Berdasarkan standar kompetensi dokter yang dikeluarkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia 2012,
tingkat kompetensi melakukan dan menginterpretasikan KTG: 3.
Latar Belakang
Sejarah pemantauan janin sudah dimulai sejak abad ke-17 oleh Phillipe LaGaust. Saat ini sudah
dikembangkan Kardiotokografi (CTG) untuk kehamilan kembar. Secanggih peralatan CTG tetap
memerlukan alat penunjang yang lain misalnya USG, laboratorium dan operator yang melakukan dan
menginterpretasikan pemeriksaan tersebut.
Pelatihan USG dasar Obgin dan CTG berbasis kompetensi merupakan upaya POGI untuk melakukan
standarisasi dan sertifikasi agar mampu sejajar dengan dokter dari negara lain dalam hal kemampuan
diagnostic prenatal.
Definisi CTG
Adalah seperangkat peralatan elektronik yang dapat digunakan untuk memantau kesejahteraan janin.
Aalat ini terdiri atas dua komponen yaitu (1) kardiografi untuk memantau denyut jantung janin dan (2)
tokografi untuk memantau kontraksi uterus dan gerak janin. Interpretasi CTG saat ini dengan tiga
parameter yaitu kategori I, II dan III. Hasil kategori II dan III pada pemeriksaan CTG bukan indikasi untuk
mealakukan bedah sesar tapi untuk mencari sebab mengapa kategori II atau III muncul.
Persiapan Pemeriksaan
Persiapan yang baik sebelum melakukan pemeriksaan CTG akan mendapatkan hasil yang baik. Persiapan
pemeriksaan mencakup persiapan pasien, peralatan, pemeriksa dan penunjang lain misal USG.
Persiapan Pasien
Berikan penjelasan dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh pasien dan atau keluarga. Sebaiknya
pasien berkemih sebelum pemeriksaan , minum dan makan sebelum pemeriksaan CTG. Ibu yang cemas,
lapar akan berpengaruh pada hasil pemeriksaan CTG. Jelaskan juga pemeriksaan CTG selama 30 menit.
Persiapan Peralatan
Peralatan CTG harus dalam keadaan bersih dan siap pakai. Perhatikan juga alat CTG dikalibrasi secara
berkala. Perhatikan kertas CTG apakah sesuai dengan standar mesin CTG tersebut, apakah letak kertas
CTG sudah benar.Gambar yang dihasilkan tidak bertahan lama dan suatu saat akan pudar sehingga harus
dipikirkan cara penyimpanan yang lebih baik.
Persiapan Penolong
Setiap tenaga kesehatan (dokter dan atau bidan yang akan melakukan pemeriksaan dan
menginterpretasikan hasil CTG harus memiliki kompetensi dan pengetahuan yang baik.
Setiap pemeriksaan CTG harus berdasarkan indikasi medis dan dilakukan pada usia gestasi >= 28 minggu
berdasarkan saat konsepsi atau >= 30 minggu berdasarkan hari pertama haid terakhir pada siklus yang
normal.
1.Kelainan pada ibu yang berkaitan dengan oksigenasi dan nutrisi : diabetes gestasional, preeclampsia,
hipertensi kronik, postterm
4.Kelainan pada janin : pertumbuhan janin terhambat (PJT), makrosomia, gerak janin berkuran
1.Posisi pasien tidak boleh telentang. Posisi yang dianjurkan adalah setengah duduk, duduk atau tidur
miring ke kiri. Memeriksa nadi ibu sebelum melakukan pemeriksaan djj
2.Penempatan transduser CTG harus benar. Transduser tokometri harus diletakkan di bagian fundus uteri
dan transduser kardiometri diletakkan pada punctum maksimum denyut jantung janin.
3.Pemeriksa harus mengetahui evaluasi dasar-dasar CTG yang mencakup frekuensi dasar, variabilitas,
akselerasi, deselerasi dan kontraksi.
4.Formulir laporan CTG harus dicantumkan nama pasien, nomor RM, tanggal dan jam pemeriksaan
Gambar Alat pemeriksaan CTG
Frekuensi normal djj pada kehamilan trimester kedua dan ketiga adalah 110-160 dpm. Dikatakan
takikardia bila djj > 160 dpm, bradikardia bila 100 dpm.
3.Cari puncak teratas dan terbawah dari djj pada daerah pengamatan kemudian jumlahkan dan bagi dua
sehingga diperoleh berapa frekuensi dasar djj
Variabilitas
Adalah perubahan dinamis djj akibat pengaruh saraf simpatis dan parasimpatis
1.Tentukan daerah pengamatan djj yang bebas kontraksi uterus dan gerak janin
3.Variabilitas adalah perubahan naik dan turun djj dari frekuensi dasar djj diambil nilai tertinggi dan
terendah, dimana variabilitas normal antara 5-25 dpm
Akselerasi
Adalah kenaikan tiba-tiba djj yang berakitan dengan gerak janin atau stimulasi. Hal ini menunjukkan
janin dalam keadaan sejahtera. Puncak akselerasi >= 15 dpm.
Takikardia
Adalah frekuensi djj > 160 dpm dan dapat disebabkan oleh hipoksia janin hingga pemakaian obat.
Bradikardia
Adalah frekuensi djj < 110 dpm dapat disebabkan oleh kelainan pada jantung, hipoksia berat, infeksi dan
anomali kongenital janin.
Deselerasi
Ada 4 tipe deselerasi : deselerasi dini, lambat, variable dan prolonged deselerasi.
1.Deselerasi dini
Disebabkan oleh kompresi kepala saat persalinan. Gambarannya mirip bayangan cermin kontraksi
uterus.
2.Deselerasi lambat
Etiologi insufisiensi uteroplasenta sebagai respon akibat stasis darah paa daerah intervillus saat terjadi
kontraksi uterus
3.Deselerasi variable
4.Deselerasi berkepanjangan
Suatu deselerasi yang berlangsung selama 2-10 menit. Dapat disebabkan oleh kompresi tali pusat,
prolapsus tali pusat