Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE ( IUD )

Nirawati, S.Kep
22107040

CI. LAHAN CI. INSTITUSI

( Krisna Susanti, S.ST ) ( Nour Sriyanah, S. Kep, Ns, M. Kep )


CWCC)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MAKASSAR
2022
LAPORAN PENDAHULUAN
ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE (IUD)

A. KONSEP MEDIS
1. Pengertian
Intra Uterine device (IUD) adalah alat kecil berbentuk-T terbuat dari plastik
dengan bagian bawahnya terdapat tali halus yang juga terbuat dari plastik.Sesuai
dengan namanya IUD dimasukkan ke dalam rahim untuk mencegah kehamilan.
Pemasangan bisa dengan rawat jalan dan biasanya akan tetap terus berada dalam
rahim sampai dikeluarkan lagi. IUD mencegah sperma tidak bertemu dengan sel
telur dengan cara merubah lapisan dalam rahim menjadi sulit ditempuh oleh sperma
(Kusmarjadi, 2010).
Alat kontrasepsi dalam rahim ( AKDR / IUD ) merupakan alat kontrasepsi
yang dipasang dalam rahim yang relatif lebih efektif bila dibandingkan dengan
metode pil, suntik dan kondom. Alat kontrasepsi dalam rahim terbuat dari plastik
elastik, dililit tembaga atau campuran tembaga dengan perak. Lilitan logam
menyebabkan reaksi anti fertilitas dengan waktu penggunaan dapat mencapai 2-10
tahun, dengan metode kerja mencegah masuknya sprematozoa/sel mani ke dalam
saluran tuba. Pemasangan dan pencabutan alat kontrasepsi ini harus dilakukan oleh
tenaga medis (dokter atau bidan terlatih), dapat dipakai oleh semua perempuan usia
reproduksi namun tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar infeksi
menular seksual (Imbarwati, 2009).
IUD yaitu alat yang terbuat dari plastik yang dimasukkan ke dalam rahim
dan mencegah kehamilan dengan cara menganggu lingkungan rahim dan
menghalangi terjadinya pembuahan maupun implantasi (ILUNI FKUI, 2010)  .
AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim) atau spiral, atau dalam bahasa
Inggrisnya Intra-Uterine Devices, disingkat IUD adalah alat yang dibuat dari
polietilen dengan atau tanpa metal/steroid yang ditempatkan di dalam
rahim.Pemasangan ini dapat untuk 3-5 tahun dan bisa dilepaskan setiap saat bila
klien berkeinginan untuk mempunyai anak.AKDR ini bekerja dengan mencegah
pertemuan sperma dengan sel telur (Kusumaningrum, 2009).
2. Jenis-jenis IUD
Jenis IUD yang dipakai di Indonesia antara lain adalah :
a. Copper-T 
IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen dimana pada bagian
vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan tembaga halus ini
mempunyai efek anti fertilitas (anti pembuahan) yang cukup baik (Imbarwati,
2009).
b. Copper-7
IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan
pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan
ditambahkan gulungan kawat tembaga luas permukaan 200 mm2, fungsinya
sama dengan lilitan tembaga halus pada IUD Copper-T (Imbarwati, 2009).
c. Multi load    
IUD ini terbuat dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan
kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjang dari ujung atas ke ujung bawah
3,6 cm. Batang diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250
mm2 atau 375 mm2 untuk menambah efektifitas. Ada tiga jenis ukuran multi
load yaitu standar, small, dan mini (Imbarwati, 2009).
d. Lippes loop 
IUD ini terbuat dari polyethelene, berbentuk huruf spiral atau huruf S
bersambung. Untuk memudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya
Lippes loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang bagian
atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm (benang
hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning) dan tipe D berukuran 30 mm
dan tebal (benang putih). Lippes loop mempunyai angka kegagalan yang
rendah. Keuntungan dari pemakaian IUD jenis ini adalah bila terjadi perforasi,
jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan
plastic (Imbarwati, 2009).
Spiral bisa bertahan dalam rahim dan menghambat pembuahan sampai
10 tahun lamanya. Setelah itu harus dikeluarkan dan diganti. Bahan
spiral yang paling umum digunakan adalah plastic atau plastic bercampur
tembaga. Terdapat dua jenis IUD yaitu IUD dengan tembaga dan IUD dengan
hormon (dikenal dengan IUS = Intrauterine System). IUD tembaga (copper)
melepaskan partikel tembaga untuk mencegah kehamilan sedangkan IUS
melepaskan hormon progestin (Kusmarjadi, 2010).    
Spiral jenis copper T (melepaskan tembaga) mencegah kehamilan
dengan cara menganggu pergerakan sperma untuk mencapai rongga rahim dan
dapat dipakai selama 10 tahun. Progestasert IUD (melepaskan progesteron)
hanya efektif untuk 1 tahun dan dapat digunakan untuk kontrasepsi darurat
(ILUNI FKUI, 2010).

3. Mekanisme kerja IUD


Cara kerja kontrasepsi IUD sebagai berikut :
a. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi
b. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai cavum uteri
c. Mencegah sperma dan ovum bertemu dengan membuat sperma masuk ke
dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi sperma untuk fertilisasi.
d. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.
Ada beberapa mekanisme kerja IUD yang telah dianjurkan:
a. Timbulnya reaksi radang lokal yang non spesifik didalam cavum uteri
sehingga implantasi sel telur yang telah dibuahi terganggu.
b. Prodiksi lokal prostaglandin yang meninggi, yang menyebabkan terhambat
implantasi.
c. Teori reaksi benda asing yang menyebabkan pemadatan endometrium
oleh sel-sel makrofag dan limfosit yang menyebabkan blastokis rusak atau
tidak dapat bernidasi.
d. Teori pengaruh zat bioaktif progesteron (untuk IUD yang berisi
progesteron) yang menghambat ovulasi, mempengaruhi endometrium
yang berakibat menghambat nidasi, mempengaruhi lendir serviks yang
menghalangi gerak sperma.
e. IUD menimbulkan perubahan pengeluaran cairan, prostaglandin yang
menyebabkan rahim berkontraksi sehingga menghalangi transport sel sperma
ke kavum uteri.
f. Ion Cu yang dikeluarkan IUD dengan Cuppes menyebabkan
gangguan gerak spermatozoa sehingga mengurangi kemampuan untuk
melaksanakan konsepsi.
4. Kelemahan dan kelebihan IUD
Intra uterine device (IUD) memiliki keuntungan yaitu:
 Sangat efektif mencegah kehamilan.
 Sangat efektif. 0,6 - 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama
(1 kegagalan dalam 125 - 170 kehamilan)
 Pencegahan kehamilan untuk jangka yang panjang sampai 5-10 tahun
 Tidak mempengaruhi hubungan seksual
 Tidak ada efek samping hormonal dengan CuT-380A
 Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
 Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau abortus (apabila tidak terjadi
infeksi)
 Dapat digunakan sampai menopouse
 Tidak ada interaksi dengan obat-obat
 Membantu mencegah kehamilan ektopik
 Relatif tidak mahal
 Nyaman (tidak perlu diingat-ingat seperti jika memakai pil)
 Dapat dibuka kapan saja (oleh dokter)
 Dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi
 Segera berfungsi (AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan)
 Efek samping yang rendah
 Dapat menyusui dengan aman
 Tidak dirasakan oleh pemakai ataupun pasangannya (Kusmarjadi, 2010).
 Sangat efektif (0,5 – 1 kehamilan per 100 wanita setelah pemakaian selama
satu tahun)
 Tidak terganggu faktor lupa
 Metode jangka panjang (perlindungan sampai 10 tahun dengan
menggunakan Tembaga T 380A)
 Mengurangi kunjungan ke klinik
 Lebih murah dari pil dalam jangka panjang (Kusumaningrum, 2009).
IUD baik untuk wanita yang:
Menginginkan kontrasepsi dengan tingkat efektifitas yang tinggi, dan jangka
panjang
 Tidak ingin punya anak lagi atau ingin menjarangkan anak
 Memberikan ASI
 Berada dalam masa postpartum dan tidak memberikan ASI
 Berada dalam masa pasca aborsi
 Mempunyai resiko rendah terhadap PMS
 Tidak dapat mengingat untuk minum sebutir pil setiap hari
 Lebih menyukai untuk tidak menggunakan metode hormonal atau yang
memang tidak boleh menggunakannya.
 Yang benar-benar membutuhkan alat kontrasepsi darurat (Kusumaningrum,
2009).
Kelemahan kontrasepsi IUD yaitu:
 Tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar pada infeksi menular
 Efek samping umum terjadi perubahan siklus haid, haid lebih lama dan
banyak, perdarahan antar mensturasi, saat haid lebih sakit
 Komplikasi lain: merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah
pemasangan, perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang
memungkinkan penyebab anemia, perforasi dinding uterus (sangat jarang
apabila pemasangan benar)
 Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
 Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau yang sering
berganti pasangan
 Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai
AKDR, PRP dapat memicu infertilitas
 Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam
pemasangan AKDR
 Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan
AKDR. Biasanya menghilang dalam 1 - 2 hari
 Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri. Petugas terlatih
yang dapat melepas (Muhammad, 2008).
 Mungkin IUD keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila
IUD dipasang segera setelah melahirkan)
 Perempuan harus memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu
(Imbarwati, 2009).
Sedangkan efeknya antara lain rasa kram dan sakit pinggang sesaat sampai
beberapa jam setelah pemasangan. Beberapa wanita mengalami perdarahan ringan
dan nyeri sampai beberapa minggu setelah pemasangan. Kadang haid bisa banyak
pada IUD tembaga (Kusmarjadi, 2010).
Spiral tidak melindungi dari berbagai penyakit yang menular melalui
hubungan seksual, termasuk HIV/AIDS. Bukan hanya itu saja, spiral akan
memperparah penyakit Anda, menyebabkan komplikasi-komplikasi serius, seperti
radang mulut rahim yang bisa membuat Anda kehilangan kesuburan (mandul)
(Zahra, 2008).
Penggunaan IUD sebaiknya dilakukan pada saat :
 Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak hamil.
 Hari pertama sampai ke-7 siklus haid.
 Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu
pascapersalinan; setelah 6 bulan apabila menggunakan metode amenorea
laktasi (MAL).
 Setelah terjadinya keguguran (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila
tidak ada gejala infeksi.
 Selama 1 sampai 5 hari setelah sanggama yang tidak dilindungi
(Imbarwati, 2009).
Kelemahan dari penggunaan IUD adalah perlunya kontrol kembali untuk
memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu. Waktu kontrol IUD yang harus
diperhatikan adalah :
a. 1 bulan pasca pemasangan
b. 3 bulan kemudian
c. Setiap 6 bulan berikutnya
d. Bila terlambat haid 1 minggu
e. Perdarahan banyak atau keluhan istimewa lainnya (Imbarwati, 2009).
5. Efek samping penggunaan IUD
a. Spotting
Keluarnya bercak-bercak darah diantara siklus menstruasi, spoting akan muncul
jika capek dan stress. Perempuan yang aktif sering mengalami spotting jika
menggunakan kontrasepsi AKDR.
b. Perubahan siklus menstruasi
Setelah pemasangan AKDR siklus menstruasi menjadi lebih pendek. Siklus
menstruasi yang muncul lebih cepat dari siklus normal rata-rata yaitu 28 hari
dengan lama haid 3-7 hari, biasanya siklus haid berubah menjadi 21 hari.
c. Amenore
Tidak didapat tanda haid selama 3 bulan atau lebih.
d. Dismenore
Munculnya rasa nyeri saat menstruasi.
e. Menorrhagea
Perdarahan berat secara eksesif selama masa haid atau  haid yang lebih banyak.
f. Fluor albus
Penggunaan AKDR akan memicu rekurensi vaginosis bacterial yaitu keadaan
abnormal pada ekosistem vagina yang disebabkan bertambahnya pertumbuhan
flora vagina bakteri anaerob menggantikan Lactobacillus yang mempunyai
konsentrasi tinggi sebagai flora normal vagina.
g. Pendarahan Post seksual
Pendarahan post seksual ini disebabkan karena posisi benang AKDR yang
menggesek mulut rahim atau dinding vagina sehingga menimbulkan
pendarahan.
6. Indikasi dan Kontra indikasi
 Wanita yang boleh menggunakan kontrasepsi IUD yaitu      :
 Usia reproduktif         
 Keadaan nulipara       
 Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang    
 Perempuan menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi.
 Setelah melahirkan dan tidak menyusui        
 Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi            
 Risiko rendah dari IMS         
 Tidak menghendaki metoda hormonal          
 Tidak menyukai mengingat-ingat minum pil setiap hari       
 Tidak menghendaki kehamilan setelah 1 - 5 hari senggama 
 Perokok         
 Gemuk ataupun kurus
Jangan memakai spiral jika:    
 Sedang hamil atau kemungkinan hamil          
 Berisiko tinggi terkena penyakit yang menular lewat hubungan seks (bila
mempunyai pasangan seksual lebih dari satu, atau bila suami/pasangan punya
pasangan lain).
 Pernah mengalami infeksi saluran peranakan atau rahim, atau infeksi sesudah
persalinan/sesudah aborsi.
 Pernah hamil di luar rahim (hamil dalam saluran fallopian)
 Mendapat haid yang “berat” (darah yang keluar sangat banyak) diserat rasa
sakit yang hebat.       
 Sangat kekurangan darah merah (anemia).
 Belum pernah hamil (Zahra, 2008).

 Kontra indikasi wanita pengguna kontrasepsi IUD yaitu:     


Menurut Manuaba (2009), kontraindikasi pemasangan IUD antara lain : 1.
 Diketahui dan curiga hamil.
 Infeksi panggul (pelvis)
 Pendarahan vagina yang tidak diketahui.
 Dicurigai atau dikrtahui adanya kanker rahim.
 Kelainan rahim (rahim kecil, stenosis kanalis servikalis, polip
endometrium)
 Anemi berat dan gangguan pembukaan darah.
 Wanita dengan resiko tinggi mendapat PMS.
7. Prosedur Kerja Pemasangan Iud
Kebijaksanaan :
1.       Petugas harus siap ditempat.
2.       Harus ada permintaan dan persetujuan dari calon peserta.
3.       Ruang pemeriksaan yang tertutup, bersih, dan cukup ventilasi.
4.       Alat-alat yang tersedia
 Gyn bed
 Timbangan berat badan
 Tensimeter dan stetoskop
 IUD set steril
 Bengkok
 Lampu
 Kartu KB (kl, K IV)
 Buku-buku administrasi dan registrasi KB
 Meja dengan duk steril
 Speculum
 Sonde rahim
 Lidi kipas dan kapas first aid secukupnya.
 Busi / dilatator hegar
 Kogel tang
 Pincet dan gunting

Langkah-langkah :
 Memberi penjelasan kepada calon peserta mengenai keuntungan,
efek samping dan cara menanggulangi efek samping.
 Melaksanakan anamnese umum, keluarga, media dan kebidanan.
 Melaksanakan pemeriksaan umum meliputi timbang badan,
mengukur tensimeter.
 Mempersilakan calon peserta untuk mengosongkan kandung
kemih.
 Siapkan alat-alat yang diperlukan.
 Mempersilakan calon peserta untuk berbaring di bed gynaecologi
dengan posisi Lithotomi.
 Petugas cuci tangan
 Pakai sarung tangan kanan dan kiri
 Bersihkan vagina dengan kapas Iodine/ Betadine
 Melaksanakan pemeriksaan dalam untuk menentukan keadaan
posisi uterus.
 Pasang speculum sym.
 Gunakan kogel tang untuk menjepit cervix.
 Masukkan sonde dalam rahim untuk menentukan ukuran, posisi
dan bentuk rahim.
 Inserter yang telah berisi AKDR dimasukkan perlahan-lahan ke
dalam rongga rahim, kemudian plugger di dorong sehingga AKDR
masuk ke dalam inserter dikeluarkan.
 Gunting AKDR sehingga panjang benang ± 5 cm
 Speculum sym dilepas dan benang AKDR di dorong ke samping
mulut rahim.
 Peserta dirapikan dan dipersilakan berbaring ± 5 menit
 Alat-alat dibersihkan
 Petugas cuci tangan
 Memberi penjelasan kepada peserta gejala-gejala yang mungkin terjadi /
dialami setelah pemasangan AKDR dan kapan harus kontrol
 Membuat nota pelayanan
 Menyerahkan nota pelayanan kepada peserta untuk diteruskan ke bagian
administrasi pelayanan.
 Mencatat data pelayanan dalam kartu dan buku catatan untuk
dilaporkan ke bagian Rekam Medik (Imbarwati, 2009).
Catatan :
 Bila pada waktu pamasangan terasa ada obstruksi, jangan dipaksa
(hentikan) konsultasi dengan dokter.
 Bila sonde masuk ke dalam uterus dan bila fundus uteri tidak terasa,
kemungkinan terjadi perforasi, keluarkan sonde, dan konsultasikan ke
dokter.
 Keluarkan sonde dan lihat batas cairan lendir atau darah, ini adalah
panjang rongga uterus. Ukuran normal 6 – 7 cm.
 Bila ukuran uterus kurang dari 5 cm atau lebih dari 9 cm jangan dipasang
(Imbarwati, 2009).
8. Prosedur Pencabutan IUD
 Tujuan umum :
Agar pasien yang akan melepas AKDR mendapat pelayanan yang cepat, puas,
dan sesuai dengan kebutuhan.
 Tujuan khusus :
Mempersiapkan ibu agar cepat mengenal efek samping dilepaskan AKDR.
Kebijaksanaan :
1.      Petugas harus siap ditempat
2.      Harus ada permintaan dan persetujuan dari calon peserta.
3.      Ruang pemeriksaan yang tertutup, bersih, dan cukup ventilasi.
4.      Alat-alat yang harus tersedia lengkap sesuai dengan standart yang ditentukan :
 Meja dengan alas duk steril.
 Sarung tangan kanan dan kiri
 Lidi kapas, kapas first aid secukupnya.
 Cocor bebek / speculum
 Tampon tang.
 Tutup duk steril
 Bengkok
 Lampu
 Timbangan berat badan
 Tensimeter dan
 Stetoskop
Langkah-langkah :
a. Memberi penjelasan kepada calon peserta mengenai keuntungan, efek
samping dan cara menanggulangi efek samping.
b. Melaksanakan anamnese umum, keluarga, media dan kebidanan
c. Melaksanakan pemeriksaan umum meliputi timbang badan, mengukur
tensimeter.
d. Siapkan alat-alat yang diperlukan.
e. Mempersilakan calon peserta untuk berbaring di bed gynaecologi dengan
posisi Lithomi.
f. Bersihkan vagina dengan Iodine/ Betadine.
g. Melaksanakan pemeriksaan dalam untuk menentukan keadaan dan posisi
uterus.
h. Pasang speculum sym.
i. Mencari benang IUD kemudian dilepas dengan tampon tang
j. Setelah IUD berhasil dilepas, alat-alat dibereskan.
k. Pasien dirapikan kembali
l. Memberi penjelasan kepada peserta gejala-gejala yang mungkin
terjadi / dialami setelah AKDR dilepas dan kapan harus kontrol
m. Menyerahkan nota pelayanan dan menerima pembayaran sesuai
dengan nota
n. Mencatat data pelayanan dalam kartu dan buku catatan, register KB untuk
dilaporkan ke bagian Rekam Medik (Imbarwati, 2009).
B. Konsep keperawatan
1. Pengkajian
a. Data Subyektif
1) Identitas
Yang dikaji meliputi biodata dan suami mulai dari nama, umur, suku,
agama, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, alamat, no. telp.
2) Keluhan
Utama Dikaji keluhan klien yang berhubungan dengan penggunaan KB
IUD tersebut antara lain amenorea/perdarahan tidak terjadi, perdarahan
bercak, keputihan, nyeri saat berhubungan.
3) Riwayat KB
Dikaji apakah klien pernah menjadi akseptor KB lain sebelum
menggunakan KB IUD dan sudah berapa lama menjadi akseptor KB
tersebut.
4) Riwayat
Obstetri Lalu Dikaji riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.
5) Riwayat
Menstruasi Lalu Dikaji menarche pada umur berapa, siklus haid,
lamanya haid, sifat darah haid, dysmenorhea atau tidak.
6) Riwayat
Kesehatan Klien Dikaji apakah klien menderita penyakit jantung,
hipertensi, kanker payudara, DM, dan TBC.
7) Riwayat
Kesehatan Keluarga Dikaji apakah keluarga klien ada yang menderita
penyakit jantung, DM, TBC, hipertensi dan kanker payudara.
8) Pola Kehidupan
Dikaji meliputi pola nutrisi, pola eliminasi, pola istirahat, pola aktivitas,
pola aktivitas seksual, pola personal hygiene, dan kebiasaan sehari-hari.
b. Data Obyektif
1) Pemeriksaan Umum
Meliputi pemeriksaan pada tekanan darah, nadi, pernafasan, BB, TB,
suhu badan, kesadaran.
2) Pemeriksaan Khusus
Wajah : dilihat adanya bercak hitam (chloasma) adanya oedem,
conjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterus.
3) Leher : diraba adanya pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar limfe,
adanya bendungan vena jugularis.
4) Dada : dilihat bentuk mammae, diraba adanya massa pada payudara.
5) Genetalia : dilihat dari condiloma aquminata, dilihat dan diraba adanya
infeksi kelenjar bartholini dan kelenjar skene.
6) Ekstremitas : dilihat adanya eodem pada ekstrimitas bawah dan
ekstrimitas atas, adanya varices pada ekstremitas bawah.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (D.0077).
b. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi (D.0080).
c. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (D.0130).
3. Rencana / Intervensi Keperawatan
No Diagnoasa Luaran keperawatan Intervensi keperawatan
. Keperawatan (SLKI) (SIKI)
(SDKI)
1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri (I.08238)
berhubungan dengan keperawatan, diharapkan: 1. Identifikasi lokasi,
agen pencedera Tingkat nyeri: menurun karakteristik, durasi,
fisiologis (L.08066) frekuensi, kualitas dan
intensitas nyeri
Indikator:
2. Identifikasi skala nyeri
Meningkat = 1 3. Identifikasi respon nyeri non
Cukup meningkat = 2 verbal
Sedang = 3 4. Monitor efek samping
Cukup menurun = 4 penggunaan analgetik
Menurun = 5 5. Berikan teknik non
Dengan kriteria hasil: farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
1. Keluhan nyeri meringis
(misalnya: TENS, hipnotis,
2→4 akupresur, terapi musik,
2. Kesulitan tidur 2 → 4 biofeedback, terapi pijat,
3. Frekuensi nadi 2 → 4 aroma terapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres
Kontrol nyeri: meningkat hangat/dingin, terapi
(L.08063) bermain)
6. Kontrol lingkungan yang
Indikator:
memperberat rasa nyeri,
Menurun = 1 (misalnya: suhu ruangan,
Cukup menurun = 2 pencahayaan, kebisingan)
Sedang = 3 7. Fasilitasi istirahat dan tidur
Cukup meningkat = 4 8. Jelaskan penyebab, periode,
Meningkat = 5 dan pemicu nyeri.
Dengan kriteria hasil: 9. Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
1. Melaporkan nyeri mengurangi rasa nyeri
terkontrol 2 → 4 10. Kolaborasi pemberian
2. Kemampuan mengenali analgetik , jika perlu.
penyebab nyeri 2 → 4
3. Kemampuan
menggunakan teknik
non farmakologi 2 → 4
2. Ansietas berhubungan Setelah dilakukan tindakan Reduksi ansietas (I.09314)
dengan kurang keperawatan, diharapkan 1. Identifikasi saat tingkat
terpapar informasi Tingkat ansietas: menurun ansietas berubah (mis:
(L.09093) kondisi, waktu, stresor)
Indikator: 2. Ciptakan suasana
Meningkat = 1 terapeutikuntuk
Cukup meningkat = 2 menumbuhkan kepercayaan
Sedang = 3 3. Pahami situasi yang
Cukup menurun = 4 membuat ansietas
Menurun = 5 4. Anjurkan mengungkapkan
Dengan kriteria hasil: perasaan dan persepsi
1. Verbalisasi 5. Latih teknik relaksasi
kebingungan 2 → 4
2. Verbalisasi khawatir Terapi relaksasi (I.09326)
akibat kondisi yang 1. Identifikasi teknik relaksasi
dihadapi 2 → 4 yang pernah efektif
3. Prilaku gelisah 2 → 4 dilakukan
4. Prilaku tegang 2 → 4 2. Monitor respon terhadap
5. Pola tidur 2 → 4 terapi relaksasi
3. Ciptakan lingkungan tenang
dan tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruang
nyaman, jika memungkinkan
4. Anjurkan mengambil posisi
yang nyaman
5. Anjurkan rileks dan
merasakan sensasi relaksasi

3. Hipertermi Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipertermi


berhubungan dengan keperawatan, diharapkan: (I.15506)
proses penyakit Termoregulasi : membaik 1. Identifikasi penyebab
(L.14134) hipeertermi
Indikator: 2. Monitor suhu tubuh
Memburuk = 1 3. Longgarkan atau lepaskan
Cukup memburuk= 2 pakaian
Sedang = 3 4. Berikan cairan oral
Cukup membaik = 4 5. Basahi dan kipasi permukaan
Membaik = 5 tubuh
Dengan kriteria hasil: 6. Lakukan pendinginan
1. Suhu tubuh 2 → 4 eksternal (mis: selimut
2. Suhu kulit 2 → 4 hipotermi atau kompres
3. Takikardi 2 → 4 dingin pada dahi, leher, dada,
aksila dan abdomen)
Indikator: 7. Kolaborasi pemberian cairan
Menigkat = 1 dan elektrolit intravena
Cukup meningkat = 2
Sedang = 3
Cukup menurun = 4
Menurun = 5
Dengan kriteria hasil:
1. Menggigil 2 → 4
Pathway IUD

IUD

Benda asing dalam uterus

Reaksi radang di Kurang pengetahuan


Terjadi efek mekanik
cavum uteri tentang pengetahuan
tentang prosedur
pemasangan dan efek
Fagosit Kontraksi uterus yang terjadi
meningkat

Perubahan Iskemia otot uterus MK: Ansietas


endometrium

Keputihan
Pelepasan mediator
meningkat
inflamasi

Infeksi pelvis
Pelepasan mediator
inflamasi
MK:
Hipertermi

Stimulasi saraf simpatis


dan parasimpatis

Persepsi nyeri

MK: nyeri akut


DAFTAR PUSTAKA

Imbarwati. 2009. Beberapa Faktor yang Berkaitan dengan Penggunaan KB IUD Pada
Peserta KB Non IUD Di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang.
http://eprints.undip.ac.id/17781/1/IMBARWATI.pdf (Diakses hari Jumat, tanggal 17
Desember 2010).
Kusmarjadi, Didi. 2010. KB IUD (=Intrauterine divece).
http://www.drdidispog.com/2010/02/kb-iud-intrauterine-device.html (Diakses hari
Jumat, tanggal 17 Desember 2010).
Kusumaningrum, Radita. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Jenis
Kontrasepsi yang Digunakan pada Pasangan Usia Subur.
http://eprints.undip.ac.id/19194/1/Radita_Kusumaningrum.pdf (Diakses hari Jumat,
tanggal 17 Desember 2010).
Manuaba, I. 2003. Buku Saku Ilmu Kebidanan. Jakarta : Hipokrates
PPNI, T. P. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi Dan Indikator
Diagnostik. Jakarta Selatan: DPP PPNI.
PPNI, T. p. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Definisi Dan Tindakan
Keperawatan. Jakarta selatan: DPP PPNI .
PPNI, T. P. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Difinisi Dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Jakarta Selatan: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai