Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

KELUARGA BERENCANA DENGAN KONTRASEPSI INJEKSI


DI RUANG KIA PUSKESMAS RAWAT JALAN MEMPAWAH

EMMA ARDIANA
NIM. 201133022

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN PONTIANAK
TAHUN AJARAN 2020/2021
A. Konsep Dasar
Keluarga Berencana
1. Defenisi
Keluarga Berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang
diinginkan. Keluarga berencana (family planning/planned parenthood) merupakan suatu
usaha menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan
menggunakan kontrasepsi (Sulistyawati, 2018).
Menurut WHO, tindakan yang membantu individu/Pasutri untuk mendapatkan objektif-
objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran
yang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, dan menentukan jumlah anak
dalam keluarga (Sulistyawati, 2018).
2. Tujuan Program Keluarga Berencana
a) Membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga
b) Dengan cara pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga yang bahagia
dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya
c) Pengaturan kelahiran
d) Pendewasaan usia perkawinan
e) Peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga
(Sulistyawati, 2018).
3. Ruang Lingkup Program Keluarga Berencana
a) Ibu
b) Suami
c) Seluruh keluarga
d) Keluarga berencana
e) Kesehatan reproduksi remaja
f) Ketahanan dan pemberdayaan keluarga
g) Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas
(Sulistyawati, 2018).

4. Kontrasepsi KB Implan
a) Definisi
Kontrasepsi Implan merupakan kontrasepsi jenis lain yang bersifat hormonal, dan
dimasukkan kebawah kulit. Anggraini & Martini (2012).

Implant adalah suatu alat kontrasepsi yang mengandung levonorgetrel yang


dibungkus dalam kapsul silastik silikon polidimetri silikon dan disusukkan di
bawah kulit. Jumlah kapsul yang disusukkan di bawah kulit sebanyak 2 kapsul
masing-masing kapsul panjangnya 44mm masing-masing batang diisi dengan 70mg
levonorgetrel, dilepaskan ke dalam darah secara difusi melalui dinding kapsul
levonorgetrel adalah suatu progestin yang dipakai juga dalam pil KB seperti mini
pil atau pil kombinasi

b) Klasifikasi
Jenis Implan menurut Dewi & Tri ( 2011), ada 3 macam, yaitu:
1) Norplant
Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4
cm, dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 36 mg
Levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun.
12
2) Implanon
Terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm, dan
diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3-Ketodesogestrel dan lama kerjanya
3 tahun.
3) Jadena atau indoplant
Terdiri dari 2 batang, yang berisi dengan 75 mg levonogestrel dengan lama
kerja 3 tahun. Mekanisme Kerja Implan adalah:
(a) Mengentalkan lendir serviks uteri sehingga menyulitkan penetrasi
Sperma
(b) Menimbulkan perubahan-perubahan pada endometrium sehingga tidak
cocok untuk implantasi zigote
(c) Pada sebagian kasus dapat pula menghalangi terjadinya ovulasi
c) Efektivitas Implan
1) Angka kegagalan Norplant: < 1 per 100 wanita-per tahun dalam 5 tahun
pertama. Ini lebih rendah dibandingkan kontrasepsi oral, IUD dan metode
barier.
2) Efektifitas Norplant berkurang sedikit setelah 5 tahun, dan pada tahun ke-6
kira-kira 2,5-3% akseptor menjadi hamil
3) Norplant-2 sama efektifnya seperti Norplant, untuk waktu 3 tahun pertama.
Semula di harapkan Norplant-2 juga akan efektif untuk 5 tahun, tetapi ternyata
setelah pemakaian 3 tahun terjadi kehamilan dalam jumlah besar yang tidak
diduga sebelumnya, yaitu sebesar 5-6%. Penyebabnya belum jelas, disangka
terjadi penurunan dalam pelepasan hormonnya.
d) Keuntungan Implan
Keuntungan Kontrasepsi
1) Guna tinggi
2) Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun)
3) Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan
4) Tidak memerlukan periksa dalam
5) Bebas dari pengaruh estrogen
6) Tidak mengganggu kegiatan senggama
7) Tidak mengganggu ASI
8) Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan
9) Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan
Keuntungan Non Kontrasepsi
1) Mengurangi nyeri haid
2) Mengurangi jumlah darah haid
3) Mengurangi / memperbaiki anemia
4) Melindungi terjadinya kanker endometrium
5) Menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara
6) Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggul
7) Menurunkan angka kejadian endometritis
8) Kerugian Implan
Menurut Dewi & Tri (2011), ada beberapa kerugian dari alat kontrasepsi Implan
adalah sebagai berikut:
1) Pada kebanyakan pemakai, dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa
perdarahan bercak/spotting, hipermenorea, atau meningkatnya jumlah darah
haid serta amenorea.
2) Timbul keluhan-keluhan seperti: nyeri kepala, nyeri dada, perasaan mual,
pening/pusing, dan peningkatan/penurunan berat badan.
3) Membutuhkan tindak pembedahan minor.
e) Efek Samping Implan
1) Amenorrhea
Yakinkan ibu bahwa hal itu adalah biasa, bukan merupakan efek samping yang
serius. Evaluasi untuk mengetahui apakah ada kehamilan, terutama jika terjadi
amenorrhea setelah masa siklus haid yang teratur. Jika tidak ditemui masalah,
jangan berupaya untuk merangsang perdarahan dengan kontrasepsi oral
kombinasi.
2) Perdarahan bercak (spotting) ringan
Spotting sering ditemukan terutama pada tahun pertama penggunaan. Bila tidak
ada masalah dan klien tidak hamil, tidak diperlukan tindakan apapun. Bila klien
mengeluh dapat diberikan:
(a) Kontrasepsi oral kombinasi (30-50 mcg EE) selama 1 siklus pertama
(b) Ibuprofen (hingga 800 mg 3 kali sehari x 5 hari) Terangkan pada klien
bahwa akan terjadi perdarahan setelah pil kombinasi habis. Bila terjadi
perdarahan lebih banyak dari biasa, berikan 2 tablet pil kombinasi selama
3-7 hari dan dilanjutkan dengan satu siklus pil kombinasi.
(c) Pertambahan atau kehilangan berat badan (perubahan nafsu
makan)Informasikan bahwa kenaikan/penurunan berat badan sebanyak 1-2
kg dapat saja terjadi. Perhatikan diet klien bila perubahan BB terlalu
mencolok. Bila BB berlebihan, hentikan suntikan dan anjurkan metode
kontrasepsi yang lain.
(d) Ekspulsi Cabut kapsul ekspulsi, periksa apakah kapsul yang lain masih di
tempat, dan apakah terdapat tanda-tanda infeksi daerah insersi.Bila tidak
ada infeksi dan kapsul lain masih berada pada tempatnya, pasang kapsul
baru 1 buah pada tempat insersi yang berbeda. Bila ada infeksi cabut
seluruh kapsul yang ada dan pasang kapsul baru pada lengan yang lain atau
ganti cara.
(e) Infeksi pada daerah insersi Bila infeksi tanpa nanah : bersihkan dengan
sabun dan air atau antiseptik, berikan antibiotik yang sesuai untuk 7 hari.
Implan jangan dilepas dan minta klien kontrol 1 minggu lagi. Bila tidak
membaik, cabut implan dan pasang yang baru dilengan lain atau ganti
cara.Bila ada abses : bersihkan dengan antiseptik, insisi dan alirkan pus
keluar, cabut implan, lakukan perawatan luka, beri antibiotika oral 7 hari.
f) Indikasi Implan
Indikasi kontrasepsi Implan menurut Anggraini & Martini (2012), antara lain:
1) Usia reproduksi
2) Telah memiliki anak ataupun yang belum
3) Menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektifitas tinggi dan menghendaki
pencegahan kehamilan jangka panjang
4) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi
5) Pasca persalinan dan tidak menyusui
6) Pasca keguguran
7) Tidak mengiginkan anak lagi, tetapi menolak sterilisasi
8) Riwayat kehamilan ektopik
9) Tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan masalah pembekuan darah, atau
anemi bulan sabit (sincle cell)
10) Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung estrogen
11) Sering lupa menggunakan pil
g) Kontra Indikasi Implan
1) Hamil atau diduga hamil
2) Perdarahan traktus genetalia yang tidak diketahui penyebabnya
3) Tromboflebitis aktif atau penyakit trombo-emboli
4) Penyakit hati akut
5) Tumor hati jinak atau ganas
6) Karsinoma payudara/tersangka karsinoma payudara
7) Tumor/neoplasma ginekologik
8) Penyakit jantung, hipertensi dan diabetes militus
e) Mulai Menggunakan Implan
1) Setiap saat selama siklus haid hari ke-2 sampai hari ke-7. Tidak diperlukan
metode kontrasepsi tambahan
2) Insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini tidak terjadi kehamilan
Bila diinsersi setelah hari ke-7 siklus haid, klien jangan melakukan hubungan
seksual, atau menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja
3) Bila klien tidak haid, insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini tidak
terjadi kehamilan. Jangan melakukan hubungan seksual atau gunakan metode
kontrasepsi lain 7 hari saja
4) Bila menyusui antara 6 minggu sampai 6 bulan pascapersalinan, insersi dapat
dilakukan setiap saat, bila menyusui penuh klien tidak perlu memakai
kontrasepsi lain
5) Bila setelah 6 minggu melahirkan dan telah terjadi haid kembali, insersi dapat
dilakukan setiap saat, tetapi jangan melakukan hubungan seksual selama 7 hari
atau menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja
6) Bila klien menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin menggantinya dengan
implan, insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini klien tersebut
tidak hamil, atau klien menggunakan kontrasepsi dahulu dengan benar
7) Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi suntikan, implan dapat
diberikan pada saat jadwal kontrasepsi suntikan tersebut. Tidak diperlukan
metode kontrasepsi lain
8) Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi nonhormonal (kecuali AKDR)
dan klien ingin menggantinya dengan implan, insersi implan dapat dilakukan
setiap saat, asal saja diyakini klien tidak hamil. Tidak perlu menunggu sampai
datangnya haid berikutnya
9) Bila kontrasepsi sebelumnya adalah AKDR dan klien ingin menggantinya
dengan implan, implan dapat diinsersikan pada saat haid hari ke-7 dan klien
jangan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau gunakan metode
kontrasepsi lain untuk 7 hari saja. AKDR segera dicabut.
10) Pascakeguguran implan dapat segera diinsersikan

