Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit kulit parasitik terdiri dari 2 macam yaitu pedikulosis dan scabies.
Penyakit ini juga disebut infestasi kutu. Dimana investasi kutu ini mengenai
berbagai usia. Adpun 3 varietas kutu yang menjangkiti manusia yaitu: tuma atau
kutu kepala (pediculus humanus capitis), kutu badan (pediculus humanus
corposis) serta kutu kelamin (phthirus pubis). Kutu ini hidup diluar hospesnya
dan berkembang biak dengan menghisap darah manusia kurang lebih selama 5
kali sehari.
Kutu manusia menyuntikkan getah pencernaan dan aksretanya kedalam kulit
sehingga menimbulkan sensasi gatal yang sangat hebat. Dengan kita terus
menerus menggaruk kepala maka akan dapat menyebabkan infeksi nakteri
sekunder seperti impetigo serta furun kulosi. Tuma atau kutu ini dapat menular
baik melalui kontak langsung, ataupun alat-alat yang digunakan secara bersama
dan bergantian seperti (sisir, topi, bantal, dll). Kutu juga banyak mengenai orang-
orang yang jarang mandi, karena kebersihan diri yang tidak terawat maka akan
mudah bagi kutu untuk berkembangbiak. Adapun orang yang bersih namun
mengalami penyakit kulit ini adalah orang-orang yang seksual aktif. Kutu ini juga
sering menjangkiti jari-jari tangan, dan sentuhan tangan yang dapat menimbulkan
infeksi.
Kutu akan mampu bertelur 2-3 butir perhari selama 2 bulan dan telur tersebut
akan menetas dalam waktu 3-4 hari. Jadi begitu cepat perkembangan kutu
tersebut. Jika kita tidak menjaga kebersihan tubuh kita maka akan sangat mudah
bagi kutu untuk berkembang biak dan hidup ditubuh kita.

1.2 Tujuan
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit parasitic.

1.3 Manfaat

1
a. Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan dan keterampilan
kelompok dalam memberikan asuha keperawatan pada klien dengan penyakit
parasitic.
b. Menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca.
c. Sebagai sumber referensi bagi pembaca mengenai askep dengan penyakit
parasitic.

BAB 2
LAPORAN PENDAHULUAN
.1 Definisi
A. Pedikulosis
Pedikulosis (infeksi kulit) yaitu intensitas kutu mengenai segala usia.
Ada tiga varietas kutu yang menjakit manusia, yaitu: pedikulosis humanus
kapitis (tuma atau kutu kepala), pedikulosis humanus corposis (kutu badan)
dan phthirus pubis (kutu kemaluan). Kutu merupakan ektoparasit karena
hidup pada bagian luar tubuh hospesnya. Kutu tersebut bergantung nutrisinya
pada hospes dengan mengisap darah manusia kurang lebih 5 kali sehari. Kutu
manusia menyuntikkan getah pencernaan dan ekskretanya ke dalam kulit yang
menimbulkan rasa gatal yang hebat.
a. Pedikulitis Kapitis

2
Pedikulosis kapitis merupakan infestasi kutu kepala atau tuma yang
disebut peduculuc humanus capitis pada kulit kepala. Telur ini akan
melekat erat pada batang rambut dengan suatu substsansi yang liat. Telur
akan menetas menjadi tuma dalam waktu sekitar 10 hari dan mencapai
maturitasnya dalam tempo 2 minggu.
b. Pedikulosis Korposis
Pedikulosis korposis merupakan infestasi kutu pediculus humanus
corposis pada badan. Keadaan ini menghinggapi orang yang jarang mandi
atau yang hidup dalam lingkungan yang rapat serta tidak pernah mengganti
bajunya.
Debu berwarna coklat kemerahan (ekskresi kutu). Dapat ditemukan
pada pakaian dalam. Kutu kemaluan dapat menginfestasi rambut dada,
aksila, janggut dan bulu mata. Macula yang berwarna kelabu-biru kadang-
kadang dapat terlihat pada badan, paha dan aksila sebagai akibat dari reaksi
saliva serangga tersebut dengan billirubin (yang merubah menjadi
biliverdin) atau ekskresi yang dihasilkan oleh kelenjar liur kutu.
Lipatan pubis harus diperiksa untuk mendeteksi keberadaan pthtirus
pubis yang merayap disepanjang batang rambut atau keradaan telur kutu
tersebut yang menempel erat dengan rambut atau tempat pertemuan antara
rambut dan kulit. Rasa gatal merupakan gejala yang paling sering
ditemukan, khususnya dimalam hari. Infeksi oleh kutu kemaluan dapat
dijumpai bersama dengan penyakit menular kelamin (gonore, kandidiasis,
sifilis).
c. Phthirus pubis
Pedikulosis pubis merupakan infestasi oleh phthirus pubis (crab louse;
kutu kemaluan) sangat sering dijumpai. Infestasi parasit ini umumnya
terjadi didaerah genital dan terutama ditularkan lewat hubungan seks.
B. Skabies
Merupakan infestasi kulit oleh kutu sarcoptes scabiei yang
menimbulkan gatal. Penyakit ini dapat ditemukan pada orang-orang miskin
yang hidup dengan kondisi hygiene dibawah standar, sekalipun juga sering
terdapat diantara orang-orang yang sangat bersih. Scabies sering dijumpai
pada orang-orang yang seksual-aktif. Namun demikian, infestasi parasit ini

3
tidak bergantung pada aktifitas seksual karena kutu tersebut sering
menjangkiti jari-jari tangan, dan sentuhan tangan dapat menimbulkan infeksi.
Pada anak-anak, tinggal semalaman dengan teman yang terinfeksi atau saling
berganti pakaian dengannya dapat menjadi sumber infeksi. Petugas kesehatan
yang melakukan kontak fisik yang lama dengan pasien scabies dapat pula
terinfeksi. Kutu betina yang dewasa akan membuat terowongan pada lapisan
superficial kulit dan berada disana selama sisa hidupnya. Dengan rahang dan
pinggir yang tajam dari persendian kaki depannya, kutu tersebut akan
memperluas terowongan dan mengeluarkan telurnya 2 hingga 3 butir sehari
sampai 2 bulan. Kemudian kutu betina itu mati. Larva (telur) menetas dalam
waktu 3-4 hari dan berlanjut lewat stadium larva serta nimfa menjadi bentuk
kutu dewasa dalam tempo sekitar 10 hari.

.2 Etiologi
a. Kutu/tuma (pediculus humanus capitis, pedikulus humanus corporis, dan
phthrirus pubis)
b. Debu
c. Kebiasaan
d. Pola hidup
e. Lingkungan
f. Seksual

.3 Patofisiologi
Siklus hidup Pediculus melalui stadium telur, larva, nimfa dan dewasa. Parasit
ini bisa hidup pada tubuh atau padaislakutu kepala betina dapat hidup selama 16
hari dan menghasilkan 50 150 telur. Kutu mendapatkan makanan dengan cara
menghisap darah pada kulit. Hama ini meninggalkan telurnya dipermukaan kulit
dan juga menempel pada batang rambut, baik itu di daerah kepala, badan ataupun
pubis manusia. Kutu manusia menyuntikkan getah pencernaan dan ekskreatanya
ke dalam kulit yang menimbulkan rasa gatal yang hebat. Kutu sangat subur pada
kodisi yang padat penduduknya. Kutu kepala dan kutu kemaluan hanya
ditemukan pada manusia, sedangkan kutu badan juga sering ditemukan pada
pakaian yang bersentuhan dengan kulit. Kutu kepala ditularkan melalui kontak

4
langsung atau melalui sisir/sikat/topi yang digunakan bersama-sama. Infestasi
kutu kepala kadang menyebar ke alis, bulu mata dan janggut. Kutu kepala sering
ditemukan pada murid-murid di satu sekolah. Penularan kutu badan tidak
semudah penularan kutu rambut. Kutu badan biasanya menyerang orang-orang
yang tingkat kebersihan badannya buruk dan orang-orang yang tinggal di
pemukiman yang padat. Kutu badan bisa membawa penyakit tifus, demam parit
dan demam kambuhan. Kutu kemaluan menyerang daerah kemaluan, ditularkan
pada saat melakukan hubungan seksual.

.4 Manifestasi Klinis
a. Pedikulosis kapitis
Tuma paling sering ditemukan pada bagian posterior kepala dan
dibelakang telinga. Telur tuma dapat dilihat dengan mata telanjang sebagai
benda yang berbentuk oval, mengkilap dan berwarna perak yang sulit dilepas
dari rambut. Gigitan serangga ini manyebabkan rasa gatal yang hebat dan
garukaa yang dilakukan untuk menghilangkan gatal sering menimbulkan
infeksi bakteri sekunder seperti impetigo serta furunkulosis. Infeksi tuma
lebih sering ditemukan pada anak-anak dan orang dengan rambut yang
panjang. Tuma dapat ditularkan langsung lewat kontak fisik atau tidak
langsung lewat sisir, sikat rambut, wig, topi, dan perangkat tempat tidur
(bantal, seprei dll) yang terinfeksi oleh tuma.
b. Pedikulosis korposis
Daerah kulit yang terutama terkena adalah bagian yang paling terkena
pakaian dalam (leher, badan dan paha). Kutu badan terutama hidup dalam
pelipit pakaian dan ditempat ini, kutu melekat erat sementara menusuk kulit
penderita dengan probosisnya. Gigitan kutu menyebabkan titik-titik
pendarahan yang kecil dan khas. Eksoriasi yang menyebar luas dapat terlihat
sebagai akibat rasa gatal dan perbuatan menggaruk yang intensif, khususnya
pada badan serta leher. Diantara lesi sekunder yang ditimbulakan terdapat
guratan linier garuka yang paralel dan eczema dengan derajat ringan. Pada
kasus yang menahun, kulit pasien menjadi tebal, kering dan bersisik dengan
daerah-daerah yang berpigmen serta berwarna gelap.

5
c. Scabies
Diperlukan waktu kurang lebih 4 minggu sejak saat kontak hingga
timbulnya gejala pada pasien. Pasien akan mengeluh gatal-gatal yang hebat
akibat reaksi imunologi tipe lambat terhadap kutu atau butiran fesesnya. Pada
pemeriksaan, kepada pasien ditanyakan dimana tempat gatal tersebut paling
hebat. Kaca pembesar dan senter (penlight) dipegang dengan sudut miring
terhadap permukaan kulit sementara pemeriksaan dilakukan untuk mencari
terowongan yang berupa tonjolan kulit yang kecil. Terowongan bisa berupa
lesi yang multiple, lurus atau bergelombang, berwarna kecoklatan atau hitam
dan menyerupai benang, yang terlihat terutama diantara jari-jari tangan serta
pada pergelangan tangan.
Lokasi lainnya adalah permukaan ekstensor siku, lutut, pinggir kaki,
ujung-ujung sendi siku, daerah disekitar putting susu, lipatan aksila, dibawah
payudara ynag menggantun, dan pada atau lipat gluteus, penis atau skrotum.
Erupsi yang berwarna merah dan gatal biasanya terdapat didaerah-daerah kulit
sekitarnya. Namun, terowongan tersebut tidak selalu terlihat. Setiap pasien
dengan ruam dapat menderita scabies.
Salah atu tanda scabies yang klasik adalah peningktan rasa gatal yang
terjadi pada malam hari dan keadaan ini mungkin disebabkan oleh
peningkatan kehangatan kulit yang menimbulkan efek stimulsi terhadap
parasit tersebut. Demikian pula, hipersensitifitas terdapat organisme tersebut
dan produk ekskresinya dapat turut menimbulkan rasa gatal,. Jika infeksi
sudah menyebar, anggota keluarga yang lain dan teman dekat juga akan
mengeluhkan rasa gatal sekitar 1 bulan kemudian.
Lesi sekunder cukup sering dijumpai dan mencakup vesikel, papula,
ekskoriasi serta kusta. Superinfeksi bakteri dapat terjadi akibat ekskoriasi
yang hebat pada terowongan dan papula.

