Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KB IMPLAN

NAMA : REGITA CITA PUSPITASARI

NIM : P1337424820049

PEMBIMBING INSTITUSI : TITI MURSITI, S. SiT., M. Kes

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

TA. 2020/2021
A. Tinjauan Teori Medis
1. Pengertian Keluarga Berencana
Keluarga Berencana (KB) adalah suatu upaya manusia untuk mengatur
secara sengaja kehamilan dalam keluarga secara tidak melawan hukum dan moral
Pancasila untuk kesejahteraan keluarga (Ritonga, 2005:87).
Menurut WHO (2004) KB suatu usaha untuk mendapatkan objektif-
objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan
kelahiran yang diinginkan mengatur internal diantara kehamilan dan menentukan
jumlah anak dalam keluarga.
Tujuan keluarga berencana menurut BKKBN (2012) adalah:
a. Meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak
serta keluarga dan bangsa pada umumnya.
b. Meningkatkan martabat kehidupan rakyat dengan cara menurunkan
angka kelahiran sehingga pertambahan penduduk tidak melebihi
kemampuan untuk meningkatkan reproduksi.
2. Pengertian Implant
Implant adalah salah satu jenis alat kontrasepsi yang berupa susuk yang
terbuat dari sejenis karet silastik yang berisi hormon, dipasang pada lengan atas
(Handayani, 2010:116). Implant adalah Alat kontrasepsi yang berbentuk kapsul
kosong silastic (karet silikon) yang di isi dengan hormon dan ujung-ujungnya
kapsul yang ditutup dengan silastic adhesive (Hanafi, 2004:179). Kontrasepsi
implant adalah alat kontrasepsi berbentuk kapsul silastik berisi hormon jenis
progestin (progestin sintetik) yang dipasang dibawah kulit (BKKBN, 2003).
Kontrasepsi Implan adalah metode kontrasepsi yang diinsersikan pada
bagian subdermal, yang hanya mengandung progestin dengan masa kerja panjang,
dosis rendah dan reversibel untuk wanita (Speroff & Darney, 2005).
Implant adalah salah satu jenis kontrasepsi yang pemakaiannya yaitu
dengan cara memasukkan tabung kecil dibawah kulit pada bagian tangan yang
dapat dilakukan oleh petugas kesehatan. Tabung kecil berisi hormon tersebut akan
terlepas sedikit-sedikit, sehingga mencegah kehamilan (Proverawati, 2009:51).
Implant adalah salah satu jenis alat kontrasepsi yang berupa susuk yang
terbuat dari sejenis karet silastik yang berisi hormon, dipasang pada lengan atas
(Handayani, 2010:116).
Dari beberapa pengertian KB implant diatas maka dapat disimpulkan
bahwa implant adalah salah satu alat kontrasepsi yang dipasang pada lengan atas
yang dimasukkan kebawah kulit bersifat hormonal dan bersifat jangka panjang.
3. Profil
Menurut Sulistyawati (2010:81) profil Implant terdiri dari:
a. Efektif 5 tahun untuk Norplant, 3 tahun untuk Jadena, Indoplant, atau
Implanon
b. Nyaman
c. Dapat dipakai oleh semua Ibu dalam usia Reproduksi
d. Pemasangan dan pencabutan perlu pelatihan
e. Kesuburan segera kembali setelah implant dicabut
f. Efek samping utama berupa perdarahan tidak teratur, perdarahan bercak dan
amenorea
g. Aman dipakai pada masa laktasi.
4. Jenis
Menurut Prawirahardjo (2006:MK-53) terdapat 3 jenis implant yaitu:
a. Norplant. Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4
cm, dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 36 mg Levonorgestrel dan
lama kerjanya 5 tahun.
b. Implanon. Terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40
mm, dan diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3- Keto-desogestrel dan
lama kerjanya 3 tahun.
c. Jadena dan Indoplant. Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg
Levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.
Menurut Handayani (2010:116) terdapat 2 macam implant ada 2 yaitu:
a. Non Biodograndable implant
Dengan ciri – ciri sebagai berikut :
1) Norplant (6 “kasul”), berisi hormon Levonogrestel, daya kerja 5 tahun.
2) Norplant-2 (2 batang), berisi hormon Levonogrestel, daya kerja 3 tahun.
3) Satu batang, berisi hormon ST-1435, daya kerja 2 tahun. Rencana siap
pakai: tahun 2000
4) Satu batang, berisi hormone 3-keto desogesteri daya kerja 2,5-4 tahun.
5. Cara Kerja
Cara kerja implant menurut Saifuddin (2006:MK:54) adalah sebagai berikut:
a. Mengentalkan lendir serviks. Kadar levonorgestrel yang konstan mempunyai
efek nyata terhadap mucus serviks. Mukus tersebut menebal dan jumlahnya
menurun, yang membentuk sawar untuk penetrasi sperma.
b. Menganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi
implantasi.
b. Levonorgestrel menyebabkan supresi terhadap maturasi siklik endometrium
yang diinduksi estradiol dan akhirnya menyebabkan atrofi. Perubahan ini
dapat mencegah implantasi sekalipun terjadi fertilisasi. Meskipun demikian,
tidak ada bukti mengenai fertilisasi yang dapat dideteksi pada pengguna
implant.
a. Mengurangi transportasi sprema. Perubahan lendir serviks menjadi lebih
kental dan sedikit, sehingga menghambat pergerakan sperma.
b. Menekan ovulasi. Menekan ovulasi karena progesteron menghalangi
pelepasan luteinizing hormone (LH). Levonorgestrel menyebabkan supresi
terhadap lonjakan LH, baik pada hipotalamus maupun hipofisis, yang penting
untuk ovulasi.
6. Efektifitas
Menurut Hanafi (2004:182) efektivitas implant yaitu:
a. Efektivitas tinggi, angka kegagalan norplant < 1 per 100 wanita per tahun
dalam 5 tahun pertama.
b. Efektivitas norplant berkurang sedikit setelah 5 tahun, dan pada tahun ke 6
kira – kira 2,5 - 3% akseptor menjadi hamil.
c. Norplant – 2 sama efektifnya seperti Norplant, untuk waktu 3 tahun pertama.
Semula diharapkan norplant – 2 juga akan efektif untuk 5 tahun, tetapi
ternyata setelah pemakaian 3 tahun terjadi kehamilan dalam jumlah besar
yang tidak diduga sebelumnya, yaitu sebesar 5-6%. Penyebab belum jelas,
disangka terjadi penurunan dalam pelepasan hormonnya.
7. Keuntungan
Keuntungan implant menurut Noviawati (2009:146) antara lain:
a. Keuntungan menurut kontrasepsi
1) Daya guna tinggi.
2) Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun).
3) Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah
4) pencabutan.
5) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam.
6) Bebas dari pengaruh estrogen.
7) Tidak mengganggu kegiatan senggama.
8) Tidak mengganggu ASI.
9) Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan.
10) Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan.
b. Keuntungan menurut Non kontrasepsi
1) Mengurangi nyeri haid.
2) Mengurangi jumlah darah haid.
3) Mengurangi/ memperbaiki anemia.
4) Melindungi terjadinya kanker endomentrium.
5) Menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara.
6) Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggul.
7) Menurunkan angka kejadian endometriosis.
8. Kerugian
Kerugian implant menurut Anggraini (2011:200) antara lain:
a. Tidak memberikan efek protektif terhadap penyakit Menular Seksual,
termasuk AIDS.
b. Membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan.
c. Akseptor tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi ini sesuai
keinginan, akan tetapi harus pergi ke klinik untuk pencabutan.
d. Dapat mempengaruhi baik penurunan maupun kenaikan berat badan
e. Memiliki semua risiko sebagai layaknya setiap tindak bedah minor (infeksi,
hematoma dan perdarahan).
f. Secara kosmetik susuk Norplant dapat terlihat dari luar
g. Pada kebanyakan klien dapat menyebabkan terjadinya perubahan pola daur
haid:
1) Perdarahan bercak (spotting) atau ketidakteraturan daur haid.
2) Hipermenorea atau meningkatnya jumlah darah haid (lazimnya berkurang
dengan sendirinya setelah bulan pertama masa penggunaan).
3) Amenorea (20%) untuk beberapa bulan atau tahun.
Timbulnya keluhan-keluhan yang mungkin berhubungan dengan pemakaian
susuk Norplant, seperti:
1) Nyeri kepala.
2) Peningkatan/penurunan berat badan.
3) Nyeri payudara.
4) Perasaan mual.
5) Pusing/pening kepala.
6) Perubahan perasaan ( mood) atau kegelisahan.
7) Dermatitis atau jerawat.
8) Hirsutismus.
9) Pada wanita yang pernah mengalami terjadinya kista ovarium, maka
penggunaan susuk Norplant tidak memberikan jaminan pencegahan
terbentuknya kembali kista ovarium dikemudian hari.
9. Indikasi
Indikasi Implant menurut Varney (2004:485) adalah sebagai berikut:
a. Wanita yang sedang dalam masa menyusui (setelah enam minggu masa nifas).
b. Wanita pasca keguguran.
c. Wanita usia reproduksi.
d. Wanita yang mengalami efek samping yang tidak diinginkan akibat
penggunaan pil kontrasepsi oral kombinasi yang mengandung estrogen.
e. Wanita yang sulit mengalami kesulitan mengingat jadwal meminum pil atau
enggan melakukan manipulasi yang diperlukan pada metode sawar.
f. Tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan masalah pembekuan darah, atau
anemia bulan sabit.
g. Tidak menginginkan anak lagi, tetapi menolak sterilisasi.
h. Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung estrogen.
i. Wanita yang menginginkan kontrasepsi jangka panjang (mis. Wanita yang
masa usianya suburnya telah berakhir, tetapi tidak menginginkan strelisasi).
j. Wanita yang ingin mengatur jarak kehamilannya.
10. Kontra Indikasi
Kontra indikasi menurut Noviawati Setya (2009:139) antara lain:
a. Hamil atau diduga hamil.
b. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
c. Benjolan / kanker payudara atau riwayat kanker payudara atau riwayat kanker
payudara.
d. Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi.
e. Menderita mioma uterus dan kanker payudara.
f. Penyakit jantung, hipertensi, diabetes militus.
g. Penyakit tromboemboli.
h. Gangguan toleransi glukosa.
11. Efek pada Sistem Reproduksi
Efek pada sistem reproduksi menurut Hanafi (2004:183) yaitu sebagai berikut:
a. Tidak dilaporkan adanya efek samping yang serius terhadap sistem reproduksi
pada pemakaian norplant.
b. Memang pada 10 % akseptor ditemukan adanya kista ovarium yang sementara,
ada yang sampai mencapai ukuran 10 cm. Umumnya tidak diperlukan tindakan
pembedahan, pengeluaran implant atau pengobatan lainnya, karena kista
tersebut akan mengalami regresi spontan dalam waktu 6 jam.
c. Yang menjadi kekhwatiran adalah kemungkinan bertambahnya resiko dari
kehamilan ektopik.
d. Efek kontrasepsi implant menghilang dengan cepat setelah implantnya
dikeluarkan. Mantan akseptor implant dapat menjadi hamil secepatnya seperti
wanita yang sama sekali tidak memakai kontrasepsi apapun. Dari 95 wanita
yang menginginkan kehamilan, 50 % sudah hamil setelah 3 bulan
menghentikan implantnya dan 86 % setelah 1 tahun.
e. Hasil penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa jumlah kecil dari
levonorgestrel yang dilepaskan oleh Norplant tidak mempunyai efek buruk
pada bayi yang sedang dikandung maupun pada bayi yang masih menyusu.
f. Pemakaian implant selama laktasi tidak mempengaruhi kadar hormon bayinya.
Kadar immunoglobin serum dan kadar Folikel Stimulating Hormone (FSH),
Luteinizing Hormone (LH) dan testosterone di dalam urine adalah sama pada
bayi yang disusui akseptor implant dan yang disusui akseptor metode barier
ataupun ibu – ibu yang sama sekali tidak menggunakan kontrasepsi apapun.
12. Waktu Memulai Menggunakan Implan
Waktu memulai menggunakan implant menurut Saifudin (2006:MK-56) sebagai
berikut:
a. Setiap saat selama siklus haid hari ke -2 sampai hari ke – 7. Tidak diperlukan
metode kontrasepsi tambahan.
b. Insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini tidak terjadi kehamilan.
Bila diinsersi setelah hari ke – 7 siklus haid, klien jangan melakukan hubungan
seksual atau menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.
c. Bila klien tidak haid, insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini tidak
terjadi kehamilan, jangan melakukan hubungan seksual atau gunakan metode
kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.
d. Bila menyusui antara 6 minggu sampai 6 bulan pasca persalinan, insersi dapat
dilakukan setiap saat. Bila menyusui penuh, klien tidak perlu memakai metode
kontrasepsi lain.
e. Bila setelah 6 minggu melahirkan dan telah terjadi haid kembali, insersi dapat
dilakukan setiap saat, tetapi jangan melakukan hubungan seksual selama 7 hari
atau menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.
f. Bila klien menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin menggantinya dengan
implant, insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini klien tersebut
tidak hamil, atau klien menggunakan kontrasepsi terdahulu dengan benar.
g. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi suntikam, implant dapat
diberikan pada saat jadwal kontrasepsi suntikan tersebut. Tidak diperlukan
metode kontrasepsi lain.
h. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontasepsi nonhormonal kecuali Alat
Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) dan klien ingin menggantinya dengan
implant, insersi implant dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini klien
tidak hamil. Tidak perlu menunggu sampai datangnya haid berikutnya.
i. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah AKDR dan klien ingin menggantinya
dengan implant, implant dapat diinsersikan pada saat haid dari hari ke – 7 dan
klien jangan melakukan hubungan seksual selam 7 hari atau gunakan metode
kontrasepsi lain untuk 7 hari saja. AKDR segera dicabut.
j. Pasca keguguran implant dapat segera diinsersikan.
13. Instruksi Untuk Klien
Menurut Noviawati Setya (2009:142) Intruksi untuk klien atau akseptor implant
antara lain:
a. Daerah insersi harus tetap dibiarkan kering dan bersih selama 48 jam pertama.
Hal ini bertujuan untuk mencegah infeksi pada luka insisi.
b. Perlu dijelaskan bahwa mungkin terjadi sedikit rasa perih, pembengkakan atau
lebam pada daerah insisi. Hal ini tidak perlu dikhawatirkan.
c. Pekerjaan rutin harian tetap dikerjakan. Namun, hindari benturan, gesekan atau
penekanan pada daerah insersi.
d. Balutan penekan jangan dibuka selama 48 jam, sedangkan plester
dipertahankan hingga luka sembuh (biasanya 5 hari).
e. Setelah luka sembuh, daerah tersebut dapat disentuh dan dicuci dengan tekanan
yang wajar.
f. Bila ditemukan adanya tanda – tanda infeksi seperti demam, peradangan atau
bila rasa sakit menetap selama beberapa hari segera kembali ke klinik.
14. Prosedur Pemasangan
Prosedur pemasangan menurut Handayani (2010:122 ) yaitu :
a. Terhadap calon akseptor dilakukan konseling dan KIE yang selengkap
mungkin mengenal norplant ini sehingga calon akseptor benar – benar
mengerti dan menerimanya sebagai cara kontrasepsi yang akan dipakainya dan
diberikan informed consent untuk ditanda tangani oleh suami isteri.
b. Persiapan alat – alat yang diperlukan :
1) Sabun antiseptik
2) Kasa steril
3) Cara aseptik
4) Kain steril yang mempunyai lubang
5) Obat anestesi lokal
6) Semprit dan jarum suntik
7) Trokar no. 10
8) Sepasang sarung tangan steril
9) Satu set kapsul norplant (2 buah)
10) Scapel yang tajam
c. Teknik Pemasangan
1) Tenaga kesehatan mencuci tangan dengan sabun
2) Daerah tempat pemasangan (lengan kiri bagian atas) dicuci dengan sabun
antiseptik.
3) Calon akseptor dibaringkan terlentang ditempat tidur dan lengan kiri
diletakkan pada meja kecil disamping tempat tidur akseptor.
4) Gunakan hand scoon steril dengan benar.
5) Lengan kiri pasien yang akan dipasang diolesi dengan cairan antiseptik /
betadin.
6) Daerah tempat pemasangan norplant ditutup dengan kain steril yang
berlubang.
7) Dilakukan injeksi obat anestesi kira – kira 6 – 10 cm diatas lipatan siku
8) Menguji efek anestesi sebelum melakukan insisi pada kulit.
9) Setelah itu dibuat insisi lebih kurang sepanjang 0,5 cm dengan scapel yang
tajam
10) Trokar dimasukkan melalui lubang insisi sehingga sampai pada jaringan
bawah kulit.
11) Kemudian kapsul dimasukan didalam trokar.
12) Demikian dilakukan berturut – turut dengan kapsul kedua,
13) kapsul dibawah kulit diletakkan demikian rupa sehingga usunannya seperti
kipas.
14) Setelah semua kapsul berada dibawah kulit, trokar ditarik pelan pelan
keluar.
15) Kontrol luka apakah ada perdarahan atau tidak.
16) Dekatkan luka dan beri plester kemudian dibalut dengan perban untuk
mencegah perdarahan dan agar tidak terjadi hematom.
17) Nasehat pada aseptor agar luka jangan basah, selama lebih kurang 3 hari
dan datang kembali jika terjadi keluhan – keluhan yang menganggu.
15. Jadwal Kunjungan Kembali ke Klinik
Jadwal kunjungan kembali ke klinik menurut Anggraini (211:203) Klien tidak
perlu kembali ke klinik, kecuali ada masalah kesehatan atau klien ingin mencabut
implant. Klien dianjurkan kembali ke klinik tempat implant dipasang bila
ditemukan hal – hal sebagai berikut :
a. Amenorea yang disertai nyeri perut bagian bawah.
b. Perdarahan yang banyak dari kemaluan.
c. Rasa nyeri pada lengan.
d. Luka bekas insisi mengeluarkan darah atau nanah.
e. Ekspulsi dari batang implant.
f. Sakit kepala hebat atau penglihatan menjadi kabur.
g. Nyeri dada hebat.
h. Dugaan adanya kehamilan.
Jadwal kontrol ulang setelah pemasangan KB Implant yaitu 3 hari, 1 minggu atau
sewaktu-waktu bila ada keluhan (Proverawati, 2007:51).
B. Proses Manajemen Asuhan Kebidanan
1. Pengertian
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai
metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah,
penemuan-penemuan, ketrampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk
pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien (Varney, 2004:413)
2. Manajemen Kebidanan
Menurut Nur Muslihatun (2009:114) Proses manajemen kebidanan terdiri dari
tujuh langkah yang berurutan dan setiap langkah disempurnakan secara periodik.
Proses dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi.
Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu kerangka lengkap yang dapat
diaplikasikan dalam situasi apapun. Akan tetapi, setiap langkah dapat diuraikan
lagi menjadi langkah-langkah yang lebih rinci dan ini bisa berubah sesuai dengan
kebutuhan klien. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:
a. Langkah Pertama : Pengkajian Data
Pengkajian adalah sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data
untuk mengevaluasi dan mengidentifikasikan status kesehatan klien.
b. Langkah kedua : Interprestasi data
Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan menjadi
satu diagnosa atau masalah yang telah diindentifikasi menjadi diagnosa
nomenklatur.
c. Langkah Ketiga : Diagnosa Potensial
Diagnosa potensial adalah suatu pernyataan yang timbul
berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah
ini mengindentifikasi masalah atau dignosa potensial lain berdasarkan
rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diindentifikasi. Langkah
ini membutuhkan antisipasi, bila diagnosa atau masalah potensial ini
benar-benar terjadi.
d. Langkah Keempat: Antisipasi
Menunjukkan bahwa bidan dalam melakukan tindakan harus
sesuai dengan prioritas maalah atau kebutuhan yang dihadapi kliennya.
Setelah bidan merumuskan tindakan yang dilakukan untuk
mengantisipasi diagnosa / masalah potensial pada step sebelumnya,
bidan juga harus merumuskan tindakan segera. Dalam rumusan ini
termasuk tindakan segera yang mampu dilakukan secara mandiri,
segera kolaborasi dan berifat rujukan.
e. Langkah Kelima : Perencanaan
Tahap ini merupakan tahap penyusunan rencana asuhan
kebidanan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional berdasarkan
keputusan yang dibuat pada langkah sebelumnya.
f. Langkah Keenam : Implementasi57
Implementasi merupakan pelaksanaan dari asuhan yang telah
direncanakan secara efisien dan aman. Pada kasus dimana bidan harus
berkolaborasi dengan dokter, maka keterlibatan bidan dalam
manajemen asuhan pasien adalah tetap bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan asuhan bersama yang menyeluruh.
g. Langkah Ketujuh : Evaluasi
Merupakan langkah terakhir untuk menilai keaktifan dari
rencana asuhan yang telah diberikan meliputi pemenuhan akan bantuan
apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan dalam
masalah dan diagnosa.
3. Data Perkembangan
Pendokumentasian asuhan kebidanan, rencana asuhan kebidanan
ditulis dalam data perkembangan SOAP yang merupakan salah satu
pendokumentasian yang menurut Varney (2004:54), SOAP merupakan
singkatan dari:
S
: Subyektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien
melalui anamnesa.
O
: Obyektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien,
hasil laboratorium dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam
data fokus untuk mendukung assessment.
A
: Assesment 58
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan
implementasi data subyektif dan obyektif dalam suatu identifikasi.
P
: Planning
Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan evaluasi
berdasarkan assesment. Memberikan konseling sesuai dengan
permasalahan yang ada sebagai upaya untuk membantu proses
pengobatan.

Anda mungkin juga menyukai