Pengertian
Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support, disingkat BLS) adalah suatu
tindakan penanganan yang dilakukan dengan sesegera mungkin dan bertujuan untuk
menghentikan proses yang menuju kematian.
Menurut AHA Guidelines tahun 2005, tindakan BLS ini dapat disingkat
dengan teknik ABC pada prosedur CPR (Cardio Pulmonary Resuscitation)yaitu :
1) A (Airway) : Menjaga jalan nafas tetap terbuka
2) B (Breathing) : Ventilasi paru dan oksigenasi yang adekuat
3) C (Circulation) :Mengadakan sirkulasi buatan dengan keompresi jantung paru.
Pada tanggal 18 Oktober 2010, AHA (American Hearth Association)
mengumumkan perubahan prosedur CPR (Cardio Pulmonary Resuscitation)yang
sebelumnya menggunakan A-B-C (Airway Breathing Circulation)sekarang
menjadi C-A-B (Circulation Airway Breathing).
2. Indikasi
Basic life support (BLS) dilakukan pada pasien-pasien dengan keadaan
sebagai berikut :
1) Henti nafas (respiratory arrest)
Henti napas ditandai dengan tidak adanya gerakan dada dan aliran udara
pernapasan dari korban / pasien. Henti napas merupakan kasus yang harus dilakukan
tindakan Bantuan Hidup Dasar. Henti napas dapat terjadi pada keadaan :
a. Tenggelam
b. Stroke
c. Obstruksi jalan napas
d. Epiglotitis
e. Overdosis obat-obatan
f. Tersengat listrik
g. Infark miokard
h. Tersambar petir
i. Koma akibat berbagai macam kasus
Pada awal henti napas oksigen masih dapat masuk ke dalam darah untuk
beberapa menit dan jantung masih dapat mensirkulasikan darah ke otak dan organ
vital lainnya, jika pada keadaan ini diberikan bantuan napas akan sangat bermanfaat
agar korban dapat tetap hidup dan mencegah henti jantung.
2) Henti jantung (cardiac arrest)
Pada saat terjadi henti jantung secara langsung akan terjadi henti sirkulasi.
Henti sirkulasi ini akan dengan cepat menyebabkan otak dan organ vital kekurangan
oksigen. Pernapasan yang terganggu (tersengal-sengal) merupakan tanda awal akan
terjadinya henti jantung.
Penyebab henti jantung adalah :
1) Cardiac
a) Penyakit Jantung Koroner
b) Aritmia
c) Kelainan Katup Jantung
d) Tamponade jantung
e) Pecahnya Aorta
2) Extra - Cardiac
a) Sumbatan Jalan Nafas
b) Gagal nafas
c) Gangguan Elektrolit
d) Syok
e) Overdosis Obat
f) Keracunan
3. Tujuan
Tindakan Basic life support (BLS) memiliki berbagai macam tujuan,
diantaranya yaitu:
1) Mempertahankan dan mengembalikan fungsi oksigenasi organ organ vital (otak,
The sequence of adult CPR began with opening of the airway, checking
for normal breathing, and then delivering 2 rescue breaths followed by
cycles of 30 chest compressions and 2 breaths.
Sebelumnya dalam pedoman pertolongan pertama, kita mengenal ABC: Airway,
Breathing, Circulation (Chest Compression) yaitu buka jalan nafas, bantuan
pernafasan, dan kompresi dada. Pada saat ini, prioritas utama adalah Circulation baru
setelah itu tatalaksana difokuskan pada Airway dan selanjutnya Breathing. Satu-
satunya pengecualian adalah hanya untuk bayi baru lahir (neonatus), karena penyebab
tersering pada bayi baru lahir yang tidak sadarkan diri dan tidak bernafas adalah
karena masalah jalan nafas (asfiksia). Sedangkan untuk yang lainnya, termasuk RJP
pada bayi, anak, ataupun orang dewasa biasanya adalah masalah Circulation kecuali
bila kita menyaksikan sendiri korban tidak sadarkan diri karena masalah selain
Circulation harus menerima kompresi dada sebelum kita berpikir memberikan
bantuan jalan nafas.
2) Tidakada lagi Look, Listen, and Feel
Look, listen, and feel for breathing was removed from the sequence for
assessment of breathing after opening the airway. The healthcare provider
briefly checks for breathing when checking responsiveness to detect signs of
cardiac arrest. After delivery of 30 compressions, the home rescuer opens the
victims airway and delivers 2 breaths.
Look, listen, and feel for breathing was used to assess breathing after the
airway was opened.
Kunci utama menyelamatkan seseorang dengan henti jantung adalah Bertindak
bukan Menilai.Telepon ambulan segera saat kita melihat korban tidak sadar dan tidak
bernafas dengan baik (gasping). Percayalah pada nyali Anda. Jika Anda mencoba
menilai korban bernapas atau tidak dengan mendekatkan pipi Anda pada mulut
korban, itu boleh-boleh saja. Tapi tetap saja sang korban tidak bernafas dan tindakan
look listen and feel ini hanya akan menghabiskan waktu.
3) Tidak adalagi Resque Breath
Gambar 2.3
Memposisikan pasien
Untuk penolong
non petugas kesehatan
tidak dianjurkan
untuk memeriksa
denyut nadi korban.
Pemeriksaan denyut nadi ini tidak boleh lebih dari 10 detik.
Gambar 2.4
menentukan batas
bawah sternum
dengan jari tengah
sampai ke ujung sternum
2) Letakkan jari telunjuk di sebaah jari tengah
Gambar
2.5
meletak
kan jari
telunjuk di sebaah jari tengah
3) Letakkan tumit telapak tangan di sebalah jari telunjuk
Gambar 2.5
meletakkan tumit
telapak
tangan di sebalah jari
telunjuk
6. Langkah 6 : Kompresi Dada
Teknik kompresi dada terdiri dari tekanan ritmis berseri pada pertengahan
bawah sternum (tulang dada). Untuk posisi, petugas berlutut jika korban terbaring di
bawah, atau berdiri disamping korban jika korban berada di tempat tidur.
Cara menentukan posisi tangan yang tepat untuk kompresi dada :
1) Angkat jari telunjuk dan jari tengah
2) Letakkan tumit tangan yang lain di atas tangan yang menempel di sternum.
kompresi :
1,2,3,4,1
1,2,3,4,2
1,2,3,4,3
1,2,3,4,4,
1,2,3,4,5,
1,2,3,4,6,
9) Kecepatan kompresi diharapkan mencapai sekitar 100 kompresi/menit.
11) Jangan mengangkat tangan dari sternum untuk mempertahankan posisi yang
tepat
2) Tempatkan jari-jari
tangan yang lain di
bawah tulang
rahang bawah untuk mengangkat dagu ke atas (chin lift).
Memeriksa
jalan nafas
(Airway)
1) Buka mulut dengan hati-hati dan periksa bilamana ada sumbatan benda asing.
2) Gunakan jari telunjuk untuk mengambil semua sumbatan benda asing yang
terlihat, seperti makanan, gigi yang lepas, atau cairan.
8. Langkah 8 :
Memeriksa Pernafasan (Breathing)
Dekatkan telinga dan pipi anda ke mulut dan hidung korban untuk
mengevaluasi pernapasan (sampai 10 detik)
1) Melihat pergerakan dada (Look)
2) Mendengarkan suara napas (Listen)
3) Merasakan hembusan napas dengan pipi (Feel)
Gambar 2.12
Posisi
memberikan
bantuan nafas
melalui mulut
10. Langkah 10 : Evaluasi
1) Evaluasi nadi, tanda-tanda sirkulasi dan pernapasan setiap 5 siklus RJP 30:2
2) Jika nadi tidak teraba (bila nadi sulit di tentukan dan tidak dapat, tanda-tanda
sirkulasi, perlakuan sebagai henti jantung),lanjutkan RJP 30:2
3) Jika nadi teraba, periksa pernapasan
4) Jika tidak ada napas, lakukan napas buatan 12x/menit (1 tiupan tiap 6-7 detik)
dengan hitungan hitungan satu ribu, dua ribu, tiga ribu, empat ribu...tiup!
Ulangi sampai 10x tiupan/menit.
5) Jika nadi dan napas ada, letakkan korban pada posisi recovery.
6) Evaluasi nadi, tanda-tanda sirkulasi dan pernapasan tiap 2 menit.
RJP DEWASA 2 PENOLONG
RJP Dewasa 2 penolong digunakan bila ada penolong kedua. Pada RJP dewasa
2 penolong, satu penolong melakukan kompresi dada, yang lain melakukan bantuan
napas dari mulut ke mulut. Tujuan RJP dewasa 2 penolong adalah untuk mengurangi
keletihan penolong dan kompresi dada yang tidak adekuat.
Kelelahan dan kompresi dada yang tidak adekuat dapat terjadi setelah RJP 2
menit sehingga dapat di lakukan Pergantian RJP selama 2 menit atau (5 siklus 30
kompresi dan 2 tiupan napas)
Posisi recovery dilakukan pada korban tidak sadar dengan adanya nadi, napas,
dan tanda-tanda sirkulasi. Jalan napas dapat tertutup oleh lidah, lendir,dan muntahan
pada korban tidak sadar yang bebaring terlentang. Masalah-masalah ini dapat di cegah
bila dilakukan posisi recovery pada korban tersebut, karena cairan dapat mengalir
keluar mulut dengan mudah.
Bila tidak di dapatkan tanda-tanda trauma, tempatkan korban pada posisi
recovery.Posisi ini menjaga jalan napas tetap terbuka. Langkah-langkah menempatkan
korban pada posisi recovery :
Langkah 1 : Posisikan Korban
A. Lipat lengan kriri korban. Luruskan lengan kanan dengan telapak tangan
menghadap ke atas, di bawah paha kanan.
B. Lengan kanan
harus di lipat di
silangkan di
depan dada dan
tempelkan
punggung tangan
pada pipi kiri korban.
C. Dengan
menggunakan
tangan anda yang
lain, tekuk lutut
kanan korban
dengan sudut 90 derajat.
Langkah 2 : Gulingkan Korban Ke Arah Penolong
Tempelkan tangan pada tangan korban yang ada di pipi. Gunakan tangan yang
lain memegang pinggul korban dan gulingkan korban menuju anda sampai di
berbaring miring.
Gunakan lutut untuk menyangga tubuh korban saat pada menggulingkannya
agar tidak terguling.
Langkah 3 : Posisi
Akhir Recovery
Pastikan kepala
(pipi) korban di
alasi punggung
tangannya.
Periksa posisi tangan korban yang lain menggeletak bebas dengan telapak
menghadap ke atas.
Tungkai kanan tetap di pertahankan dalam posisi tersebut 90 derajat pada
sendi lutut.
Monitor nadi,tanda-tanda sirkulasi dan pernapasan setiap beberapa menit.
SUMBATAN BENDA ASING (SBA) DEWASA
Obstruksi jalan napas total merupakan suatu kondisi darurat yang dapat
menimbulkan kematian dalam hitungan menit bila tidak di tangani dengan baik.
Obstruksi jalan napas total menunjukkan jalan napas tertentu. Korban tidak dapat
berbicara, bernapas atau batuk.
Sebagian besar kasus tersedak berhubungan dengan makanan dan kejadiannya
diketahui orang lain,data mengatakan bahwa penderita tersedak kesempatan hidup
akan meningkat bila penolong dapat segera mengintervensi saat korban masih sadar.
Tehnik yang di gunakan untuk mengeluarkan SBA adalah manuver Heimlich
(abdominal thrust) dan chest thrust (untuk korban hamil dan gemuk).
Manuver Heimlich, juga di kenal sebagai abdominal thrust subdiafragma atau
abdominal thrust, di rekomendasikan untuk mengeluarkan SBA pada dewasa dan anak
1-8 tahun yang masih sadar.
Manuver Heimlich (abdominal thrust) menimbulkan elevasi diafragma dan
meningkatkan tekanan jalan napas, sehingga udara keluar dari paru.Hal ini
menimbulkan batuk buatan dan mendorong benda asing keluar dari jalan napas.
PENYEBAB SBA TERSERING
Sumbatan jalan napas dapat berasal dari luar maupun dalam tubuh.
PENYEBAB DARI DALAM TUBUH
Lidah yang jatuh ke belakang dan menutup faring pada korban tidak sadar
yang terlentang
Darah yang berasal dari cedera kepala dan wajah.
Regurgitasi isi lambung.
PENYEBAB DARI LUAR TUBUH
Benda asing seperti makanan, gigi palsu, dan sebagainya.
1. Pengenalan SBA
SBA dapat menyebabkan obstruksi jalan napas sebagian maupun total. Batuk
merupakan cara tubuh mengeluarkan SBA.
Korban dengan obstruksi jalan napas sebagian akan terbatuk dalam usaha
mengeluarkan benda asing. Tanda tanda obstruksi jalan napas sebagian adalah mengi
(bernapas dengan suara wheezing) atau batuk.Biarkan korban batuk untuk
mengeluarkan SBA sendiri.
Pada obstruksi jalan napas total korban tidak dapat berbicara, bernapas, atau
batuk dan mungkin sianosis, korban akan memegang lehernya dengan jari telunjuk
dan ibu jari, ini merupakan tanda tersedak universal dan membutuhkan tindakan
segera.
PERTOLONGAN SBA DEWASA SADAR
Tehnik yang di gunakan untuk mengeluarkan SBA pada dewasa sadar adalah
manuver Heimlich (abdominal thrust) atau chest thrust.
A. Tehnik Manuver Heimlich (Abdominal Thrust)
Langkah 1
Memastikan korban tersedak,tanyakan tanyakan anda tersedak?
Bila korban dapat batuk, mintalah dia batuk sekeras mungkin agar benda
asing dapat keluar dari jalan napas.
Bila jalan napas korban tersumbat, dia tidak dapat bicara, bernapas, maupun
batuk. Wajah korban kebiruan. Penolong harus segera melakukan langkah
berikutnya.
Langkah 2
Bila korban berdiri penolong berdiri di belakang korban. Mintalah agar
korban membuka kakinya. Bila korban duduk penolong berlutut dan berada
di belakang korban.
Letakkan satu kaki diantara kedua tungkai korban.
Langkah 3
Lingkarkan lengan anda pada perut korban dan cari pusar.
Letakkan dua jari di atas pusar.
Kepalkan tangan yang lain.
Tempatkan sisi ibu jari kepalan tangan pada dinding abdomen di atas dua jari
tadi.
Minta korban membungkuk dan genggam kepalan anda dengan tangan yang
lain.
Lakukan hentakan ke arah dalam dan atas (sebanyak 5 kali)
Periksa bilamana benda asing keluar setiap 5 kali hentakan.
Ulangi abdominal thrust sampai benda asing keluar atau korban tidak sadar.
B. Tehnik Chest Thrust
Tehnik chest thrust dilakukan sebagai alternatif manuver heimlich pada
korban sadar yang gemuk atau hamil.
Langkah 1
Memastikan korban tersedak, tanyakan Apakah anda tersedak? korban yang
tersedak tidak mampu berbicara,bernapas,maupun batuk.
Langkah 2
Bila korban berdiri penolong berdiri di belakang korban. Mintalah korban
membuka kakinya selebar bahu. Bila korban duduk penolong berlutut dan
berada di belakang korban.
Letakkan satu kaki di antara kedua tungkai korban.
Langkah 3
Lingkarkan lengan anda pada perut korban dan cari pusar.
Letakkan dua jari di atas pusar.
Kepalkan tangan yang lain.
Tempatkan sisi ibu jari kepalkan tangan pada dinding abdomen di atas dua
jari tadi.
Minta korban membungkuk dan genggam kepalan anda dengan tangan yang
lain.
Lakukan hentakan ke arah dalam dan atas (sebanyak 5x)
Periksa bilamana benda asing keluar setiap 5x hentakan.
Ulangi abdominal thrust sampai benda asing keluar atau korban tidak sadar.
PERTOLONGAN SBA DEWASA TAK SADAR
Pada korban dewasa yang tidak sadar, tidak bernapas atau bernapas gasping
kuri prosedur berikut :
Langkah 1
Posisikan korban terlentang di alas yang datar dan keras dan segera aktifkan
Emergency Medical Service dengan menghubungi ambulan 118
Cari/pasang AED bila ada.
Langkah 2
Periksa nadi, bila dalam 10 detik tidak teraba, lakukan RJP 30:2 ventilasi
Bila dada tidak mengembang pada ventilasi 1, reposisi kepala dan lakukan
ventilasi 2. Bila ventilasi 2 masih gagal, berarti terdapat sumbatan jalan
napas..
Kompresi dada kembali. Setelah 30 kompresi dada, sebelum di ventilasi,
evaluasi ke mulut korban dengan cara Tonge Jaw Lift.
Bila tidak nampak benda asing, berikan 2 ventilasi, lalu kompres dada
kembali. Begitu seterusnya 30 kompresi dada evaluasi ventilasi sampai
benda asing berhasil dikeluarkan.
Langkah 3
Bila nampak benda asing bersihkan dengan sapuan jari (finger sweep)
Langkah 4
Evaluasi breathing (dengan 3M) bila tidak bernapas berikan bantuan napas,
bila dada mengembang berarti jalan napas sudah bebas
Langkah 5
Evaluasi nadi, tanda-tanda sirkulasi ketika jalan napas sudah bebas. Jika nadi
tidak teraba (bila nadi sulit ditemukan dan tidak didapat tanda-tanda sirkulasi,
perlakukan sebagai henti jantung. Lakukan RJP 30:2.
Jika nadi teraba, periksa pernapasan.
Jika tidak ada napas, lakukan napas bantuan 8-10 x/menit (satu tiupan napas 6-
7 detik) dengan hitungan satu ribu, dua ribu, tiga ribu, empat ribu tiup....!
Ulangi sampai 8-10 x/menit jika nadi dan napas ada, letakkan korban pada
posisi recovery.
Evaluasi nadi, tanda-tanda sirkulasi dan pernapasan tiap beberapa menit
RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP) BAYI
Bayi adalah anak yang berusia kurang dari 1tahun. Henti jantung umumnya
terjadi sebagai akibat sekunder dari masalah lain, seperti trauma mayor atau masalah
pada sistem pernafasan. Jarang yang merupakan akibat dari masalah jantung itu
sendiri.Untuk mencegah terjadinya henti jantung penolong harus mendeteksi da tata
laksana dini dari tanda-tanda awal gagal napas.
a. Langkah 1 : Evaluasi Kesadaran
1) Evaluasi dan tentukan status kesadaran bayi dengan menepuk bahu bayi
dengan lembut.
2) Tentukan bayi bernapas atau tidak, bila tidak bernapas atau bernapas gasping
ke langkah 2.
3) Hindari guncangan kasar, pergerakan kepala dan leher bayi yang tidak perlu
karena dapat menimbulkan cedera.
4) Bayi yang tidak berespon berarti tidak sadar.
5) Kemungkinan penyebab tidak sadar pada bayi :
Sumbatan jalan napas oleh makanan, sekresi maupun lidah yang jatuh ke
belakang
Henti napas
Henti jantung
b. Langkah 2 : Aktivasi
Emergency Medical
Service (EMS)
Bila bayi tidak berespon :
1) Bila anda sendirian,
lakukan RJP 30:2
selama 2 menit
sebelum memanggil
ambulan 118
2) Bila anda penolong kedua, minta dia mengaktifkan sistem EMS dengan
menghubungi ambulan 118
3) Saat memanggil ambulan 118, katakan :
Lokasi korban
Nomor telepon yang dapat dihubungi
Apa yang terjadi
Jumlah korban
Ambulan dibutuhkan segera
Tutup telepon setelah diperintahkan oleh petugas
c. Langkah 3 :
Posisikan Bayi
Bayi diletakkan pada
alas yang datar dan
keras, kedua tungkai
lurus dan lengan di sisi
tubuh.
d. Langkah 4 :
Evaluasi Nada /
Tanda-Tanda
Sirkulasi
Pertahankan head
tilt dan tentukan lokasi arteri brechialis (disisi medial lengan atas)
menggunakan jari telunjuk dan tengah.
Tekan dan rasakan denyut nadi selama 10 detik dan cari tanda-tada sirkulasi
seperti, kesadaran, gerakan, pernafasan, atau batuk)
Bila tidak ada denyut nadi (nadi sulit dievaluasi) dan tidak ada tanda-tanda
sirkulasi, mulailah melakukan kompresi dada.
e. Langkah 5 :
Tentukan
Landmark untuk
Kompresi Dada
Kompresi dada pada bayi merupakan aplikasi tekanan ritmis dan serial pada
separuh bawah sternum. Untuk menentukan Landmark yang tepat pada pijitan
dada bayi adalah :
1) Pertahankan head tilt dengan satu tangan
2) Tempatkan jari telunjuk pada garis khayal
3) Tarik garis khayal di antara dua puting susu dengan jari telunjuk tangan yang
lain.
4) Letakkan jari
tengah dan
manis di
sebelah jari
telunjuk
5) Pindahkan
ketiga jari
tersebut ke
tengah
sternum
6) Ang
kat
jari
f. Langkah 6
Lakukan
Kompresi Dada
1) Bungkukkan badan dan dekatkan pipi anda ke mulut dan hidung bayi.
2) Gunakan jari tengah dan telunjuk untuk menekan sternum (tulang dada) 2 cm
3) Hitung kompresi anda :
1,2,3,4,5,
1,2,3,4,10,
1,2,3,4,15,
1,2,3,4,20,
1,2,3,4,25,
1,2,3,4,30,
4) Lakukan kompresi dada dengan kecpatan 100x/menit
5) Rasio kompresi dan ventilasi adalah 30 kompresi : 2 tiupan napas.
6) Lakukan 5 siklus dari 30 kompresi dan tiupan napas selama 2 menit
Catatan :
Agar tidak
membuang waktu untuk mereposisi kepala saat ventilasi, gunakan satu tangan
untuk mempertahankan posisi head tilt saat melakukan kompresi dada.
g. Langkah 7 : Membuka Jalan Napas
Lakukan manuver head tilt-chin lift untuk membuka jalan napas.Pada bayi yang
tidak sadar, tonus otot melemah sehingga lidah jatuh ke belakang dan menutup jalan
napas. Lidah melekat pada tulang rahang bawah, sehingga dengan menggerakkan
rahang bawah ke depan akan menjauhkan lidah dari tenggorokan dan jalan napas
terbuka.
Melakukan manuver head tilt-chin lift :
Letakkan satu tangan pada dahi bayi dan tekan ke belakang dengan telapak
tangan untuk menengadahkan kepala.
Letakkan jari tangan anda yang lain di bawah tulang rahang bawah untuk
mengangkatnya ke depan.
Memeriksa jalan napas :
Jangan menekan jaringan lunak di bawah dagu terlalu dalam atau terlalu
mengekstensikan leher bayi karena dapat membuntu jalan napas.
Jangan melakukan finger sweep tanpa melihat karena dapat mendorong benda
asing ke saluran napas.
Lakukan chin lift dengan lembut bila diduga ada cedera kepala dan leher.
Periksa Pernapasan
Dekatkan telinga dan pipi anda ke mulut dan hidung bayi untuk mengevaluasi
pernapasan ( 10 detik).
Melihat pergerakan dinding dada
Mendengarkan suara napas
Merasakan hembusan napas dengan pipi
Pernapasan Mulut Ke Mulut Dan Hidung
Bila tidak ada napas, lakukan pernapasan mulut ke mulut dan hidung.
Lingkupi mulut dan hidung bayi dengan mulut penolong dan berikan 2 tiupan
h. Langkah 7 Evaluasi
1) Evaluasi nad, tanda-tanda siirkulasi dan pernapasan setiap 5 siklus RJP 30:2.
Bila 2 penolong ratio kompresi : ventilasi menjadi 15:2.
2) Bila nadi tidak teraba (denyut nadi yang sulit dievaluasi dan tidak ada tanda-
tanda sirkulasi dianggap sebagai henti jantung) lanjutkan RJP 30:2. Bila AED
sudah terpasang, evaluasi irma jantung, selanjutnya ikuti perintah dari AED.
3) Bila nadi teraba, periksa pernapasan bayi.
4) Bila tidak ada napas, lakukan rescue breathing 20x/menit (satu tiupan napas
tiap 3 detik) dengan tiupan satu ribu, dua ribu, tiup. Ulangi sampai 20 kali
tiupan napas.
5) Bila nadi dan napas ada, letakkan bayi pada posisi recovery.
6) Monitor nadi, tanda-tanda sirkulasi dan pernapasan bayi tiap beberapa menit.
POSISI RECOVERY PADA BAYI
Posisi recovery digunakan untuk tatalaksana bayi yang tidak sadar ttapi ada
pernapasan dan tanda-tanda sirkulasi.Bila bayi yang tidak sadar berbaring terlentang,
jalan napas dapat tertutup oleh lidah atau lendir dan muntahan.Masalah ini dapat
dihindari dengan menempatkan bayi pada posisi recovery, sehingga cairan dapat
keluar dari mulut dengan mudah.
Posisi recovery pada bayi berbeda dengan dewasa.Bayi diletakkan pada posisi
miring bila nadi dan napas sudah ada.Posisi ini juga menjaga jalan napas tetap
terbuka. Beriikut ini langkah-langkah yang direkomendasikan :
a. Langkah 1 Posisi Bayi
Dekatkan lengan bayi ke tubuh.
b. Langkah 2
Gulingkan Bayi Ke
Kiri
Lindungi kepala
c. Posisi Recovery
Tahan
punggung bayi
dengan
bantal/guling lunak
Pastikan kepala bayi tidak terlalu ekstensi maupun fleksi
Tetap berada di dekat bayi dan monitor nadi, tanda-tanda sirkulasi dan
Lidah yang jatuh ke belakang dan menutup faring pada bayi tidak sadar.
Darah yang masuk ke saluran napas pada cedera kepala dan wajah.
Benda asing seperti makanan, benda-benda kecil, atau mainan dan sebaginya.
Pengenalan SBA
Pada obstruksi jalan napas total, bayi dapat menunjukkan tanda-tanda berikut :
manuver sandwich.
Tundukk
an kepala
bayi dan
d. Langkah 5
BACK
BLOW DAN
CHEST
THRUST
Lakukan 5 back blow dengan kuat menggunakan tumit telapak tangan di
Berikan 5 chest thrust pada separuh bawah sternum (tulang dada) sambil
Catatan :
Tiap back
blow dan
chest thrust
harus dilakukan dengan tenaga yang cukup dengan tujuan mengeluarkan
benda asing.
e. Langkah 6 Evaluasi
Periksa bilamana benda asing keluar setiap selesai satu rangkaian 5 back
blow dan 5 chest thrust dan keluarkan dengan jari kelingking anda bila
benda asing terlihat di dalam mulut.
Bila benda asing dapat dikeluarkan, evaluasi nadi, tanda-tanda sirkulasi
dan pernapasan.
Bila jalan napas tetap tersumbat dan bayi masih sadar, ulangi rangkaian 5
back blow dan 5 chest thrust sampai benda asing keluar atau bayi tidak
sadar.
Pengeluaran SBA Pada Bayi Tidak Sadar (Lanjutan..)
Pada bayi tidak sadar, lakukan langkah-langkah berikut :
a. Langkah 1
Evaluasi nadi brachialis selama 10 detik
Bila nadi tidak teraba, segera RJP dengan 30 kompresi dada, lalu open
airway.
Beri tiupan 2 kali. Tiupan 1 dada tidak mengembang/tiupan terasa berat,
sweep).
d. Langkah 4
Evaluasi nadi dan tanda-tanda sirkulasi setelah jalan napas bebas.
Bila nadi tidak teraba (denyut nadi yang sulit dievaluasi dan tidak ada
Kait dan keluarkan dengan jari kelingking bila benda asing terlihat di dalam
mulut. Telusuri mucosa pipi, pangkal lidah, mucosa pipi yang lain.
Langkah Ventilasi :
Bila jalan napas tersumbat, reposisi kepala bayi lalu ulangi ventilasi.
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR
RJP DEWASA 1 PENOLONG
pertolongan
R : Respon Tentukan status kesadaran
EMS
Panggil, tepuk bahu korban perlahan
baik-baik saja?
Bila tidak ada respon panggil ambulan 118
C:Circulation Berikan posisi head tilt Periksa nadi (10 detik)
(Sirkulasi) Bila tidak ada nadi mulailah RJP
beberapa menit
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR
RJP DEWASA 2 PENOLONG
beberapa menit.
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR
SBA DEWASA (SADAR-TIDAK SADAR)
Langkah Tindakan Skor
Korban sadar
Evaluasi Tanyakan : apakah anda tersedak?
Korban mengiyakan dengan mengangguk. Penolong
menawarkan bantuan: saya dapat membantu
Manuver
Bila korban berdiri penolong berdiri di belakang korban.
Heimlich
Letakkan satu kaki di antara kedua tungkai korban.
(Abdominal
Thrust) Tentukan landmark :
jari tersebut
Angkat kedua jari, pertahankan kepalan pada perut
tidak sadar
Teknik Chest Berdiri di belakang korban. Letakkan satu tungkai di antara
trust (pada kedua tungkai korban.
orang hamil Tentuka landmark :
&gemuk)
Lingkarkan lengan pada dada di bawah ketiak korban
5 chest thrust
Ulangi hentakkan sampai benda asing keluar atau
panggil
C:Circulation Evaluasi nadi karotis paling lama 10
(sirkulasi) Bila nadi tidak teraba (denyut nadi yang sulit dievaluasi)
lakukan RJP 30:2
Dimulai kompresi dada : 1,2,3,4,1 - 1,2,3,4,2 - 1,2,3,4,3 -
1,2,3,4,4 - 1,2,3,4,5 - 1,2,3,4,6, beri tiupan 2 kali
Tiupan 1 gagal, reposisi kepala. Tiupan kedua masih gagal
berarti masih terdapat sumabatan, kompresi dada 30, evaluasi
dengan tongue jaw lift, tidak nampak benda asing ventilasi 2
kali lipat, sampai benda asingnya keluar. Evaluasi dengan
toungue jaw lift, jika nampak benda asing lakukan finger
swap.
Rescue Evaluasi breathing
Breathing Evaluasi circulation, lakukan RJP bila nadi tak teraba. Bila
nadi teraba, periksa kembali napas.
Bila tida ada napas, lakukan rescue breathing dengan
hitungan : satu ribu, dua ribu, tiga ribu, empat ribu....., tiup !
lakukan 8-10 kali tiupan napas/menit.
Posisi Letakkan korban pada posisi recovery bila :
recovery Nadi dan napas ada
Korban tidak sadar dan ada tanda-tanda trauma
Monitor nadi, tanda-tanda sirkulasi da pernapasan korban
tiap beberapa menit
Aktifkan EMS bila belum diaktifkan.
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR SBA DEWASA
KORBAN DARI AWAL DITEMUKAN SUDAH TIDAK SADAR
Korban Ketika korban manjadi tidak sadar, lakukan langkah-langkah berikut
Tidak Sadar
posisikan korban di tempat datar dan keras
pertolongan
Respon Tentuka status kesadaran
bernapas
Bila ada penolong kedua, minta dia mengaktifkan
telunjuk
Geser ketiga jari tersebut ke sternum (tulang dada)
hidung bayi
Gunakan jari tengah dan manis untuk melakukan
paha
Jaga agar kepala bayi lebih rendah dari badannya
anda
Jaga agar kepala bayi lebih rendah dari badannya
kali
Tiupan 1 gagal, reposisi kepala, tiup ke 2, dada tidak
Service 24 jam
Intensif Care Unit Social
Ward Care
Berdasarkan skema di atas, kualitas hidup penderita pasca cedera akan sangat
bergantung pada apa yang telah dia dapatkan pada periode Pre Hospital Stage bukan
hanya tergantung pada bantuan di fasilitas pelayanan kesehatan saja. Jika di tempat
pertama kali kejadian penderita mendapatkan bantuan yang optimal sesuai
kebutuhannya maka resiko kematian dan kecacatan dapat dihindari. Bisa
diilustrasikan dengan penderita yang terus mengalami perdarahan dan tidak
dihentikan selama periode Pre Hospital Stage, maka akan sampai ke rumah sakit
dalam kondisi gagal ginjal.
Begitu cedera terjadi maka berlakulah apa yang disebut waktu emas (The
Golden periode).Satu jam pertama juga sangat menentukan sehingga dikenal
istilahThe Golden Hour.Setiap detik sangat berharga bagi kelangsungan hidup
penderita.Semakin panjang waktu terbuang tanpa bantuan pertolongan yang memadai,
semakin kecil harapan hidup korban. Terdapat 3 faktor utama di Pre Hospital Stage
yang berperan terhadap kualitas hidup penderita nantinya yaitu :
Siapa penolong pertamanya
Berapa lama ditemukannya penderita,
kecepatan meminta bantuan pertolongan
Penolong pertama seharusnya orang awam yang terlatih dengan dukungan
pelayanan ambulan gawat darurat 24 jam. Ironisnya penolong pertama di wilayah
Indonesia sampai saat tulisan ini dibuat adalah orang awam yang tidak terlatih dan
minim pengetahuan tentang kemampuan pertolongan bagi penderita gawat
darurat..Kecepatan penderita ditemukan sulit kita prediksi tergantung banyak faktor
seperti geografi, teknologi, jangkauan sarana tranport dan sebagainya.Akan tetapi
kualitas bantuan yang datang dan penolong pertama di tempat kejadian dapat kita
modifikasi.
Pada fase rumah sakit, Unit Gawat Darurat berperan sebagai gerbang utama
jalan masuknya penderita gawat darurat.Kemampuan suatu fasilitas kesehatan secara
keseluruhan dalam hal kualitas dan kesiapan dalam perannya sebagai pusat rujukan
penderita dari pra rumah tercermin dari kemampuan unit ini. Standarisasi Unit Gawat
Darurat saat ini menjadi salah satu komponen penilaian penting dalam perijinan dan
akreditasi suatu rumah sakit. Penderita dari ruang UGD dapat dirujuk ke unit
perawatan intensif, ruang bedah sentral, ataupun bangsal perawatan. Jika dibutuhkan,
penderita dapat dirujuk ke rumah sakit lain.
Uraian singkat di atas kiranya cukup memberikan gambaran bahwa keberhasilan
pertolongan bagi penderita dengan criteria gawat darurat yaitu penderita yang
terancam nyawa dan kecacatan, akan dipengaruhi banyak factor sesuai fase dan
tempat kejadian cederanya. Pertolongan harus dilakukan secara harian 24 jam (daily
routine) yang terpadu dan terkordinasi dengan baik dalam satu system yang dikenal
dengan Sistem Pelayanan gawat Darurat Terpadu (SPGDT).Jika bencana massal
terjadi dengan korban banyak, maka pelayanan gawat darurat harian otomatis
ditingkatkan fungsinya menjadi pelayanan gawat darurat dalam bencana
(SPGDB).Tak bisa ditawar-tawar lagi, pemerintah harus mulai memikirkan
terwujudnya penerapan system pelayanan gawat darurat terpadu.
Komponen penting yang harus disiapkan diantaranya :
1. Sistem komunikasi
Kejelasan kemana berita adanya kejadian gawat darurat disampaikan, akan
memperpendek masa pra rumah sakit yang dialami penderita. Pertolongan yang
datang dengan segera akan meminimalkan resiko-resiko penyulit lanjutan seperti
syok hipovolemia akibat kehilangan darah yang berkelanjutan, hipotermia akibat
terpapar lingkungan dingin dan sebagainya. Siapapun yang menemukan penderita
pertama kali di lokasi harus tahu persis kemana informasi diteruskan. Problemnya
adalah bagaimana masyarakat dapat dengan mudah meminta tolong, bagaimana
cara membimbing dan mobilisasi sarana tranportasi (Ambulan), bagaimana
kordinasi untuk mengatur rujukan, dan bagaimana komunikasi selama bencana
berlangsung.
2. Pendidikan
Penolong pertama seringkali orang awam yang tidak memiliki kemampuan
menolong yang memadai sehingga dapat dipahami jika penderita dapat langsung
meninggal ditempat kejadian atau mungkin selamat sampai ke fasilitas kesehatan
dengan mengalami kecacatan karena cara tranport yang salah. Penderita dengan
kegagalan pernapasan dan jantung kurang dari 4-6 menit dapat diselamatkan dari
kerusakan otak yang ireversibel.Syok karena kehilangan darah dapat dicegah jika
sumber perdarahan diatasi, dan kelumpuhan dapat dihindari jika upaya evakuasi
& tranportasi cedera spinal dilakukan dengan benar. Karena itu orang awam yang
menjadi penolong pertama harus menguasai lima kemampuan dasar yaitu :
Menguasai cara meminta bantuan pertolongan
Penyakit dalam
Penyakit saraf
Penyakit Jiwa