6
.5 Penatalaksanaan
a. Pedikulosis Kapitis
Terapinya mencakup pengeramasan rambut memakai sampo yang
mengandung lindane(kwell) atau senyawa piretrin dengan piperonil butoksida
(sampo RID atau R&C). kepada pasien dianjurkan untuk mengeramas kulit
kepala dan rambut menurut petunjuk pemakaian sampo tersebut. Sesudah
dibilas sampai bersih, rambut disisr dengan sisir bergigi halus (serit) yang
sudah dicelupkan dalam cuka agar telur atau cangkang telur tuma yang
tertinggal dapat terlepas dari batang rambut. Telur tuma sangat sulit dilepas
dan mungkin harus diambil dengan jari tangan satu per satu ( karena itu orang
awam memakai istilah mencari kutu).
Semua barang, pakaian, handuk dan perangkat tempat tidur yang bisa
mengandung tuma atau telurnya harus dicuci dengan air panas sedikit dengan
suhu 54 C- atau dicuci kering (dry cleaning) untuk mencegah infestasi ulang.
Perabot, permadani dan karpet yang berbulu harus sering dibersihkan denagn
alat vacuum cleaner. Sisir dan sikat rambut juga harus didisinfeksi dengan
sampo. Semua anggota keluarga dan orang yang berhubungan erat dengan
pasien harus diobati.
Komplikasi seperti pruritus yang hebat, pioderma (infeksi kulit yang
membentuk puss) dan dermatitis diobati dengan preparat antipruritus,
antibiotic sistemik serta kortikosteroid topical.
Pendidikan pasien dan pertimbangan perawat dirumah.
Kepada pasien dijelaskan bahwa tuma dapat menjangkiti semua orang
dan bukan merupakan tanda ketidakbersihan. Keadaan ini menyebar
dengan cepat sehingga terapinya harus segera dimulai. Epidemic disekolah
dapat diatasi dengan menyuruh semua siswa untuk mengeramas rambutnya
pada malam yang sama. Kepada peserta didik harus diingatkan agar tidak
memakai sisir, sikat rambut atu topi yang sama. Setiap anggota keluarga
harus diperiksa setiap sehari sekali untuk melihat adanya tuma selama

7
sedikitnya 2 minggu. Kepada pasien harus diberitahukan bahwa lindane
dapat memberikan efek toksik kalau tudak digunakan dengan benar.
b. Pedikulosis Korposis Dan Phthris Pubis
Kepada pasien diminta untuk mandi dengan memakai sabun dan air.
Kemudian, lindane (kwell) atau malation dalam isopropyl alcohol (losion
prioderm) dioleskan pada daerah-daerah kulit yang terinfeksi dan daerah yang
berambut menurut petunjuk informasi produk. Terapi topical alternative
lainnya adalah pedikulida berbahan dasar piretrin (RID yang merupakan
preparat yang bisa dibeli bebas) atau tembaga oleat 0,03% (cuprex). Jika bulu
mata turut terkena, Vaseline dapat dioleskan tebal-tebal 2 kali sehari salam 8
hari yang kemidian diikuti oleh pencabutan secara mekanis setiap telur kutu
yang masih tertinggal.
Komplikasi seperti pruritus hebat, pioderma (infeksi yang membentuk
pus pada kulit) dan dermatitis diobati dengan preparat antipruritus, antibiotic
sistemik serta kortikostiroid topical. Perlu diingat bahwa kutu badan dapat
menularkan penyakit epidemic pada manusia, yaitu penyakit riketsia (tufus
epidemic, demam hilang timbul dan trench fever). Mikroorganisme
penyebabnya berada dalam traktus gastrointestinal serangga tersebut dan
dapat dieksresikan ke permukaan kulit pasien yang terinfeksi.
Pendidikan pasien dan pertimbangan perawat di rumah.
Semua anggota keluarga dan suami/istri pasien harus diobati serta
mendapatkan penyuluhan mengenai hygiene perorangan dan cara-cara
untuk mencegah atau mengendalikan infestasi kutu. Untuk pasien dan
pasangan seksualnya harus dibuatkan pula jadwal untuk pemeriksaan
diagnostik terhadap penyakit menular seksual yang turut menginfeksi.
Semua pakaian dan perangkat tempat tidur (sprei, sarung bantal, dll). Harus
dicuci serta menjalani dry-cleaning.

c. Scabies

8
Kepada pasien diminya agar mandi dengan air hangat dana sabun guna
menghilangkan debris yang mengelupas dari krusta dan kemudian kulit
dibiarkan kering benar serta menjadi dingin.
Preparat skabisida, seperti lindane atau krotamiton ( krim dan lotion
eurak), dioleskan tipis-tipis pada seluruh permukaan kulit mulai dari leher
kebawah dengan hanya meninggalkan daerah muka dan kulit kepala (yang
pada scabies tidak terkena). Obat ini dibiarkan salama 12 hingga 24 jam dan
sesudah itu, pasien diminta untuk membasuh dirinya sampai bersih. Aplikasi
obat 1 kali sudah dapat memberikan efek kuratif, tetapi disarankan agar terapi
tersebut diulangi sesudah 1 minggu kemudian.
Pasien perlu mengetahui petunjuk pemakaian ini karena pengolesan
skabisida segera sesudah mandi dan sebelum kulit mengering serta menjadi
dingin dapat meningkatkan absorpsi perkutan skabisida sehingga berpotensi
untuk menimbulkan gangguan system saraf pusat seperti serangan kejang.
Pendidikan pasien dan pertimbangan perawat di rumah.
Pasien harus mengenakan pakaian yang bersih dan tidur diatas sprei
yang baru saja dicuci dibinatu. Semua perangkat tempat tidur (sprei, sarung
bantal, dll). Serta pakaian harus dicuci dengan air yang sangat panas dan
dikeringkan dengan alat pengering panas karena kutu scabies ternyata
dapat hidup sampai 36 jam pada linin. Jika linen tempat tidur atau pakaian
pasien tidak dapat dicuci dengan air panas, disarangkan agar barang-barang
tersebut dicuci secara dry-cleaning.
Sesudah terapi scabies selesai dilakukan, pasien harus mengoleskan
salep seperti kortikosteroid topical pada lesi kulit karena skabida dapat
mengiritasi kulit. Hipersensitivitas pasien tidak berhenti setelah kutu
dihancurkan. Rasa gatal dapat terus berlangsung selama beberapa hari atau
minggu sebagai manifestasi hipersensitifitas. Khususnya pada orang-orang
yang atopic(alergik). Keadaan ini bukan merupakan suatu tanda gagalnya
terapi. Kepada pasien dianjurkan agar tidak mengoleskan lebih banyak
skabisida (karena tindakan ini akan menambah iritasi serta meningkatkan

9
rasa gatal) dan tidak semakin sering mandi dengan air panas (karena
tindakan ini membuat kulit kering serta menimbulkan gatal).
Semua anggota keluarga dan orang yang berhubungan erat harus
diobati secara bersamaan untuk menghilangkan kutu scabies. Jika scabies
ditularkan lewat hubungan seks, pasien mungkin memerlukan pula terapi
terhadap penyakit menular seksual yang turut terdapat. Scabies dapat pula
dijumpai bersama denagn pedikulosis.

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
.1 Pengkajian
Riwayat kesehatan dan observasi langsung memberikan infomasi mengenai
persepsi klien terhadap kelaianan kulit, bagaimana kelainan kulit dimulai, apa
pemicunya, apa yang meredakan atau mengurangi gejala, termasuk masalah
fisik/emosional yang dialami klien.

.2 Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman (gatal) berhubungan dengan infeksi kutu.
b. Gangguan body image berhubungan dengan adanya penyakit (pedikulosis).

10
c. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan terjadinya infeksi berat
pada kulit.
d. Perubahan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan risiko penularan.

.3 Rencana Tindakan Keperawatan


a. Diagnosa 1
Tujuan : pasien dapat merasakan kenyamanan (rasa gatal berkurang).
Intervensi
1. Kaji kondisi kulit kepala, badan, pubis.
2. Anjurkan agar kulit pasien tetap kering.
3. Anjurkan pasien untuk menjaga kebersihan pakaian, alat mandi, tempat
tidur dan sisir.
4. Anjurkan untuk membersihkan kepala atau rambut minimal 2xseminggu
5. Anjurkan untuk tidak menggaruk daerah yang gatal tetapi diusap
6. Kolaborasi medis untuk pemberian obat untuk mengatasi gatal.
b. Diagnosa 2
Tujuan : Pasien dapat menerima perubahan yang ada pada dirinya
NOC : Citra tubuh
kriteria hasil
1. Mengidentifikasi kekuatan personal
2. Pengakuan terhadap perubahan actual pada penampilan tubuh
3. Menggambarkan perubahan actual pada fungsi tubuh
4. Memelihara hubungan social yang dekat dan hubungan personal
Skala
a. Tidak pernah
b. Jarang
c. Kadang-kadang
d. Sering

11
e. Positif

NIC : Penampilan citra tubuh


Intervensi
1. Beri motivasi untuk menerima keadaan dirinya
2. Beri penjelasan bahwa penyakitnya dapat disembuhkan
3. Jelaskan pentingnya perawatan kulit termasuk kepala, badan, dan pubis
4. Berikan motivasi tentang percaya diri dan mencegah isolasi social
c. Diagnosa 3
Tujuan : Pasien terhindar dari kerusakan kulit
NOC : Pengendalian risiko
kriteria hasil
1. Memantau factor risiko dari perilaku dan lingkungan yang memperaparah
kerusakan integritas kulit.
2. Mengikuti strategi pengendalian risiko yang dipilih.
3. Mengenal perubahan status kesehatan.
4. Pasien mempunyai kulit yang utuh.
Skala :
1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Kadang-kadang
4. Sering
5. Konsisten
NIC : surveilans kulit
Intervensi :
1. Lakukan pengkajian kondisi kulit secara rutin
2. Anjurkan untuk menjaga kulit agar tetap bersih
3. Anjurkan untuk tidak menggaruk daerah yang gatal untuk mencegah
terjadinya luka
4. Anjurkan pasien untuk menggunakan sabun antiseptic
5. Kolaborasi medis untuk mencegah infeksi berlanjut

d. Diagnose 4
Tujuan : pasien dapat memelihara kesehatan dengan mencegah penularan
Noc : perilaku sehat
Kriteria hasil :
1. Tidak terjadi penularan
2. Mengidentifikasi potensial risiko
3. Menyusun dan mengikuti strategi untuk memksimalkan kesehatan

12
4. Berpartisipasi dalam pelayanan kesehatan
NIC : pedoman system kesehatan
Intervensi :
a. Ajarkan pada pasien semua barang, handuk, perangkat tempat tidur yang
mengandung kutu atau telurnya harus dicuci dengan air panas sedikitnya
suhu 54 o C atau dicuci kering (dry cleaning) untuk mencegah infestasi
ulang
b. Ajarkan pada pasien, keluarga bahwa perabot, permadani, dan karpet yang
berbulu harus sering dibersihkan dengan vacuum cleaner
c. Ajarkan pada pasien agar sisir dan sikat rambut harus di desinfeksi dengan
shamppo
d. Beritahu pada semua anggota keluarga yang berhubungan dengan dengan
pasien untuk diobati
e. Anjurkan pada keluarga untuk tidak menggunakan sisir pasien

.4 Evaluasi Diagnostik
Diagnosis dipastikan dengan menemukan sarcoptes scabiei atau produk
samping kutu tersebut dari kulit. Sampel jaringan superficial epidermis dikerok
pada daerah diatas terowongan atau papula dengan menggunakan mata pisau
scalpel yang kecil. Hasil kerokan diletakkan pada slide mikroscop dan diperiksa
lewat mikroskop dengan pembesaran rendah untuk melihat kutu pada setiap
stadium (dewasa, telur, cangkang, telur, larva, nimfa) dan butiran fesesnya.

BAB 4
PENUTUP
.1 Kesimpulan
Penyakit parasitik adalah suatu penyakit yang diakibat oleh infeksi dari kulit
manusia, baik dibagian kepala, badan dan pubis:
a. Dibagian kepala, klien saat mandi keramas jarang menggunakan shampo
sehingga menimbulkan tuma (kutu), mengakibatkan tuma tersebut
berkembang biak di kepala yang menimbulkan rasa gatal di kulit kepala klien.
b. Dibagian badan, klien jarang mandi atau jarang mengganti pakaian, bagian
yang sering terkena adalah bagian dalam, (leher, badan, paha). Tuma tersebut
hidup di pelipit pakaian dan ditempat ini tuma melekat erat kemudian
menusuk kulit yang bisa menimbulkan rasa gatal dan bintik bintik kemerahan

13
c. Dibagian pubis, Yang merupakan infestasi oleh phthirus pubis (crab louse;
kutu kemaluan) sangat sering dijumpai. Infestasi parasit ini umumnya terjadi
didaerah genital dan terutama ditularkan lewat hubungan seks.dan jarang
mengantikan celana dalam.

.2 Saran
a. Perawat bisa mengenal dengan cepat ciri-ciri dari penyakit infeksi parasitik
b. Perawat bisa menangani pasien dengan penyakit infeksi parasitik dengan
cepat, teliti dan terampil.

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta:
EGC
Djuanda, Adhi. 1993. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 3. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3, Jilid 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Doenges, Marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3. Jakarta: Penerbit
buku kedokteran, EG

14

Anda mungkin juga menyukai

  • SATUAN ACARA PENYULUHAN (Penyakit Pasca Bencana Banjir)
    SATUAN ACARA PENYULUHAN (Penyakit Pasca Bencana Banjir)
    Dokumen8 halaman
    SATUAN ACARA PENYULUHAN (Penyakit Pasca Bencana Banjir)
    Ayla Efyu Winta
    Belum ada peringkat
  • Asuhan Kebidanan Pada Ny
    Asuhan Kebidanan Pada Ny
    Dokumen8 halaman
    Asuhan Kebidanan Pada Ny
    Ayla Efyu Winta
    Belum ada peringkat
  • BAB V Ask KB IUD Y2k
    BAB V Ask KB IUD Y2k
    Dokumen1 halaman
    BAB V Ask KB IUD Y2k
    Ayla Efyu Winta
    Belum ada peringkat
  • KOVER
    KOVER
    Dokumen1 halaman
    KOVER
    Ayla Efyu Winta
    Belum ada peringkat
  • KOVER
    KOVER
    Dokumen1 halaman
    KOVER
    Ayla Efyu Winta
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar Ask KB Iud Y2k
    Kata Pengantar Ask KB Iud Y2k
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar Ask KB Iud Y2k
    Ayla Efyu Winta
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen1 halaman
    Bab Iv
    Ayla Efyu Winta
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 Ask KB IUD Y2k
    Bab 1 Ask KB IUD Y2k
    Dokumen3 halaman
    Bab 1 Ask KB IUD Y2k
    Ayla Efyu Winta
    Belum ada peringkat
  • Ask. KB Yus
    Ask. KB Yus
    Dokumen10 halaman
    Ask. KB Yus
    Ayla Efyu Winta
    Belum ada peringkat
  • Bab II Ask KB Iud Y2k
    Bab II Ask KB Iud Y2k
    Dokumen23 halaman
    Bab II Ask KB Iud Y2k
    Ayla Efyu Winta
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen3 halaman
    Bab I
    Ayla Efyu Winta
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen3 halaman
    Bab I
    Ayla Efyu Winta
    Belum ada peringkat
  • Proposal 2
    Proposal 2
    Dokumen4 halaman
    Proposal 2
    Ayla Efyu Winta
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 Ask KB IUD Y2k
    Bab 1 Ask KB IUD Y2k
    Dokumen3 halaman
    Bab 1 Ask KB IUD Y2k
    Ayla Efyu Winta
    Belum ada peringkat
  • Proposal
    Proposal
    Dokumen3 halaman
    Proposal
    Ayla Efyu Winta
    Belum ada peringkat
  • Proposal 2
    Proposal 2
    Dokumen4 halaman
    Proposal 2
    Ayla Efyu Winta
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen2 halaman
    Bab 1
    Ayla Efyu Winta
    Belum ada peringkat
  • Leaflet TDIARE. Pasca Bencana Banjir
    Leaflet TDIARE. Pasca Bencana Banjir
    Dokumen2 halaman
    Leaflet TDIARE. Pasca Bencana Banjir
    Ayla Efyu Winta
    Belum ada peringkat
  • Bab 3
    Bab 3
    Dokumen1 halaman
    Bab 3
    Ayla Efyu Winta
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar VSD
    Kata Pengantar VSD
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar VSD
    Ayla Efyu Winta
    Belum ada peringkat
  • Cover SITI
    Cover SITI
    Dokumen1 halaman
    Cover SITI
    Ayla Efyu Winta
    Belum ada peringkat
  • Bab 3
    Bab 3
    Dokumen1 halaman
    Bab 3
    Ayla Efyu Winta
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar VSD
    Kata Pengantar VSD
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar VSD
    Ayla Efyu Winta
    Belum ada peringkat
  • Cover 1
    Cover 1
    Dokumen1 halaman
    Cover 1
    Ayla Efyu Winta
    Belum ada peringkat
  • Cover Thalasemia
    Cover Thalasemia
    Dokumen1 halaman
    Cover Thalasemia
    Ayla Efyu Winta
    Belum ada peringkat
  • Cover Thalasemia
    Cover Thalasemia
    Dokumen1 halaman
    Cover Thalasemia
    Ayla Efyu Winta
    Belum ada peringkat
  • Bls
    Bls
    Dokumen61 halaman
    Bls
    Ayla Efyu Winta
    Belum ada peringkat
  • RPS KMB4 2016
    RPS KMB4 2016
    Dokumen11 halaman
    RPS KMB4 2016
    Ayla Efyu Winta
    Belum ada peringkat
  • Soal Sarap No JWB
    Soal Sarap No JWB
    Dokumen4 halaman
    Soal Sarap No JWB
    Ayla Efyu Winta
    Belum ada peringkat