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Mencakup:
a) Biodata
b) Pemahaman klien/pengetahuan klien
c) Pengalaman menggunakan metode kendali kelahiran
d) Informasi kesehatan umum
- Menstruasi
- Struktur keluarga
- Sosial ekonomi
e) Pemeriksaan fisik
- Tanda-tanda vital: TD, Pols, BB, Umur
- Kulit: pigmentasi, lesi, oedem
- Kepala dan leher: kelenjar tiroid normal
- Rectal, vulva, vagina, servik uterus, ovarium

SDKI Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, yang mungkin muncul:


a) D.0111 Defisit Pengetahuan berhubungan dengan Kurang terpapar Informasi
b) D.0077 Nyeri berhubungan dengan Agen Pencedera Fisik (Injeksi)

SIKI Standar Intervensi Keperawatan Indonesia dan SLKI Standar luaran keperawatan
Indonesia:
a) D.0111 Defisit Pengetahuan berhubungan dengan Kurang terpapar
Informasi
SLKI Luaran Utama:
Tingkat Pengetahuan
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan tingkat
pengetahuan membaik
Kriteria Hasil:
Menurun Cukup Menurun SedangCukup Meningkat
Meningkat
1 Perilaku sesuai anjuran
1 2 3 4 5
2 Kemampuan menjelaskan pengetahuan suatu topik
1 2 3 4 5
Meningkat Cukup Meningkat SedangCukup Menurun
Menurun
3 Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi
1 2 3 4 5
4 Persepsi yang keliru terhadap masalah
1 2 3 4 5
5 Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat
1 2 3 4 5
6 Perilaku
1 2 3 4 5
Edukasi Kesehatan
Observasi:
 Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi

 Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi


perilaku perilaku hidup bersih dan sehat

Terapeutik:
 Sediaakan materi dan media pendidikan kesehatan

 Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan

 Berikan kesempatan untuk bertanya

Edukasi
 Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan

 Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat


 Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat

b) D.0077 Nyeri berhubungan dengan Agen Pencedera Fisik (Injeksi)


Tingkat Nyeri
SLKI Luaran Utama: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan
tingkat nyeri menurun
Kriteria Hasil:
Memburuk Cukup Memburuk SedangCukup Membaik Membaik
1 Frekuensi nadi
1 2 3 4 5
2 Pola nafas
1 2 3 4 5
Meningkat Cukup Meningkat SedangCukup Menurun Menurun
3 Keluhan nyeri
1 2 3 4 5
4 Meringis
1 2 3 4 5
5 Gelisah
1 2 3 4 5
6 Kesulitan tidur
1 2 3 4 5

SIKI:

Manajemen Nyeri
Observasi:
 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri

 Identifikasi skala nyeri


 Identifikasi respons nyeri non verbal

 Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri

 Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri

 Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup

 Monitor efek samping penggunaan analgetik

Terapeutik:
 Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri

 Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri

 Fasilitasi istirahat dan tidur

 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri

Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri

 Jelaskan strategi meredakan nyeri

 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Affandi Biran. 2014. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: PT.
Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo.

BKKBN. 2012. Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: BKKBN.

Dewi MUK. 2013. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana
untuk Mahasiswa Bidan. Jakarta: TIM.

Farahan, Nurul. 2016. Gambaran Tingkat Pengetahuan Penggunaan Alat


Kontrasepsi pada Wanita Usia Subur dan Dukungan Petugas di Desa Bebandem
Kabupaten Karang Asem Bali Tahun 2014. Ejurnal Medika Vol 5 No. 4.

Handayani, S. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta:


Pustaka Rihana

Hartanto Hanafi. 2012. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka


Sinar Harapan.

Irianto Koes. 2015. Pelayanan Keluarga Berencana Dua Anak Cukup. Bandung:
Alfabeta.

Manuaba. 2014. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB Edisi 2. Jakarta:


EGC.

Profil Kesehatan Indinesia. 2017. Data Dan Informasi. Diakses pada tanggal 01
juli 2019

SDKI, DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi


Dan Indikator Diagnostik. (Edisi 1). Jakarta: DPPPPNI.

SIKI, DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawtan Indonesia: Defenisi


dari Tindakan keperawatan (Edisi I). Jakarta: DPPPPNI.

SLKI, DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawtan Indonesia: Defenisi dari
Kriteria Hasil keperawatan (Edisi I). Jakarta: DPPPPNI.
Sulistyawati A. 2018. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Salemba Medika.

Yuhendi dan Kurniawati. 2018. Buku Ajar Kependudukan Dan Pelayanan KB.
Jakarta: EGC

Mulyani, Nina Siti, Rinawati, Mega. 2013. Keluarga Berencana Dan Alat
Kontrasepsi. Yogyakarta: Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai