Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

KELUARGA BERENCANA - KONTRASEPSI

Disusun Oleh :

SOFIA RIZKI WAHYUNI


NIM. G1B222022

PROGRAM STUDI PROPESI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2022
KELUARGA BERENCANA - KONTRASEPSI

1. DEFINISI
Keluarga Berencana menurut UU No 10 tahun 1992 (tentang
perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera) adalah upaya
peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia
perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga,
peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera (Handayani,
2010).
Sasaran utama dari pelayanan KB adalah Pasangan Usia Subur (PUS).
Pelayanan KB diberikan di berbagai unit pelayanan baik oleh pemerintah maupun
swasta dari tingkat desa hingga tingkat kota dengan kompetensi yang sangat
bervariasi. Pemberi layanan KB antara lain adalah Rumah Sakit, Puskesmas,
dokter praktek swasta, bidan praktek swasta dan bidan desa.
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah kehamilan (Gunawan, 2007).
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan dan konsepsi
yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang
mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari atau
mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang
matang dengan sel sperma tersebut (Maryani, 2005).
Jenis alat atau obat kontrasepsi antara lain suntik, kondom, pil,IUD,
implant, vasektomi, dan tubektomi. Untuk jenis pelayanan KB. jenis kondom
dapat diperoleh langsung dari apotek atau toko obat, pos layanan KB dan kader
desa. Kontrasepsi suntik KB sering dilakukan oleh bidan dan dokter sedangkan
kontrasepsi jenis, IUD, implant dan vasektomi atau tubektomi harus dilakukan
oleh tenaga kesehatan terlatih dan berkompeten.

2. Tujuan KB
Tujuan umum untuk lima tahun kedepan mewujudkan visi dan misi
program KB yaitu membangun kembali dan melestarikan pondasi yang kokoh
bagi pelaksanaan program KB di masa mendatang untuk mencapai keluarga
berkualitas tahun 2015.
Sedangkan tujuan program KB secara filosofi adalah :
1) Meningkatkan ksejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil
yang bahagia dan sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pengendalian
pertumbuhan penduduk Indonesia.
2) Terciptanya penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia yang bermutu
dan meningkatkan kesejahteraan keluarga (Handayani, 2010).
Untuk menunjang dan mempercepat pencapaian tujuan pembangunan KB
telah ditetapkan beberapa kebijakan, yaitu perluasan jangkauan, pembinaan
terhadap peserta KB agar secara terus menerus memakai alat kontrasepsi,
pelembagaan dan pembudayaan NKKBS serta peningkatan keterpaduan
pelaksanaan keluarga berencana. Selanjutnya untuk mendukung pelaksanaan
kebijakan tersebut terus dimantapkan usaha-usaha operasional dalam bentuk
upaya pemerataan pelayanan KB, peningkatan kualitas baik tenaga, maupun
sarana pelayanan KB, penggalangan kemandirian, peningkatan peran serta
generasi muda, dan pemantapan pelaksanaan program di lapangan (BKKBN,
2012).

3. Sasaran Program KB
Sasaran Program KB dibagi menjadi dua yaitu sasaran langsungdan sasaran
tidak langsung, tergantung dari tujuan yang ingin dicapai. Sasaran langsungnya
adalah PUS yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kelahirandengan cara
penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan. Sedangkan sasaran tidak langsung
adalah pelaksanaan dan pengelola KB, dengan tujuan menurunkan tingkat
kelahiran melalui kebijaksanaan keendudukan terpadu dalam rangka mencapai
keluarga yang berkualitas, keluargas ejahtera (Handayani, 2010).

4. Ruang Lingkup Program KB


Ruang lingkup KB mencakup sebagai berikut :
1) Ibu
Dengan jalan mengatur jumlah dan jarak kelahiran.
2) Suami
Dengan memberikan kesempatan suami agar dapat melakukan memperbaiki
kesehatan fisik, dan mengurangi beban ekonomi keluarga yang
ditanggungnya.
3) Seluruh Keluarga
Dilaksanakannya program KB dapat meningkatkan kesehatan fisik, mental,
dan sosial setiap anggota keluarga, dan bagi anak dapat memperoleh
kesempatan yang lebih besar dalam hal pendidikan serta kasih sayang orang
tuanya (Sulistyawati, 2011).

5. Jenis-Jenis Metode Keluarga Berencana


a. Metode Kontrasepsi Alamiah
1) Senggama Terputus
Senggama terputus adalah mengeluarkan kemaluan pria dari alat kelamin
wanita menjelang ejakulasi. Dengan cara ini diharapkan cairan seperma
tidak akan masuk ke dalam rahim serta mengecilkan kemungkinan
bertemunya sel telur yang dapat mengakibatkan terjadinya pembuahan
(Proverawati, Islaely, dan Aspuah, 2010).
2) Pantang Berkala
Pantang berkala adalah tidak melakukan hubungan seksual saat istri
sedang dalam masa subur. Sistem ini berdasrkan pada siklus haid atau
menstruasi wanita. Masa subur tidak selalu terjadi tepat 14 hari sebelum
menstruasi, tetapi dapat terjadi antara 12 atau 16 hari sebelum menstruasi
berikutnya(Proverawati, Islaely, dan Aspuah, 2010).
3) Metode Lendir Servik
Metode lendir servik adalah metode kontrasepsi dengan melihat lendir
dalam vagina untuk mengetahui masa subur pada seorang wanita,
dilakukan pada pagi hari segera setelah bangun tidur dan sebelum
melakukan aktifitas lainya (Proverawati, Islaely, dan Aspuah, 2010).
b. Metode Kontrasepsi Sederhana
1) Kondom
Kondom adalah selubung atau sarung karet yang terbuat dari berbagai
bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vynil) atau bahan alami
(produksi hewani) yang dipasang pada penis saat berhubungan. Kondom
terbuat dari karet sintetis yang tipis, berbentuk silinder, dengan muaranya
berpinggir tebal, yang digulung berbentuk rata. Standar kondom dilihat
dari ketebalannya, yaitu 0,02 mm (Lusa, 2010).
a) Cara Kerja Kondom
 Mencegah sperma masuk ke saluran reproduksi wanita.
 Sebagai alat kontrasepsi.
 Sebagai pelindung terhadap infeksi atau transmisi mikro
organisme penyebab PMS (Penyakit Menular Seksual) (Lusa,
2010).
b) Efektifitas Kondom
Pemakaian kontrasepsi kondom akan efektif apabila dipakai secara
benar setiap kali berhubungan seksual. Pemakaian kondom yang
tidak konsisten membuat tidak efektif. Angka kegagalan kontrasepsi
kondom sangat sedikit yaitu 2-12 kehamilan per 100 perempuan per
tahun (Lusa, 2010).
c) Manfaat Kondom
Indikasi atau manfaat kontrasepsi kondom terbagi dua, yaitu manfaat
secara kontrasepsi dan non kontrasepsi. Manfaat kondom secara
kontrasepsi antara lain:
 Efektif bila pemakaian benar.
 Tidak mengganggu produksi ASI.
 Tidak mengganggu kesehatan klien.
 Tidak memerlukan resep dan pemeriksaan khusus.
 Murah dan tersedia di berbagai tempat (Lusa, 2010).
d) Kekurangan Kondom
Alat kontrasepsi metode barier kondom ini juga memiliki
keterbatasan, antara lain:
 Efektifitas tidak terlalu tinggi.
 Tingkat efektifitas tergantung pada pemakaian kondom yang
benar.
 Adanya pengurangan sensitifitas pada penis.
 Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual.
 Perasaan malu membeli di tempat umum.
 Masalah pembuangan kondom bekas pakai (Lusa, 2010).
2) Spermisida
Spermisida adalah zat-zat kimia yang kerjanya melumpuhkan
spermatozoa di dalam vagina sebelum spermatozoa bergerak ke dalam
traktus genetalia interna. Dikemas dalam bentuk busa (aerosol), tablet
vaginal,krim. Cara kerjanya menyebabkan sel membran sperma terpecah,
memperlambat pergerakan sperma dan menurunkan kemampuan
pembuahan sel telur (Saifuddin, 2006).
3) Diafragma
Merupakan kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks (karet) yang
diinsersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual sehingga
menutup serviks. Cara kerjanya menahan sperma agar tidak mendapat
akses mencapai saluran alat reproduksi bagian atas (uterus dan tuba
falopi) dan sebagai ala tempat spermisida (Saifuddin, 2006).
c. Metode Kontrasepsi Hormonal
Metode kontrasepsi hormonal dibagi menjadi 2 yaitu kombinasi
estrogen progesterone dan estrogen saja. Kontrasepsi hormonal kombinasi
terdiri dari pil dan suntik sedangkan untuk progesterone saja terdiri dari pil ,
suntik dan implant.
Mekanisme kerja estrogen:
 Menekan ovulasi
Ovulasi dihambat melalui pengaruh estrogen ke hipotalamus dan
selanjutnya menghambat FSH dan LH kelenjar hipofise.
 Mencegah implantasi
Implantasi sel telur yang dibuahi dihambat oleh estrogen dosis tinggi
yang diberikan pada pertengahan siklus
 Mempercepat transport ovum
Transport ovum dipercepat oleh estrogen disebabkan efek hormonal
pada sekresi dan peristaltic tuba serta kontraktilitas uterus.
 Luteolisis
Degenerasi di corpus luteum menyebabkan penurunan cepat dari
produksi estrogen dan progesterone di ovarium
Mekanisme kerja progesterone:
 Menekan ovulasi
Ovulasi dihambat melalui pengaruh progesterone ke hipotalamus dan
selanjutnya menghambat FSH dan LH kelenjar hipofise.
 Mencegah implantasi
Implantasi dihambat bila progesterone diberikan sebelum ovulasi
 Mempercepat transport ovum
Jika progesterone diberikan sebelum konsepsi maka perjalanan ovum
dalam tuba akan terhambat.
 Luteolisis
Pemberian jangka lama progesterone menyebabkan fungsi korpus
luteum tidak adekuat
 Mengentalkan lender serviks
Lender serviks menjadi lebih pekat sehingga penetrasi dan
transportasi sperma lebih sulit.
1) Kontrasepsi Pil
Kontrasepsi oral (Pil) adalah cara kontrasepsi untuk wanita yang
berbentuk pil di dalam stiap yang berisi gabungan dari hormon estrogen
dan progesteron atau hanya terdiri dari hormone progesteron saja. Cara
kerjanya menekan ovulasi, mencegah implantasi, mengentalkan lendir
serviks (Handayani, 2010).
a) Efektifitas
Secara teoritis hampir 100, dengan angka kegagalan 0,1 – 1,7
(Saifuddin, 2001).
b) Keuntungan
 Efektifitasnya tinggi
 Pemakai dapat hamil lagi, bila dikehendaki kesuburan dapat
kembali dengan cepat
 Tidak mengganggu kegiatan seksualitas suami istri
 Siklus haid menjadi teratur
 Dapat menghilangkan keluhan nyeri haid (Mochtar, 2005)
c) Kontra Indikasi
Tidak dianjurkan bagi permpuan hamil, menyusui eksklusif,
perdarahan, hepatitis, jantung, stoke, kanker payudara pada wanita
jika tidak menggunakan pil secara teratur setiap hari (Saifuddin,
2001).
d) Efek Samping
Mual muntah, berat badan bertambah, retensi cairan, edema,
mastalgia, sakit kepala, timbulnya jerawat. Keluhan ini berlangsung
pada bulan – bulan pertama pemakain pil (Depkes RI, 2009).
2) Kontrasepsi Suntik
Kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi suntik yang brisi hormon sintetis
estrogen dan progesteron:
 DMPA (Depo Medroxyprogesterone Asetat) = Depo Provera.
Mengandung 150 mg DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan.
 Depo Noretisteron (Norethindrone Enanthate) = Noristerat.
Mengandung 200 mg noretindron enantat, yang diberikan setiap 1
bulan (Hartanto, 2004).
a) Cara Pemberian KB Suntik
Menurut Glasier dan Gebbie (2004) pemberian KB suntik
dilakukan melalui penyuntikan intra muskular dalam di regio
gluteus (atau kadang-kadang di deltoid, terutama pada orang yang
sangat gemuk). Tempat penyuntikan jangan dipijat karena tindakan
ini kadang kadang menyebabkan obat menyebar sehingga kadar awal
dalam darah lebih tinggi dan lama kerja menjadi lebih singkat.
b) Cara Kerja KB Suntik
Cara kerja KB suntik dalam mencegah kehamilan menurut
Krisnadi (2002), yaitu:
 Menghentikan (meniadakan) keluarnya sel telur dari induk telur.
 Membuat sperma sulit memasuki rahim karena mengentalkan
lendir mulut rahim (serviks).
 Tidak dapat mengeluarkan atau menghentikan kehamilan yang
sudah terjadi.
c) Indikasi
DMPA menurut Glasier dan Gebbie (2004) mungkin memberi
manfaat khusus bagi wanita dengan penyakit – penyakit tertentu,
seperti:
 Endometriosis
 Defek ovulasi, terutama penyakit ovarium polikistik (dalam
mencegah risiko carsinoma endometrium.
 Penyakit medis tertentu lainnya
d) Kontraindikasi
Metode suntikan jangan digunakan pada wanita dengan
gangguan koagulasi. DMPA juga jangan diberikan pada wanita yang
mungkin tidak dapat mentoleransi amenore atau bercak darah
ireguler yang berkepanjangan (Glasier dan Gebbie, 2004).
Ada 2 macam kontra indikasi, yaitu:
1. Kontra indikasi secara Mutlak
 Terdapatnya tromboflebitis/riwayat tromboflebitis.
 Kelainan serebro vaskular.
 Fungsi hati tidak/kurang baik.
 Adanya keganasan pada kelenjar payudara dan alat
reproduksi.
 Varises berat.
 Adanya kehamilan.
2. Kontraindikasi secara Relatif
 Hipertensi.
 Diabetes.
 Perdarahan abnormal pervaginam.
 Fibromiomauterus.
 Penyakit jantung dan ginjal (Saifuddin, 2001).
e) Efek Samping dan Penatalaksanaannya
Efek samping KB suntik menurut Glasier dan Gebbie (2004)
adalah penundaan pemulihan kesuburan. Hal ini hanya menjadi
masalah bagi pemakai DMPA, yang mungkin mengalami interval
berkepanjangan sebelum ovulasi normal pulih. Penundaan ini
mungkin disebabkan oleh menetapnya DMPA dalam sirkulasi,
karena mikro kristal pada obat yang disuntikkan tersebut kadang-
kadang larut sangat lambat. Penundaan pemulihan kesuburan rata-
rata berlangsung 7 sampai 8 bulan setelah perhitungan efek 3-4
bulan dari suntikan terakhir. Tidak terdapat bukti bahwa DMPA
menyebabkan sterilitas permanen. NET-EN menyebabkan
penundaan yang sangat singkat, etapi kontrasepsi suntik kombinasi
tidak diketahui dapat menimbulkan efek yang berkepanjangan
setelah dosis terakhir. Gangguan haid dapat terjadi dan juga dengan
keluhan mual, sakit kepala, pusing, menggigil, mastalgia dan berat
badan bertambah. Efek samping yang berat jarang dijumpai, kadang
ibu mengeluh libido berkurang (Glasier dan Gebbie, 2004).
3) Kontrasepsi Implan
a) Kontrasepsi ini terdiri dari:
 Norplant, terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan
panjang 3,4 cm dan diameter 2,4 mm. Berisi 36 mg hormon
Levonorgestrel dengan daya kerja 5 tahun.
 Implanon, terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang
40 mm dan diameter 2,4 mm. Berisi 68 mg 3- ketodesogestrel
dengan daya kerja 3 tahun.
 Indoplant, terdiri dari 2 batang. Berisi 75 mg hormone
Levonorgestrel, daya kerja 3 tahun (Hartanto, 2004).
b) Efektifitas
Efektifitasnya 0,2 – 1 kehamilan per 100 perempuan (Saifuddin,
2001)
c) Keuntungan
Dipasang selama lima tahun, kontrol medis ringan, dapat dilayani di
daerah pedesaan, biaya ringan.
d) Efek samping
Gangguan menstrulasi, terutama selama 3 – 6 bulan pertama dari
pemakaian. Pemakaian akan mengalami masa perdarahan yang lebih
panjang, lebih sering, atau amenorea (Mochtar, 2005).

4) Alat Kotrasepsi Dalam Rahim (AKDR)


Terdapat dua macam penggolongan AKDR atau yang sering
disebut IUD (Intra Uterine Devices) yaitu yang mengandung logam (Cu
IUD) dan yang mengandung hormon progesterone atau levonorgestrel
(Hartanto, 2004).
a) Efektifitas
Efektifitasnya sangat tinggi untuk mencegah dalam waktu yang lama
(Mochtar, 2005).
b) Keuntungan
 Meningkatkan kenyamanan hubungan suami istri karena rasa
aman terhadap resiko kehamilan
 Dapat dipasang setelah melahirkan atau keguguran
 Kesuburan cepat kembali setelah dicabut/buka
 Tidak ada efek samping hormonal
 Tidak mengganggu laktasi
c) Efek Samping
 Dapat menyebabkan infeksi panggul apabila pemasangan tidak
tepat
 Dapat terjadi rasa sakit berupa kram perut setelah pemasangan
(Sulistyawati, 2011).
d. Metode Kontrasepsi Permanen
1) Tubektomi
Tubektomi adalah setiap tindakan yang dilakukan pada kedua
saluran telur wanita yang mengakibatkan orang yang bersangkutan tidak
akan mendapatkan keturunan lagi. Kontrasepsi ini digunakan untuk
jangka panjang, walaupun kadang-kadang masih dapat dipulihkan
kembali seperti semula. Cara tubektomi dapat dibagi atas beberapa
bagian antara lain saat oprasi, cara mencapai tuba, dan cara penutupan
tuba (Sulistyawati, 2011).
a) Efektifitas
 Sangat efektif, angka kegagalan sedikit lebih rendah
 Sangat efektif post – operatif (Hartanto, 2004).
b) Keuntungan
Vasektomi tuba akan menghadapi dan mencapai klimakterium dalam
suasana alami (Sulistyawati, 2011).
c) Kontraindikasi
 Peradangan dalam rongga panggul
 Peradangan liang senggama akut
 Penyakit kardiovaskuler berat, penyakit paru berat, atau
penyakit paru lain yang tidak memungkinkan akseptor berada
dalam posisi genupektorial
 Obesitas berlebihan
 Bekas lapartomi (Mochtar, 2005).
d) Efek Samping
 Resiko trauma internal sedikit lebih tinggi
 Kemungkinan infeksi serius lebih tinggi
 Sedikit sekali kematian yang berhubungan dengan anestesi
(Hartanto, 2004).
2) Vasektomi
Vasektomi adalah Kontrasepsi mantap pria atau vasektomi
merupakan suatu metode operatif minor pada pria yang sangat aman.
Sederhana dan sangat efektif, memakan waktu operasi yang sangat
singkat dan tidak memerlukan anastesi umum (Hartanto, 2004).
a) Efektifitas
 Sangat efektif, tetapi angka kejadian rekanalisasi spontan dan
kehamilan sedikit lebih tinggi.
 Efektif 6-10 minggu setelah operasi (Saifuddin, 2001).
b) Keuntungan
 Efektif.
 Aman, morbiditas rendah dan hampir tidak ada mortalitas.
 Sederhana.
 Cepat, hanya memerlukan waktu 5-10 menit.
 Menyenangkan bagi akseptor karena memerlukan anastesi lokal
saja.
 Biaya rendah.
 Secara kultural, sangat dianjurkan di negara-negara dimana
wanita merasa malu untuk ditangani oleh dokter pria atau
kurang tersedia dokter wanita dan paramedis wanita (Hartanto,
2004).
c) Kerugian
 Diperlukan tindakan operatif
 Kadang-kadang menyebabkan komplikasi seperti perdarahan
atau infeksi
 Belum memberikan perlindungan total sampai semua
spermatozoa, yang sudah ada di dalam sistem reproduksi distal
dari tempat oklusi vas deferens, dikeluarkan.
 Problem psikologis yang berhubungan dengan perilaku
seksual mungkin bertambah parah setelah tindakan operatif yang
menyangkut sistem reproduksi pria (Hartanto, 2004).
d) Efek Samping
Efek samping MOP jarang terjadi dan bersifat sementara misalnya
bengkak, nyeri, dan infeksi pada luka operasi. Pada vasektomi
infeksi dan epididimitis terjadi pada 1-2% pasien. Pada tubektomi
perdarahan, infeksi, kerusakan organ lain dan komplikasi karena
anastesi dapat terjadi.
A. PATHWAY
1. Suntik
Suntik

Progesterone Estrogen

Faktor
Sirkulasi GIT Reproduksi pembekuan
darah
Retensi Merangsang Stimulasi Pengentalan meningkat
cairan pusat reseptor hipotalamus lender serviks
makanan Trombosis
Peningkatan Menekan Menghambat
TD Nafsu makan LH,FSH penetrasi
meningkat sperma
Menghambat Ovulasi
sikluas BB terhambat Sperma &
oksigenasi meningkat ovum tidak
Menghambat Perubahan bertemu
Nyeri kepala produksi Kelebihan maturasi
prostaglandin nutrisi endometrium Lender
Nyeri meningkat
Peningkatan Perubahan Atropi
proteksi body image Keputihan
Asam terhadap Dinding
lambung mukosa rahim sulit Resiko infeksi
meningkat lambung lepas

Merangsang Iritasi Amenorrhea


muntah mukosa
lambung Ansietas
Devisit
vol.cairan Nyeri
2. PIL KOMBINASI
pil

Progesterone Estrogen

Faktor
Sirkulasi GIT Reproduksi pembekuan
darah
Retensi Merangsang Stimulasi Pengentalan meningkat
cairan & Na pusat nafsu hipotalamus lender serviks
makan Trombosis
Peningkatan LH,FSH Menghambat
TD Nafsu makan menurun penetrasi
meningkat sperma
Menghambat Ovulasi
sikluas BB terhambat Sperma &
oksigenasi meningkat ovum tidak
Menghambat Perubahan bertemu
Nyeri kepala produksi Perubahan maturasi
prostaglandin body image endometrium Lender
Nyeri meningkat
Peningkatan Atropi
proteksi Konsepsi
Asam terhadap Dinding tidak terjadi
lambung mukosa rahim sulit
meningkat lambung lepas

Merangsang Iritasi Amenorrhea


muntah mukosa
lambung Ansietas
Devisit
vol.cairan
3. IUD
IUD

Benda asing dalam uterus

Reaksi Perubahan Terjadi efek mekanik Kurang


radang di reaksi kimia pengetahuan
cavum uteri tentang
Perubahan prosedur
Fagosit reaksi Erosi Kontraksi pemasangan
meningkat enzimatik endometrium uterus dan efek yg
uterus terjadi
Perubahan Spotting Iskemia otot
endometrium Perubahan uterus Ansietas
endometrium Infeksi
Keputihan Pelepasan
meningkat Nidasi tidak Makrofag mediator
terjadi meningkat inflamasi
Infeksi pelvis
Menekan Stimulasi saraf
Hipertermi sperma simpatis &
parasimpatis
Sperma dan
ovum tidak Persepsi nyeri
bertemu
Nyeri
Asuhan Keperawatan Kontrasepsi
A. PENGKAJIAN
1. Data Subyektif
a. Identitas
Yang dikaji meliputi biodata dan suami mulai dari nama, umur, suku, agama,
pendidikan, pekerjaan, penghasilan, alamat, no. telp.
b. Keluhan Utama
Dikaji keluhan klien yang berhubungan dengan penggunaan KB suntik kombinasi
tersebut antara lain amenorea/ perdarahan tidak terjadi, perdarahan bercak,
meningkatnya/ menurunnya BB.
c. Riwayat KB
Dikaji apakah klien pernah menjadi akseptor KB lain sebelum menggunakan KB
kombinasi dan sudah berapa lama menjadi akseptor KB tersebut.
d. Riwayat Obstetri Lalu
Dikaji riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.
e. Riwayat Menstruasi Lalu
Dikaji menarche pada umur berapa, siklus haid, lamanya haid, sifat darah haid,
dysmenorhea atau tidak, flour albus atau tidak.
f. Riwayat Kesehatan Klien
Dikaji apakah klien menderita penyakit jantung, hipertensi, kanker payudara, DM,
dan TBC.
g. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dikaji apakah keluarga klien ada yang menderita penyakit jantung, DM, TBC,
hipertensi dan kanker payudara.
h. Pola Kehidupan
Dikaji meliputi pola nutrisi, pola eliminasi, pola istirahat, pola aktivitas, pola aktivitas
seksual, pola personal hygiene, dan kebiasaan sehari-hari.
2. Data Obyektif
a) Pemeriksaan Umum
Meliputi pemeriksaan pada tekanan darah, nadi, pernafasan, BB, TB, suhu badan,
kesadaran.
b) Pemeriksaan Khusus
o Wajah : dilihat adanya bercak hitam (chloasma) adanya oedem, conjungtiva tidak
pucat, sklera tidak ikterus.
o Leher : diraba adanya pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar limfe, adanya
bendungan vena jugularis.
o Dada : dilihat bentuk mammae, diraba adanya massa pada payudara.
o Genetalia : dilihat dari condiloma aquminata, dilihat dan diraba adanya infeksi
kelenjar bartholini dan kelenjar skene.
o Ekstremitas : dilihat adanya eodem pada ekstrimitas bawah dan ekstrimitas atas,
adanya varices pada ekstremitas bawah.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.  Nyeri akut
2.  ansietas
3. defisit pengetahuan
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Nyeri akut
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam klien tidak mengalami nyeri
Kriteria hasil :
 klien melaporkan nyeri berkurang
 klien mengatakan mampu mengontrol nyeri
 klien mampu mengenali nyeri
INTERVENSI RASIONAL

Lakukan pengkajian nyeri secara Memudahkan menentukan inetrvensi


komprehensif termasuk lokasi nyeri, durasi, selanjutnya
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi

Observasi reaksi nonverbal dari Mengidentifikasi adanya nyeri pada klien


ketidaknyamanan

Kontrol tekanan darah klien Perubahan tekanan darah dapat


mengindikasikan adanya reaksi dari
pemberian obat-obatan

Kontrol lingkungan yang dapat Mengurangi faktor pencetus nyeri


mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan, dan kebisingan

Kurangi faktor presipitasi nyeri Apabila faktor pencetus berkurang maka


intensitas nyeri akan berkurang

Bantu klien dan keluarga untuk mencari dan Dukungan dari keluarga dapat membantu
menemukan dukungan klien mengatasi nyeri

Ajarkan tentang teknik non farmakologi: Teknik non farmakologi yang benar akan
napas dada, relaksasi, distraksi, kompres membuat klien rileks dan nyaman
hangat/dingin sehingga dapat mengurangi nyeri

Tingkatkan istirahat Istirahat akan membuat klien merasa


nyaman, sehingga nyeri dapat berkurang

Kolaborasi: Penggunaan agens-agens farmakologi


Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri, untuk mengurangi atau menghilangkan
seperti nyeri

Ansietas
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam kecemasan klien teratasi
Kriteria hasil :
 TTV klien dalam batas normal
 Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan
berkurangnya kecemasan
 Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
 Klien mampu mengungkapkan dan menunjukkan teknik untuk mengontrol cemas
INTERVENSI RASIONAL

Identifikasi tingkat kecemasan Membantu menentukan intervensi


selanjutnya
Bantu klien mengenali situasi yang Mengidentifikasi sumber kecemasan
menimbulkan kecemasan klien

Dorong klien untuk mengungkapkan Mengungkapkan perasaan, ketakutan, dan


perasaan, ketakutan, persepsi persepsi akan mengurangi kecemasan
klien

Dengarkan dengan penuh perhatian Membuat klien merasa tenang dan


mengurangi kekhawatiran klien

Temani klien untuk memberikan keamanan Memberikan keamanan pada klien dan
dan mengurangi takut mengurangi takut

Jelaskan semua prosedur dan apa yang Mengurangi kecemasan klien,


dirasakan selama prosedur meningkatkan pemahaman klien
mengenai prosedur tindakan yang akan
dilakukan

Libatkan keluarga untuk mendampingi Keluarga dapat member dukungan positif


klien kepada klien

Instruksikan pada klien untuk Untuk mengurangi kecemasan yang


menggunakan teknik relaksasi dirasakan klien

Kolaborasi: Pemberian obat anti cemas sesuai dengan


Berikan obat anti cemas kebutuhan klien dapat mengurangi
kecemasan klien

Kurang Pengetahuan
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam klien menunjukkan
pengetahuan tentang kontrasepsi
Kriteria hasil :
 Klien menyatakan kepahaman tentang kondisi kontrasepsi, jenis kontrasepsi, kelebihan
& kekurangan, serta cara menggunakannya
 Klien mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
 Klien mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya
INTERVENSI RASIONAL
Kaji tingkat pengetahuan klien Membantu menentukan jenis pengetahuan
yang akan diberikan pada klien

Jelaskan tentang kontrasepsi, jenis-jenis Meningkatkan pemahaman klien


kontrasepsi, kekurangan & kelebihan
masing2 kontrasepsi dan cara
penggunaannya

Jelaskan cara mengatasi masalah yang Meningkatkan pemahaman klien dan


mungkin muncul setelah pemakaian membantu klien mengatasi masalah yang
kontrasepsi muncul

Diskusikan pemilihan kontrasepsi Memilih kontrasepsi yang tepat dan sesuai


dapat mengurangi kecemasan klien &
memenuhi kebutuhan klien

Dukung klien untuk mengeksplorasi Memperluas pemahaman klien


atau mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat

Anda mungkin juga menyukai