TINJAUAN TEORI
2. Macam-macam IUD
1. Un-medicated IUD
Lippes Loop
Dibagi menjadi 4 macam :
- Lippes Lopp A : panjang 26,2 mm, lebar 22,2 mm, benang biru, 1
titik pada pangkal IUD dekat benang ekor.
- Lippes Lopp B : panjang 25,2 mm, lebar 27,4 mm, 2 benang hitam
bertitik 4
- Lippes Lopp C : panjang 27,5 mm, lebar 30,0 mm,2benang kuning
bertitik 3
- Lippes Lopp D : panjang 27,5 mm, lebar 30,0 mm, 2 benang putih
bertitik 2
Lama pemakaian : lippes lopp dapat dibiarkan in utero untuk selama-
lamanya sampai menopause sepanjang tidak ada keluhan.
2. Medicated IUD
Copper IUD
Cu T-200 : panjang 36 mm, lebar 32 mm, mengandung 200 mm 2
Cu (luas permukaan Cu-nya)
Lama pemakaian : 3 tahun
Cu T-200 B : seperti Cu T-200, tetapi ujung bawah batang
membentuk bola
Lama pemakaian : 3 tahun
Cu T-200 Ag : seperti Cu T-200 tetapi mengandung anti Ag di
dalam tembaga
Lama pemakaian : 3 tahun
Cu T-220 C : panjang 36 mm, lebar 32 mm, 220 mm 2 Cu dalam
tubuh selubung, 2 pada lengan dan 5 pada batang vertikalnya
Lama pemakaian : 3 tahun
Cu T-380 A = Paragard : panjang 36 mm, lebar 32 mm, 314 mm 2
kawat Cu pada batang vertikal, 2 selubung Cu seluas masing-
masing 33 m2 pada masing-masing lengan horisontal
Lama pemakaian : 8-10 tahun
Cu T-380 Ag : seperti Cu T-380 A hanya dengan tambahan inti Ag
di dalam kawat Cu-nya
Lama pemakaian : 5 tahun
Cu T-380 S : Cu T-380 Slimline
Selubung Cu diletakkan pada ujung-ujung lengan horisontalnya
dan berada di dalam plastiknya.
Lama pemakaian : 2,5 tahun
Nova T = Novagard : panjang 320 mm, lebar 32 mm, 20 mm 2 luas
permukaan Cu dengan inti Ag di dalam kawat Cu-nya
Lama pemakaian : 5 tahun
ML-Cu 250 : 20 mm2 luas permukaan kawat Cu, benang ekor 2
lembar, berwarna hitam atau tidak berwarna
Lama pemakaian : 3 tahun
ML-Cu 375 : 375 mm2 luas permukaan kawat Cu, benang ekor 2
lembar, berwarna hitam atau tidak berwarna
Lama pemakaian : 5 tahun
Cu-7 = Gravigard : panjang 36 mm, lebar 26 mm, megandung 200
mm2 luas permukaan Cu, mempunyai tabung inserter diameter
paling kecil dibandingkan tabung inserter IUD lainnya, sehingga
dapat dianjurkan untuk nulligravida
Lama pemakaian : 3 tahun
IUD yang mengandung hormon
Progestaser-T : Alza T
a. panjang 36 mm, lebar 32 mm, dengan 2 lembar benang ekor
warna hitam
b. mengandung 38 mg progesteron dan barium sulfat, melepaskan
65 mg progesteron per hari
c. tabung inserternya beebentuk lengkung (meniru lengkung
kavum uteri)
d. lama pemakaian : 18 bulan
3. Cara Kerja
a. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke dalam tuba fallopii
b. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai cavum uteri
c. AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu walaupun
AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi
perempuan dan mengurang kemampuan sperma untuk fertilisasi
d. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus
(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi : MK 72)
4. Keuntungan dan Kerugian
a. Keuntungan
Sebagai kontrasepsi, efektivitasnya tinggi (0,6-0,8 kehamilan atau
100 perempuan selama 1 tahun pertama atau 1 kegagalan dalam
125-170 kehamilan)
AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan
Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari Cu T-380 A dan
tidak perlu diganti)
Sangat efektif karena tidak perlu mengingat-ingat
Tidak mempengaruhi hubungan seksual
Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut hamil
Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (Cu T-380 A)
Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus
(bila tidak ada infeksi)
Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah
haid terakhir)
Tidak ada interaksi dengan-obat-obatan
b. Kerugian
1. Efek samping yang umum
- perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan
berkurang setelah 3 bulan)
- haid lebih lama dan banyak
- perdarahan atau spotting antar menstruasi
- saat haid lebih sakit
2. Komplikasi
- Merasakan kejang dan sakit selama 3-5 hari setelah pemasangan
- Perdarahan yang berat pada waktu haid atau diantarnya yang
memungkinkan penyebab anemia
- Perforasi dinding uterus (sangat jarang terjadi bila
pemasangannya benar)
- Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
- Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau
perempuan yang sering berganti pasangan
- Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS
memakai AKDR, PRP dapat memicu infertilitas
- Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam
pemasangan AKDR, biasanya hilang selama 1-2 hari
- Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri. Petugas
kesehatan terlatihyang harus melepas AKDR
- Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi
apabila AKDR dipasang segera sesudah melahirkan)
- Tidak mencegah kehamilan ektopik karena AKDR berfungsi
mencegah kehamilan normal
- Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke
waktu, untuk melakukan ini perempuan harus memasukkan
jarinya ke dalam vagina
(Panduan Praktis Pelayanan KB, MK-74)
b. Kejang
tanggulangi penyebabnya bila ditemukan, bila tidak ditemukan beri
analgesic bila kejang berat, lepas AKDR dan Bantu tentukan metode
lain
c. Perdarahan vagina yang henat dan tidak teratur
pastikan adanya infeksi pelvisdan kehamilan ektopik. Bila tidak ada
kelainan patologis, perdarahan berkelanjutan serta perdarahan hebat,
lakukan konseling dan pemantauan beri ibuprofen (800mg 3x/hari
selama 1 minggu) dan tablet besi (1 tablet/ hari selama 1-3 bulan)
d. Benang yang hilang
Bila tidak hamil dan AKDR terlepas, berikan kondom, periksa talinya
bila tidak ditemukan dirujuk ke dokter. Bila tidak hamil dan AKDR
tidak ditemukan pasang AKDR baru dan Bantu klien memilih metode
yang lain
B. KONSEP MANAJEMEN KEBIDANAN
I. PENGKAJIAN
A. Data Subjektif
1. Biodata
Nama : sebagai identitas pasien, untuk membedakan dengan pasien
lain
Usia : akseptor dibedakan menjadi 3 kategori umur
- umur < 20 tahun : umur menunda kehamilan/ kesuburan
- umur 20-35 tahun : umur mengatur kehamilan/
kesuburan
- umur > 35 tahun : umur menghentikan kehamilan/
kesuburan
Pendidikan : untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien yang
digunakan sebagai dasar asuhan kepada pasien
Pekerjaan : untukmengetahui taraf hidup pasien
Agama : untuk mengetahui dasar kepercayaan pasien dalam
memberikan asuhan
Alamat : untuk mengetahui tempat tinggal pasien
2. Alasan datang
Akseptor dating ke tempat pelayanan kesehatan karena ingin lepas/
pasang IUD atau hanya control IUD
3. Keluhan utama
Yang biasanya dialami akseptor KB adalah :
- amenorrhea
- kejang/ kram perut bagian bawah
- perdarahan hebat dan tidak teratur
- benang/ ekor hilang
- pengeluaran cairan vagina
- infeksi
- perdarahan bercak/ spotting
- erotio portiones
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : baik/ cukup/lemah
Kesadaran : compos mentis/ somnolen/ apatyis/ koma
TD : normal (sistolik 90-130 mmHg, diastolic 60-90
mmHg)
Nadi : normal (60-96x/ menit)
RR : normal (16-24x/ menit
BB : kg
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Rambut : hitam, kuat, bersih
Mata : konjungtiva pucat/ tidak, sclera putih/ kuning
Hidung : bersih/ ada secret, ada polip/ tidak
Mulut : bibir kering/ lembab, pucat/ tidak, ada varies
gigi. Tidak
Telinga : bersih/ tidak, ada serumen/ tidak
Leher : ada pembesaran kelenjar tiroid dan vena
jugularis/ tidak
Dada : payudara simetris/ tidak, ada benjolan abnormal/
tidak
Perut : ada benjolan abnormal/ tidak, ada pembesaran
uterus/ tidak
Genetalia : bersih/ tidak, ada oedem/ tidak, perdarahan/
tidak, keputihan/ tidak
Ekstremitas : oedem/ tidak, varises/ tidak
b. Palpasi
Leher : ada pembesaran kelenjar tiroid dan vena
jugularis/ tidak
Dada : payudara kenyal/ tidak, teraba pembesaran
abnormal/ tidak, ada secret abnormal pada
putting susu/ tidak, terdapat nyeri tekan/ tidak
Perut : teraba benjolan abnormal/ tidak, ada nyeri
tekan/ tidak
Ekstremitas : oedem/ tidak, varises/ tidak
c. Perkusi
refleks patella +/-
3. Pemeriksaan penunjang
- pemeriksaan inspekulo:
v/v fleks +/-, fluor +/-, filament +/-
Portio membuka/ menutup, licin/ tidak
- pemeriksaan dalam
v/v portio corpus uteri, adnexa, parametrium
Masalah :
1. Amenorhea
Ds : Ibu mengatakan sudah .. bulan tidak haid
Do : HPHT .
2. Kejang/kram pada perut bagian bawah
Ds : -
Do : palpasi : perut bagian bawah terasa kaku
3. Perdarahan hebat dan tidak teratur
Ds : Ibu mengatakan menstruasinya tidak teratur dan banyak
Do : portio : tampak kemerahan
v/v keluar darah
4. Benang/ekor IUD yang lepas
Ds : Ibu mengatakan tidak dapat meraba benang IUD sendiri
Do : filament
IUD : terlepas/tidak terlepas
5. Pengeluaran cairan dari vagina
Ds : ibu mengatakan sering mengeluarkan cairan dari kemaluannya
Do : v/v : fluor albus +/-, bersih/kotor
6. Infeksi
Ds : -
Do : suhu tubuh ibu meningkat (> 38 0C)
7. Perdarahan bercak/spotting
Ds : Ibu mengatakan sering mengeluarkan flek-flek
Do : Terdapat bercak-bercak darah/flek-flek merah kehitaman
8. Erotio Portiones
Ds : -
Do : terdapat kemerahan pada portio
V. INTERVENSI
Dx : Ny . P Ab. AT. Tahun Akseptor IUD Cu T 380 A
dengan ..
Tujuan : Klien tidak megalami komplikasi
KH : IUD terpasang dengan benar
Klien mengerti efek samping KB yang digunakan
Intervensi :
1. Berikan KIE tentang IUD kepada ibu
R : Pengetahuan ibu bertambah dan ibu lebih kooperatif
2. Jelaskan prosedur pemeriksaan
R : Dengan penjelasan yang jelas ibu tidak cemas dan tidak takut
sehingga ibu lebih kooperatif
3. Lakukan pemeriksaan inspekulo dan pemeriksaan dalam
R : Untuk penegakan diagnosa
4. Beritahu ibu tentanng hasil pemeriksaan
R : Ibu lebih tenang dan kooperatif
5. Jelaskan tentang efek samping yang dialami
R : Pengetahuan ibu bertambah
6. Anjurkan ibu untuk control ulang sesuai jadwal (hari/minggu/bulan
lagi) atau saat ada keluhan
R : Deteksi dini adanya komplikasi yang mungkin terjadi
Masalah :
1. Amenorhea
Tujuan : Klien tidak hamil : klien mengerti efek samping IUD
Klien hamil : klien tidak mengalami komplikasi
KH : Ibu bias menyebutkan efek sampinng IUD
IUD tetap terpasangn atau telah dilepas sesuai kehamilan
Intervensi :
1. Pastikan hamil atau tidak
R : Menentukan ketepatan tindakan yang akan diberikan
2. Sarankan klien untuk melepas IUD (bila klien hamil UK < 13 minggu)
R : Mencegah terjadinya penyebaran infeksi/komplikasi
3. Berikan konseling pada klien
R : Konseling yang tepat memberikan ketenangan dan ibu lebih
kooperatif
4. Jelaskan efek samping IUD
R : Pengetahuan ibu bertambah
6. Infeksi
Tujuan : Infeksi teratsi dan tidak terjadi komplikasi
KH : TTV dalam batas normal
TD : 90/60 130/90 mm Hg
Suhu : < 38 0C
Nadi : 60-88 x/menit
Intervensi :
1. Observasi TTV
R : TTV merupakan parameter keadaan ibu
2. Ajarkan pada ibu cara cebok yang benar
R : Menekan pertumbuhan kuman
3. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian antibiotic
R : Antibiotik dapat mencegah atau mengobati infeksi
7. Perdarahan bercak/spotting
Tujuan : Tidak terjadi perdarahan
KH : tidak ada flek-flek kehitaman
Intervensi :
1. Jelaskan bahwa perdarahan bercak/spotting merupakan efek
samping
R : Pengetahuan ibu bertambah dan ibu merasa lebih tenang
2. Jelaskan prosedur pemeriksaan
R : Ibu lebih kooperatif
3. Lakukan pemeriksaan inspekulo dan pemeriksaan dalam
R : Penegakan diagnosa
8. Erotio Portiones
Tujuan : tidak terjadi erotio portiones
KH : portio tidak lecet dan kemerahan
Intervensi :
1. Jelaskan prosedur pemeriksaan
R : Ibu lebih kooperatif
2. Lakukan pemeriksaan inspekulo dan pemeriksaan dalam
R : Penegakan diagnosa
3. Jelaskan hasil pemeriksaan
R : ibu lebih tenang dan kooperatif
4. Pemberian albotil pada portio
R : Albotil bisa membunuh flora patologis yang ada pada portio
5. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian antibiotic
R : Mengatasi erotio portio
6. Anjurkan untuk kunjungan ulang 2 hari lagi
R : Mengevalluasi hasil terapi yang telah diberikan
Masalah potensial :
1. Potensial terjadi kehamilan
Tujuan : Tidak terjadi kehamilan
Bila terjadi kehamilan klien bias menerima dengan ikhlas
KH : Akseptor tidak hamil
Klien mengerti dengan kelemahan IUD (terjadi kehamilan)
Intervensi :
1. Jelaskan efektifitas dari IUD serta kemungkinan adanya kegagalan
dari akseptor IUD
R : Klien menjadi kooperatif dan dapat menerima bila terjadi
kehamilan
2. Menganjurkan klien untuk rutin control
R : Untuk mendeteksi jika terjadi ekspulsi sehingga dapat
ditangani secara tepat dan cepat
VI. IMPLEMENTASI
Sesuai dengan Intervensi
VII. EVALUASI
Sesuai dengan Kriteria Hasil