Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN KELUARGA

Disusun Oleh:
Kelompok RW 02 :

MASTAULINA DAMANIK 18170100075 FANTRI ODE SAID 18170000166

DWI ANDRIANY 18170100076 AMROH BILATU 18170000180

PUJI LESTARI 18170100077 ALIFATUL MAFTUHAH 18170000126

NI WAYAN JULIANI 18170100078 SYAFITRIH A. HAMID 18170000118

REZEKI MAHATRIDANI 18170100053 BELLA SAFERA 18170000095

WARDATUN NABILA 18170100056 ERFILDA BENDANG 18170000096

ARI WIBOWO 18170100055 DEWI SARIYANTI 18170000187

SUTIKNO PRIBADI 18170100085 RODIATI SA`DIAH LENAMAH 18170000188

SONDANG BR. SINAGA 18170100074 NI WAYAN PURATISARI 18170000100

NOVA KAWIRI 18170000101

PROGRAM PROFESI NERS KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
JAKARTA
2017/2018
KONSEP DASAR KELUARGA

A DEFINISI KELUARGA
Keluarga adalah suatu system sosial yang berisi dua atau lebih orang yang hidup
bersama yang mempunyai hubungan darah, perkawinan atau adopsi, tingga bersama dan
saling menguntungkan, empunyai tujuan bersama, mempunyai generasi peneus, saling
pengertian dan saling menyayangi (Achjar, 2010).
Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh perkawinan, adopsi
dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum,
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan social dari individu-individu
yang ada didalamnya terlihat dari pola interaksi yang saling ketergantungan untuk
mencapai tujuan bersama (Friedman, 2010).
B CIRI-CIRI KELUARGA
1. Menurut Robert Iver dan Charles Horton yang di kutip dari (Setiadi, 2008)
a. Keluarga merupakan hubungan perkawinan
b. Keluarga bentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan
perkawinan yang senganja dibentuk atau dipelihara.
c. Keluarga mempunyai suatu system tata nama (Nomen Clatur) termasuk
perhitungan garis keturunan.
d. Keluarga mempunyai fumgsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggotanya
berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan
anak.
e. Keluarga merupakan tempat tingggal bersama, ruamh atau rumah tangga.
2. Ciri keluarga Indonesia (Setiadi, 2008)
a. Mempunyai ikatan yang sangat erat dengan dilandasi semangat gotong royong.
b. Dijiwai oleh nilai kebudayaan ketimuran.
c. Umumnya dipimpim oleh suami meskipun proses pemutusan dilakukan secara
musyawarah.
C STRUKTUR KELUARGA
Menurut Friedman (2010) struktur keluarga terdiri atas :
1. Pola dan proses komunikasi
a. Pola interaksi keluarga yang berfungsi : 1) bersifat terbuka dan jujur. 2) selalu
menyelesaikan konflik keluarga. 3) berfikiran positif. 4) tidak mengulang-
ulang isu dan pendapat sendiri.
b. Karakteristik komunikasi keluarga berfungsi untuk :1) Karakteristik pengirim
yakin dalam mengemukakan sesuatu atau pendapat, apa yang disampaikan
jelas dan berkualitas, selalu meminta dan menerima umpan balik. 2)
Karakteristik penerima siap mendengarkan, memberi umpan balik, dan
melakukan validasi.
2. Struktur peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial
yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah posisi individu
dalam masyarakat misalnya sebagai suami, istri, anak dan sebagainya. Tetapi kadang
peran initidak dapat dijalankan oleh masing-masing individu dengan baik. Ada
beberapa anak yang terpaksa mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan anggota
keluarga yang lain, sedangkan orang tua mereka entah kemana atau malah berdiam
diri di rumah.
3. Struktur kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan (potensial dan aktual) dari individu untuk
mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain kearah
positif. Ada beberapa macam tipe struktur kekuatan :
a. Legamati Power : Wewenang primer yang merujuk pada kepercayaan bersama
bahwa dalam suatu keluarga satu orang mempunyai hak untuk mengontrol
tingkah laku anggota keluarga yang lain.
b. Referent Power : Kekuasan yang dimilikiorang-orang tertentu terhadap orang
lain karena identifikasi positif terhadap mereka,seperti identifikasi positif
seorang anak dengan orang tua (role mode).
c. Reward Power : Pengaruh kekuasaan karena adanya harapan yang akan
diterima oleh seseorang dari orang yang mempunyai pengaruh karena
kepatuhan seseorang. Seperti ketaatan anak terhadap orang tua.
d. Coercive Power : Sumber kekuasaan mempunyai kemampuan untuk
menghukum dengan paksaan,ancaman, atau kekerasan bila mereka tidak mau
taat.
e. Affectif Power : kekuasaan yang diberikan melalui manipulasi dengan
memberikan atau tidak memberikan afeksi atau kehangatan, cinta kasih
misalnya hubungan seksual pasangan suami istri.
4. Nilai-nilai keluarga
Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara 12sadar atau
tidak mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga
merupakan suatu pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah
perilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam keluarga.
Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang dapat dipelajari, dibagi dan
ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.
D TIPE KELUARGA
Dalam (Murwani, 2017) di sebutkan beberapa tipe keluarga yaitu :
1. Tipe Keluarga Tradisonal
a. Keluarga Inti ( Nuclear Family ) , adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu
dan anak-anak.
b. Keluarga Besar ( Exstended Family ), adalah keluarga inti di tambah dengan
sanak saudara, misalnya nenek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan
sebagainya.
c. Keluarga “Dyad” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami dan istri
tanpa anak.
d. “Single Parent” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua
(ayah/ibu) dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh
perceraian atau kematian.
e. 5) “Single Adult” yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri seorang dewasa
(misalnya seorang yang telah dewasa kemudian tinggal kost untuk bekerja atau
kuliah)
2. Tipe Keluarga Non Tradisional
a. The Unmarriedteenege mather yaitu Keluarga yang terdiri dari orang tua
(terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah .
b. The Stepparent Family : Keluarga dengan orang tua tiri.
c. Commune Family :Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak
ada hubungan saudara hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas
yang sama, pengalaman yang sama : sosialisasi anak dengan melelui aktivitas
kelompok atau membesarkan anak bersama.
d. The Non Marital Heterosexual Conhibitang Family : Keluarga yang hidup
bersama dan berganti – ganti pasangan tanpa melelui pernikahan.
e. Gay And Lesbian Family : Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup
bersama sebagaimana suami – istri (marital partners).
f. Cohibiting Couple : Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan
perkawinan karena beberapa alas an tertentu.
g. Group-Marriage Family : Beberapa orang dewasa menggunakan alat – alat
rumah tangga bersama yang saling merasa sudah menikah, berbagi sesuatu
termasuk sexual dan membesarkan anaknya.
h. Group Network Family : Keluarga inti yang dibatasi aturan atau nilai – nilai,
hidup bersama atau berdekatan satu sama lainnya dan saling menggunakan
barang – barang rumah tangga bersama, pelayanan dan tanggung jawab
membesarkan anaknya.
i. Foster Family : Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga
atau saudara didalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut perlu
mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya.
j. Homeless Family : Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai
perlindungan yang permanent karena krisis personal yang dihubungkan
dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
k. Gang : Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang- orang muda yang
mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi
berkembang dalam kekerasan dan criminal dalam kehidupannya.
E FUNGSI KELUARGA
Menurut Friedman (2010) mengidentifikasi lima fungsi keluarga, sebagai berikut:
1. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang
merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektifberguna untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada
kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga
saling mempertahankan iklim yang positif. Hal tersebut dapat dipelajari dan
dikembangkan melalui interaksi dan hubungan dalam keluarga. Dengan demikian,
keluarga yang berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh anggota keluarga dapat
mengembangkan konsep diri positif.
Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi
afektif adalah :
a. Saling mengasuh : cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling
mendukung antar anggota keluarga, mendapatkan kasih sayang dan dukungan
dari anggota yang lain. Maka kemampuannya untuk memberikan kasih sayang
akan meningkat, yang pada akhirnya tercipta hubungan yang hangat dan saling
mendukung. Hubbungan intim didalam keluarga merupakan modal dasar
dalam memeberikan hubungan dengan orang lain diluar keluarga/ masyarakat.
b. Saling menghargai. Bila anggota keluarga saling menghargai dan mengakui
keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu mempertahankan
iklim yang positif, maka fungsi afektif akan tercapai.
c. Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga dimulai sejak pasangan sepakat
memulai hidup baru. Ikatan antar anggota keluarga dikembangkan melalui
proses identifikasi dan penyesuaian pada berbagai aspek kehidupan anggota
keluarga. Orang tua harus mengembangkan proses identifikasi yang positif
sehingga anak-anak dapat meniru tingkah laku yang positif dari kedua orang
tuanya.
Fungsi afektif merupakan “sumber energi” yang menentukan kebahagiaan
keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan anak atau masalah keluarga, timbul karena
fungsi afektif di dalam keluarga tidak dapat terpenuhi.
2. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu,
yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosial.
Sosialisasi dimulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat individu
untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap ayah,
ibu, dan orang-orang yang ada di sekitarnya Kemudian beranjak balita dia mulai
belajar bersosialisasidengan lingkungan sekitar meskipun demikian keluarga tetap
berperan penting dalam bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan individu dan
keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang
diwujudkan dalam sosialisasi.
3. Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya
manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi
kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga adalah untuk
meneruskan keturunan.

4. Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh
anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan akan makanan, pakaian, dan tempat
tinggal. Banyak pasangan sekarang kita lihat dengan penghasilan yang tidak
seimbang antara suami dan istri, hal ini menjadikan permasalahan yang berujung
pada perceraian.
5. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan
kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan atau merawat
anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan
kesehatan mempengaruhi statuskesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga
melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga
yang dilaksanakan. Keluarga yang dapat melaksanakana tugas kesehatan berarti
sanggup menyelesaikan masalah kesehatan.
F TUGAS KELUARGA DALAM BIDANG KESEHATAN
Menurut Friedman (2010) membagi 5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang
harus dilakukan, yaitu :
1. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya.
Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung
menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga, maka apabila menyadari adanya
perubahan perlu segera dicatat kapan erjadinya, perubahan apa yang terjadi dan
beberapa besar perubahannya.
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan
yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara
keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan
keluarga maka segera melakukan tindakan tepat agar masalah kesehatan dapat
dikurangi ataubahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan seyogyanya
meminta bantuan orang lain dilingkungan sekitar keluarga.
3. Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau yang tidak dapat membantu
dirinya semdiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda. Perawatan ini dapat
dilakukan tindakan dirumah apabila keluarga memiliki kemampuan melakukan
tindakan untuk pertolongan pertama atau kepelayanan kesehatan untuk memperoleh
tindakan lanjjutan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi.
4. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga.
5. Mempertahankan hubungan timbale balik antara keluarga dan lembaga kesehatan
(pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada).
G TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA
Menurut Duval dari kutipan Setiadi (2008), membagi keluarga dalam 8 tahap
perkembangan, yaitu:
1. Keluarga Baru (Berganning Family) : Pasangan baru menikah yang belum
mempunyai anak. Tugas perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah :
a. Membina hubungan intim yang memuaskan,
b. Menetapkan tujuan bersama,
c. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok social,
d. Mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB,
e. Persiapan menjadi orang tua,
f. Memehami prenatal care (pengertisn kehamilan, persalinan dan menjadi orang
tua).
2. Keluarga dengan anak pertama < 30 bulan (Child Bearing) : Masa ini merupakan
transisi menjadi orang tua yang akan menimbulkan krisis keluarga. Studi klasik Le
Master (1957) dari 46 orang tua dinyatakan 17 % tidak bermasalah selebihnya
bermasalah dalam hal: a) Suami merasa diabaikan, b) Peningkatan perselisihan dan
argument, c) Interupsi dalam jadwal kontinu, d) Kehidupan seksusl dan social
terganggu dan menurun.
Tugas perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah :
a. Adaptasi perubahan anggota keluarga (peran, interaksi, seksual dan kegiatan)
b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan
c. Membagi peran dan tanggung jawab (bagaimana peran orang tua terhadap bayi
dengan memberi sentuhan dan kehangatan.
d. Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan anak.
e. Konseling KB post partum 6 minggu.
f. Menata ruang untuk anak.
g. Biaya / dana Child Bearing.
h. Memfasilitasi role learning angggota keluarga.
i. Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin
3. Keluarga dengan Anak Pra Sekolah
Tugas perkembangannya adalah menyesuaikan pada kebutuhan pada anak pra
sekolah (sesuai dengan tumbuh kembang, proses belajar dan kotak sosial) dan
merencanakan kelahiran berikutnya. Tugas perkembangan keluarga pada saat ini
adalah :
a. Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga,
b. Membantu anak bersosialisasi,
c. Beradaptasi dengan anak baru lahir, anakl yang lain juga terpenuhi,
d. Mempertahankan hubungan di dalam maupun di luar keluarga,
e. Pembagian waktu, individu, pasangan dan anak,
f. Merencanakan kegiatan dan waktu stimulasi tumbuh dan kembang anak.
4. Keluarga dengan Anak Usia Sekolah (6 – 13 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
a. Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah dan
lingkungan lebih luas
b. Mendoprong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual
c. Menyediakan aktivitas untuk anak
d. Menyesuaikan pada aktivitas komuniti dengan mengikut sertakan anak
e. Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan dan
kesehatan anggota keluarga.
5. Keluarga dengan Anak Remaja (13-20 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
a. Pengembangan terhadap remaja (memberikan kebebasan yang seimbang dan
brertanggung jawab mengingat remaja adalah seorang yang dewasa muda dan
mulai memiliki otonomi)
b. Memelihara komunikasi terbuka antara anak dan orange tua.hindari
perdebatan, kecurigaan dan permusuhan
c. Memelihara hubungan intim dalam keluarga
d. Mempersiapkan perubahan system peran dan peraturan anggota keluarga
untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.
6. Keluarga dengan Anak Dewasa (anak 1 meninggalkan rumah)
Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan
menerim,a kepergian anaknya, menata kembali fasilitas dan sumber yang ada dalam
keluarga, berperan sebagai suami istri, kakek dan nenek. Tugas perkembangan
keluarga pada saat ini adalah :
a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
b. Mempertahankan keintiman
c. Menbantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat
d. Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anaknya
e. Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga
f. Berperan suami – istri kakek dan nenek
g. Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak –
anaknya.
7. Keluarga Usia Pertengahan (Midle Age Family)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
a. Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam mengolah minat social
dan waktu santai
b. Memuluhkan hubungan antara generasi muda tua
c. Keakrapan dengan pasangan
d. Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga
e. Persiapan masa tua/ pension.
8. Keluarga Lanjut Usia
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
a. Penyesuaian tahap masa pension dengan cara merubah cara hidup
b. Menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan kematian
c. Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat
d. Melakukan life review masa lalu.
H PERAN PERAWAT DALAM ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
Setiadi (2008) mengatakan dalam pemberian asuhan keperawatan kesehatan
keluarga, ada beberapa peranan yang dapat dilakukan oleh perawat antara lain adalah :
1. Pengenal kesehatan (health monitor) : Perawat membantu keluarga untuk mengenal
penyimpangan dari keadaan normal tentang kesehatannya dengan menganalisa data
secara objektif serta membuat keluarga sadar akan akibat masalah dalam
perkembangan keluarga.
2. Pemberian pelayanan pada anggota keluarga yang sakit, dengan memberikan asuhan
keperawatan kepada anggota keluarga yang sakit
3. Koordinator pelayanan kesehatan dan keperawatan kesehatan keluarga, yaitu
berperan dalam mengkoordinir pelayanan kesehatan keluaraga baik secara
berkelompok maupun individu
4. Fasilitator, yaitu dengan cara menjadikan pelayanan kesehatan itu mudah dijangkau
oleh keluarga dan membantu mencarikan jalan pemecahannya
5. Pendidik kesehatan, yaitu merubah perilaku keluarga dan perilaku tidak sehat
menjadi perilaku sehat.
6. Penyuluh dan konsultan, yang berperan dalam memberikan petunjuk tentang asuhan
keperawatan dasar dalam keluarga.
Dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap keluarga perawat tidak dapat
bekerja sendiri, melainkan bekerja sama secara tim dan bekerja sama dengan profesi
lain untuk mencapai asuhan keperawatan keluarga dengan baik.
I PRINSIP PERAWATAN KESEHATAN KELUARGA
Setiadi (2008) mengatakan ada beberapa prinsip penting yang perlu diperhatikan
dalam memberikan Asuhan Keperawatan keluarga yaitu :
1. Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan
2. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan Kesehatan keluarga sehat sebagai tujuan
utama
3. Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai peningkatan
kesehatan keluarga
4. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan keluarga, perawat melibatkan peran aktif
seluruh keluarga dalam merumuskan masalah dan ebutuhan keluarga dalam
mengatasi masalah kesehatannya.
5. Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat proinotif dan preventif dengan
tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitative
6. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan kesehatan keluarga, keluarga
memanfaatkan sumber daya keluarga semaksimal mungkin untuk kepentingan
kesehatan keluarga.
7. Sasaran Asuhan Keperawatan kesehatan keluarga adalah keluarga secara
keseluruhan
8. Pendekatan yang dipergunakan dalam memberikan Asuhan Keperawatan kesehatan
keluarga adalah pendekatan pemecahan masalah dengan menggunakan proses
keperawatan
9. Kegiatan utama dalam memberikan Asuhan Keperawatan kesehatan keluarga adalah
penyuluhan kesehatan dan Asuhan Keperawatan kesehatan dasar atau perawatan
dirumah
10. Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk resiko tinggi
Keluarga-keluarga yang tergolong resiko tinggi dalam bidang kesehatan antara lain
adalah:
a. Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur dengan masalah : 1)
Tingkat sosial ekonomi yang rendah 2) Keluarga kurang tahu atau tidak
mampu mengatasi masalah kesehatan sendiri, 3) Keluarga dengan keturunan
yang kurang baik atau keluarga dengan penyakit keturunan.
b. Keluarga dengan Ibu dengan resiko tinggi kebidanan yaitu : 1) Umur Ibu (16
tahun/lebih dari 35 tahun), 2) Menderita kekurangan gizi (anemia),
3)Menderita hipertensi, 4) Primipara dan Multipara, 5) Riwayat persalinan
atau komplikasi.
c. Keluarga dalam anak menjadi resiko tinggi karena : 1) Lahir prematur
(BBLR), 2)Berat badan sukar naik, 3) Lahir dengan cacat bawaan, 4) ASI Ibu
kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan bay, 5) Ibu menderita penyakit
menular yang dapat mengancam bayi dan anaknya.
d. Keluarga mempunyai masalah hubungan antara anggota keluarga : 1) Anak
yang tidak pernah dikehendaki pernah mencoba untuk digugurkan, 2) Tidak
ada kesesuaian pendapat antara anggota keluarga dan sering timbul cekcok dan
ketegangan, 3) Ada anggota keluarga yang sering sakit, 4)Salah satu anggota
(suami atau istri) meninggal, cerai, lari meninggalkan rumah.
DAFTAR PUSTAKA

Achjar, H.A., Komang. (2010). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : Sagung Seto.
Arita, Murwani. (2007). Asuhan Keperawatan Keluarga Konsep dan Aplikasi Kasus.
Yogyakarta : Mitra Cendikia Press.
Friedman, Marylin M. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga : Riset, Teori dan Praktek.
Jakarta : EGC.
Setiadi. (2008). Konsep dan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai