Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

“KELUARGA BERENCANA”

1. DEFINISI
Keluarga Berencana menurut UU No 10 tahun 1992 (tentang
perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera) adalah
upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui
pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan
ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan
sejahtera (Handayani, 2010)
Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu atau
pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan
mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval
diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan
dengan umur suami dan istri dan menentukan jumlah anak dalam keluarga
(Hartanto, 2015).
Keluarga berencana adalah upaya meningkatkan kepedulian dan
peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan
kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan
keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera (Yuhedi,
2014).
Sasaran utama dari pelayanan KB adalah Pasangan Usia Subur
(PUS). Pelayanan KB diberikan di berbagai unit pelayanan baik oleh
pemerintah maupun swasta dari tingkat desa hingga tingkat kota dengan
kompetensi yang sangat bervariasi. Pemberi layanan KB antara lain adalah
Rumah Sakit, Puskesmas, dokter praktek swasta, bidan praktek swasta dan
bidan desa.
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah kehamilan (Gunawan,
2007). Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan
dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel
sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah
menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan
antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut (Maryani, 2005).
Jenis alat atau obat kontrasepsi antara lain suntik, kondom, pil,IUD,
implant, vasektomi, dan tubektomi. Untuk jenis pelayanan KB. jenis
kondom dapat diperoleh langsung dari apotek atau toko obat, pos layanan
KB dan kader desa. Kontrasepsi suntik KB sering dilakukan oleh bidan dan
dokter sedangkan kontrasepsi jenis, IUD, implant dan vasektomi atau
tubektomi harus dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih dan berkompeten.
Tujuan KB
Tujuan umum adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan
kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan
kelahiran anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera
yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (Anggraini dan Martini,
2012).
Tujuan umum untuk lima tahun kedepan mewujudkan visi dan misi
program KB yaitu membangun kembali dan melestarikan pondasi yang
kokoh bagi pelaksanaan program KB di masa mendatang untuk mencapai
keluarga berkualitas
Sedangkan tujuan program KB secara filosofi adalah :
1) Meningkatkan ksejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga
kecil yang bahagia dan sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan
pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia.
2) Terciptanya penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia yang
bermutu dan meningkatkan kesejahteraan keluarga (Handayani, 2010).
Untuk menunjang dan mempercepat pencapaian tujuan
pembangunan KB telah ditetapkan beberapa kebijakan, yaitu perluasan
jangkauan, pembinaan terhadap peserta KB agar secara terus menerus
memakai alat kontrasepsi, pelembagaan dan pembudayaan NKKBS serta
peningkatan keterpaduan pelaksanaan keluarga berencana. Selanjutnya
untuk mendukung pelaksanaan kebijakan tersebut terus dimantapkan usaha-
usaha operasional dalam bentuk upaya pemerataan pelayanan KB,
peningkatan kualitas baik tenaga, maupun sarana pelayanan KB,
penggalangan kemandirian, peningkatan peran serta generasi muda, dan
pemantapan pelaksanaan program di lapangan (BKKBN, 2012).
Sasaran Program KB
Sasaran Program KB dibagi menjadi dua yaitu sasaran langsungdan
sasaran tidak langsung, tergantung dari tujuan yang ingin dicapai. Sasaran
langsungnya adalah PUS yang bertujuan untuk menurunkan tingkat
kelahirandengan cara penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan.
Sedangkan sasaran tidak langsung adalah pelaksanaan dan pengelola KB,
dengan tujuan menurunkan tingkat kelahiran melalui kebijaksanaan
keendudukan terpadu dalam rangka mencapai keluarga yang berkualitas,
keluargas ejahtera (Handayani, 2010).
Sasaran program KB tertuang dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009 menurut Anggraini dan
Martini (2012), meliputi :
1) Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk menjadi sekitar
1,14 persen per tahun.
2) Menurunnya angka kelahiran total menjadi sekitar 2,2 per
perempuan.
3) Menurunnya pasangan usia subur (PUS) yang tidak ingin punya anak
lagi dan ingin menjarangkan kelahiran berikutnya, tetapi tidak
memakai alat/cara kontrasepsi (unmet need) menjadi 6 persen.
4) Meningkatnya peserta KB laki-laki menjadi 4,5 persen.
5) Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi rasional, efektif, dan
efisien.
6) Meningkatnya rata-rata usia perkawinan pertama perempuan menjadi
21 tahun.
7) Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh
kembang anak.
8) Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera
yang aktif dalam usaha ekonomi produktif
9) Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam
penyelenggaraan pelayanan program KB nasional.
Ruang Lingkup Program KB
Ruang lingkup KB mencakup sebagai berikut :
1) Ibu
Dengan jalan mengatur jumlah dan jarak kelahiran.

2) Suami
Dengan memberikan kesempatan suami agar dapat melakukan
memperbaiki fisik, dan mengurangi beban ekonomi keluarga yang
ditanggungnya.

3) Seluruh Keluarga
Dilaksanakannya program KB dapat meningkatkan kesehatan fisik,
mental, dan sosial setiap anggota keluarga, dan bagi anak dapat
memperoleh kesempatan yang lebih besar dalam hal pendidikan serta
kasih sayang orang tuanya (Sulistyawati, 2011).

2. Jenis-Jenis Metode Keluarga Berencana


a. Metode Kontrasepsi Alamiah
1) Senggama Terputus
Senggama terputus adalah mengeluarkan kemaluan pria dari alat
kelamin wanita menjelang ejakulasi. Dengan cara ini diharapkan
cairan seperma tidak akan masuk ke dalam rahim serta
mengecilkan kemungkinan bertemunya sel telur yang dapat
mengakibatkan terjadinya pembuahan (Proverawati, Islaely, dan
Aspuah, 2010).
2) Pantang Berkala
Pantang berkala adalah tidak melakukan hubungan seksual saat istri
sedang dalam masa subur. Sistem ini berdasrkan pada siklus haid
atau menstruasi wanita. Masa subur tidak selalu terjadi tepat 14
hari sebelum menstruasi, tetapi dapat terjadi antara 12 atau 16 hari
sebelum menstruasi berikutnya(Proverawati, Islaely, dan Aspuah,
2010).
3) Metode Lendir Servik
Metode lendir servik adalah metode kontrasepsi dengan melihat
lendir dalam vagina untuk mengetahui masa subur pada seorang
wanita, dilakukan pada pagi hari segera setelah bangun tidur dan
sebelum melakukan aktifitas lainya (Proverawati, Islaely, dan
Aspuah, 2010).

b. Metode Kontrasepsi Sederhana


1) Kondom
Kondom adalah selubung atau sarung karet yang terbuat dari
berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vynil) atau bahan
alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis saat
berhubungan. Kondom terbuat dari karet sintetis yang tipis,
berbentuk silinder, dengan muaranya berpinggir tebal, yang
digulung berbentuk rata. Standar kondom dilihat dari ketebalannya,
yaitu 0,02 mm (Lusa, 2010).
a) Cara Kerja Kondom
 Mencegah sperma masuk ke saluran reproduksi wanita.
 Sebagai alat kontrasepsi.
 Sebagai pelindung terhadap infeksi atau transmisi mikro
organisme penyebab PMS (Penyakit Menular Seksual)
(Lusa, 2010).
b) Efektifitas Kondom
Pemakaian kontrasepsi kondom akan efektif apabila dipakai
secara benar setiap kali berhubungan seksual. Pemakaian
kondom yang tidak konsisten membuat tidak efektif. Angka
kegagalan kontrasepsi kondom sangat sedikit yaitu 2-12
kehamilan per 100 perempuan per tahun (Lusa, 2010).
c) Manfaat Kondom
Indikasi atau manfaat kontrasepsi kondom terbagi dua, yaitu
manfaat secara kontrasepsi dan non kontrasepsi. Manfaat
kondom secara kontrasepsi antara lain:
 Efektif bila pemakaian benar.
 Tidak mengganggu produksi ASI.
 Tidak mengganggu kesehatan klien.
 Tidak memerlukan resep dan pemeriksaan khusus.
 Murah dan tersedia di berbagai tempat (Lusa, 2010).
d) Kekurangan Kondom
Alat kontrasepsi metode barier kondom ini juga memiliki
keterbatasan, antara lain:
 Efektifitas tidak terlalu tinggi.
 Tingkat efektifitas tergantung pada pemakaian kondom
yang benar.
 Adanya pengurangan sensitifitas pada penis.
 Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual.
 Perasaan malu membeli di tempat umum.
 Masalah pembuangan kondom bekas pakai (Lusa, 2010).
2) Spermisida
Spermisida adalah zat-zat kimia yang kerjanya melumpuhkan
spermatozoa di dalam vagina sebelum spermatozoa bergerak ke
dalam traktus genetalia interna. Dikemas dalam bentuk busa
(aerosol), tablet vaginal,krim. Cara kerjanya menyebabkan sel
membran sperma terpecah, memperlambat pergerakan sperma dan
menurunkan kemampuan pembuahan sel telur (Saifuddin, 2006).
3) Diafragma
Merupakan kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks
(karet) yang diinsersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan
seksual sehingga menutup serviks. Cara kerjanya menahan sperma
agar tidak mendapat akses mencapai saluran alat reproduksi bagian
atas (uterus dan tuba falopi) dan sebagai ala tempat spermisida
(Saifuddin, 2006).
c. Metode Kontrasepsi Hormonal
Metode kontrasepsi hormonal dibagi menjadi 2 yaitu kombinasi
estrogen progesterone dan estrogen saja. Kontrasepsi hormonal
kombinasi terdiri dari pil dan suntik sedangkan untuk progesterone saja
terdiri dari pil , suntik dan implant.
Mekanisme kerja estrogen:
 Menekan ovulasi
Ovulasi dihambat melalui pengaruh estrogen ke hipotalamus dan
selanjutnya menghambat FSH dan LH kelenjar hipofise.
 Mencegah implantasi
Implantasi sel telur yang dibuahi dihambat oleh estrogen dosis
tinggi yang diberikan pada pertengahan siklus
 Mempercepat transport ovum
Transport ovum dipercepat oleh estrogen disebabkan efek
hormonal pada sekresi dan peristaltic tuba serta kontraktilitas
uterus.
 Luteolisis
Degenerasi di corpus luteum menyebabkan penurunan cepat dari
produksi estrogen dan progesterone di ovarium
Mekanisme kerja progesterone:
 Menekan ovulasi
Ovulasi dihambat melalui pengaruh progesterone ke
hipotalamus dan selanjutnya menghambat FSH dan LH
kelenjar hipofise.
 Mencegah implantasi
Implantasi dihambat bila progesterone diberikan sebelum
ovulasi
 Mempercepat transport ovum
Jika progesterone diberikan sebelum konsepsi maka perjalanan
ovum dalam tuba akan terhambat.
 Luteolisis
Pemberian jangka lama progesterone menyebabkan fungsi
korpus luteum tidak adekuat
 Mengentalkan lender serviks
Lender serviks menjadi lebih pekat sehingga penetrasi dan
transportasi sperma lebih sulit.
1) Kontrasepsi Pil
Kontrasepsi oral (Pil) adalah cara kontrasepsi untuk wanita
yang berbentuk pil di dalam stiap yang berisi gabungan dari
hormon estrogen dan progesteron atau hanya terdiri dari hormone
progesteron saja. Cara kerjanya menekan ovulasi, mencegah
implantasi, mengentalkan lendir serviks (Handayani, 2010).
a) Efektifitas
Secara teoritis hampir 100, dengan angka kegagalan 0,1 – 1,7
(Saifuddin, 2001).
b) Keuntungan
 Efektifitasnya tinggi
 Pemakai dapat hamil lagi, bila dikehendaki kesuburan
dapat kembali dengan cepat
 Tidak mengganggu kegiatan seksualitas suami istri
 Siklus haid menjadi teratur
 Dapat menghilangkan keluhan nyeri haid (Mochtar, 2005)
c) Kontra Indikasi
Tidak dianjurkan bagi permpuan hamil, menyusui eksklusif,
perdarahan, hepatitis, jantung, stoke, kanker payudara pada
wanita jika tidak menggunakan pil secara teratur setiap hari
(Saifuddin, 2001).
d) Efek Samping
Mual muntah, berat badan bertambah, retensi cairan, edema,
mastalgia, sakit kepala, timbulnya jerawat. Keluhan ini
berlangsung pada bulan – bulan pertama pemakain pil (Depkes
RI, 2009).
2) Kontrasepsi Suntik
Kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi suntik yang brisi hormon
sintetis estrogen dan progesteron:
 DMPA (Depo Medroxyprogesterone Asetat) = Depo
Provera.
Mengandung 150 mg DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan.
 Depo Noretisteron (Norethindrone Enanthate) = Noristerat.
Mengandung 200 mg noretindron enantat, yang diberikan
setiap 1 bulan (Hartanto, 2004).
a) Cara Pemberian KB Suntik
Menurut Glasier dan Gebbie (2004) pemberian KB
suntik dilakukan melalui penyuntikan intra muskular dalam di
regio gluteus (atau kadang-kadang di deltoid, terutama pada
orang yang sangat gemuk). Tempat penyuntikan jangan dipijat
karena tindakan ini kadang kadang menyebabkan obat
menyebar sehingga kadar awal dalam darah lebih tinggi dan
lama kerja menjadi lebih singkat.
b) Cara Kerja KB Suntik
Cara kerja KB suntik dalam mencegah kehamilan
menurut Krisnadi (2002), yaitu:
 Menghentikan (meniadakan) keluarnya sel telur dari induk
telur.
 Membuat sperma sulit memasuki rahim karena
mengentalkan lendir mulut rahim (serviks).
 Tidak dapat mengeluarkan atau menghentikan kehamilan
yang sudah terjadi.
c) Indikasi
DMPA menurut Glasier dan Gebbie (2004) mungkin memberi
manfaat khusus bagi wanita dengan penyakit – penyakit
tertentu, seperti:
 Endometriosis
 Defek ovulasi, terutama penyakit ovarium polikistik
(dalam mencegah risiko carsinoma endometrium.
 Penyakit medis tertentu lainnya
d) Kontraindikasi
Metode suntikan jangan digunakan pada wanita dengan
gangguan koagulasi. DMPA juga jangan diberikan pada wanita
yang mungkin tidak dapat mentoleransi amenore atau bercak
darah ireguler yang berkepanjangan (Glasier dan Gebbie,
2004).
Ada 2 macam kontra indikasi, yaitu:
1. Kontra indikasi secara Mutlak
 Terdapatnya tromboflebitis/riwayat tromboflebitis.
 Kelainan serebro vaskular.
 Fungsi hati tidak/kurang baik.
 Adanya keganasan pada kelenjar payudara dan alat
reproduksi.
 Varises berat.
 Adanya kehamilan.
2. Kontraindikasi secara Relatif
 Hipertensi.
 Diabetes.
 Perdarahan abnormal pervaginam.
 Fibromiomauterus.
 Penyakit jantung dan ginjal (Saifuddin, 2001).
e) Efek Samping dan Penatalaksanaannya
Efek samping KB suntik menurut Glasier dan Gebbie
(2004) adalah penundaan pemulihan kesuburan. Hal ini hanya
menjadi masalah bagi pemakai DMPA, yang mungkin
mengalami interval berkepanjangan sebelum ovulasi normal
pulih. Penundaan ini mungkin disebabkan oleh menetapnya
DMPA dalam sirkulasi, karena mikro kristal pada obat yang
disuntikkan tersebut kadang-kadang larut sangat lambat.
Penundaan pemulihan kesuburan rata-rata berlangsung 7
sampai 8 bulan setelah perhitungan efek 3-4 bulan dari
suntikan terakhir. Tidak terdapat bukti bahwa DMPA
menyebabkan sterilitas permanen. NET-EN menyebabkan
penundaan yang sangat singkat, etapi kontrasepsi suntik
kombinasi tidak diketahui dapat menimbulkan efek yang
berkepanjangan setelah dosis terakhir. Gangguan haid dapat
terjadi dan juga dengan keluhan mual, sakit kepala, pusing,
menggigil, mastalgia dan berat badan bertambah. Efek
samping yang berat jarang dijumpai, kadang ibu mengeluh
libido berkurang (Glasier dan Gebbie, 2004).
3) Kontrasepsi Implan
a) Kontrasepsi ini terdiri dari:
 Norplant, terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga
dengan panjang 3,4 cm dan diameter 2,4 mm. Berisi 36
mg hormon Levonorgestrel dengan daya kerja 5 tahun.
 Implanon, terdiri dari satu batang putih lentur dengan
panjang 40 mm dan diameter 2,4 mm. Berisi 68 mg 3-
ketodesogestrel dengan daya kerja 3 tahun.
 Indoplant, terdiri dari 2 batang. Berisi 75 mg hormone
Levonorgestrel, daya kerja 3 tahun (Hartanto, 2004).
b) Efektifitas
Efektifitasnya 0,2 – 1 kehamilan per 100 perempuan
(Saifuddin, 2001)
c) Keuntungan
Dipasang selama lima tahun, kontrol medis ringan, dapat
dilayani di daerah pedesaan, biaya ringan.
d) Efek samping
Gangguan menstrulasi, terutama selama 3 – 6 bulan pertama
dari pemakaian. Pemakaian akan mengalami masa perdarahan
yang lebih panjang, lebih sering, atau amenorea (Mochtar,
2005).
4) Alat Kotrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Terdapat dua macam penggolongan AKDR atau yang sering
disebut IUD (Intra Uterine Devices) yaitu yang mengandung logam
(Cu IUD) dan yang mengandung hormon progesterone atau
levonorgestrel (Hartanto, 2004).
a) Efektifitas
Efektifitasnya sangat tinggi untuk mencegah dalam waktu
yang lama (Mochtar, 2005).
b) Keuntungan
 Meningkatkan kenyamanan hubungan suami istri karena
rasa aman terhadap resiko kehamilan
 Dapat dipasang setelah melahirkan atau keguguran
 Kesuburan cepat kembali setelah dicabut/buka
 Tidak ada efek samping hormonal
 Tidak mengganggu laktasi
c) Efek Samping
 Dapat menyebabkan infeksi panggul apabila pemasangan
tidak tepat
 Dapat terjadi rasa sakit berupa kram perut setelah
pemasangan (Sulistyawati, 2011).
d. Metode Kontrasepsi Permanen
1) Tubektomi
Tubektomi adalah setiap tindakan yang dilakukan pada
kedua saluran telur wanita yang mengakibatkan orang yang
bersangkutan tidak akan mendapatkan keturunan lagi. Kontrasepsi
ini digunakan untuk jangka panjang, walaupun kadang-kadang
masih dapat dipulihkan kembali seperti semula. Cara tubektomi
dapat dibagi atas beberapa bagian antara lain saat oprasi, cara
mencapai tuba, dan cara penutupan tuba (Sulistyawati, 2011).
a) Efektifitas
 Sangat efektif, angka kegagalan sedikit lebih rendah
 Sangat efektif post – operatif (Hartanto, 2004).
b) Keuntungan
Vasektomi tuba akan menghadapi dan mencapai klimakterium
dalam suasana alami (Sulistyawati, 2011).
c) Kontraindikasi
 Peradangan dalam rongga panggul
 Peradangan liang senggama akut
 Penyakit kardiovaskuler berat, penyakit paru berat, atau
penyakit paru lain yang tidak memungkinkan akseptor
berada dalam posisi genupektorial
 Obesitas berlebihan
 Bekas lapartomi (Mochtar, 2005).
d) Efek Samping
 Resiko trauma internal sedikit lebih tinggi
 Kemungkinan infeksi serius lebih tinggi
 Sedikit sekali kematian yang berhubungan dengan anestesi
(Hartanto, 2004).
2) Vasektomi
Vasektomi adalah Kontrasepsi mantap pria atau vasektomi
merupakan suatu metode operatif minor pada pria yang sangat
aman. Sederhana dan sangat efektif, memakan waktu operasi yang
sangat singkat dan tidak memerlukan anastesi umum (Hartanto,
2004).
a) Efektifitas
 Sangat efektif, tetapi angka kejadian rekanalisasi spontan
dan kehamilan sedikit lebih tinggi.
 Efektif 6-10 minggu setelah operasi (Saifuddin, 2001).
b) Keuntungan
 Efektif.
 Aman, morbiditas rendah dan hampir tidak ada mortalitas.
 Sederhana.
 Cepat, hanya memerlukan waktu 5-10 menit.
 Menyenangkan bagi akseptor karena memerlukan anastesi
lokal saja.
 Biaya rendah.
 Secara kultural, sangat dianjurkan di negara-negara
dimana wanita merasa malu untuk ditangani oleh dokter
pria atau kurang tersedia dokter wanita dan paramedis
wanita (Hartanto, 2004).
c) Kerugian
 Diperlukan tindakan operatif
 Kadang-kadang menyebabkan komplikasi seperti
perdarahan atau infeksi
 Belum memberikan perlindungan total sampai semua
spermatozoa, yang sudah ada di dalam sistem reproduksi
distal dari tempat oklusi vas deferens, dikeluarkan.
 Problem psikologis yang berhubungan dengan perilaku
seksual mungkin bertambah parah setelah tindakan
operatif yang menyangkut sistem reproduksi pria
(Hartanto, 2004).
d) Efek Samping
Efek samping MOP jarang terjadi dan bersifat sementara
misalnya bengkak, nyeri, dan infeksi pada luka operasi. Pada
vasektomi infeksi dan epididimitis terjadi pada 1-2% pasien.
Pada tubektomi perdarahan, infeksi, kerusakan organ lain dan
komplikasi karena anastesi dapat terjadi.
A. PATHWAY
1. Suntik
Suntik

Progesterone Estrogen

Faktor
pembekuan
darah
meningkat

Trombosis

Sirkulasi GIT Reproduksi

Retensi Merangsang Stimulasi Pengentalan


cairan pusat reseptor hipotalamus lender serviks
makanan
Peningkatan Menekan Menghambat
TD Nafsu makan LH,FSH penetrasi
meningkat sperma
Menghambat Ovulasi
sikluas BB terhambat Sperma &
oksigenasi meningkat ovum tidak
Menghambat Perubahan bertemu
Nyeri kepala produksi Kelebihan maturasi
prostaglandin nutrisi endometrium Lender
Nyeri meningkat
Peningkatan Perubahan Atropi
proteksi body image Keputihan
Asam terhadap Dinding
lambung mukosa rahim sulit Resiko infeksi
meningkat lambung lepas

Merangsang Iritasi Amenorrhea


muntah mukosa
lambung Ansietas
Devisit
vol.cairan Nyeri

2. Pil Kombinasi
pil

Progesterone Estrogen

Faktor
pembekuan
darah
meningkat

Trombosis

Sirkulasi GIT Reproduksi

Retensi Merangsang Stimulasi Pengentalan


cairan & Na pusat nafsu hipotalamus lender serviks
makan
Peningkatan LH,FSH Menghambat
TD Nafsu makan menurun penetrasi
meningkat sperma
Menghambat Ovulasi
sikluas BB terhambat Sperma &
oksigenasi meningkat ovum tidak
Menghambat Perubahan bertemu
Nyeri kepala produksi Perubahan maturasi
prostaglandin body image endometrium Lender
Nyeri meningkat
Peningkatan
proteksi Atropi
terhadap Konsepsi
Asam mukosa Dinding tidak terjadi
lambung lambung rahim sulit
meningkat lepas
Iritasi
Merangsang mukosa Amenorrhea
muntah lambung
Ansietas
Devisit
vol.cairan
3. IUD
IUD

Benda asing dalam uterus

Reaksi Perubahan Terjadi efek mekanik Kurang


radang di reaksi kimia pengetahuan
cavum uteri tentang
Perubahan prosedur
Erosi Kontraksi
Fagosit reaksi pemasangan
endometrium uterus
meningkat enzimatik dan efek yg
uterus terjadi
Spotting Iskemia otot
Perubahan
uterus
endometrium Perubahan Ansietas
Infeksi
endometrium
Pelepasan
Keputihan
Makrofag mediator
meningkat Nidasi tidak
meningkat inflamasi
terjadi
Infeksi pelvis
Menekan Stimulasi
sperma saraf
Hipertermi
simpatis &
Sperma dan parasimpatis
ovum tidak
bertemu Persepsi
nyeri

Nyeri
Asuhan Keperawatan Kontrasepsi
A. Pengkajian
1. Data Subyektif
a. Identitas
Yang dikaji meliputi biodata dan suami mulai dari nama, umur, suku,
agama, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, alamat, no. telp.
b. Keluhan Utama
Dikaji keluhan klien yang berhubungan dengan penggunaan KB suntik
kombinasi tersebut antara lain amenorea/ perdarahan tidak terjadi,
perdarahan bercak, meningkatnya/ menurunnya BB.
c.  Riwayat KB
Dikaji apakah klien pernah menjadi akseptor KB lain sebelum
menggunakan KB kombinasi dan sudah berapa lama menjadi akseptor KB
tersebut.
d.  Riwayat Obstetri Lalu
Dikaji riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.
e.  Riwayat Menstruasi Lalu
Dikaji menarche pada umur berapa, siklus haid, lamanya haid, sifat darah
haid, dysmenorhea atau tidak, flour albus atau tidak.
f.   Riwayat Kesehatan Klien
Dikaji apakah klien menderita penyakit jantung, hipertensi, kanker
payudara, DM, dan TBC.
g.  Riwayat Kesehatan Keluarga
Dikaji apakah keluarga klien ada yang menderita penyakit jantung, DM,
TBC, hipertensi dan kanker payudara.
h.  Pola Kehidupan
Dikaji meliputi pola nutrisi, pola eliminasi, pola istirahat, pola aktivitas,
pola aktivitas seksual, pola personal hygiene, dan kebiasaan sehari-hari.
2.    Data Obyektif
1)      Pemeriksaan Umum
Meliputi pemeriksaan pada tekanan darah, nadi, pernafasan, BB, TB,
suhu badan, kesadaran.
2)      Pemeriksaan Khusus
a.    Wajah : dilihat adanya bercak hitam (chloasma) adanya oedem,
conjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterus.
b.    Leher : diraba adanya pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar
limfe, adanya bendungan vena jugularis.
c. Dada : dilihat bentuk mammae, diraba adanya massa pada
payudara.
d.   Genetalia : dilihat dari condiloma aquminata, dilihat dan diraba
adanya infeksi kelenjar bartholini dan kelenjar skene.
e.    Ekstremitas : dilihat adanya eodem pada ekstrimitas bawah dan
ekstrimitas atas, adanya varices pada ekstremitas bawah.

B.     Diagnosa Keperawatan


1.  Nyeri akut
2.  ansietas
3. defisit pengetahuan

C.     Intervensi Keperawatan


Nyeri akut
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam klien tidak
mengalami nyeri
Kriteria hasil :
 klien melaporkan nyeri berkurang
 klien mengatakan mampu mengontrol nyeri
 klien mampu mengenali nyeri
INTERVENSI RASIONAL

Lakukan pengkajian nyeri secara Memudahkan menentukan inetrvensi


komprehensif termasuk lokasi nyeri, durasi, selanjutnya
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi

Observasi reaksi nonverbal dari Mengidentifikasi adanya nyeri pada klien


ketidaknyamanan

Kontrol tekanan darah klien Perubahan tekanan darah dapat


mengindikasikan adanya reaksi dari
pemberian obat-obatan

Kontrol lingkungan yang dapat Mengurangi faktor pencetus nyeri


mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan, dan kebisingan

Kurangi faktor presipitasi nyeri Apabila faktor pencetus berkurang maka


intensitas nyeri akan berkurang

Bantu klien dan keluarga untuk mencari dan Dukungan dari keluarga dapat membantu
menemukan dukungan klien mengatasi nyeri

Ajarkan tentang teknik non farmakologi: Teknik non farmakologi yang benar akan
napas dada, relaksasi, distraksi, kompres membuat klien rileks dan nyaman
hangat/dingin sehingga dapat mengurangi nyeri

Tingkatkan istirahat Istirahat akan membuat klien merasa


nyaman, sehingga nyeri dapat berkurang

Kolaborasi: Penggunaan agens-agens farmakologi


Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri, untuk mengurangi atau menghilangkan
seperti nyeri

Ansietas
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam kecemasan
klien teratasi
Kriteria hasil :
 TTV klien dalam batas normal
 Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas
menunjukkan berkurangnya kecemasan
 Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
 Klien mampu mengungkapkan dan menunjukkan teknik untuk
mengontrol cemas
INTERVENSI RASIONAL

Identifikasi tingkat kecemasan Membantu menentukan intervensi


selanjutnya

Bantu klien mengenali situasi yang Mengidentifikasi sumber kecemasan


menimbulkan kecemasan klien

Dorong klien untuk mengungkapkan Mengungkapkan perasaan, ketakutan, dan


perasaan, ketakutan, persepsi persepsi akan mengurangi kecemasan
klien

Dengarkan dengan penuh perhatian Membuat klien merasa tenang dan


mengurangi kekhawatiran klien

Temani klien untuk memberikan keamanan Memberikan keamanan pada klien dan
dan mengurangi takut mengurangi takut

Jelaskan semua prosedur dan apa yang Mengurangi kecemasan klien,


dirasakan selama prosedur meningkatkan pemahaman klien
mengenai prosedur tindakan yang akan
dilakukan

Libatkan keluarga untuk mendampingi Keluarga dapat member dukungan positif


klien kepada klien

Instruksikan pada klien untuk Untuk mengurangi kecemasan yang


menggunakan teknik relaksasi dirasakan klien

Kolaborasi: Pemberian obat anti cemas sesuai dengan


Berikan obat anti cemas kebutuhan klien dapat mengurangi
kecemasan klien

Kurang Pengetahuan
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam klien
menunjukkan pengetahuan tentang kontrasepsi
Kriteria hasil :
 Klien menyatakan kepahaman tentang kondisi kontrasepsi, jenis
kontrasepsi, kelebihan & kekurangan, serta cara menggunakannya
 Klien mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
 Klien mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim
kesehatan lainnya
INTERVENSI RASIONAL

Kaji tingkat pengetahuan klien Membantu menentukan jenis pengetahuan


yang akan diberikan pada klien

Jelaskan tentang kontrasepsi, jenis-jenis Meningkatkan pemahaman klien


kontrasepsi, kekurangan & kelebihan
masing2 kontrasepsi dan cara
penggunaannya

Jelaskan cara mengatasi masalah yang Meningkatkan pemahaman klien dan


mungkin muncul setelah pemakaian membantu klien mengatasi masalah yang
kontrasepsi muncul

Diskusikan pemilihan kontrasepsi Memilih kontrasepsi yang tepat dan sesuai


dapat mengurangi kecemasan klien &
memenuhi kebutuhan klien

Dukung klien untuk mengeksplorasi Memperluas pemahaman klien


atau mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat

D. Evaluasi
Langkah ini merupakan langkah terakhir guna mengetahui apa
yang telah dilakukan. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang
diberikan, ulangi kembali proses manajemen dengan benar terhadap setiap
aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tapi belum efektif atau
merencanakan kembali yang belum terlaksana (Yulifah dan
Surachmindari, 2014). Evaluasi yang diharapkan setelah diberikan asuhan
kebidanan pada akseptor kontrasepsi IUD dengan leukorea fisiologi adalah
ibu mengetahui tentang penyebab leukorea fisiologi dan ibu tetap
menggunakan KB IUD, Leukorea teratasi/sembuh.

Data Perkembangan menggunakan SOAP


Sistem pendokumentasian asuhan keperawatan dengan menggunakan
SOAP, yaitu :
S (Subjektif) : Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan
data klien melalui anamnesa.
O (Objektif) : Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan
fisik klien, hasil laboratorium dan tes diagnostik lain
yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung
asuhan keperawatan.
A (Asessment) : Menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan
interpretasi data subyektif dan data obyektif dalam
suatu identifikasi :
P (Planning) : Menggambarkan pendokumentasian dari tindakan dan
evaluasi, perencanaan.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini Y dan Martini. 2012. Pelayanan Keluarga Berencana.


Yogyakarta: Rohima Press.

BKKBN. 2012. Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: BKKBN.

Blucheck, Gloria M., Butcher, Howard k., Dochterman, J. McCloskey.


2012. Nursing Outcomes Clasiffication (NOC). Fifth Edition. Lowa:
Mosby Elsavier
Blucheck, Gloria M., Butcher, Howard k., Dochterman, J. McCloskey.
2012. Nursing Intevention Clasiffication (NIC). Fifth Edition. Lowa:
Mosby Elsavier

Hartanto, Hanafi. 2015. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta:


Pustaka Sinar Harapan.
Handayani, S. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana.
Yogyakarta: Pustaka Rihama.

Hidayati, R. 2009. Asuhan Keperawatan pada Kehamilan Fisiologis dan


Patologis. Jakarta: Salemba Medika.

Lusa. 2010. Kontrasepsi Pil Progestin (Minipil or Progestin Only


Contraceptive). http://www.lusa.web.id/kontrasepsi-pil-progestin-
minipil-or-progestinonly contraceptive/.

Matondang,dkk.(2013).Diagnosis Fisis pada Anak.Jakarta:CV.Sagung Seto

Manuaba, 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta :


EGC
Muslihatun dkk. 2009. Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya
Nursalam. (2009). Manajemen Keperawatan : Aplikasi dan Praktik
Keperawatan Profesional, Edisi Kedua. Salemba Medika, Jakarta.

Prawirohardjo, S. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Proverawati, A. 2010. Panduan Memilih Kontrasepsi. Yogyakarta: Nuha


Medika.
Sulistyawati, Ari. 2013. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta : Salemba
Medika.

Suratun. 2008. Pelayanan Keluarga Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi.


Jakarta: Trans Info Media.

Yuhedi T.L, dan Kurniawati T. 2013. Buku Ajar Kependudukan dan


Pelayanan KB. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai