Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEHAMILAN

TRIMESTER III

NAMA : REGITA CITA PUSPITASARI

NIM : P1337424820049

PEMBIMBING INSTITUSI : TITI MURSITI, S. SiT., M. Kes

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

TA. 2020/2021
A. Pengertian Kehamilan Trimester III

Trimester ketiga berlangsung selama 13 minggu, mulai dari minggu ke –


28 sampai minggu ke- 40. Pada trimester ketiga, organ tubuh janin sudah
terbentuk. Hingga pada minggu ke – 40 pertumbuhan dan perkembangan utuh
telah dicapai (Manuaba, 2010:79). Kehamilan trimester III merupakan kehamilan
dengan usia 28-40 mingu dimana merupakan waktu mempersiapkan kelahiran dan
kedudukan sebagai orang tua , seperti terpusatnya perhatian pada kehadiran bayi,
sehingga disebut juga sebagai periode penantian (Vivian, 2011:118).

B. Perubahan Fisiologis Trimester III

Menurut Vivian (2011:124) Perubahan fisiologi pada masa kehamilan


Trimester III adalah:

1. Minggu ke-28/bulan ke-7 Fundus berada dipertengahan antara pusat dan


sifoudeus. Hemoroid mungkin te rjadi. Pernapasan dada menggantikan
pernapasan perut. Garis bentuk janin dapat dipalpasi. Rasa panas perut mungkin
terasa.

2. Minggu ke-32/ bulan ke-8 Fundus mencapai prosesus sifoideus, payudara penuh,
dan nyeri tekan. Sering BAK mungkin kembali terjadi. Selain itu, mungkin juga
terjadi dispnea.

3. Minggu ke-38/ bulan ke-9 Penurunan bayi ke dalam pelvis/panggul ibu


(lightening). Plasenta setebal hampir 4 kali waktu usia kehamilan 18 minggu
dan beratnya 0,5- 0,6 kg. Sakit punggung dan sering BAK meningkat. Braxton
Hicks meningkat karena serviks dan segmen bawah rahim disiapkan untuk
persalinan.

C. Kebutuhan Psikologis

Trimester III Kehamilan pada trimester ketiga sering disebut sebagai fase
penantian dengan penuh kewaspadaan. Pada periode ini ibu hamil mulai
menyadari kehadiran bayi sebagai mahluk yang terpisah sehingga dia menjadi
tidak sabar dengan kehadiran seorang bayi. Ibu hamil kembali merasakan
ketidaknyamanan fisik karena merasa canggung, merasa dirinya tidak menarik
lagi. Sehingga dukungan dari pasangan sangat dibutuhkan. Peningkatan hasrat
seksual yang pada trimester kedua menjadi menurun karena abdomen yang
semakin membesar menjadi halangan dalam berhubungan (Rustikayanti, 2016:
63).

D. Kebutuhan ibu hamil trimester III

1. Nutrisi Kecukupan gizi ibu hamil di ukur berdasarkan kenaikan berat badan.
Kalori ibu hamil 300-500 kalori lebih banyak dari sebelumnya. Kenaikan berat
badan juga bertambah pada trimester ini antara 0,3-0,5 46 kg/minggu.
Kebutuhan protein juga 30 gram lebih banyak dari biasanya.

2. Seksual, Hubungan seksual pada trimester 3 tidak berbahaya kecuali ada


beberapa riwayat berikut yaitu:

a) Pernah mengalami arbotus sebelumnya,

b) Riwayat perdarahan pervaginam sebelumnya,

c) Terdapat tanda infeksi dengan adanya pengeluaran cairan disertai rasa nyeri
dan panas pada jalan lahir Walaupun ada beberapa indikasi tentang bahaya
jika melakukan hubungan seksual pada trimester III bagi ibu hamil, namun
faktor lain yang lebih dominan yaitu turunnya rangsangan libido pada
trimester ini yang membuat kebanyakan ibu hamil tidak tertarik untuk
berhubungan intim dengan pasanganya, rasa nyama yang sudah jauh
berkurang disertai ketidaknyamanan seperti pegal/ nyeri di daerah punggung
bahkan terkadang ada yang merasakan adanya kembali rasa mual seperti
sebelumnya, hal inilah yang mempengaruhi psikologis ibu di trimester III.

3. Istirahat Cukup Istirahat dan tidur yang teratur dapat meningkatkan kesehatan
jasmani, rohani, untuk kepentingan kesehatan ibu sendiri dan tumbuh
kembang janinya di dalam kandungan. Kebutuhan tidur yang efektif yaitu 8
jam/ hari.

4. Kebersihan Diri (Personal Hygiene) Penting bagi ibu menjaga kebersihan


dirinya selama hamil, hal ini dapat mempengaruhi fisik dan psikologis ibu.
kebersihan lain yang juga penting di jagayaitu persiapan laktsi, serta
penggunaan bra yang longgar dan menyangga membantu memberikan
kenyamanan dan keamanan bagi ibu.
5. Mempersiapkan kelahiran dan kemingkinan darurat Bekerja sama dengan ibu,
keluarganya, serta masyarakat untuk mempersiapkan rencana kelahiran,
termasuk mengindentifikasi penolong dan tempat persalinan, serta
perencanaan tabungan untuk mempersiapkan biaya persalinan. Bekerja sama
dengan ibu, keluarganya dan masyarakat untuk mempersiapkan rencana jika
terjadi komplikasi, termasuk: Mengidentifikasi kemana harus pergi dan
transportasi untuk mencapai tempat tersebut, Mempersiapkan donor danar,
Mengadakan persiapan financial, Mengidentifikasi pembuat keputusan kedua
jika pembuat keputusan pertama tidak ada ditempat.

6. Memberikan konseling tentang tanda-tanda persalinan Beberapa tanda-tanda


persalinan yang harus

a) Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.

b) Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena


robekan-robekan kecil pada servik.

c) Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.

d) Pada pemeriksaan dalam servik mendatar dan pembukaan telah ada.

E. Asuhan Kehamilan (Antenatal Care )

Manuaba (1998) mendefinisikan Antenatal care (ANC) adalah


pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu
hamil. Dengan demikian, mampu menghadapi persalinan, kala nifas, pemberian
ASI, dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar/ normal (Kumalasari,
2015).

Tujuan asuhan kehamilan menurut Mansjoer (2005), diantaranya: 1)


Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh
kembang bayi, 2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental,
dan sosial ibu serta bayi, 3) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan/
komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara
umum, kebidanan dan pembedahan, 4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan,
melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal
mungkin, 5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian
ASI eksklusif, 6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima
kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal (Kumalasari, 2015).

Untuk mendapatkan pelayanan terpadu dan komprehensif sesuai standar,


ibu hamil hendaknya sedikitnya melakukan empat kali kunjungan selama periode
antenatal, yaitu: 1) Satu kali kunjungan selama trimester 1 (< 14 minggu), 2) Satu
kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14-28), 3) Dua kali
kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu ke- 28-36 dan sesudah minggu
ke-36), 4) Perlu segera memeriksakan kehamilan bila dirasakan ada gangguan
atau bila janin tidak bergerak lebih dari 12 jam (Kumalasari, 2015).

F. Perubahan Fisiologis Trimester III

1. Sistem Reproduksi

Trimester 3 Dinding vagina mengalami banyak perubahan sebagai persiapan


untuk persalinan yang seringnya melibatkan peregangan vagina. Ketebalan
mukosa bertambah, jaringan ikat mengendor,dan sel otot polos mengalami
hipertrofi. Juga terjadi peningkatan volume sekresi vagina yang berwarna
keputihan dan lebih kental (Prawirohardjo, 2008) (Cunningham, 2006). Pada
minggu-minggu akhir kehamilan, prostaglandin mempengaruhi penurunan
konsentrasi serabut kolagen pada serviks. Serviks menjadi lunak dan lebih
mudah berdilatasi pada waktu persalinan (Diah, 2012). Istsmus uteri akan
berkembang menjadi segmen bawah uterus pada trimester akhir. Otot-otot
uterus bagian atas akan berkontraksi (Diah, 2012) sehingga segmen bawah
uterus akan melebar dan menipis, hal itu terjadi pada masa-masa akhir
kehamilan menjelang persalinan. Batas antara segmen atas yang tebal dan
segmen bawah yang tipis disebut lingkaran retraksi fisiologis (Cunningham,
2006).

2. Payudara Mamae

Trimester 3 Pembentukan lobules dan alveoli memproduksi dan mensekresi


cairan yang kental kekuningan yang disebut Kolostrum. Pada trimester 3 aliran
darah di dalamnya lambat dan payudara menjadi semakin besar (Hacker, 2001).

3. Kulit
Trimester 3 Pada bulan-bulan akhir kehamilan umumnya dapat muncul garis-
garis kemerahan, kusam pada kulit dinding abdomen dan kadang kadang juga
muncul pada daerah payudara dan paha. Perubahan warna tersebut sering
disebut sebagai striae gavidarum. Pada wanita multipara, selain striae
kemerahan itu seringkali ditemukan garis garis mengkilat keperakan yang
merupakan sikatrik dari striae kehamilan sebelumnya (Prawirohardjo, 2008).

4. Perubahan metabolik dan kenaikan berat badan

Trimester 3 Pertambahan berat badan ibu pada masa ini dapat mencapai 2 kali
lipat bahkan lebih dari berat badan pada awal kehamilan. Pitting edema dapat
timbul pada pergelangan kaki dan tungkai bawah akibat akumulasi cairan tubuh
ibu. Akumulasi cairan ini juga disebabkan oleh peningkatan tekanan vena di
bagian yang lebih rendah dari uterus akibat oklusi parsial vena kava. Penurunan
tekanan osmotik koloid interstisial juga cenderung menimbulkan edema pada
akhir kehamilan (Cunningham, 2006).

5. Perubahan Hematologis

Trimester 3 Konsentrasi hematokrit dan hemoglobin yang sedikit menurun


selama kehamilan menyebabkan viskositas darah menurun pula. Perlu 17
diperhatikan kadar hemoglobin ibu terutama pada masa akhir kehamilan, bila
konsentrasi Hb < 11,0 g/dl, hal itu dianggap abnormal dan biasanya disebabkan
oleh defisiensi besi (Cunningham, 2006).

6. Sistem Kardiovaskuler

Trimester 3 Selama trimester terakhir, kelanjutan penekanan aorta pada


pembesaran uterus juga akan mengurangi aliran darah uteroplasenta ke ginjal.
Pada posisi terlentang ini akan membuat fungsi ginjal menurun jika
dibandingkan dengan posisi miring (Diah, 2012).

7. Sistem Pernafasan

Trimester 3 Pergerakan difragma semakin terbatas seiring pertambahan ukuran


uterus dalam rongga abdomen. Setelah minggu ke 30, peningkatan volume
tidal, volume ventilasi per menit, dan pengambilan oksigen per menit akan
mencapai puncaknya pada minggu ke 37. Wanita hamil akan bernafas lebih
dalam sehingga memungkinkan pencampuran gas meningkat dan konsumsi
oksigen meningkat 20%. Diperkirakan efek ini disebabkan oleh meningkatnya
sekresi progesteron (Prawiroharjo, 2008).

8. Sistem Urinaria

Trimester 3 Pada akhir kehamilan, kepala janin mulai turun ke pintu atas
panggul menyebabkan penekanan uterus pada vesica urinaria. Keluhan sering
berkemih pun dapat muncul kembali. Selain itu, terjadi peningkatan sirkulasi
darah di ginjal yang kemudian berpengaruh pada peningkatan laju filtrasi
glomerulus dan renal plasma flow sehingga timbul gejala poliuria. Pada
ekskresi akan dijumpai kadar asam amino dan vitamin yang larut air lebih
banyak (Diah, 2012).

9. Sistem Muskuloskeletal

Trimester 3 Akibar pembesaran uterus ke posisi anterior, umumnya wanita


hamil memiliki bentuk punggung cenderung lordosis. Sendi sacroiliaca,
sacrococcigis, dan pubis akan meningkat mobilitasnya diperkirakan karena
pengaruh hormonal. Mobilitas tersebut dapat mengakibatkan perubahan sikap
pada wanita hamil dan menimbulkan perasaan tidak nyaman pada bagian
bawah punggung (Prawirohardjo, 2008).

10. Sistem Persarafan

Trimester 3 Penelitian Keenan dkk (1978) menemukan adanya penurunan


memori terkait kehamilan yang terbatas pada trimester tiga (Diah, 2012).
Penurunan ini disebabkan oleh depresi, kecemasan, kurang tidur atau
perubahan fisik lain yang dikaitkan dengan kehamilan. Penurunan memori
yang diketahui hanyalah sementara dan cepat pulih setelah kelahiran.

11. Sistem Pencernaan

Trimester 3 Perubahan yang paling nyata adalah adanya penurunan motilitas


otot polos pada organ digestif dan penurunan sekresi asam lambung.
Akibatnya, tonus sphincter esofagus bagian bawah menurun dan dapat
menyebabkan refluks dari lambung ke esofagus sehingga menimbulkan
keluhan seperti heartburn. Penurunan motilitas usus juga memungkinkan
penyerapan nutrisi lebih banyak, tetapi dapat muncul juga keluhan seperti
konstipasi. Sedangkan mual dapat terjadi akibat penurunan asam lambung
(Prawirohardjo, 2008).

G. Ketidaknyamanan Trimester III

Menurut Romauli (2011:149) Ketidaknyamanan ibu hamil pada Trimester


III, adalah sebagai berikut :

1. Peningkatan Frekuensi berkemih Frekuensi kemih meningkat pada trimester


ketiga sering dialami wanita primigravida setelah lightening terjadi efek
lightaning yaitu bagian presentasi akan menurun masuk kedalam panggul dan
menimbulkan tekanan langsung pada kandung kemih. Peningkatan frekuensi
berkemih disebabkan oleh tekanan uterus karena turunnya bagian bawah janin
sehingga kandung kemih tertekan, kapasitas kandung kemih berkurang dan
mengakibatkan frekuensi berkemih meningkat (Manuaba, 2010). Sering buang
air kecil merupakan suatu perubahan fisiologis dimana terjadi peningkatam
sensitivitas kandung kemih dan pada tahap selanjutnya merupakan akibat
kompresi pada kandung kemih. Pada trimester III kandung kemih tertarik
keatas dan keluar dari panggul sejati ke arah abdomen. Uretra memanjang
sampai 7,5 cm karena kandung kemih bergeser kearah atas. Kongesti panggul
pada masa hamil ditunjukan oleh hiperemia kandung kemih dan uretra.
Peningkatan vaskularisasi ini membuat mukosa kandung kemih menjadi
mudah luka dan berdarah. Tonus kandung kemih dapat menurun. Hal ini
memungkinkan distensi kandung kemih sampai sekitar 1500 ml. Pada 9 saat
yang sama pembesaran uterus menekan kandung kemih, menimbulkan rasa
ingin berkemih meskipun kandung kemih hanya berisi sedikit urine. Tanda-
tanda bahaya yang dapat terjadi akibat terlalu sering buang air kecil yaitu
dysuria, Oliguria dan Asymtomatic bacteriuria. Untuk mengantisipasi
terjadinya tanda – tanda bahaya tersebut yaitu dengan minum air putih yang
cukup (± 8-12 gelas/hari) dan menjaga kebersihan disekitar alat kelamin. Ibu
hamil perlu mempelajari cara membersihkan alat kelamin yaitu dengan
gerakan dari depan kebelakang setiap kali selesai berkemih dan harus
menggunakan tissue atau handuk yang bersih serta selalu mengganti celana
dalam apabila terasa basah. Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada ibu
hamil trimester III dengan keluhan sering kencing yaitu KIE tentang penyebab
sering kencing, kosongkan kadung kemih ketika ada dorongan, perbanyak
minum pada siang hari dan kurangi minum di malam haru jika mengganggu
tidur, hindari minum kopi atau teh sebagai diuresis, berbaring miring kiri saat
tidur untuk meningkatkan diuresis dan tidak perlu menggunakan obat
farmakologis (Hani, 2011).

2. Sakit punggung Atas dan Bawah Karena tekanan terhadap akar syaraf dan
perubahan sikap badan pada kehamilan lanjut karena titik berat badan
berpindah kedepan disebabkan perut yang membesar. Ini diimbangi dengan
lordosis yang berlebihan dan sikap ini dapat menimbulkan spasmus.

3. Hiperventilasi dan sesak nafas Peningkatan aktivitas metabolis selama


kehamilan akan meningkatkan karbondioksida. Hiperventilasi akan
menurunkan karbon dioksida. Sesak nafas terjadi pada trimester III karena
pembesaran uterus yang menekan diafragma. Selain itu diafragma
mengalami elevasi kurang lebih 4 cm selama kehamilan.

4. Edema Dependen Terjadi karena gangguan sirkulasi vena dan peningkatan


tekanan vena pada ekstrimitas bawah karena tekanan uterus membesar pada
vena panggul pada saat duduk/ berdiri dan pada vena cava inferior saat tidur
terlentang. Edema pada kaki yang menggantung terlihat pada pergelangan
kaki dan harus dibedakan dengan edema karena preeklamsi.

5. Nyeri ulu hati Ketidaknyamanan ini mulai timbul menjelang akhir trimester II
dan bertahan hingga trimester III. Penyebab: a) Relaksasi sfingter jantung
pada lambung akibat pengaruh yang ditimbulkan peningkatan jumlah
progesteron. b) Penurunan motilitas gastrointestinal yang terjadi akibat
relaksasi otot halus yang kemungkinan disebabkan peningkatan jumlah
progesteron dan tekanan uterus. c) Tidak ada ruang fungsional untuk
lambung akibat perubahan tempat dan penekanan oleh uterus yang
membesar.

6. Kram tungkai Terjadi karena asupan kalsium tidak adekuat, atau


ketidakseimbangan rasio dan fosfor. Selain itu uterus yang membesar
memberi tekanan pembuluh darah panggul sehingga mengganggu sirkulasi
atau pada saraf yang melewati foramen doturator dalam perjalanan menuju
ekstrimitas bawah.

7. Konstipasi Pada kehamilan trimester III kadar progesteron tinggi. Rahim


yang semakin membesar akan menekan rectum dan usus bagian bawah
sehingga terjadi konstipasi. Konstipasi semakin berat karena gerakan otot
dalam usus diperlambat oleh tingginya kadar progesterone (Romauli, 2011).
Konstipasi ibu hamil terjadi akibat peningkatan produksi progesteron yang
menyebabkan tonus otot polos menurun, termasuk pada sistem pencernaan,
sehingga sistem pencernaan menjadi lambat. Motilitas otot yang polos
menurun dapat menyebabkan absorpsi air di usus besar meningkat sehingga
feses menjadi keras (Pantiawati, 2010). Konstipasi bila berlangsung lama
lebih dari 2 minggu dapat menyebabkan sumbatan/impaksi dari massa feses
yang keras (skibala). Skibala akan menyumbat lubang bawah anus dan
menybabkan perubahan besar sudut anorektal. Kemampuan sensor
menumpul, tidak dapat 12 membedakan antara flatus, cairan atau feses.
Akibatnya feses yang cair akan merembes keluar . skibala juga mengiritasi
mukosa rectum, kemudian terjadi produksi cairan dan mukus yang keluar
melalui selasela dari feses yang impaksi (Romauli, 2011). Perencanaan yang
dapat diberikan pada ibu hamil dengan keluhan konstipasi adalah tingkatkan
intake cairan minimum 8 gelas air putih setiap hari dan serat dalam diet
misalnya buah, sayuran dan minum air hangat, istirahat yang cukup,
melakukan olahraga ringan ataupun senam hamil, buang air besar secara
teratus dan segera setelah ada dorongan (Hani, 2011).

8. Kesemutan dan baal pada jari Perubahan pusat gravitasi menyebabkan


wanita mengambil postur dengan posisi bahu terlalu jauh kebelakang
sehingga menyebabkan penekanan pada saraf median dan aliran lengan yang
akan menyebabkan kesemutan dan baal pada jari-jari.

9. Insomnia Disebabkan karena adanya ketidaknyamanan akibat uterus yang


membesar, pergerakan janin dan karena adanya kekhawatiran dan kecemasan

H. Tanda Bahaya Kehamilan Trimester III

Menurut Romauli (2011) tanda bahaya yang dapat terjadi pada ibu hamil
trimester III, yaitu:
1. Perdarahan pervaginam Perdarahan pada kehamilan setelah 22 minggu sampai
sebelum bayi dilahirkan disebut sebagai perdarahan pada kehamilan lanjut
atau perdarahan antepartum.

2. Solusio Plasenta Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya


normal pada korpus uteri sebelum janin lahir. Biasanya terjadi pada trimester
ketiga, walaupun dapat pula terjadi setiap saat dalam kehamilan. Bila plasenta
yang terlepas seluruhnya disebut solusio plasenta totalis. Bila hanya sebagian
disebut solusio plasenta parsialis atau bisa juga hanya sebagian kecil pinggir
plasenta yang lepas disebut rupture sinus marginalis.

3. Plasenta Previa Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu
pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruhnya
pembukaanjalan lahir. Pada keadaan normal plasenta terletak pada bagian atas
uterus.

4. Keluar cairan pervaginam Pengeluaran cairan pervaginam pada kehamilan


lanjut merupakan kemungkinan mulainya persalinan lebih awal. Bila
pengeluaran berupa mucus bercampur darah dan mungkin disertai mules,
kemungkinan persalinan akan dimulai lebih awal. Bila pengeluaran berupa
cairan, perlu diwaspadai terjadinya ketuban pecah dini (KPD). Menegakkan
diagnosis KPD perlu diperiksa apakah cairan yang keluar tersebut adalah
cairan ketuban. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan speculum untuk
melihat darimana asal cairan, kemudian pemeriksaan reaksi Ph basa.

5. Gerakan janin tidak terasa Apabila ibu hamil tidak merasakan gerakan janin
sesudah usia kehamilan 22 minggu atau selama persalinan, maka waspada
terhadap kemungkinan gawat janin atau bahkan kematian janin dalam uterus.
Gerakan janin berkurang atau bahkan hilang dapat terjadi pada solusio
plasenta dan ruptur uteri.

6. Nyeri perut yang hebat Nyeri perut kemungkinan tanda persalinan preterm,
ruptur uteri, solusio plasenta. Nyeri perut hebat dapat terjadi pada ruptur uteri
disertai shock, 20 perdarahan intra abdomen dan atau pervaginam, kontur
uterus yang abnormal, serta gawat janin atau DJJ tidak ada.
7. Keluar Air Ketuban Sebelum Waktunya Keluarnya cairan berupa air dari
vagina setelah kehamilan 22 minggu, ketuban dinyatakan pecah dini jika
terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. Pecahnya selaput ketuban
dapat terjadi pada kehamilan preterm sebelum kehamilan 37 minggu maupun
kehamilan aterm.
DAFTAR PUSTAKA

Nanny, Vivian. 2011. Asuhan Kehamilan untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

Rustikayanti, R. Nety, Ira Kartika, Yanti Herawati. 2016. Korelasi Perubahan


Psikologis Ibu Hamil Dengan Tingkat Kepuasan Seksual Suami. Jurnal
Bidan “Midwife Journal” Volume 2, No. 1, Januari 2016 pISSN 2477- 3441.

Kumalasari, Intan. 2015. Panduan Praktik Laboratorium dan Klinik Perawatan


Antenatal, Intranatal, Postnatal, Bayi Baru Lahir dan Kontrasepsi. Jakarta:
Salemba Medika.

Mansjoer, Arif dkk. 2005. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga Jilid 1 Cetakan
keenam. Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI

Prawirohardjo, S. Fisiologi Kehamilan, Persalinan, Nifas, dan Bayi Baru Lahir. In:
Saifuddin AB, Wiknjosastro GH (eds.) Ilmu Kebidanan. 4th ed. Jakarta: PT
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2008. p174-187. 2.

Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap III LC, Hauth JC, Wenstrom, KD.
Fisiologi Kehamilan. In: Hartanto Huriawati et.al (eds.) Obstetri Williams.
21st ed. Jakarta: EGC; 2006. p180-213.

Hacker NF. Endokrinologi Kehamilan. In: Nugroho E (ed.) Esensial Obstetri dan
Ginekologi. 2nd ed. Jakarta: Hipokrates; 2001. p59-82

Perubahan Anatomi pada Ibu Hamil Tiap Trimester [Internet]. Semarang: Jurnal
Bidan Diah; 2012 [updated 2012 Nov 15; cited 2012 Dec 3]. Available from:
http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/11/perubahananatomi-pada-ibu-
hamil-tiap_2825.html

Romauli, S. 2011. Buku Ajar Kebidanan Konsep Dasar Asuhan Kehamilan.


Yogyakarta: Nuha Medika

Hani, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Fisiologis. Jakarta: Salemba
Medika

Pantiawati dkk. 2010. Asuhan Kebidanan 1. Jakarta: Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai