Anda di halaman 1dari 13

Tabel 1

BAB I

1.1 Latar belakang


Konsep mengenai kontrasepsi pascasalin bukanlah hal yang baru, akan tetapi belum
banyak perhatian yang diberikan pada metode ini. Penggunaan metode kontrasepsi
pascasalin seperti pemasangan intrauterine device (IUD) pada periode pascasalin dapat
menjamin rentang jarak kehamilan berikutnya. Pengaturan jarak kehamilan lebih dari dua
tahun dapat membantu wanita memiliki anak yang sehat. Tingkat kematian anak yang
dilahirkan dengan jarak kelahiran kurang dua tahun tiga kali lebih tinggi (102 kematian
per 1.000 kelahiran) dibandingkan dengan anak yang dilahirkan dengan rentang jarak
kelahiran lebih dari empat tahun (31 kematian per 1.000 kelahiran) (Kusumobroto et al.,
2008).

Pemilihan IUD pascasalin sebagai metode kontrasepsi yang dipilih akseptor tidak bisa
terlepas dari faktor keamanan dan keefektifan IUD pascasalin. Hatcher et al. (1998)
menyatakan keamanan metode kontrasepsi berhubungan dengan rendahnya efek samping
yang tidak dikendaki apabila dilakukan dengan prosedur yang benar, sedangkan
keefektifan berhubungan dengan kemampuan mencegah terjadinya kehamilan yang tidak
dikehendaki pada akseptor yang masih menggunakan alat kontrasepsi. Pemasangan IUD
yang dilakukan segera setelah plasenta lahir dari berbagai penelitian memiliki tingkat
keamanan dan keefektifan yang cukup tinggi. Efek kontrasepsi jangka panjang yang
bersifat reversibel dan tidak mengganggu produksi air susu ibu menjadi nilai lebih dari
IUD pascasalin. Waktu setelah persalinan merupakan waktu yang penting untuk
dilakukan pemasangan IUD pascasalin karena pada waktu tersebut wanita yang baru saja
melahirkan memiliki motivasi yang tinggi untuk memakai kontrasepsi. Pemasangan IUD
pascasalin juga memiliki tingkat kenyamanan yang lebih tinggi jika dibanding
pemasangan IUD interval (Grimes et al., 2010). Saat ini jenis IUD yang sering digunakan
untuk pemasangan IUD pascasalin adalah IUD CuT 380A. Permasalahan terjadi saat
pemasangan IUD pascasalin dengan menggunakan inserter dari IUD CuT 380A yang ada
dipasaran memiliki ukuran panjang yang lebih pendek dibanding ukuran kedalaman
kanalis uterus pascasalin. Kondisi ini mengakibatkan pemasangan IUD pascasalin secara
umum dilakukan dengan dua cara yaitu dijepit menggunakan jari tangan atau dijepit
dengan menggunakan klem cincin (ring forceps) yang kemudian dimasukkan ke dalam
uterus hingga
Tabel 1
Atas dasar itulah Siswosudarmo (2014) dengan dukungan PT Kimia Farma Indonesia
merancang inserter IUD pascasalin yang berasal dari modifikasi inserter standar IUD CuT
380A yang disebut “R_inserter”. Ukuran R_inserter memiliki panjang 28 cm dan
diameter 1 mm lebih lebar dibandingkan inserter IUD CuT 380A standar. Dengan
demikian diharapkan proses pemasangan IUD pascasalin ke dalam uterus lebih mudah
dan menggunakan kaidah “no touch technique” yang diharapkan dapat mengurangi efek
samping dan meningkatkan keefektifan IUD pascasalin. mencapai fundus. Kedua cara
pemasangan ini tidak sesuai dengan kaedah”no touch technique”. Untuk dapat memasang
IUD pascasalin secara ”no touch technique” maka dibutuhkan IUD yang memiliki
inserter yang lebih panjang dari inserter IUD yang ada
Tabel 1
KATA SULIT

1. Apa itu AKDR ?


AKDR adalah suatu alat untuk mencegah kehamilan yang efektif, aman dan
refersible yang terbuat dari plastik atau logam kecil yang dimasukkan dalam
uterus melalui kanalis servikalis (Imelda, 2018).

PERTANYAAN

1. Bagaimana prosedur KB IUD AKDR, beserta efek sampingnya ?

2. Apa saja kelebihan dan kekurangan IUD ?

3. Apa sama macam-macam IUD ?

4. Sebutkan kontraindikasi dan Indikasi pemakaian IUD !

5. Bagaimana cara memilih alat kontrasepsi yang tepat dan benar ?

6. Manakah alat kontrasepsi yang paling aman dan efektif? Berikan alasannya!

7. Apa saja komplikasi yang akan timbul setelah pemasangan IUD ?

8. Mengapa pada pemasangan IUD dapat menyebabkan perforasi uterus ?

9.Asuhan keperawatan pasien dengan IUD ?

JAWABAN

1. Bagaimana prosedur KB IUD AKDR, beserta efek sampingnya ?

Mekanisme AKDR dimasukkan ke dalam uterus.


AKDR menghambat kemampuan sperma
untuk masuk ke tuba falopii,
mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum
mencapai kavum uteri, mencegah sperma
dan ovum bertemu, mencegah implantasi
telur dalam uterus.

Efektivitas: Pada umumnya, risiko kehamilan kurang


dari 1 di antara 100 ibu dalam 1 tahun.
Tabel 1
Efektivitas dapat bertahan lama, hingga
12 tahun.

Keuntungan khusus bagi Mengurangi risiko kanker endometrium.


kesehatan:

Risiko bagi kesehatan: Dapat menyebabkan anemia bila


cadangan besi ibu redah sebelum
pemasangan dan AKDR menyebabkan
haid yag lebih banyak. Dapat
menyebabkan penyakit radang panggul
bila ibu sudah terinfeksi klamidia atau
gonorea sebelum pemasangan.

Efek samping: Perubahan pola haid terutama dalam 3-6


banyak, haid tidak teratur, dan nyeri
haid).

2. Apa saja kelebihan dan kekurangan IUD ?

1. Keuntungan :
a. Efektifitasnya tinggi
b. IUD sangat efektif segera setelah pemasangan
c. Sangat efektif karena tidak perlu mengingat-ingat kapan harus ber KB
d. Tidak mempengaruhi hubungan seksual
e. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut hamil
f. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
g. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus
(apabila tidak terjadi infeksi)
h. Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid
terakhir).
i. Mencegah kehamilan ektopik (Saifuddin, 2003; h. MK-75).

2. Kerugian:
Tabel 1
a. Perubahan siklus haid (pada tiga bulan pertama dan akan berkurang
setelah tiga bulan)
b. Haid lebih lama dan banya
c. Perdarahan (spotting) antar menstruasi
d. Saat haid lebih sakit
e. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan
yang berganti-ganti pasangan (Saifuddin, 2003; h. MK-75).

3. Apa sama macam-macam IUD ?


1. IUD Non- hormonal

Pada saat ini IUD telah memasuki generasi ke empat, IUD telah Dikembangkan mulai
dari generasi pertama yang terbuat dari benang sutra dan Logam sampai generasi plastik
(polyetilen) baik yang ditambah obat maupun tidak.

a. Menurut bentuknya IUD dibagi menjadi dua :


a. Bentuk terbuka (oven device)

Misalnya : Lippes loop, CUT, Cu-7, Margules, Spring Coil,

Multiload, Nova-T.

b. Bentuk tertutup (closed device)

Misalnya : Ota-Ring, Atigon, dan Graten berg ring.

c. Menurut tambahan atau metal


a. Medicated IUD

Misalnya : Cu T 200 (daya kerja 3 tahun), Cu T 220 (daya kerja 3tahun), Cu T 300 (daya
kerja 3 tahun), Cu T 380 A (daya kerja 8 Tahun), Cu-7, Nova T (daya kerja 5 tahun), ML-
Cu 375 (daya kerja 3

Tahun). Pada jenis Medicated IUD angka yang tertera di belakang IUD Menunjukkan
luasnya kawat halus tembaga yang ditambahkan, Misalnya Cu T 220 berarti tembaga
adalah 200mm2.

b. Un Medicated IUD

Misalnya : Lippes Loop, Marguiles, Saf-T Coil, Antigon.

2. IUD yang mengandung hormonal


Tabel 1
a. IUD yang mengandung hormonal
a. Progestasert-T=Alza T
a) Panjang 36mm, lebar 32 mm, dengan 2 lembar benang ekor Warna hitam.
b) Mengandung 38mg progesterone dan barium sulfat, melepaskan 65 mcg
progesteron per hari.
c) Tabung insersinya berbentuk lengkung, dan memiliki daya kerja 18 bulan.
d) Tekhnik insersi plunging (modified withdrawal).
b. LNG-20
a) Mengandung 46-60 mg Levonorgestrel, dengan pelepasan 20 Mcg p er
hhar
b) Angka kegagalan atau kehamilan, angka terendah kurang dari 0,5 per 100
wanita per tahun.
c) Penghentian pemakaian oleh karena persoalan-persoalan Perdarahan
ternyata lebih tinggi dibandingkan IUD lainnya, Karena 25% mengalami
amenore atau perdarahan haid yang sangat sedikit (Handayani, 2010; h.
140-141).
4. Sebutkan kontraindikasi dan Indikasi pemakaian IUD !

1. Kontraindikasi :
a. Wanita hamil atau diduga hamil, misalnya jika seorang wanita melakukan
senggama tanpa menggunakan metode kontrasepsi yang valid sejak periode
menstruasi normal yang terakhir.
b. Penyakit inflamasi pelfik (PID) diantaranya : riwayat PID kronis, riwayat PID
akut atau subakut, riwayat PID dalam tiga bulan terakhir, termasuk endometritis
pasca melahirkan atau aborsi terinfeksi.
c. Riwayat kehamilan ektopik atau kondisi yang dapat mempermudah ektopik
d. Ukuran uterus dengan alat periksa (sonde uterus) berada diluar batas yang telah
ditetapkan yaitu ukuran uterus yang normal 6 sampai 9cm.
e. IUD sudah ada dalam uterus dan belum dikeluarkan (Varney Helen, 2007; h. 450-
451)

2. Indikasi :
a. Usia reproduksi.
b. Keadaan nullipara.
c. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang.
d. Wanita yang sedang menyusui.
Tabel 1
e. Setelah abortus dan tidak terlihat adanya tanda-tanda infeksi.
f. Tidak mengehendaki metode kontrasepsi hormonal
(Handayani, 2010; h. 145).
3. Efek samping
a.Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah
pemasangan.
b. Perdarahan berat
memungkinkan penyebab terjadinya anemia.
c.Penyakit radang panggul dapat terjadi pada wanita dengan IMS
jika memakai IUD, penyakit radang panggul dapat memicu
terjadinya infertilitas.
d. Sedikit nyeri dan perdarahan (spooting) terjadi segera
setelah
pemasangan IUD, biasanya menghilang dalam 1-2 hari (Saifuddin,
2006; h. MK-75 – MK-76).

5. Bagaimana cara memilih alat kontrasepsi yang tepat dan benar ?


Dengan menyesuaikan Kebutuhan dan budget (ekonomi) klien. Lebih lengkapnya
bias dilihat pada tael berikut:

Urutan Fase menuda Fase menjarangkan Fase tidak hamil


prioritas kehamilan kehamilan (anak ≤2) lagi (anak ≥ 3)

1 Pil AKDR Steril

2 AKDR Suntikan AKDR

3 Kondom Minipil Implan

4 Implan Pil Suntikan

5 Suntikan Implan Kondom

6 Kondom Pil
Tabel 1

Sumber: Kemenkes RI dan HOGSI

6. Manakah alat kontrasepsi yang paling aman dan efektif? Berikan alasannya!
Sebenarnya IUD efektif mencegah kehamilan selama 10 tahun. Sementara alat KB
berupa pil dan suntikan sifatnya jangka pendek dan kerap gagal, metode
kontrasepsi ini IUD memiliki efektivitas sampai 99 persen dengan tingkat
kegagalan hanya 1-3% dari 100 wanita yang memakainya.
7. Apa saja komplikasi yang akan timbul setelah pemasangan IUD ?
(Sakit dan kejang selama 3-5 hari pasca pemasangan, Perdarahan berat waktu haid
atau diantarnya yang mungkin penyebab Anemia, perforasi uterus).
8. Mengapa pada pemasangan IUD dapat menyebabkan perforasi uterus ?
Translokasi IUD masuk ke dalam rongga perut, sebagian atau seluruhnya
umumnya karena adanya perforasi uterus. Hal ini paling sering terjadi pada waktu
insersi IUD yang kurang hati-hati atau karena adanya lokus minoris pada dinding
rahim atau pada waktu usaha pengeluaran yang sulit. Umumnya perforasi terjadi
sewaktu pemasangan AKDR walaupun bisa terjadi pula kemudian. Pada
permulaan hanya ujung AKDR saja yang menembus dinding uterus, tetapi lama
kelamaan dengan adanya kontraksi uterus AKDR mendorong lebih jauh
menembus dinding uterus, sehingga akhirnya sampai ke rongga perut Perforasi
lebih sering terjadi pada IUD jenis tertutup, pada pemasangan pasca persalinan
dan masa laktasi, serta pada kelainan letak uterus yang tidak diketahui.
9. Asuhan keperawatan pasien dengan IUD ?

Diagnosa keperawatan berdasarkan Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016),


pada Ibu Bersalin dengan Kesiapan Peningkatan Pengetahuan
tentang KB IUD Post Plasenta

Diagnosa keperawatan Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif : Objektif :
3. Menggambarkan
Kesiapan peningkatan 1. Mengungkapkan minat
pengalaman sebelumnya
pengetahuan tentang KB dalam belajar tentang
tentang
IUD post plasenta KB IUD post plasenta
suatu topik
2. Menjelaskan
pengetahuan tentang
KB IUD post plasenta
Tabel 1
1. Perilaku sesuai
dengan pengetahuan

(sumber : Tim Pokja SDKI DPP PPNI 2016, Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia,
2016)

3. Intervensi keperawatan

Intervensi merupakan suatu kategori perilaku keperawatan yang

direncanakan dimana tujuannya berpusat pada pasien dan hasil yang

diperkirakan, ditetapkan serta intervensi keperawatan dipilih guna menyelesaikan

suatu masalah (P.A Potter & Perry, 2010). Rencana keperawatan tersebut disusun

berdasarkan hasil perumusan diagnosa yang telah ditentukan, yaitu dengan

menggunakan penerapan Satuan Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) (Tim

Pokja SLKI, 2018) dan Satuan Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) (Tim

Pokja SIKI, 2018).


Tabel 2
Intervensi Keperawatan Pada Diagnosa
Keperawatan Kesiapan Peningkatan Pengetahuan

Diagnosa Tujuan Intervensi keperawatan


keperawatan dan kriteria hasil
Kesiapan Setelah dilakukan intervensi Edukasi keluarga berencana
peningkatan selama 1x30 menit,
Observasi
pengetahuan diharapkan tingkat 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
tentang KB IUD pengetahuan pasien pasien menerima informasi tentang
post plasenta meningkat dengan kriteria KB IUD post plasenta
hasil : 2. Identifikasi pengetahuan tentang
1. Verbalisasi minat dalam tentang KB IUD post plasenta
belajar tentang KB IUD Terapeutik
post plasenta meningkat 1. Sediakan materi dan media
2. Kemampuan pendidikan kesehatan tentang KB
menjelaskan IUD post plasenta
pengetahuan tentang KB 2. Jadwalkan pemberian pendidikan
IUD post plasenta kesehatan tentang KB IUD post
3. Kemampuan plasenta sesuai kesepakatan
menggambarkan 3. Berikan kesempatan kepada pasien
pengalaman sebelumnya untuk bertanya
tentang suatu topik 4. Lakukan penapisan pada ibu dan
4. Perilaku sesuai dengan pasangan untuk penggunaan KB IUD
pengetahuan tentang KB post plasenta
IUD post plasenta 5. Lakukan pemeriksaan fisik
meningkat 6. Fasilitasi ibu dan pasangan dalam
pengambilan keputusan menggunakan
KB IUD post plasenta
7. Diskusikan pertimbangan agama,
budaya, perkembangan, sosial
ekonomi terhadap penggunaan KB
IUD post plasenta
Edukasi
1. Jelaskan tentang sistem reproduksi
2. Jelaskan mengenai metode
kontrasepsi KB IUD post plasenta
4. Implementasi keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan suatu tindakan yang diperlukan dan

dilakukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dalam asuhan

keperawatan dilakukan dan diselesaikan. Adapun kegiatan yang dilakukan

meliputi pengumpulan data secara berkelanjutan, mengobservasi respons ibu

selama dan sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru (P.A

Potter & Perry, 2010). Adapun implementasi yang diberikan untuk diagnosa

keperawatan kesiapan peningkatan pengetahuan ibu bersalin tentang KB IUD post

plasenta, yaitu:

a. Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan pasien menerima informasi tentang

KB IUD post plasenta

b. Mengidentifikasi pengetahuan tentang KB IUD post plasenta

c. Menyediakan materi dan media pendidikan kesehatan tentang KB IUD post

plasenta

d. Menjadwalkan pendidikan kesehatan tentang KB IUD post plasenta sesuai

kesepakatan

e. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya

f. Melakukan penapisan pada ibu dan pasangan untuk penggunaan KB IUD post

plasenta

g. Melakukan pemeriksaan fisik

h. Memfasilitasi ibu dan pasangan dalam pengambilan keputusan menggunakan

KB IUD post plasenta


i. Mendiskusikan pertimbangan agama, budaya, perkembangan, sosial ekonomi

terhadap penggunaan KB IUD post plasenta

j. Menjelaskan tentang sistem reproduksi

k. Menjelaskan mengenai metode KB IUD post plasenta

5. Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual yang digunakan untuk melengkapi proses

keperawatan yang menandakan keberhasilan dari diagnosa keperawatan, rencana

intervensi dan implementasinya. Tahap evaluasi memungkinkan perawat untuk

memonitor yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa, perencanaan, dan

implementasi intervensi (Nursalam, 2017).

Adapun evaluasi dari tindakan keperawatan mengenai asuhan keperawatan

pada ibu bersalin dalam pemenuhan kesiapan peningkatan pengetahuan tentang KB

IUD post plasenta, yaitu sebagai berikut : verbalisasi minat dalam belajar tentang KB

IUD post plasenta meningkat meningkat, kemampuan menjelaskan pengetahuan

tentang KB IUD post plasenta meningkat, kemampuan menggambarkan pengalaman

sebelumnya tentang KB IUD post plasenta meningkat, dan perilaku sesuai dengan

pengetahuan tentang KB IUD post plasenta meningkat.


DAFTAR PUSTAKA
Diagnosis Keperawatan Definisi&Klasifikasi. Edisi 10. Penerbit Buku Kedokteran. EGC
Belezza, M. (2017). Cushing’s Syndrome. Diakses dari https://nurseslabs.com/cushings-
syndrome/

Martin, P. (2017). 6 Cushing’s Disease Nursing Care Plan. Diakses dari


https://nurseslabs.com/cushings-disease-nursing-care-plan/

Bulechek, M. Gloria, et all. 2013.  Nursing Interventions Classification (NIC), Edisi keenam


Bahasa Indonesia. Philadelphia : Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai