Anda di halaman 1dari 5

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA

(STIKes PERTAMEDIKA)
Arini Dwi Astuti 21219036/2020
Program Profesi SI Keperawatan

LAPORAN KASUS KELUARGA BERENCANA (KB)


IUD

A. Identitas Klien
Nama Klien : Ny. A Nama Suami : Tn. G
Umur : 26 tahun Umur : 28 tahun
Suku/Agama : Sunda/Islam Suku/Agama : Jawa/Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Karyawan Swasta
Status : Menikah
Alamat : Jl. D, Kebon Baru

B. Riwayat KB Yang Lalu


Klien belum pernah melakukan KB sebelumnya. Klien ingin memakai KB
spiral sesuai yang dianjurkan oleh bidannya dulu.

C. Riwayat KB Saat Ini


Klien belum pernah memakai KB. Status gravid klien G0P1A0. Memiliki
anak hidup 1 dan merasa perlu untuk memberi jarak untuk kehamilan
selanjutnya, oleh karena itu klien memutuskan untuk melakukan KB
spiral.

D. Prosedur Pemakaian
1. Memberi salam sapa kepada klien dengan ramah dan perkenalkan diri
2. Anamnesa
3. Konseling pra pemasangan IUD
4. Mengisi formulir informed consent
5. Mencuci tangan
6. Membantu dokter untuk melakukan pemasangan IUD
7. Pastikan bahwa wanita yang menginginkan pemasangan AKDR
tidak sedang hamil
8. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
9. Lakukan pemeriksaan bimanual
10. Pasang speculum dan sesuaikan untuk mendapatkan ruang pandang
terluas sehingga memudahkan pemasangan AKDR
11. Membersihkan Serviks secara menyeluruh dengan antiseptic
12. Memasukkan tenakulum dan jepit porsio kearah jam 11.00 atau
13.00
13. Mengukur kedalaman uterus dengan menggunakan sonde uterus
14. Memasukkan IUD sesuai dengan macam alatnya. Lepaskan IUD dalam
bidang transverse dari kavum uteri pada posisi setinggi mungkin
difundus uteri.
15. Keluarkan tabung inseternya.
16. Periksa dan gunting benang ekor IUD sampai 2-3 cm dari ostium uteri
eksternum.
17. Lepaskan tenakulum dan spekulum.
18. Mencuci tangan
19. Melakukan pencatatan hasil pelayanan di buku kohot dan registrasi KB

E. Indikasi
a. Usia reproduktif.
b. Keadaan nulipara.
c. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
d. Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi.
e. Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya.
f. Setelah mengalami abortus dantidak terlihat adanya adanya infeksi.
g. Resiko rendah IMS.
h. Tidak menghendaki metode hormonal.
i. Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari.
j. Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari senggama.
(Handayani, 2010)

F. Kontraindikasi
a. Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil).
b. Perdarahan vagina yang tidak diketahui.
c. Sedang menderita infeksi alat genital.
d. Tiga bulan terakhir sedang mengalami abortus.
e. Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim
yang dapat mempengaruhi kavum uteri.
f. Penyakit trofoblas yang ganas.
g. Diketahui menderiata TBC pelvic.
h. Kanker alat genital.
i. Ukuran rahim yang kurang 5 cm.
(Handayani, 2010)

G. Keuntungan IUD
a. AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan.
b. Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380 A dan
tidak perlu diganti).
c. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.
d. Tidak memprngaruhi hubungan seksual.
e. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk
hamil.
f. Tidak ada efeksamping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380 A)
g. Tidak mempengaruhi kualitas ASI.
h. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus
(Apabila tidak terjadi infeksi).
i. Dapat digunakan sampai menoupose (1 tahun atau lebih setelah
haid terakhir)
j. Tidak ada interaksi dengan obat-obatan.
k. Membantu mencegah terjadinya kehamilan ektopik.
(Handayani, 2010)

H. Kerugian IUD
a. Perubahan siklus haid (umumnya pada 8 bulan pertama dan akan
berkurang setelah 3 bulan).
b. Haid lebih lama dan banyak.
c. Perdarahan atau (spooting) antar menstruasi
d. Saat haid lebih sakit
e. Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.
f. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau
perempuan yang sering ganti-ganti pasangan.
g. Penyakit radang panggul terjadi. Seorang perempuan dengan IMS
memakai AKDR, PRP dapat memicu infertilitas.
h. Prosedur medis,termasuk pemeriksaan pelvic diperlukan dalam
pemasangan AKDR. Seringkali perempuan takut selama
pemasangan.
i. Sedikit nyeri perdarahan (spooting) terjadi
segera setelah pemasangan AKDR.Biasanya
menghilang dalam 1-2 hari.
j. Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri. Petugas
kesehatan terlatih yang harus melakukanya.
k. Mungkin AKDR keluar lagi dari uterus tanpa diketahui (sering
terjadi apabila AKDR di pasang setelah melahirkan).
l. Perempuan harus memeriksakan posisi benang dari waktu
kewaktu,untuk melakukan ini perempuan harus bisa memasukkan
jarinya kedalam vagina. Sebagian perempuan ini tidak mau
melakukanya.
(Handayani, 2010)

I. Efek Samping Dan Penanganannya


Menurut Sujiantini dan arum (2009),
a. Perdarahan ( menoragia atau spotting menoragia)
b. Rasa nyeri dan kejang perut
c. Terganggunya siklus menstruasi (umumnya terjadi pada 3 bulan
pertama pemakaian)
d. Disminore
e. Gangguan pada suami ( sensasi keberadaan benang iud darasakan
sakit atau mengganggu bagi pasangan saat melakukan aktifitas
seksual)
f. Inveksi pelvis dan endometrium

J. Daftar Pustaka

Arum, DNS., dan Sujiyatini. (2009). Panduan Lengkap Pelayanan KB


Terkini. Jogjakarta : Nuha Medika

Handayani, S. (2010). Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana.


Yogyakarta: Pustaka Rihama.

Anda mungkin juga menyukai