Anda di halaman 1dari 13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Teori Tentang Keluarga Berencana

1. Pengertian keluarga berencana

Keluarga berencana (KB) merupakan usaha suami isteri untuk mengatur

jumlah dan jarak anak yang diinginkan. (Purwoastuti,2015)

Program keluarga berencana (KB) adalah bagian yang terpadu (Integral) dalam

program pembangunan internasional dan bertujuan untuk menciptakan

kesejahteraan ekonomi, spiritual, dan sosial budaya penduduk indonesia agar

dapat dicapai keseimbangan yang baik dengan kemampuan produksi nasional

(Setianingrum,dkk,2014)

Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma (kosepsi)

atau pencegahan menempelnya sel telur yang sudah dibuahi kedidinding rahim

(Mulyani dan Rinawati,2013)

2. Tujuan kontrasepsi

a. Tujuan umum

Memberikan dukungan dan pemantapan penerimaan gagasan KB yaitu

dihayatinya norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera

(NKKBS). (Firdayanti,2012).

b. Tujuan khusus

Penurunan angka kelahiran guna mencapai tujuan. Dikategorikan dalam 3 fase

untuk mencapai pelaynan tersebut yaitu;

1) Fase menunda/mencegah kehamilan, dimana fase menunda ini ditujukan

kepada pasangan usia subur dengan umur isteri kurang dari 20 tahun.
2) Fase menjarangkan kehamilan, dimana pada periode ini usia isteri antaran

20-35 tahun merupakan usia paling baik untuk melahirkan dengan jumlah

2 orang dengan jarak antara kehamilan 2-4 tahun ini dikenal dengan catur

warga.

3) Fase menghentikan/mengakhiri kehamilan atau kesuburan, dimana periode

ini umur isteri diatas 30 tahun, terutama 35 tahun sebaiknya mengakhiri

kesuburan setelah mempunyai dua orang anak ( Firdayanti,2012)

3. Konseling kontrasepsi

Konseling kontrasepsi adalah komunikasi tatap muka dimana satu pihak

membantu pihak lain untuk mengambil keputusan dan melaksanakan

keputusan tersebut, berarti unsur yang terkandung jelas, tepat, dan benar serta

kemampuan untuk memahami pihak lain atau calon akseptror.

Tujuan umum konseling kontrasepsi adalah meningkatkan kualitas

pelayanan sehingga calon aseptor KB dapat menentukan sendiri pilihan

kontrasepsi yang akan digunakannya. (Meilani,dkk,2012)

4. Metode kontrasepsi IUD/AKDR

Menurut Setiyaningrum dan Aziz (2014), AKDR/IUD merupakan alat kontrasepsi

yang dipasang dalam rahim yang relatif lebih efektif bila dibandingkan dengan

metode pil, suntik dan kondom. Efektifitas metode IUD antara lain ditunjukan

dengan angka kelangsungan pemakaian. Pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim

dapat dilakukan segera setelah proses persalinan atau dalam waktu 48 jam pasca

persalinan, jika lewat dari waktu tersebut, maka pemakaian AKDR akan ditunda
hingga 6-8 minggu kemudian, karena resiko perforasi atau ekspulsi lebih besar

jika pemasangan AKDR dilakukan pada minggu ke 2-6 setelah persalinan.

a. Jenis IUD

Jenis IUD yang dipakai di Indonesia antara laian adalah:

1) Copper T

IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polythelin dimana pada bagian

vertikelnya diberi lilitan kawat tembaga halus, Lilitan tembaga halus ini

menpunyai efek antifertilitas (anti pembuahan) yang cukup baik.

2) Copper 7

IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan

pemasangan, Fungsinya sama dengan lilitan tembaga halus pada IUD

copper T

3) Multi load

IUD ini terbuat dari plastik (polythelin) dengan dua tangan kiri dan kanan

berbentuk sayap yang fleksibel. Ada tiga jenis ukuran multi load yaitu

standar, small dan mini.

4) Lippes loop

IUD ini terbuat dari polytheline, berbentuk huruf spiral atau S

bersambung, Loppes loop mempunyai angka kegagalan yang rendah.

b. Keuntungan dan kerugian IUD

1) Keuntungan

a) Efektifitasnya tinggi

b) IUD sangat efektif segera setelah pemasangan

c) Sangat efektif karena tidak perlu mengingat ingat ber KB


d) Tidak mempengaruhi hubungan seksual

e) Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut hamil

f) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume Asi

g) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus

(apabila tidak terjadi infeksi)

h) Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau setelah haid

terakhir)

i) Mencegah kehamilan ektopik (Saifudin,2003)

2) kerugian

a) Perubahan siklus haid (pada bulan pertama dan akan berkurang setelah

3 bulan)

b) Haid lebih lama dan banyak

c) Perdarahan (spooting) antar menstruasi

d) Saat haid lebih sedikit

e) Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan

yang berganti ganti pasangan (Saifudin,2003)

3) Kontra indikasi, indikasi dan efek samping

Kontra indikasi:

a) Wanita hamil atau diduga hamil, misalnya jika seorang wanita

melakukan senggama tanpa menggunakan metode kontrasepsi yang

valid sejak periode menstruasi normal yang terakhir

b) Penyakit inflamasi pelvik (PID) diantaranya riwayat PID kronis,

riwayat PID akut atau sub akut, riwayat PID tiga bulan terakhir

termasuk endometriosis pasca melahirkan atau aborsi terinfeksi


c) Riwayat kehamilan ektopik atau kondisi yang dapat mempermudah

ektopik

d) Ukuran uterus dengan alat periksa (sonde uterus) berada diluar batas

yang telah ditetapkan yaitu ukuran uterus yang normal 6-9 cm

e) Iud sudah ada dalam uterus dan belum dikeluarkan (Verney helen,

2007)

Indikasi:

a) Usia reproduksi

b) Keadaan nulipara

c) Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang

d) Wanita yang sedang menyusui

e) Setelah abortus dan tidak terlihat adanya tanda-tanda infeksi

f) Tidak menghendaki metode kontrasepsi hormonal (Handayani,2010)

Efek samping

a) Merasakan sakit dan kejang selama 3-5 hari setelah pemasangan

b) Perdarahan berat pada haid atau diantaranya yang memungkinkan

penyebab terjadinta anemia

c) Penyakit radang panggul, dapat terjadi ada wanita dengan IMS, jika

memakai IUD, penyakit radang panggul dapat memicu infertilitas

d) Sedikit nyeri dan perdarahan (Spooting) terjadi segera setelah

pemasangan IUD, biasanya menghilang setelah 1-2 hari

(Saifuddin,2006)

c. Cara pemasangan

1) Konseling pra pemasangan


a) Menjelaskan cara kerja IUD

b) Menjelaskan keuntungan dan kerugian penggunaan KB IUD

c) Menjelaskan cara pemasangan KB IUD

d) Menjelaskan jadwal kunjungan ulang pra pemasangan atau setelah

pemasangan yaitu 1 minggu setelah pemasangan, 6 bulan setelah

pemasangan, 1 tahun setelah pemasangan

e) Sedang hamil (diketahui hamil atau sedang hamil)

f) Perdarahan vagina yang tidak diketahui penyebabnya

g) Sedang menderita infeksi alat genetal (vaginitis, servitis)

h) Diketahui menderita TBC pelvic

i) Kanker alat genetal

j) Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm (BKKBN,2009)

2) Teknik pemasangan

a) Penderita tidur terlentang di meja ginekologi

b) Vulva dibersihkan dengan kapas lisol, betadene, hibiscrab atau lainnya

c) Dilakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan besar arah rahim

d) Duk steril di pasang di bawah bokong

e) Spekulum cocor bebek di pasang, sehingga cerviks tampak

f) Serviks sampai portio di bersihkan dengan kapas, betadene, lisol atau

lainnya

g) Dilakukan sondage untuk menentukan dalam, panjang rahim dan arah

posisi rahim

pemasangan Copper T

1) Pembungkus copper T dibuka


2) IUD dimasukan kedalam introdusor melalui ujungnya sampai batas

tertentu dengan memakai sarung tangan steril

3) Introdusor dengan IUD terpasang, dimasukan kedalam rahim

sampai menyentuh fundus uteri dan ditarik sedikit

4) Pendorong selanjutnya mendorong IUD hingga terpasang

5) Introdusor dan pendorongnya di tarik

6) Lepaskan spekulum (Manuaba, 2010)

d. Konseling dan intruksi pasca pemasangan

1) Buat rekam medik

2) Mengkaji perasaan akseptor pasca pemasangan IUD

3) Menjelaskan komplikasi yang mungkin timbul pasca pemasangan IUD

4) Ajarkan klien cara pemeriksaan mandiri benang IUD

5) Lakukan observasi selama 15 menit sebelum memperbolehkan klien

pulang (Prawirohardjo,2006)

e. Cara melepas IUD

1) Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan

2) Akseptor di persilahkan untuk buang air kecil (BAK) terlebih dahulu dan

membersihkan daerah genetalnya, kemudian dipersilahkan berbaring

ditempat periksa dalam posisi litotomi

3) Gunakan sarung tangan steril, lakukan vulva hygiene

4) Masukan spekulum ke dalam liang senggama posisi sedemikian rupa

sehingga mulut rahim terlihat dengan baik

5) Bersihkan serviks dengan larutan antiseptik 3 kali secara merata pada

daerah serviks dan vagina


6) Identifikasi benang IUD, jika terlihat, jepit benang dengan forcep, tarik

benang IUD perlahan-lahan kearah bawah hingga keluar dari liang

senggama, bila terasa ada tahanan terlalu kuat,

cobalah lakukan manover menarik-narik secara halus benang tersebut

7) Apabila benang tidak terlihat, masukan sonde sesuai dengan posisi rahim

dan putar gagang sonde secara perlahan-lahan dalam bentuk lingkaran,

benturan sonde dengan IUD akan terasa bila IUD terdapat di dalam rahim,

tarik IUD keluar dengan memakai removel/pengait IUD

8) Lepaskan spekulum, kemudian lakukan desinfektan daerah vagina

9) Lakukan dekontaminasi peralatan dan bahan pakai ulang dengan klorin

0,5%

f. Komplikasi pasca pemasangan

1. Infeksi

2. Perforasi

3. Kehamilan (Verney, 2007)

B. Standar Asuhan Kebidanan Keluarga Berencanan

1. Data Subjektif

a. Menunda kehamilan

b. Mengatur kesuburan (menjarangkan kehamilan)

c. Mengakhiri kesuburan (tidak hamil lagi) (Setyaningrum dan Aziz, 2014)

2. Data Objektif

Memeriksakan tekanan darah, berat badan, riwayat penyakit ( hipertensi, diabetes,

penyakit katup jantung, dll) (Verney, 2006)

3. Assesment
Data yang dikumpulkan di interpretasikan untuk menentukan diagnosis,

mengidentifikasi masalah/kebutuhan klien

4. Planning

a. Memberikan konseling pada wanita tingkat keefektifan dan efek samping serta

komplikasi potensial penggunaan IUD dan memintanya menandatangani surat

persetujuan ( informed consent)

b. Melakukan pengkajian kesehatan

c. Melakukan pemeriksaan untuk mengetahui apakah ada penyimpangan dari

nilai normal dan kontra indikasi terhadap penggunaan IUD

d. Mengatur kemungkinan efek samping dan komplikasi yang muncul berkaitan

dengan penggunaan kontrasepsi non hormonal (Verney, 2006)

C. Standar Asuhan kebidanan

Menurut Permenkes No 938/MENKES/SK/VIII/ 2007 Standar asuhan kebidanan

adalah acuan dalam proses pengambilan keputusan dan tindakan oleh bidan sesuai

dengan wewenang dan ruang lingkup prakteknya berdasarkan ilmu dan kiat

kebidanan. Mulai dari pengkajian, perumusan diagnose dan atau masalah kebidanan,

perencanaan, implementasi, evaluasi dan pencatatan Asuhan kebidanan.

1. STANDAR I: Pengkajian

a. Pernyataan standar: bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat,

relevan dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien

b. Kriteria pengkajian

1) Data tepat, akurat dan lengkap


2) Terdiri dari data subjektif ( hasil anamnese, biodata, keluhan utama,

riwayat obstetrik, riwayat kesehatan dan latar belakang sosial budaya)

3) Data objektif (hasil pemeriksaan fisik, psikologis dan pemeriksaan

penunjang)

2. STANDAR II: Perumusan diagnose dan atau masalah kebidanan

a. Pernyataan standar: bidan menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian,

menginterprestasikan secara akurat dan logis untuk menegakan diagnosa dan

masalah kebidanan yang tepat.

b. Kriteria perumusan masalah diagnosa dan atau masalah

1) Diagnosa sesuai nomenklatur kebidanan

2) Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien

3) Dapat diselesaikan dengan Asuhan kebidanan secara mandiri, kolaborasi

dan rujukan

3. STANDAR III: Perencanaan

a. Pernyataan standar: Bidan merencanakan Asuhan kebidanan berdasarkan

diagnosa atau masalah yang ditegakan

b. Kriteria perencanaan

1) Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan kondisi klien,

tindakan segera, tindakan antisipasi dan asuhan secara komprehensip

2) Melibatkan klien atau pasien dan atau keluarga

3) Mempertimbangkan kondisi psikologi, sosial budaya klien/keluarga

4) Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan klien

berdasarkan evidence besed dan memastikan bahwa asuhan yang diberikan

bermanfaat untuk klien


5) Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku, sumberdaya

serta fasilitas yang ada.

4. STANDAR IV: Implementasi

a. Pernyataan standar: Bidan melaksanakan rencana Asuhan kebidanan secara

konprehensif, efektif dan aman berdasarkan Evidence besedkepada klien/

pasien, dalam bentuk upaya

promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dilaksanakan secara mendiri,

kolaborasi dan rujukan

b. Kriteria

1. Memperhatikan keunikan klien sebagai mahluk bio-psiko-sosial-spiritual-

kultural

2. Setiap tindakan asuhan harus mendapat persetujuan dari klien dan atau

keluarganya (Inform consent)

3. Melakukan asuhan tindakan berdasarkan evedence besed

4. Melibatkan klien/pasien dalam setiap tindakan

5. Menjaga privasi klien/pasien

6. Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi

7. Mengikuti perkembangan kondisi klien secara berkisenambungan

8. Menggunakan sumberdaya, sarana dan fasilitas yang ada dan sesuai

9. Melaksanakan tindakan sesuai standar

10. Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan

D. Kewenangan Bidan

Kewenagan bidan menurut Permenkes RI No 28 tahun 2017


Dalam penyelenggaraan praktik kebidanan, bidan memiliki kewenangan untuk

memberikan:

1. Pelayanan kesehatan ibu:

2. Pelayanan kesehatan anak:

3. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana

Pasal 21

Dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga

berencanan sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 huruf c, Bidan berwenang

memberikan:

a. Penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga

berencana: dan

b. Pelayanan kontrasepsi oral, kondom, dan suntikan.

E. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan

Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, singkat dan jelas mengenai

keadaan/kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam memberikan asuhan

kebidanan.

Kriteria pencatatan asuhan kebidanan

1. Pecatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada formulir yang

tersedia ( Rekam medik/KMS/status pasien/buku KIA)

2. Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP

3. S adalah data subjektif, mencatat hasil anamnese

4. O adalah data Objektif, mencatat hasil pemeriksaan

5. A adalah hasil Assesment, mencatat diagnosa dan masalah kebidanan


6. P adalah Plannig, mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan yang

sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan secara

komprehensif; penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi/ follow up dan

rujukan.

Anda mungkin juga menyukai