“KELUARGA BERENCANA”
1. DEFINISI
Keluarga Berencana menurut UU No 10 tahun 1992 (tentang
perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera) adalah
upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui
pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan
ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan
sejahtera (Handayani, 2010)
Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu atau
pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan
mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval
diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan
dengan umur suami dan istri dan menentukan jumlah anak dalam keluarga
(Hartanto, 2015).
Keluarga berencana adalah upaya meningkatkan kepedulian dan
peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan
kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan
keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera (Yuhedi,
2014).
Sasaran utama dari pelayanan KB adalah Pasangan Usia Subur
(PUS). Pelayanan KB diberikan di berbagai unit pelayanan baik oleh
pemerintah maupun swasta dari tingkat desa hingga tingkat kota dengan
kompetensi yang sangat bervariasi. Pemberi layanan KB antara lain adalah
Rumah Sakit, Puskesmas, dokter praktek swasta, bidan praktek swasta dan
bidan desa.
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah kehamilan (Gunawan,
2007). Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan
dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel
sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah
menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan
antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut (Maryani, 2005).
Jenis alat atau obat kontrasepsi antara lain suntik, kondom, pil,IUD,
implant, vasektomi, dan tubektomi. Untuk jenis pelayanan KB. jenis
kondom dapat diperoleh langsung dari apotek atau toko obat, pos layanan
KB dan kader desa. Kontrasepsi suntik KB sering dilakukan oleh bidan dan
dokter sedangkan kontrasepsi jenis, IUD, implant dan vasektomi atau
tubektomi harus dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih dan berkompeten.
Tujuan KB
Tujuan umum adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan
kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan
kelahiran anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera
yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (Anggraini dan Martini,
2012).
Tujuan umum untuk lima tahun kedepan mewujudkan visi dan misi
program KB yaitu membangun kembali dan melestarikan pondasi yang
kokoh bagi pelaksanaan program KB di masa mendatang untuk mencapai
keluarga berkualitas
Sedangkan tujuan program KB secara filosofi adalah :
1) Meningkatkan ksejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga
kecil yang bahagia dan sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan
pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia.
2) Terciptanya penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia yang
bermutu dan meningkatkan kesejahteraan keluarga (Handayani, 2010).
Untuk menunjang dan mempercepat pencapaian tujuan
pembangunan KB telah ditetapkan beberapa kebijakan, yaitu perluasan
jangkauan, pembinaan terhadap peserta KB agar secara terus menerus
memakai alat kontrasepsi, pelembagaan dan pembudayaan NKKBS serta
peningkatan keterpaduan pelaksanaan keluarga berencana. Selanjutnya
untuk mendukung pelaksanaan kebijakan tersebut terus dimantapkan usaha-
usaha operasional dalam bentuk upaya pemerataan pelayanan KB,
peningkatan kualitas baik tenaga, maupun sarana pelayanan KB,
penggalangan kemandirian, peningkatan peran serta generasi muda, dan
pemantapan pelaksanaan program di lapangan (BKKBN, 2012).
Sasaran Program KB
Sasaran Program KB dibagi menjadi dua yaitu sasaran langsungdan
sasaran tidak langsung, tergantung dari tujuan yang ingin dicapai. Sasaran
langsungnya adalah PUS yang bertujuan untuk menurunkan tingkat
kelahirandengan cara penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan.
Sedangkan sasaran tidak langsung adalah pelaksanaan dan pengelola KB,
dengan tujuan menurunkan tingkat kelahiran melalui kebijaksanaan
keendudukan terpadu dalam rangka mencapai keluarga yang berkualitas,
keluargas ejahtera (Handayani, 2010).
Sasaran program KB tertuang dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009 menurut Anggraini dan
Martini (2012), meliputi :
1) Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk menjadi sekitar
1,14 persen per tahun.
2) Menurunnya angka kelahiran total menjadi sekitar 2,2 per
perempuan.
3) Menurunnya pasangan usia subur (PUS) yang tidak ingin punya anak
lagi dan ingin menjarangkan kelahiran berikutnya, tetapi tidak
memakai alat/cara kontrasepsi (unmet need) menjadi 6 persen.
4) Meningkatnya peserta KB laki-laki menjadi 4,5 persen.
5) Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi rasional, efektif, dan
efisien.
6) Meningkatnya rata-rata usia perkawinan pertama perempuan menjadi
21 tahun.
7) Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh
kembang anak.
8) Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera
yang aktif dalam usaha ekonomi produktif
9) Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam
penyelenggaraan pelayanan program KB nasional.
Ruang Lingkup Program KB
Ruang lingkup KB mencakup sebagai berikut :
1) Ibu
Dengan jalan mengatur jumlah dan jarak kelahiran.
2) Suami
Dengan memberikan kesempatan suami agar dapat melakukan
memperbaiki fisik, dan mengurangi beban ekonomi keluarga yang
ditanggungnya.
3) Seluruh Keluarga
Dilaksanakannya program KB dapat meningkatkan kesehatan fisik,
mental, dan sosial setiap anggota keluarga, dan bagi anak dapat
memperoleh kesempatan yang lebih besar dalam hal pendidikan serta
kasih sayang orang tuanya (Sulistyawati, 2011).
Progesterone Estrogen
Faktor
pembekuan
darah
meningkat
Trombosis
2. Pil Kombinasi
pil
Progesterone Estrogen
Faktor
pembekuan
darah
meningkat
Trombosis
Nyeri
Asuhan Keperawatan Kontrasepsi
A. Pengkajian
1. Data Subyektif
a. Identitas
Yang dikaji meliputi biodata dan suami mulai dari nama, umur, suku,
agama, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, alamat, no. telp.
b. Keluhan Utama
Dikaji keluhan klien yang berhubungan dengan penggunaan KB suntik
kombinasi tersebut antara lain amenorea/ perdarahan tidak terjadi,
perdarahan bercak, meningkatnya/ menurunnya BB.
c. Riwayat KB
Dikaji apakah klien pernah menjadi akseptor KB lain sebelum
menggunakan KB kombinasi dan sudah berapa lama menjadi akseptor KB
tersebut.
d. Riwayat Obstetri Lalu
Dikaji riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.
e. Riwayat Menstruasi Lalu
Dikaji menarche pada umur berapa, siklus haid, lamanya haid, sifat darah
haid, dysmenorhea atau tidak, flour albus atau tidak.
f. Riwayat Kesehatan Klien
Dikaji apakah klien menderita penyakit jantung, hipertensi, kanker
payudara, DM, dan TBC.
g. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dikaji apakah keluarga klien ada yang menderita penyakit jantung, DM,
TBC, hipertensi dan kanker payudara.
h. Pola Kehidupan
Dikaji meliputi pola nutrisi, pola eliminasi, pola istirahat, pola aktivitas,
pola aktivitas seksual, pola personal hygiene, dan kebiasaan sehari-hari.
2. Data Obyektif
1) Pemeriksaan Umum
Meliputi pemeriksaan pada tekanan darah, nadi, pernafasan, BB, TB,
suhu badan, kesadaran.
2) Pemeriksaan Khusus
a. Wajah : dilihat adanya bercak hitam (chloasma) adanya oedem,
conjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterus.
b. Leher : diraba adanya pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar
limfe, adanya bendungan vena jugularis.
c. Dada : dilihat bentuk mammae, diraba adanya massa pada
payudara.
d. Genetalia : dilihat dari condiloma aquminata, dilihat dan diraba
adanya infeksi kelenjar bartholini dan kelenjar skene.
e. Ekstremitas : dilihat adanya eodem pada ekstrimitas bawah dan
ekstrimitas atas, adanya varices pada ekstremitas bawah.
Bantu klien dan keluarga untuk mencari dan Dukungan dari keluarga dapat membantu
menemukan dukungan klien mengatasi nyeri
Ajarkan tentang teknik non farmakologi: Teknik non farmakologi yang benar akan
napas dada, relaksasi, distraksi, kompres membuat klien rileks dan nyaman
hangat/dingin sehingga dapat mengurangi nyeri
Ansietas
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam kecemasan
klien teratasi
Kriteria hasil :
TTV klien dalam batas normal
Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas
menunjukkan berkurangnya kecemasan
Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
Klien mampu mengungkapkan dan menunjukkan teknik untuk
mengontrol cemas
INTERVENSI RASIONAL
Temani klien untuk memberikan keamanan Memberikan keamanan pada klien dan
dan mengurangi takut mengurangi takut
Kurang Pengetahuan
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam klien
menunjukkan pengetahuan tentang kontrasepsi
Kriteria hasil :
Klien menyatakan kepahaman tentang kondisi kontrasepsi, jenis
kontrasepsi, kelebihan & kekurangan, serta cara menggunakannya
Klien mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
Klien mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim
kesehatan lainnya
INTERVENSI RASIONAL
D. Evaluasi
Langkah ini merupakan langkah terakhir guna mengetahui apa
yang telah dilakukan. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang
diberikan, ulangi kembali proses manajemen dengan benar terhadap setiap
aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tapi belum efektif atau
merencanakan kembali yang belum terlaksana (Yulifah dan
Surachmindari, 2014). Evaluasi yang diharapkan setelah diberikan asuhan
kebidanan pada akseptor kontrasepsi IUD dengan leukorea fisiologi adalah
ibu mengetahui tentang penyebab leukorea fisiologi dan ibu tetap
menggunakan KB IUD, Leukorea teratasi/sembuh.
DAFTAR PUSTAKA