Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Kejang pada anak merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua,

sehingga sebagai dokter harus tahu cara mengatasi kejang dengan tepat dan cepat,
selain itu salah satu penyebab kejang yang paling sering dijumpai pada anak adalah
kejang demam yang merupakan kegawatan di bidang neurologi. 1
Kejang demam terjadi pada 2-4% dari populasi anak yang berusia 6 bulan
hingga 5 tahun. Satu dari 25 anak pernah mengalami kejang demam dan lebih dari
sepertiganya mengalami kejang lebih dari satu kali. Kejang demam dibagi menjadi 2
yakni kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks. Delapan puluh persen
dari kasus kejang demam merupakan kejang demam sederhana. Kejang pertama
terbanyak terjadi antara usia 17-23 bulan, dimana anak laki-laki lebih sering
mengalami kejang demam. Setelah kejang demam pertama, 2-4% anak akan
berkembang menjadi epilepsi.1,2,3
Penanganan kejang demam sampai saat ini masih terjadi kontroversi terutama
mengenai pengobatannya yaitu perlu tidaknya penggunaan obat untuk profilaksis
rumatan. Dalam penatalaksanaan kejang demam ada 4 faktor yang harus
diperhatikan, yaitu: mengatasi kejang secepat mungkin, pengobatan penunjang.
memberikan obat maintenance dan mencari serta mengobati faktor penyebab.2
Pada umumnya prognosis kejang demam baik tetapi dapat menjadi buruk bila
didapati penyebab demam adalah penyakit-penyakit serius yang luput ditanggulangi.
Anak yang pernah mengalami kejang demam, terutama yang tidak ditangani secara
adekuat, akan mengalami kelainan seperti penurunan IQ, peningkatan risiko epilepsi,
peningkatan risiko kejang demam berulang, dan kematian.1

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2. 1

Definisi
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu

tubuh (suhu rectal > 380C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranial. Kejang
demam dapat dibagi menjadi kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks.
Kejang

demam

sederhana

merupakan

kejang

demam

yang

berlangsung

singkat,kurang dari 15 menit dan umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk
umum tonik dan atau klonik tanpa gerakan fokal dan tidak berulang dalam waktu 24
jam. Kejang demam kompleks adalah kejang dengan salah satu ciri yaitu kejang lama
lebih dari 15 menit, kejang fokal atau parsial satu sisi atau kejang umum yang
didahului kejang parsial dan berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.1, 2, 4
Kejadian kejang demam diperkirakan 2-4% di Amerika Serikat dan Eropa
Barat. Insiden kejang demam bervariasi dibeberapa negara, yaitu 7% di Jepang dan
14 % di Mariana Island. Di Asia dilaporkan lebih tinggi, kira-kira 20% kasus kejang
demam merupakan kejang demam kompleks. Umumnya kejang demam timbul pada
tahun kedua kehidupan (17-23 bulan). Kejang demam lebih sering pada anak lakilaki. Kira-kira 2-5% anak mengalami sekurang-kurangnya satu kejang demam
sebelum usia 5 tahun.
2. 3

Etiologi dan faktor resiko


Penyebab pasti kejang demam tidak diketahui. Berdasarkan penelitian

genetika ditemukan paling kurang tiga gen autosomal dominan yang berperan dalam
kejang demam. Pada penelitian Berg dan Colleagues, 24 % anak dengan kejang
demam mempunyai riwayat keluarga kejang demam dan 20 % yang tidak memiliki
riwayat kejang demam, 9-22% anak yang kejang demam mempunyai saudara
kandung yang memiliki riwayat kejang demam.2,4
Penyakit infeksi dapat menyebabkan kejang demam kecuali infeksi sistim
saraf pusat tidak dikategorikan sebagai penyebab kejang demam. 4 Beberapa penyakit
infeksi penyebab kejang demam seperti : ISPA, gastroenteritis terutama yang
2

disebabkan oleh Shigella atau Campylobacter dan infeksi saluran kemih. Beberapa
penelitian juga menyebutkan 86 % kasus kejang demam disebabkan oleh virus. Selain
itu, imunisasi juga dapat menyebabkan kejang demam. 2,4
Faktor resiko kejang demam adalah:5

Riwayat keluarga kejang demam

Suhu tinggi

Laporan orang tua tentang adanya perkembangan yang telambat

Neonatal discharge pada usia >28 hari (yang membutuhkan perawatan di


rumah sakit)

Daycare attendance

Adanya 2 faktor resiko di atas dapat meningkatkan kemungkinan kejadian


kejang demam 30%. Selain itu, ibu yang mengkonsumsi alkohol dan rokok sewaktu
hamil dapat juga meningkatkan resiko terjadinya kejang demam 2 kali lipat.2
Faktor resiko terjadinya kejang berulang adalah:2, 4
Suhu tubuh yang relatif rendah waktu kejang
Riwayat keluarga dengan kejang demam atau epilepsi pada tingkat pertama
Durasi yang singkat antara onset demam dengan kejang pertama
Kejang demam pertama dimulai sebelum usia 18 bulan
Ibu hamil yang merokok mengurangi oksigenasi fetus dan merusak aliran
darah fetus dan hal ini berhubungan dengan kejang, keterlambatan perkembangan
otak dan keterlambatan perkembangan bicara. Alcohol dosis tinggi mungkin
menyebabkan malformasi cranial,pertumbuhan yang terhambat, keterlambatan
maturasi psikomotor dan mengganggu perkembangan intelektual ( sindrom alcohol
fetus). Penggunaan alcohol dosis rendah dan sedang mungkin membawa efek pada
perkembangan otak fetus khususnya jika dikonsumsi dalam jumlah yang besar dalam
3

satu waktu maka akan terjadi puncak konsentrasi yang tinggi didalam darah.
Perkembangan otak fetus sangat sensitive terhadap adanya akumulasi kafein, namun
tidak ada bukti yang menyatakan adanya hubungan terhadap gangguan perkembangan
mental dan motorik fetus.6
2. 4

Patogenesis Kejang Demam


Kejang demam bisa terjadi pada balita pada masa perkembangan mereka

karena ambang kejang yang rendah. Masa anak-anak adalah masa dimana kejadian
infeksi tinggi seperti infeksi saluran napas atas, otitis media, infeksi virus. Penelitian
pada hewan coba menunjukkan bahwa yang mungkin berperan dalam terjadinya
demam adalah pirogen endogen seperti interleukin 1, karena meningkatnya
rangsangan terhadap neuron. Penelitian terdahulu, kejadian pada anak-anak
mendukung hipotesis karena menyatakan adanya peran sitokin yang teraktivasi dalam
patogenesis kejang demam, namaun mekanisme kejang masih belum jelas.2,6
Kejang demam dibagi atas 2 tipe: kejang demam simplek (kejang umum,
durasi <15 menit, tidak berulang dalam 24 jam) dan kejang demam kompleks (kejang
fokal, durasi lama, dapat berulang dalam waktu 24 jam). Kejang demam komleks
merupakan penyakit yang prosesnya lebih serius, seperti meningitis, abses,
ensefalitis. Penyakit virus merupakan penyebab tersering kejang demam. Literature
yang baru menyatakan virus human herpes simpleks 6 (HHSV-6) sebagai agent
penyebab pada roseola kira-kira 20% dari kelompok pasien yang datang dengan
kejang demam. Shigella gastroenteritis juga dihubungkan dengan kejang demam.
Satu penelitian menyatakan hubungan antara kejang demam berulang dan influenza
A. 2,7
Metabolisme monoamine berperan dalam patogenesis kejang demam,
konsentrasi homovanilic acid dan 5-hydroxyindoleacetic acid yang dinilai dari cairan
serebrospinal. Hal ini dapat juga ditemukan pada anak 4 jam setelah kejang. Dari
penelitian yang menggunakan sample: 21 pasien yang menderita kejang demam
simpleks, 8 orang menderita kejang demam kompleks dan 8 kontrol. Ternyata pada
kejang

demam

kompleks

didapatkan
4

kadar

homovanillic

acid

and

5-

hydroxyindoleacetic acid lebih rendah dibandingkan kelompok control, sedangkan


pada kejang demam simpleks tidak di dapatkan perbedaan kadar homovanillic acid
and 5-hydroxyindoleacetic acid dengan kelompok kontrol.2,5
Berdasarkan teori anoksia relative dari Prichard dan Mc Greal menyatakan
peningkatan suhu akan mengakibatkan peningkatan metabolisme otak ( vaskularisasi
otak anak umur 3 tahun sekitar 65%) sehingga terjadi penurunan glukosa dan oksigen
otak. Keadaaan ini menyebabkan terganggunya pompa ion natrium dan kalium
sehingga terjadi gangguan permeablilitas dinding sel dan terjadi kejang.14
Patofisiologi dan patogenesis kejang demam dapat di lihat dalam gambar 1 dan 2.
PATOGENESIS KEJANG DEMAM
Protein virus / lipopolisakarida bakteri
Sitokin pro inflamasi (IL-1, TNF,IL-6)

Pusat pengaturan suhu( hipotalamus)

reseptor

IL-1

(hipokampus)
Suhu meningkat

neurotransmitter

Aktivitas epileptic (hipokampus)

hipereksitasi
KEJANG

Gambar : Patogenesis kejang demam 7


2. 5

Manifestasi Klinik

Kejang yang terkait dengan kenaikan suhu yang cepat dan biasanya
berkembang bila suhu tubuh yang mencapai 390C atau lebih. Kejang demam
kompleks merupakan gejala kejang yang lama(lebih dari 15 menit), fokal atau parsial
satu sisi atau kejang umum didahului kejang parsial, atau multiple(lebih dari 1 kali
dalam 24 jam) dan riwayat keluarga dengan epilepsi memberikan kemungkinan
untuk menjadi epilepsi di kemudian harinya. Resiko berulangnya kejang demam pada
saat kejang pertama meningkat pada usia 18 bulan dan dengan suhu kurang dari 40 0C.
1,7,8

2. 6

Diagnosis
Diagnosis kejang demam kompleks dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penujang atas indikasi.2,8


Anamnesis 2,8
1. Tipe kejang (umum atau fokal) dan durasi kejang
2. Riwayat demam, durasi demam dan potential exposure to illness
3. Riwayat penyebab demam (infeksi virus, gastroenteritis)
4. Penggunaan antibiotic berulang adalah penting karena harus dipertimbangkan
untuk terapi meningitis
5. Riwayat kejang, masalah neurology, perkembangan yang terlambat, atau
beberapa penyebab yang berpotensial terhadap kejang (trauma, makanan)
harus dicari.
Pemeriksaan fisik2
1. Penyebab dasar terjadinya demam harus dicari dengan pemeriksaan fisik yang
cermat dapat mengungkapkan terjadinya otitis media, faringitis, eksantem
virus
2. Pemeriksaan status neurologi adalah penting
Pemeriksaan penunjang 1,2,8,9
1.

Pemeriksaan laboratorium: tidak dikerjakan secara rutin pada kejang


demam tapi dikerjakan untuk evaluasi penyebab demam, atau keadaan lain
6

misalnya gastroenteritis, dehidrasi disertai demam. Pemeriksaan yang


dikerjakan misalnya darah perifer, elektrolit dan gula darah. adalah
pemeriksaan darah rutin, kadar elektrolit, kalsium, fosfor, magnesium atau
gula darah adalah tidak rutin dilakukan pada kejang demam pertama.
Pemeriksaan laboratorium ditujukan untuk mencari penyebab demam bukan
sekedar untuk pemeriksaan rutin.
2.

Elektroensefalografi: pemeriksaan ini tidak dianjurkan untuk kejang


demam yang beru pertama kali tanpa adanya defisit neurologis. Tidak ada
penelitian yang menunjukkan bahwa EEG yang dilakukan saat kejang demam
atau segera setelah kejang atau sebulan setelah kejang dapat memprediksi
akan tinbulnya kejang tanpa demam di masa datang. Pemeriksaan EEG masih
dapat dilakukan pada keadaan kejang demam yang tidak khas. Misalnya
kejang demam komplek pada anak berusia > 6 tahun atau kejang demam
fokal.

3.

Lumbal pungsi: pemeriksaan lumbal pungsi dilakukan untuk


menegakan dan menyingkirkn kemungkinan meningitis. Resiko terjadinya
meningitis bakterialis adalah 0,6-0,7%. Pada bayi kecil sering kali untuk
menegakan atau menyingkirkan diagnosis meningitis karena manifestasi
klinisnya tidak jelas. Oleh karena itu lumbal pungsi dianjurkan pada :

Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan LP

Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan LP

Bayi > 18 bulan tidak rutin

3. Neuroimaging: Yang termasuk dalam pemeriksaan neuroimaging antara lain


adalah CT-scan dan MRI kepala. Pemeriksaan ini tidak dianjurkan pada
kejang demam yang baru terjadi untuk pertama kalinya. Pemeriksaan
neuroimaging rutin tidak dibutuhkan pada kebanyakan anak setelah kejang

demam kompleks pertama. Beberapa penelitian di Universitas Columbia dan


Morgan Stanley Children's Hospital di NewYork-Presbyterian mengatakan
bahwa anak dengan kejang demam kompleks pertama kali bisa ditemukan
pemeriksaan neurologi normal. Neuroimaging tidak rutin dilakukan dan hanya
atas indikasi seperti :

Kelainan neurrologi fokal yang menetap (hemiparesis)

Parese nervus VI

Papil edema

Diagnosis Banding 1,2,9

2.7

Infeksi susunan saraf pusat dapat disingkirkan dengan pemeriksaan klinis dan
cairan serebrospinal. Kejang demam yang berlangsung lama kadang-kadang diikuti
hemiparesis sehingga sukar dibedakan dengan kejang karena proses intrakranial.
Sinkop juga dapat diprovokasi oleh demam, dan sukar dibedakan dengan kejang
demam. Anak dengan demam tinggi dapat mengalami delirium, menggigil, pucat dan
sianosis sehingga menyerupai kejang demam.
2. 8

Penatalaksanaan
Pada tata laksana kejang demam, ada 3 hal yang harus dikerjakan yaitu:
1.
2.
3.
4.

Pengobatan pada fase akut/pemberantasan kejang


Mencari dan mengobati penyebab
Pengobatan rumatan
Pengobatan profilaksis terhadap berulangnya kejang demam.

Pengobatan fase akut/pemberantasan kejang 1,4,10


Serangan kejang sering berhenti sendiri. Dalam penanganan kejang demam,
orang tua harus mengupayakan diri setenang mungkin dalam mengobservasi anak.
Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:

Anak harus dibaringkan di tempat yang datar dengan posisi

menyamping, bukan terlentang, untuk menghindari bahaya tersedak.


Jangan meletakkan benda apapun dalam mulut penderita seperti

sendok atau penggaris, karena justru benda tersebut dapat menyumbat jalan
napas.

Pengisapan lendir dilakukan secara teratur, diberikan oksigen, kalau


perlu dilakukan intubasi.

Jangan memegangi anak untuk melawan kejang.

Sebagian besar kejang berlangsung singkat dan tidak memerlukan


penanganan khusus.

Jika kejang terus berlanjut selama 5-10 menit, anak harus segera
dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat.

Setelah kejang berakhir (jika < 10 menit), anak di bawa ke dokter


untuk meneliti sumber demam, terutama jika ada kekakuan leher, muntahmuntah yang berat atau anak terus tampak lemas.
Di fasilitas kesehatan perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut:

Memastikan jalan napas anak tidak tersumbat

Pemberian oksigen melalui face mask jika perlu

Jika masih kejang diberikan diazepam 0,3-0.5 mg/kg berat badan per
rektal (melalui anus) atau 0,2 mg/kg/iv jika telah terpasang jalur intravena

Pengawasan tanda-tanda depresi pernapasan

Dilakukan pemeriksaan darah sesuai indikasi seperti gula darah


random untuk meneliti kemungkinan hipoglikemia.

Jika kejang masih berlanjut :

Pemberian diazepam 0,2 mg/kg per iv diulangi. Jika belum terpasang


jalur intravena, diberikan diazepam 0,5 mg/kg per rektal

Pengawasan tanda-tanda depresi pernapasan

Jika kejang masih berlanjut :

Pemberian fenobarbital 20-30 mg/kg per iv dalam 30 menit atau fenitoin 1520 mg/kg per iv dalam 30 menit.

Pemberian fenitoin hendaknya disertai dengan monitor EKG (rekam jantung).


Difenil hidantoin diberikan untuk menanggulangi status konvulsi tanpa

mengganggu kesadaran dan menekan pusat pernafasan, tetapi mengganggu frekwensi


dan ritme jantung. Dosis yang dianjurkan adalah : 18 mg/KgBB dalam infus, dengan
kecepatan 50 mg/menit. Bila kejang tidak bisa dihentikan dengan obat-obatan di atas
maka sebaiknya penderita dirawat di ruang ICU untuk diberi anestesi umum dengan
theophental dan alat bantu pernapasan.1,8,9
Antipiretik pada saat kejang dianjurkan walaupun tidak ditemukan bukti
bahwa penggunaan antipiretik mengurangi resiko terjadinya kejang demam. Dosis
asetaminofen yang digunakan berkisar 10-15 mg/kgbb/kali diberikan 4 kali seharidan
tidak boleh diberikan lebih dari 5x per hari. Selain asetaminofen, dapat juga diberikan
ibuprofen 5-10 mg/kgbb/kali diberikan 3-4x per hari. Asetaminofen dapat
menyebabkan sindroma Reye terutama pada anak kurang dari 18 bulan, meskipun
jarang. Parasetamol 10 mg/kgbb sama efektifnya dengan ibuprofen 5 mg/kgbb dalam
menurunkan suhu tubuh (Van Esch A dkk, 1995). Kompres anak dengan air hangat
jika suhu > 39 0C dan kompres dengan air biasa jika suhu >38 0C dengan air biasa.
1,4,10

Alur tatalaksana kejang demam dapat dilihat dalam gambar 3 berikut.


Kejang

Diazepam rectal 0,5 mg / kgBB


atau

<10 kg : 5 mg
>10 kg : 10 mg

Kejang (-)

Kejang (+)

10

Fenobarbital
<1 bulan : 30 mg iv

diulang interval 3 5 menit

1 bulan 1 tahun : 50 mg iv
>1 tahun : 75 mg iv

Kejang (+)

4 jam kemudian fenobarbital oral

dilantin 10 20 mg / kgBB

8 10 mg / kgBB / 2 dosis

bolus iv

selama 2 hari

Kejang (+)

Kejang (-)

Kejang (+)

Kejang (-)

rawat ICU atau diazepam

12 jam kemudian

drip 10 -15 mg / kgBB/ hari dilantin 5 -7 mg /


kgBB / hari
(3 dosis)
Ulangi jalur

fenobarbital
4 5 mg/ kgBB/
hari / 2 dosis

Kejang (-)
dilantin rumatan

Gambar : Bagan Penghentian Kejang Demam5


Mencari dan mengobati faktor penyebab1,2,7
Penyebab dari kejang demam biasanya adalah infeksi pada traktus
respiratorius bagian atas dan otitis media akut. Pemberian antibiotik yang tepat dan
adekuat akan sangat berguna untuk menurunkan demam, yang pada gilirannya akan
menurunkan resiko terjadinya kejang.
Pengobatan rumatan

11

Pengobatan rumatan hanya diberikan bila kejang demam menunjukkan salah


satu ciri berikut:1,8
-

Kejang > 15 menit


Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang misalnya
hemiparesis,

cerebral palsy, retardasi mental dan hidrosefalus.

Kejang fokal

Pengobatan rumatan dipertimbangkan apabila: 2,10


-

Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam

Kejang demam terjadi pada bayi kurang 12 bulan

Kejang demam 4 kali per tahun


Sebagian besar peneliti setuju bahwa kejang >15 menit merupakan indikasi

pengobatan rumatan. Dalam pengobatan rumatan diberikan fenobarbital. Kelainan


neurologis tidak nyata misalnya keterlambatan perkembangan ringan bukan
merupakan indikasi. Kejang fokal atau fokal menjadi umum menunjukkan bahwa
anak mempunyai fokus organik.5,9
Profilaksis terus menerus dengan antikonvulsan tiap hari1,6,9
Pemberian fenobarbital 4-5 mg/kgBB/ bisa mencegah berulangnya kejang
demam. Efek samping fenobarbital berupa kelainan tingkah laku yaitu iritabel,
hiperaktif, pemarah dan agresif ditemukan pada 30-50% pasien. Efek samping dapat
dikurangi dengan menurunkan dosis fenobarbital.
Obat lain yang dapat digunakan untuk profilaksis kejang demam ialah asam
valproat lebih baik dibandingkan fenobarbital tetapi kadang-kadang menunjukkan
efek samping berupa kelainan hepar karena obat ini bersifat hepatotoksik. Dosis asam
valproat adalah 15-40 mg/kgBB. Asam valproat tidak menyebabkan kelainan tingkah
laku. Profilaksis terus menerus berguna untuk mencegah berulangnya kejang demam

12

yang dapat menyebabkan kerusakan otak, namun demikian tidak dapat mencegah
terjadinya epilepsi dikemudian hari.4,7,9
Edukasi pada orang tua1,4,7
Kejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua. Pada
saat kejang sebagian besar orang tua beranggapan bahwa anaknya telah meninggal.
Kecemasan ini harus dikurangi dengan cara:
1.

Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya benign

2.

Memberikan cara penanganan kejang

3.

Memberikan informasi kemungkinan kejang kembali

4.

Terapi memang efektif mencegah rekurensi tetapi memiliki efek


samping

5.
2. 9

Tidak ada bukti bahwa terapi akan mengurangi kejadian epilepsi.

Prognosis
Perkembangan mental dan neurologis umumnya normal pada pasien yang

sebelumnya normal. Kelainan neurologis yang dapat ditemukan ialah hemiparesis,


diplegia, koreoatetosis atau rigiditas decerebrasi. Keadaan ini biasanya terjadi pada
pasien dengan kejang lama atau kejang berulang, baik umum maupun fokal.1
Angka kejadian epilepsi pada pasien kejang demam kira-kira dua sampai tiga
kali lebih banyak dibandingkan populasi umum dan pada pasien kejang demam yang
berulang kemungkinan terjadinya epilepsi 2 kali lebih sering dibandingkan dengan
pasien yang tidak mengalami kejang demam berulang.1
Faktor resiko terjadinya epilepsi adalah:1, 2, 9,10
1. Sebelum kejang demam yang pertama sudah ada kelainan neurologis atau
perkembangan
2. Adanya riwayat kejang tanpa demam (epilepsi) pada orang tua atau saudara
kandung.
3. Kejang berlangsung lama lebih dari 15 menit atau kejang fokal.

13

BAB III
ILUSTRASI KASUS
IDENTITAS
Nama

: An.B

Jenis kelamin : Laki-laki


Usia

: 5 tahun

Alamat

: Simpro

Agama

: Islam

MRS

: 20-04-2015

ANAMNESIS
Keluhan Utama
Kejang sejak 6 jam sebelum masuk rumah sakit
Riwayat penyakit sekarang

7 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mulai dema, demam dirasakan
mendadak tinggi, demam naik turun, setelah diukur oleh ibu pasien suhu
menunjukkan 39,5 oC. Lalu ibu pasien memberikan obat penurun panas dan
mengompres badan pasien. Demam pasien turun beberapa jam namun
kemudian naik kembali. Demam disertai menggigil, tidak disertai perdarahan

gusi atau mimisan, tidak disertai muntah, tidak disertai batuk dan pilek.
6 jam sebelum masuk rumah sakit pasien kejang sebanyak 1 kali. Saat kejang,
kedua mata pasien mendelik keatas, badan seperti menggigil keras, kedua
tangan pasien kaku, mengepal dan kedua kaki pasien kaku dan kelonjotan.
Lama kejang 5 menit. Kejang berhenti sendiri dan setelah kejang berhenti,
pasien tidak pingsan. Setelah kejang suhu pasien 40C. Sebelum dan sesudah
kejang tidak ada kelemahan atau kelumpuhan anggota gerak.
14

Tidak ada trauma

Riwayat Penyakit Dahulu

Menurut ibu pasien, pada usia 1 tahun pasien pernah mengalami kejang untuk
pertama kalinya dengan gambaran kejang yang sama dengan kejang saat ini.
Pasien sempat dirawat beberapa hari di rumah sakit, namun setelah itu pasien
tidak kontrol ke poliklinik. Tidak ada obat-obatan khusus yang wajib diminum
oleh pasien. Ibu pasien mengatakan bahwa pasien sudah pernah melakukan
pemeriksaan rekam otak dan dokter mengatakan hasilnya normal.

Riwayat penyakit dalam keluarga


Tidak ada anggota keluarga menderita penyakit yang sama
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum

: Lemah

Kesadaran

: Compos mentis

Nadi

: 90x/menit

Nafas

: 40 x/menit

Suhu

: 390C

Berat badan

: 30 kg

Tinggi Badan

: 124 cm

Keadaan Spesifik

Kepala

Mata

: Normocephaly, simetris, warna rambut hitam, rambut mudah


rontok (-)
Ubun-ubun besar sudah menutup
: konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, mata tidak
cekung,

pupil isokor dengan diameter 3 mm / 3 mm, reflek

cahaya + / +
: secret - / - , deviasi septum (-) , nafas cuping hidung (-) ,

Hidung

mukosa hidung warna merah muda


Telinga
: serumen - / - , secret - / Mulut
: Mukosa bibir basah, gigi tidak ada caries, lidah tidak kotor
tidak ada pembesaran tonsil

15

Leher
Paru

: tidak teraba pembesaran KGB


:- Inspeksi
: Simetris kiri dan kanan
- Palpasi
: Fremitus sama kiri dan kanan
- Perkusi
: Sonor kiri dan kanan
- Auskultasi : Suara nafas vesikuler, ronki (-/-), wheezing

Jantung

Abdomen

Ekstremitas

(-/-)
:- Inspeksi
: iktus kordis tidak terlihat
- Palpasi
; iktus kordis tidak teraba
- Perkusi
: pekak, batas jantung dalam batas normal
-Auskultasi : Reguler
: - Inspeksi
: Perut tidak tampak membuncit
- Palpasi
: nyyeri tekan (-), nyeri lepas (-)
- Perkusi
: Tympani disemua kuadran abdomen
- Auskultasi : Bising Usus (+) normal
: Akral hangat, sianosis (-), edema (-), deformitas (-), dislokasi

(-)
Pemeriksaan Neurologis:
- Refleks Fisiologis : Reflek Biceps (+) normal
Reflek Triceps (+) normal
Reflek Patella (+) normal
Reflek Achilles (+) normal
- Reflek Patologis : Reflek Babinsky (-)
Reflek Oppeinheim (-)
Reflek Gordon (-)
Reflek Chaddock (-)
- Tanda Rangsangan Meningeal : Kaku kuduk (-)
Brudzinsky I (-)
Brudzinsky II (-)
Kernig (-)

Pemeriksaan Penunjang
-

Pemeriksaan darah dalam batas normal


Urin dalam batas normal

Diagnosa Kerja
Kejang demam sederhana
Penatalaksanaan

IVFD Ringer laktat dengan BB 30 kg adalah 1700 cc/24 jam


Observasi kejang
Antiperetik paracetamol 10mg x 30 kg = 300 mg/kgBB
16

Luminal puyer 2 x 15 mg
Pemeriksaan elektrolit

BAB IV
DISKUSI
Pasien anak laki-laki, usia 5 tahun, BB 30 kg. Demam 7 hari sebelum masuk
rumah sakit, demam dirasakan mendadak tinggi, demam naik turun, setelah diukur
oleh ibu pasien suhu menunjukkan 39,5C. Demam turun setelah diberi obat penurun
panas dan namun beberapa jam kemudian naik kembali. Demam disertai menggigil,
17

tidak disertai perdarahan gusi dan mimisan, tidak disertai muntah, tidak disertai batuk
dan pilek.
6 jam sebelum masuk rumah sakit pasien kejang sebanyak 1 kali, saat kejang
kedua mata pasien mendelik keatas, badan seperti menggigil keras, kedua tangan
pasien kaku, mengepal dan kaki pasien kaku, mulut terkatup dan wajah pasien tidak
tampak biru. Lama kejang 5 menit, kejang berhenti sendiri dan setelah kejang
berhenti pasien tidak pingsan. Selama kejang suhu badan pasien tidak dukur. Setelah
kejang suhu pasien 40C. Sebelum dan sesudah kejang tidak ada kelemahan atau
kelumpuhan anggota gerak.
Riwayat kejang pertama kali saat usia 1 tahun, disertai demam bersamaan
timbulnya panas dan batuk pilek. Sudah pernah melakukan pemeriksaan rekam otak
dan hasilnya normal. Riwayat trauma disangkal.
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan sakit sedang, kompos mentis, tanda vital
dalam batas normal dan semuanya dalam batas normal. Pemeriksaan laboratorium
dalam batas normal dan pemeriksaan neurologis tidak ditemukan kelainan

18

BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Kejang demam kompleks adalah kejang dengan salah satu ciri yaitu kejang
lama lebih dari 15 menit, kejang fokalatau parsial satu sisi atau kejang umum
yang didahului kejang parsial dan berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24
jam.
2. Penegakan diagnosis kejang demam kompleks berdasarkan pada anamnesis
dan pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang tidak rutin dilakukan kecuali
atas indikasi.
3. Penatalaksanaan kejang demam kompleks meliputi 3 hal yaitu, pengobatan
pada fase akut, mengidentifikasi dan mengobati penyebab, pengobatan
profilaksis terhadap berulangnya kejang demam.
4. Edukasi pada orang tua dapat mengurangi kecemasan pada saat menghadapi
kejang demam pada anak dan mengetahui apa yang harus dilakukan sebelum
dibawa ke tempat pelayanan kesehatan.
5.2. Saran
Kejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua.
Kecemasan ini dapat dikurangi dengan cara memberikan informasi yang benar dan
memadai pada orang tua mengenai kejang dan apa yang bisa dilakukan di rumah jika
menjumpai anak kejang sebelum dibawa ke rumah sakit.
Kejang

demam kompleks merupakan salah satu kegawatdaruratan di

neurologi anak, sehingga seorang

dokter dan tenaga kesehatan harus tahu cara

mengatasi kejang dengan tepat dan cepat. Diharapkan dengan penatalaksanaan yang
tepat dan cepat mampu mencegah komplikasi yang mungkin timbul di kemudian hari.

19

DAFTAR PUSTAKA
1.

Pusponegoro HD. Konsensus penatalaksanaan kejang demam. 2006. Jakarta:

2.

Unit Kerja Koordinasi neurologi IDAI. h. 1-15


Menkes JH. Paroxysmal disorder. Child neurology. 7

3.
4.

Philadelphia: Lippincott William & wilkins. h. 912-22


Lynette GS and Ingrid ES, Febrile seizures, bmj.2007.volume 334. h.307-11
Millar JS. Evaluation and Treatment of the Child with Febrile Seizure.

5.

American academy family physician. 2006. h. 1-8


Major P. Seizure in children: determining the variation. Pedsinreview. 2007.

6.

Vol. 28. h. 363-71


Nishimura K. Pathogenetic role of monoamine metabolism in complex febrile

7.

seizures. Pediatric neurology. Cat. Inist. 1999. volume 21. h. 553-6


Darwin syarif. Kejang demam pada anak. 2008. Palembang: bagian anak FK

8.

UNSRI.
Soetomenggolo TS. Kejang demam. Buku ajar neurologi anak 1999. Jakarta:

9.

BPIDAI. h. 245-51
Bauchner H. Intracranial pathology and complex febrile seizure. Journal

10.

watch general medicine. 2006. Volume 117. h. 304-8


Armon K. An evidence and consensus based guideline for the management of

th

edition . 2005.

a child after a seizure. Emergency of medical journal. 2003. Vol. 20. h. 13-20

20

Anda mungkin juga menyukai