Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

DI RUANG KB PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI


“KB IUD (INTRAUTERI DEVICE)”

Pembimbing Akademik :
Dr. Muthia Muthmainah, M.Kep., Sp.Kep.Mat
Ns. Sri Mulyani, S.Kep., M.Kep
Ns. Meinarisa, S.Kep., M.Kep

Pembimbing Klinik:
Ns. Ana, S.Kep

Disusun oleh:
MUTIA SALSA BILLA, S.Kep
G1B223001

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2023
LAPORAN PENDAHULUAN
KB IUD (INTRAUTERI DEVICE)

1. Keluarga Berecana
Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu atau
pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan
mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara
kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami
dan istri dan menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hartanto, 2015).
Kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan,
dapat bersifat sementara dapat pula bersifat permanen. Akseptor KB adalah
anggota masyarakat yang mengikuti gerakan KB dengan melaksanakan
penggunaan alat kontrasepsi.
Macam-macam kontrasepsi menurut Hartanto (2015), antara lain:
1) Kontrasepsi Metode Sederhana
a. Tanpa alat
KB alamiah, terdiri dari pantang berkala, metode kalendir, metode
suhu badan basal, metode lendir serviks.
b. Coitus interuptus atau senggama terputus.
c. Dengan Alat
Mekanis (barrier), terdiri dari kondom pria, barier intra- vaginal
(diagfragma, kap serviks, spons, kondom wanita).
2) Kontrasepsi Metode Modern
a. Kontrasepsi Hormonal
(a) Per-oral : pil oral kombinasi dan minipil.
(b) Suntikan atau injeksi KB, meliputi : depo provera setiap 3
bulan, norigest setiap 10 minggu dan cyclofem setiap bulan.
(c) Sub-kutis (implant) atau alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK)
yang meliputi implant dan norplant.
b. IUD (Intra Uteri Device )adalah Alat Kontrasepsi Dalam Rahim,
yang meliputi : Copper T, Medusa, Seven Copper T.
3) Metode Kontrasepsi Mantap
(1) Pada wanita : Medis Operatif Wanita (MOW) : Tubektomi.
(2) Pada pria : Medis Operatif Pria (MOP) : Vasektomi.

A. DEFINISI IUD
IUD merupakan alat kontrasepsi yang ditempatkan didalam uterus. IUD
dibuat dari plastik khusus yang diberi benang pada ujungnya. Benang ini
gunanya untuk pemeriksaan (kontrol) (Yuhedi, 2014). IUD merupakan
kontrasepsi modern yang telah dirancang sedemikian rupa (baik bentuk, ukuran,
bahan dan masa aktif fungsi kontrasepsinya), diletakkkan dalam kavum uteri
sebagai usaha kontrasepsi, menghalangi fertilisasi, dan menyulitkan telur
berimplantasi dalam uterus.
1. Jenis-jenis IUD
Ada beberapa jenis IUD yang beredar atau dipakai di Indonesia. Secara
umum, IUD terdiri atas 3 jenis, yaitu sebagai berikut :
a. Inert, terbuat dari plastik (lippes loop) atau baja antikarat (the
chiness ring).
b. Mengandung tembaga seperti Cu T380A, CU T200C, Multiload (Cu
ML250 dan 375), Nova T Cu T380A berbentuk kerangka plastik,
kecil, fleksibel, menyerupai huruf T diselubungi oleh kawat tembaga
halus, sangat efektif, reversible, dan berjangka panjang (dapat sampai
dengan 10 tahun).
c. Mengandung hormon steroid, seperti progestasert (hormon
progesterone) dan levonol (levonorgestrel).
2. Cara kerja IUD menurut Manuaba (2014) yaitu :
a. IUD merupakan benda asing dalam rahim sehingga menimbulkan
reaksi benda asing dengan timbunan leukosit, makrofag, dan limfosit.
b. IUD menimbulkan perubahan pengeluaran cairan prostaglandin yang
mengahalangi kapasitasi spermatozoa.
c. Pemadatan endometrium oleh leukosit, makrofag, dan limfosit
menyebabkan blastokis dirusak oleh makrofag dan blastokis tidak
mampu melaksanakan nidasi.
a. Ion Cu yang dikeluarkan IUD dengan Cupper menyebabkan
gangguan
gerak spermatozoa sehingga mengurangi kemampuan untuk
melaksanakan konsepsi.
3. Efektifitas IUD, menurut Hidayati (2009) angka kegagalan IUD berkisar
0,6-0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama pemakaian
(terdapat kegagalan dalam 125-170 kehamilan).
4. Keuntungan IUD, menurut Manuaba (2014), yaitu :
1) Alat kontrasepsi dalam rahim dapat diterima masyarakat dunia,
termasuk Indonesia dan menempati urutan ketiga dalam
pemakaian.
2) Pemasangan tidak memerlukan tindakan medis yang sulit.
3) Kontrol medis yang ringan
4) Penyulit tidak terlalu berat.
5) Pulihnya kesuburan setelah IUD dicabut berlangsung baik.
5. Indikasi pemakaian IUD
Menurut Yuhedi (2014) indikasi pemakaian IUD antara lain :
a) Wanita usia reproduksi.
Wanita nulipara atau yang sudah mempunyai anak atau yang
belum mempunyai anak
b) Wanita yang menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan
efektivitas tinggi.
c) Wanita pasca keguguran dan pasca melahirkan.
d) Wanita dengan risiko tentang IMS (Infeksi Menular Seksual)
e) Wanita yang tidak suka mengingat kapan waktu minum pil KB.
f) Wanita yang gemuk maupun kurus
g) Wanita hipertensi
Penderita penyakit jantung, diabetes militus, dan penyakit hati dan
empedu.
6. Kontraindikasi IUD
1) Wanita yang hamil dan dicurigai hamil.
2) Wanita yang mengalami perdarahan pervagina yang belum jelas
penyebabnya.
3) Wanita yang sedang menderita infeksi alat genetalia (vaginitis,
servisitis) dan wanita dengan kanker organ genital.
4) Wanita dengan kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor
jinak uterus yang dapat mempengaruhi kavum uteri (Yuhedi,
2014).
7. Cara pemasangan IUD
Cara pemasangan IUD menurut Hidayati (2009) adalah
1) Cuci tangan dan keringkan
2) Atur posisi litotomi
3) Pakai perlindungan diri (masker dan sarung tangan steril).
4) Pasang duk
5) Jepit serviks dengan tenakulum
6) Pasang IUD dengan menggunakan teknik menarik (withdrawl
technique)
7) Masukan tabung inserter yang berisi IUD ke dalam kanalis
servikalis.
8) Tarik tabung inserter sampai pangkal pendorong untuk
memasukkan IUD
9) Keluarkan pendorong dan dorong kembali tabung inserter sampai
terasa tahanan
10) Gunting benang IUD ± 3-4 cm, keluarkan dari spekulum.
11) Rendam alat-alat dan lepas sarung (rendam dalam larutan klorin
0,5%), lepaskan masker
12) Cuci tangan dan keringkan
13) Anjurkan pada pasien untuk memeriksa benang IUD.
14) Buat catatan medik.
8. Efek samping IUD
Efek samping pemakaian IUD menurut Manuaba (2014), antara lain:
1. Masih terjadinya kehamilan dengan IUD in situ
2. Terdapat perdarahan (spotting dan menometroragia).
3. Dapat terjadi infeksi dimana tingkat terakhir infeksi
menimbulkan kemandulan primer atau sekunder dan kehamilan
ektopik.
4. Tali IUD dapat menimbulkan perlukaan portio uteri dan
mengganggu hubungan seksual.
Menurut Suratun (2013) efek samping pemasangan IUD, yaitu :
1) Perdarahan
Keluarnya darah dari liang vagina, diluar haid dalam jumlah kecil berupa
bercak-bercak atau dalam jumlah berlebihan.
2) Keputihan/ Leukorea
Terdapat cairan putih yang berlebihan, terjadi akibat produksi cairan rahim
yang berlebihan. Tidak berbahaya apabila cairan tersebut tidak berbau,
tidak terasa gatal dan tidak terasa panas.
3) Eksplusi
Terasa adanya IUD dalam liang senggama yang menyebabkan rasa tidak
enak bagi wanita. Terjadi ekspulasi sebagian atau seluruhnya. Biasanya
terjadi pada waktu haid
4) Nyeri
Nyeri pada waktu pemasangan IUD, saat haid dan saat senggama.
5) Infeksi
Adanya rasa nyeri di daerah perut bagian bawah, bila disertai demam,
keputihan yang berbau busuk dan rasa nyeri pada waktu bersenggama atau
periksa dalam.
6) Translokasi
Pindahnya IUD dari tempat seharusnya.

B. ETIOLOGI KB IUD
a) Memiliki resiko infeksi seksual sebelumnya seperti nutrisi ibu tidak
adekuat
b) Tidak mengkonsumsi antibiotik dalam 20 hari pertama setelah
pemasang pemasangan IUD

C. TANDA DAN GEJALA KB IUD


Tanda dan gejala dari infeksi genitalia pada pemasangan IUD adalah
1. Nyeri di area yang terinfeksi yang terinfeksi
2. Muncul tanda-tanda infeksi seperti rubor, kolor, dolor
3. Ibu tampak tidak nyaman

D. PATOFISIOLOGI KB IUD
E. PATHWAY KB IUD
IUD

Benda asing dari uterus

Reaksi radang Perubahan Terjadi Kurang


Cavum uteri rekasi kimia efek mekanik
pengetahuan
tentang

prosedur
Fagosit meningkat Perubahan Erosi Kontraksi
pemasangan
Reaksi endometrium uterus dan
efek yg
Enzimatik terjadi
Perubahan uterus Spotting Iskemia
Endomentrium otot uterus
Perubahan Infeksi
Ansietas
Keputihan endometrium Pelepasan
Meningkat Makrofag mediator
Nidasi tidak meningkat inflamasi
Infeksi pelvis terjadi
Menekan Stimulasi
Hipertermi sperma syaraf
simpatis &
Sperma dan ovum parasimpatis
Tidak bertemu
Persepsi
nyeri
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Kultur serviks dan apusan basah, jika ada indikasi
2) Urinalis rutin sesuai indikasi untuk diagnosa banding
3) Laboratorium hematologi
4) Tes kehamilan jika ada indikasi

G. PENATALAKSANAAN
1) Mengkonsumsi antibiotik sesuai indikasi
2) Melepaskan IUD
H. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KB IUD
1. PENGKAJIAN
2) Data Subjektif
Data subjektif meliputi :
1) Biodata : Identitas pasien dan penanggung jawab (suami,
ayah, keluarga).
2) Nama pasien dikaji untuk membedakan pasien satu dengan yang
lain agar tidak keliru dalam memberikan penanganan.
3) Umur pasien dikaji untuk mengetahui adanya resiko, apabila
dibawah 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang dan jika
lebih dari 35 tahun akseptor KB mendekati menopause
4) Agama pasien dikaji untuk mengetahui keyakinan pasien untuk
membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa
5) Suku pasien dikaji untuk mengetahui adat dan kebiasaan yang
berhubungan dengan KB.
6) Pendidikan pasien dikaji untuk mengetahui sejauh mana tingkat
intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling
sesuai dengan pendidikannya.
7) Pekerjaan pasien dikaji untuk mengetahui dan mengukur tingkat
sosial ekonominya, karena mempengaruhi dalam pemenuhan gizi
pasien.
8) Alamat pasien dikaji untuk mempermudah hubungan jika
diperlukan dalam keadaan mendesak sehingga bidan mengetahui
tempat tinggal pasien.
1) Keluhan utama
Mengetahui keluhan utama/alasan datang ke institusi pelayanan
kesehatan dan kunjungan saat ini apakah kunjungan pertama atau
kunjungan ulang.
2) Riwayat Perkawinan
Untuk mengetahui status perkawinan, perkawinan ke, umur klien
saat perkawinan dan lama perkawinan.
3) Riwayat Menstruasi
Meliputi siklus, lama menstruasi, dismenorea, perdarahan
pervaginam dan flour albus.
4) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu untuk mengetahui
jumlah paritas dan abortus.
5) Riwayat keluarga berencana
Untuk mengetahui metode yang dipakai, waktu, tenaga dan tempat
saat pemasangan dan berhentinya, keluhan/alasan berhenti.
6) Riwayat kesehatan
Untuk mengetahui riwayat penyakit sekarang seperti batuk, pilek
ataupun demam. Riwayat penyakit sistemik yang sedang atau pernah
diderita (penyakit jantung, hipertensi, DM, TBC, ginjal, ASMA,
epilepsi, hati, malaria, penyakit kelamin, HIV/AIDS). Riwayat
penyakit sistemik keluarga, riwayat penyakit ginekologi dan riwayat
penyakit sekarang.
7) Kebiasaan sehari-hari
Untuk mengetahui kebiasaan pasien sehari-hari dalam menjaga
kebersihan dirinya dan bagaimana pola makan sehari-hari apakah
terpenuhi gizinya atau tidak.
8) Nutrisi
Mengetahui seberapa banyak asupan nutrisi pada pasien dengan
mengamati adalah penurunan berat badan atau tidak pada pasien.
9) Eliminasi
Untuk mengetahui berapa kali BAB dan BAK, dan bagaimana
keseimbangan antara intake dan output.
10) Istirahat
Untuk mengetahui berapa lama ibu tidur siang dan malam. Pada
kasus akseptor KB IUD dengan leukorea fisiologi istirahat ibu
terganggu karena adanya rasa yang tidak nyaman.
11) Aktifitas
Untuk mengetahui aktifitas ibu sehari-hari. Pada kasus akseptor
KB IUD dengan leukorea fisiologi aktifitas akan terganggu
karena kondisi tubuh yang tidak nyaman atau keadaan penyakit
yang dialaminya.
12) Personal hygiene
Untuk mengetahui tingkat kebersihan pasien. Kebersihan
perorangan sangat penting agar terhindar dari penyakit kulit
(Muslihatun dkk, 2009).
13) Pola seksual
Untuk mengetahui berapa frekuensi yang dilakukan ibu.
14) Keadaan psikologis
Untuk mengetahui tentang perasaan ibu sekarang, apakah ibu
merasa takut atau cemas dengan keadaan sekarang.
3) Data Objektif
Data objektif adalah data yang dapat diobservasi dan dilihat oleh
tenaga kesehatan.
1) Status generalis
a. Keadaan umum
Untuk mengetahui keadaan pasien secara keseluruhan dengan
kriteria baik yaitu apabila ibu mampu melakukan aktivitas
secara mandiri tanpa bantuan atau lemah apabila ibu tidak bisa
melakukan aktivitas secara mandiri (Matondang, 2013)
b. Kesadaran
Penilaian kesadaran dinyatakan sebagai composmentis yaitu
kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab
pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.
2) Tanda-tanda vital meliputi :
(1) Tekanan darah
Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi atau hipotensi,
tekanan darah normal adalah 120/80 mmHg.
(2) Denyut jantung
Menilai kecepatan, irama suara jantung jelas dan teratur.
Denyut jantung normal pada orang dewasa adalah 60-80
x/menit.
(3) Pernafasan
Menilai sifat pernafasan dan bunyi nafas dalam 1 menit.
Respirasi normal 40-60 x/menit.
(4) Temperatur
Temperatur normal rektal axilla yaitu 37°C dan kulit 36,5°C.
3) Pemeriksaan Antropometri
Pemeriksaan atropometri meliputi:
a. Berat badan : Untuk memantau berat badan naik atau
turun.
b. Panjang badan : Untuk mengukur tinggi badan.
4) Pemeriksaan generalis
(5) Kepala dan leher
Meliputi edema wajah, mata (kelopak mata pucat, warna
sklera), mulut (rahang pucat, kebersihan, keadaan gigi,
karies, karang, tonsil), leher (pembesaran kelenjar tyroid,
pembuluh limfe).
(6) Muka
Pada daerah wajah/muka dilihat simetris atau tidak, apakah
warna kulitnya, ekspresi wajahnya, dan pembengkakan daerah
wajah dan kelopak mata. Dilanjutkan inspeksi konjungtiva
untuk mengetahui ada tidaknya kemerahan atau anemia.
(7) Mata
Pemeriksaan mata dilakukan dengan inspeksi bola mata,
kelopak mata, konjungtiva, sklera, dan pupil.
(8) Telinga
Pengkajian telinga secara umum bertujuan untuk mengetahui
keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang telinga/membran
timpani, dan pendengaran.
(9) Hidung
Hidung dikaji dengan tujuan untuk mengetahui keadaan bentuk
dan fungsi hidung. Pengkajian hidung mulai dari bagian luar,
bagian dalam kemudian sinus-sinus. Pada pemeriksaan hidung
juga dilihat apakah ada polip dan kebersihannya.
(10) Mulut dan faring
Pengkajian mulut dan faring dilakukan dengan posisi pasien
duduk. Pengkajian dimulai dengan mengamati bibir, gudi,
lidah, selaput lendir, pipi bagian dalam, lantai dasar mulut, dan
palatum kemudian faring.
(11) Leher
Apakah ada pembesaran kelenjar gondok atau tyroid, tumor
dan pembesaran kelenjar getah bening.
(12) Payudara
Meliputi bentuk dan ukuran, hiperpigmentasi areola, keadaan
puting susu, retraksi, adanya benjolan/massa yang
mencurigakan, pengeluaran cairan dan pembesaran kelenjar
limfe.
(13) Abdomen
Meliputi adanya bentuk, adanya bekas luka, benjolan/masa
tumor, pembesaran hepar, nyeri tekan.
5) Pemeriksaan vulva vagina
(1) Pemeriksaan vulva
Untuk mengetahui adanya perdarahan dan adanya pengeluaran
pervaginam.
(2) Inspekulo
Untuk mengetahui keadaan servik (cairan/darah, luka,
peradangan atau tanda-tanda keganasan, keadaan dinding
vagina, posisi benang IUD.
(3) Pemeriksaan penunjang dan laboratorium
Data penunjang diperlukan sebagai pendukung diagnosa,
apabila diperlukan misalnya pemeriksaan laboratorium.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kecemasan berhubungan dengan stress terhadap perubahan status
kesehatannya.
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi vulva
hygiene.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan Leukorea berlebih.
3. PERENCANAAN
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
1. Kecemasan Tujuan : Kecemasan 1. Gunakan pendekatan yang 1. Untuk membina hubungan
berhubungan dengan terkontrol menenangkan saling percaya
stress terhadap Kriteria hasil : 2. Jelaskan semua prosedur dan 2. Pengetahuan tentang
perubahan status - Klien mampu apa yang dirasakan selama prosedur mengurangi rasa
kesehatannya. mengidentifikasi dan prosedur cemas
mengungkapkan gejala cemas 3. Ukur tanda – tanda vital 3. Untuk mengetahui status
- Mengidentifikasi, 4. Temani pasien untuk kesehatan klien
mengungkapkan dan memberikan keamanan dan 4. Untuk mengurangi rasa
menunjukkan tehnik untuk mengurangi takut cemas
mengontol cemas 5. Berikan informasi faktual 5. Informasi tentang penyakit
- Vital sign dalam batas normal mengenai diagnosis, dapat mengurangi nyeri
Postur tubuh, ekspresi wajah, tindakan prognosis 6. Dukungan keluarga sangat
bahasa tubuh dan tingkat 6. Libatkan keluarga untuk berperan dalam
aktivitas menunjukkan mendampingi klien menurunkan nyeri
berkurangnya kecemasan 7. Instruksikan pada pasien 7. Teknik relaksasi membantu
untuk menggunakan tehnik mengurangi nyeri
relaksasi
8. Identifikasi tingkat 8. Untuk mengetahui tingkat
kecemasan kecemasan
9. Bantu pasien mengenal 9. Menjaga kelembaban
situasi yang menimbulkan daerah genetalia dan
kecemasan menjaga kelembaban dan
tetap kering serta
mencegah infeksi
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
2 Kurang pengetahuan Tujuan : 1. Kaji tingkat pengetahuan 1. Untuk mengetahui sejauh
berhubungan dengan Klien paham tentang proses pasien dan keluarga mana pengetahuan pasien
kurangnya informasi penyakitnya dan keluarga tentang
vulva hygiene. Kriteria hasil : penyakitnya.
- Pasien dan keluarga
menyatakan pemahaman 2. Jelaskan tentang proses 2. Informasi tentang
tentang penyakit, kondisi, penyakit : defenisi, tanda dan penyakitnya menambah
prognosis dan program gejala yang biasa muncul pengetahuan.
pengobatan pada penyakit, dengan cara
- Pasien dan keluarga mampu yang tepat
melaksanakan prosedur yang 3. Identifikasi kemungkinan 3. Penyebab dapat
dijelaskan secara benar penyebab, dengan cara yang ditimbulkan bersifat
- Pasien dan keluarga mampu tepat fisiologi atau patologi
menjelaskan kembali apa yang 4. Diskusikan pilihan terapi 4. Penanganan yang tepat
dijelaskan perawat/tim atau penanganan dapat mengurangi dampak
kesehatan lainnya resiko jika tidak dilakukan
vulva hygiene
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
3. Resiko infeksi Tujuan : 1. Pertahankan teknik aseptif 1. Untuk mengurangi resiko
berhubungan dengan Infeksi tidak terjadi infeksi.
Leukorea berlebih Kriteria hasil : 2. Cuci tangan setiap sebelum 2. Untuk mengurangi
- Klien bebas dari tanda dan dan sesudah tindakan penyebaran infeksi
gejala infeksi 3. Anjurkan klien untuk rajin
- Menunjukkan kemampuan mengganti pakaian dalam. 3. Untuk mengurangi
untuk mencegah timbulnya 4. Monitor tanda dan gejala terjadinya infeksi
infeksi infeksi 4. Untuk mengetahui lebih
- Jumlah leukosit dalam batas dini tanda dan geajala
normal infeksi dapat mengurangi
- Menunjukkan perilaku hidup 5. Kaji tanda-tanda terjadinya resiko terjadinya infeksi
sehat inflamasi 5. Proses
- Status imun, gastrointestinal, inflamasimenandakan
genitourinaria dalam batas 6. Kolaborasikan pemberian terjadinya infeksi
normal antibiotik dengan dokter 6. Untuk menghilangkan
infeksi
4. IMPLEMENTASI
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah
direncanakan, mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan
mandiri adalah tindakan keperawatan brdasrkan analisis dan kesimpulan
perawat bukan atas petunjuk petugas kesehatan lainnya.tindakan
kolaborasi adalah tindakan keperawatan berdasarkan oleh hasil keputusan
bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya.

5. EVALUASI
Langkah ini merupakan langkah terakhir guna mengetahui apa yang
telah dilakukan. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang diberikan,
ulangi kembali proses manajemen dengan benar terhadap setiap aspek
asuhan yang sudah dilaksanakan tapi belum efektif atau merencanakan
kembali yang belum terlaksana (Yulifah dan Surachmindari, 2014).
Data Perkembangan menggunakan SOAP Sistem pendokumentasian
asuhan keperawatan dengan menggunakan SOAP, yaitu :
S (Subjektif) : menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan
data klien melalui anamnesa.
O (Objektif) : menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan
fisik klien, hasil laboratorium dan tes diagnostik lain
yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung
asuhan keperawatan.
A (Asessment) : menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan
interpretasi data subyektif dan data obyektif dalam suatu
identifikasi :
P (Planning) : Menggambarkan pendokumentasian dari tindakan dan
evaluasi, perencanaan.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina., and Nawati. 2017. Determinan Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Pasca
Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Merdeka Kota Bogor. Jurnal
Kesehatan 8(2): 170-177.
Hartanto,Hanafi.2015.Keluargaberencanadankontrasepsi. Jakarta:Sinar Harapan.
Manuaba, I. A. C., I. D. G. F. Manuaba., dan I. B. G. Manuaba. 2014. Ilmu
Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB Untuk Pendidikan Bidan.
Jakarta : EGC.
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator
Diagnostik (Edisi 1). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan (Edisi 1). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai