Anda di halaman 1dari 9

KELOMPOK V

ARIE-ARINI-WIDA
Cardiotocography (CTG) adalah teknologi
kompleks yang diterapkan untuk pengawasan
janin selama kehamilan dan persalinan.
Denyut jantung janin dan frekuensi kontraksi
uterus dapat terus dipantau dan keduanya
dicatat dalam pelacakan terus menerus di atas
kertas
RINGKASAN ARTIKEL 1
 Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi program efektivitas
mengenai Cardiotocography pada pengetahuan perawat-bidan
 CTG digunakan untuk mendeteksi hipoksia pada janin sehingga efek samping
dapat diatasi.Pengenalan pemantauan CTG untuk praktek klinis secara
signifikan mengurangi kejadian asfiksia lahir; Namun, di sisi lain itu telah
berkontribusi pada peningkatan operasi caesar.untuk meningkatkan
interpretasi ,menurunkan jumlah anak yang lahir dengan asidosis dan
menurunkan tingkat bedah caesar, ada pendapat bahwa alasan utama bagi
hasil yang buruk terletak pada interpretasi CTG yang umumnya buruk dan
kontribusi faKtor manusia juga,maka diperlukan pelatihan CTG.
 Direkomendasikan program pelatihan dalam-layanan harus diterapkan untuk
bidan-perawat di rumah sakit bersalin,yang berisi informasi dasar yang
diperlukan tentang CTG penting, serta cara memberi nasihat dan mengajar
perawat-bidan,untuk Prosedur yang melibatkan obstetrik darurat termasuk
CTG.
ARTIKEL 2

 Kardiotokografi (CTG) adalah seperangkat alat


elektronik yang dapat dipergunakan dalam
memantau kesejahteraan janin melaluai penilaian
denyut jantung janin (DJJ), kontraksi uterus
dan gerak janin dalam waktu bersamaan.
Kesejahteraan janin menggambarkan kecukupan
oksigenasi dan pertumbuhan janin yang baik,
kesehatan ibu, dan volume cairan amnion yang
cukup.
 Tujuan umum: mampu melakukan CTG dengan
benar.
Tujuan khusus:
 Mampu memahami konsep dasar
pemantauan kesejahteraan janin (PKJ).
 Mampu mengetahui indikasi pemeriksaan CTG
 Mampu mempersiapkan pemeriksaan
CTG dengan baik
 Mampu memahami dasar fisiologi kesejahteraan
janin dan faktor yangmemengaruhinya
 Mampu memahami batasan
(definisi) yang dipergunakan dalam CTG.
 Mampu melakukan pemeriksaan, interpretasi
hasil dan membuat laporan CTG dengan baik
 Mampu melakukan tatalaksana pasien berdasarkan
hasil pemeriksaan CTG pada masa kehamilan dan
persalinan
 Mampu memahami masalah etika dan medikolegal
yang berkaitan dengan pemeriksaan CTG
Mekanisme Pengaturan DJJ

 Denyut jantung janin diatur oleh banyak faktor, yaitu sistem


saraf simpatis, sistem saraf parasimpatis, baroreseptor,
kemoreseptor, susunan saraf pusat (SSP), sistem pengaturan
hormonal, dan sistem kompleks proprioseptor, serabut saraf
nyeri, baroreseptor, stretchreceptors dan pusat pengaturan.
 Interval DJJ pada janin yang sehat menunjukkan gambaran
yang tidak uniform (nonuniformity), dikenal sebagai
variabilitas beat to beat. Variabilitas tersebut menggambarkan
fungsi simpatis dan parasimpatis dan disebut sebagai
variabilitas jangka pendek (short term variability atau STV)
 STV tidak dapatdilihat oleh mata, tetapi dinilai oleh sistem
komputer dalam peralatan KTG tersebut. Komputer menilai
dalam interval rata-rata setiap 20 – 30 milidetik atau 2 – 3
dpm bila dikonversi ke dalam frekuensi DJJ. Bila variabilitas
berkurang, maka nilai rata-rata interval beat to beat menjadi
≤ 1 dpm.
Syarat Pemeriksaan Kardiotokografi

1. Janin hidup dengan usia kehamilan ≥28


minggu.
2. Ada persetujuan tindak medik dari
pasien (secara lisan).
3. Punktum maksimum denyut jantung janin (DJJ)
dan tinggi fundus uteri diketahui.
4. Peralatan dalam keadaan baik dan siap pakai.
5. Prosedur pemasangan alat dan pengisian data
pada komputer (pada KTG terkomputerisasi)
sesuai buku petunjuk dari pabrik.
Tindak lanjut hasil pemantauan kesejahteraan janin
Tenaga kesehatan harus mampu dengan cepat dan
benar melakukan interpretasi dari alat bantu
pemantauan kesejahteraan janin tersebut kemudian
memilih rencana tindakan yang terbaik bagi
pasiennya. Penjelasan yang memadai yang dibarengi
dengan kompetensi yang baik akan meminimalkan
kesalahan penatalaksanaan. Misalnya pada gambaran
KTG dijumpai Katagori II disertai deselerasi variabel,
maka tindak lanjutnya adalah mencari kausa dari
kelainan tersebut. Tanyakan apakah gerak janin
berkurang? apakah ada cairan ketuban yang keluar
per vaginam? kemudian lakukan pemeriksaan USG
untuk mendeteksi adanya lilitan atau kompresi tali
pusat. Bila penyebabnya sudah diketahui, barulah
penatalaksanaan yang benar dan rasional dapat
dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai