kultur
klamedia dan gonorea, tes laboratorium rutin lain dan pengulangan kunjungan
ulang IUD seperti dijelaskan diatas. Pengarahan supaya klien memeriksakan
IUD nya, kapan harus menghubungi bila muncul masalah atau untuk membuat
perjanjian sebelum kunjungan tahunnya dapat ditinjau kembali bersama klien
selama kunjungan ulang ini.

L. WAKTU PEMASANGAN IUD


Menurut Manuaba, 2010 dalam buku Ilmu Kebidanan, Penyakit
Kandungan dan KB, waktu pemasangan IUD yaitu :
1. Sewaktu haid sedang berlangsung
Pada waktu ini pemasangan akan mudah karena kanalis servikalis agak
melebar dan kemungkinan terjadi kehamilan sangat kecil, perasaan sakit
kurang dan perdarahan tidak begitu banyak
2. Pasca Persalinan
Pemasangan dini yaitu pemasangan sebelum ibu dipulangkan dari rumah
sakit. Pemasangan langsung yaitu pemasangan 3 bulan setelah ibu
dipulangkan. Pemasangan tidak langsung yaitu pemasangan setelah lebih
dari 3 bulan pasca persalinan atau keguguran.
3. Pasca Keguguran
Langsung setelah keguguran, atau dipasang sewaktu ibu pulang dari rumah
sakit.
4. Sewaktu Seksio Sesaria
Sebelum luka rahim ditutup terlebih dahulu dikeluarkan darah-darah beku
dari kavum uteri, kemudian IUD dipasangkan pada bagian fundus.

M. HAL-HAL YANG HARUS DIKETAHUI OLEH AKSEPTOR KB IUD


Menurut BKKBN tahun 2010 dalam buku Kapita Selekta Peningkatan
Pelayanan Kontrasepsi:
1. Cara memeriksa sendiri benang IUD pada bulan-bulan pertama post insersi
dan setiap selesai haid.
a. Mencuci tangan dengan air sabun kemudian duduk dengan posisi
jongkok
b. Memasukkan jari telunjuk atau jari tengah kedalam liang senggama
sampai menjangkau rahim.
c. Raba adanya benang berarti IUD ada pada posisi yang benar dan
jangan ditarik.
2. Setelah pemasangan IUD boleh melakukan aktifitas seperti biasa dan
boleh melakukan hubungan suami istri setelah 3 hari pemasangan.
3. Efek samping yang terjadi misalnya perdarahan bertambah banyak atau
lama, rasa sakit atau kram.
4. Mengetahui tanda-tanda bahaya IUD.
a. Terlambat haid, perdarahan abnormal.
b. Nyeri abdomen, disparenmia.
c. Vaginal discargo abnormal.
d. Merasa tidak sehat, menggigil dan benang IUD teraba tambah panjang,
ujung IUD keluar, benang tambah pendek atau tidak teraba.
5. Bila berobat karena alasan apapun (medis, chinergis, problem sexual)
beritahu dokter bahwa metode KB yang dipakai IUD.
6. Sebaiknya tunggu 3 bulan untuk hamil kembali setelah IUD dilepas dan
gunakan kontrasepsi lain selama waktu tersebut, untuk mencegah
hubungan ektopik.
7. IUD tidak memberi perlindungan terhadap AIDS dan penyakit sexual
lainnya dan bagian perut tidak boleh dipijat.
8. Bila suami merasa nyeri saat berhubungan intim kemungkinan disebabkan
oleh benang yang terlalu panjang atau pendek, segera kontrol. Boleh
dilepas bila akseptor ingin hamil lagi atau ada komplikasi berat meskipun
daya kerjanya belum habis
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Laporan Pendahuluan Keluarga Berencana. 2017 (dalam:


http://agungsa10001.academia.edu./2016/04/lp-keluarga berencana.html).

Carpenito, Lynda Juall. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta


: EGC; 2010

Mansjoer, A. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Jakarta: FKUI; 2010

NANDA NIC-NOC. Buku Saku Diagnosis Keperawatan NANDA NIC-NOC.


Jakarta: EGC; 2011

Manuaba, Ida Bagus. Buku Saku Ilmu Kebidanan. Jakarta : Hipokrates ; 2010

Mochtar, Pustam. Sinopsis Obstetri.Jakarta: EGC; 2008

Saifudin,A. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo. Jakarta; 2008
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai