Anda di halaman 1dari 7

RESUME MEMBACA MATERI CTG (Cardiotocography)

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktik Kebidanan Kehamilan


Dosen Pembimbing : Dian Nur Hadianti, SST., M.Kes.

Disusun oleh :

Aulia Nur Insanni


P17324118051

Tingkat III-A

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN BANDUNG


PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN BANDUNG
TAHUN 2020
Pemeriksaan Kardiotokografi Pada Masa Kehamilan
CTG atau cardiotocography sendiri adalah salah suatu alat kedokteran yang
digunakan untuk mengetahui gangguan yang berkaitan dengan hipoksia janin, seberapa jauh
gangguan tersebut, hingga akhirnya menentukan tindak lanjut dari hasil pemantauan tersebut.
Petugas kesehatan, ibu, maupun keluarga dapat mengetahui status janin melalui penilaian
denyut jantung janin dalam hubungannya dengan kontraksi ataupun aktivitas janin dengan
alat CTG ini.
Pemantauan dengan menggunakan alat CTG ini dapat dilakukan secara langsung
(invasif/internal) maupun secara tidak langsung (non invasif/eksternal). Dengan cara
invasif/internal adalah memasukkan alat pemantau ke dalam rongga rahim, sedangkan secara
non invasif atau eksternal yaitu dengan memasang alat pemantau pada dinding perut ibu.
Akan tetapi, sekarang ini penggunaan secara eksternal lebih populer karena cara ini bisa
dilakukan selama antenatal maupun intranatal, praktis, aman, dengan nilai prediksi positif
yang kurang lebih sama dengan cara internal yang lebih invasif.
Pada awalnya pemeriksaan kardiotokografi diberikan saat persalinan. Namun,
kemudian terbukti bahwa pemeriksaan kardiotokografi ini banyak manfaatnya pada masa
kehamilan khususnya pada kasus-kasus dengan faktor resiko untuk terjadinya gangguan
kesejahteraan janin atau hipoksia dalam rahim seperti :
1. Hipertensi dalam kehamilan/geistosis
2. Kehamilan dengan dibetes militus
3. Kehamilan post-term
4. Pertumbuhan dalam janin terhambat
5. Ketuban Pecah Prematur (KPP)
6. Gerakan janin berkurang
7. Kehamilan dengan anemi
8. Kehamilan ganda
9. Oligihidramnion
10. Polihidramnion
11. Riwayat obstetric buruk
12. Kehamilan dengan penyakit ibu
Kegunaan Cardiotocography
Pemeriksaan cardiotokografi sangat penting untuk ibu hamil. Terutama kehamilan
yang disertai komplikasi seperti pre-eklampsia, pecahnya ketuban, kehamilan lebih dari 40
minggu, diabetes, hipertensi, asma, tiroid, penyakit infeksi kronis dan komplikasi penyakit
lainnya. Juga ibu hamil yang berat badan janinnya rendah, air ketubannya sedikit, serta air
ketubannya berlebih. Sebab pemeriksaan ini dilakukan dengan menghitung jumlah gerakan
janin, pengecekan biofisikal, gerakan pada pernafasan janin, jerakan tubuh janin, tonun janin,
dan jumlah volume pada cairan ketuban atau cairan amnion.
Untuk dapat melakukan pemeriksaan CTG pada ibu hamil, perlu diperhatikan usia
kehamilan, sebab pemeriksaan hanya boleh dilakukan ketika kehamilan sudah memasuki usia
28 minggu. Akan lebih ideal jika pemeriksaan dilakukan pada 2 jam setelah ibu
mengkonsumsi makanan. Tergantung keperluan, pemeriksaan ini membutuhkan waktu
hingga 10-20 menit untuk mengukur menggunakan CTG, mengetahui apakah hasilnya
normal atau tidak. Klinis pasien dan pembukaan sangat menentukan hasil kategori CTG.
Indikasi
Pemeriksaan Cardiotokografi biasanya dilakukan pada kehamilan resiko tinggi, dan
indikasinya terdiri dari :
1. IBU
a. Pre-eklampsia-eklampsia
b. Ketuban pecah
c. Diabetes mellitus
d. Kehamilan > 40 minggu
e. Vitium cordis
f. Asthma bronkhiale
g. Inkompatibilitas Rhesus atau ABO
h. Infeksi TORCH
i. Bekas SC
j. Induksi atau akselerasi persalinan
k. Persalinan preterm
l. Hipotensi
m. Perdarahan antepartum
n. Ibu perokok
o. Ibu berusia lanjut
a. Lain-lain : sickle cell, penyakit kolagen, anemia, penyakit ginjal, penyakit paru,
penyakit jantung, dan penyakit tiroid.

2. JANIN
a. Pertumbuhan janin terhambat (PJT)
b. Gerakan janin berkurang
c. Suspek lilitan tali pusat
d. Aritmia, bradikardi, atau takikardi janin
e. Hidrops fetalis
f. Kelainan presentasi, termasuk pasca versi luar.
g. Mekoneum dalam cairan ketuban
h. Riwayat lahir mati
i. Kehamilan ganda
j. Dan lain-lain

Syarat Pemeriksaan CTG


1. Usia kehamilan > 28 minggu.
2. Ada persetujuan tindak medik dari pasien (secara lisan).
3. Punktum maksimum denyut jantung janin (DJJ) diketahui.
4. Prosedur pemasangan alat dan pengisian data pada komputer (pada Cardiotokografi
terkomputerisasi) sesuai buku petunjuk dari pabrik.
Prosedur Pemeriksaan Lab
1. Persiapan Pasien
a. Persetujuan tindak medik (Informed Consent) : menjelaskan indikasi, cara
pemeriksaan dan kemungkinan hasil yang akan didapat. Persetujuan tindak medik
ini dilakukan oleh dokter penanggung jawab pasien (cukup persetujuan lisan).
b. Kosongkan kandung kencing.
c. Periksa kesadaran dan tanda vital ibu.
d. Ibu tidur terlentang, bila ada tanda-tanda insufisiensi utero-plasenter atau gawat
janin, ibu tidur miring ke kiri dan diberi oksigen 4 liter / menit.
e. Lakukan pemeriksaan Leopold untuk menentukan letak, presentasi dan punctum
maksimum DJJ
f. Hitung DJJ selama satu menit; bila ada his, dihitung sebelum dan segera setelah
kontraksi berakhir
g. Pasang transduser untuk tokometri di daerah fundus uteri dan DJJ di daerah
punktum maksimum.
h. Setelah transduser terpasang baik, beri tahu ibu bila janin terasa bergerak, pencet
bel yang telah disediakan dan hitung berapa gerakan bayi yang dirasakan oleh ibu
selama perekaman cardiotokografi.
i. Hidupkan komputer dan Cardiotokograf.
j. Lama perekaman adalah 30 menit (tergantung keadaan janin dan hasil yang ingin
a. dicapai).
k. Lakukan pencetakkan hasil rekaman Cardiotokografi.
l. Lakukan dokumentasi data pada disket komputer (data untuk rumah sakit).
m. Matikan komputer dan mesin kardiotokograf. Bersihkan dan rapikan kembali alat
pada tempatnya.
n. Beri tahu pada pasien bahwa pemeriksaan telah selesai.
o. Berikan hasil rekaman cardiotokografi kepada dokter penanggung jawab atau
paramedik
a. membantu membacakan hasi interpretasi komputer secara lengkap kepada dokter.
2. Cara Melakukan
Persiapan tes tanpa kontraksi :
Sebaiknya pemeriksaan dilakukan pagi hari 2 jam setelah sarapan dan tidak
boleh diberikan sedativa.
Prosedur pelaksanaan :
a. Pasien ditidurkan secara santai semi fowler 45 derajat miring ke kiri
b. Tekanan darah diukur setiap 10 menit
c. Dipasang kardio dan tokodinamometer
d. Frekuensi jantung janin dicatat
e. Selama 10 menit pertama supaya dicatat data dasar bunyi
f. Pemantauan tidak boleh kurang dari 30 menit
g. Bila pasien dalam keadaan puasa dan hasil pemantauan selama 30 menit tidak
reaktif, pasien diberi larutan 100 gram gula oral dan dilakukan pemeriksaan ulang
2 jam kemudian (sebaiknya pemeriksaan dilakukan pagi hari setelah 2 jam
sarapan)
h. Pemeriksaan NST ulangan dilakukan berdasarkan pertimbangan hasil NST secara
individual.
Trik Membaca CTG
Dasar CTG
1. Garis ke atas : menggambarkan denyut jantung janin, tiap kotak ke atas
kelipatan 5
2. Garis ke kanan : menjelaskan waktu, 1 kotak kecil menggambarkan 0,5 menit
sehingga 2 kotak kecil menggambarkan 1 menit
3. Gerakan janin : ada dua gerakan janin, yang direkam oleh mesin CTG dan
gerakan janin yang dirasakan oleh ibu
4. Amplitudo : menjelaskan seberapa besar HIS, semakin banyak gambaran
amplitudo atau gunungnya maka akan semakin banyak
menjelang ibu akan bersalin seiring dengan pembukaan
aktifnya.
Cara Membaca CTG
1. Garis Tengah : garis yang menggambarkan denyut jantung janin
(membaca EKG) dengan angka normal 120-160. Di
bawah 100/120 dinamakan bradikardi, sementara di
atas 160 dinamakan takikardi
2. Garis naik turun/variabilitas : dikatakan normal apabila angkanya 5-25, angka 5
diukur dari gelombang yang paling kecil, untuk 25
diukur dari gelombang yang paling tinggi, penilaian
yang dilakukan dari denyut jantung janin.
3. W : gambaran yang dibentuk dari dua buah garis, ke atas
dan ke bawah.
a. Akselerasi : apabila denyut jantung jantungnya garis ke atas lebih dari 3
kotak atau 15 x permenit dan jika garis ke kanan lebih dari
0,15 detik atau ½ kotak kecil. (keduanya harus terpenuhi, jika salah
satu tidak terpenuhi, maka bukan termasuk akselerasi)
b. Deselerasi : apabila garis yang ke arah bawah dari iso elektrik lebih dari
15 x per menit atau 3 kotak dan garis ke kanannya lebih dari 0,15
detik atau ½ kotak kecil.
1) Deselerasi dini (early deselerasi) : deselerasi yang bersamaan
dengan puncak his atau
amplitudo. Normal terjadi
karena kompresi kepala
2) Deselerasi lambat : puncak deselerasinya terjadi
setelah kontraksi/his/amplitudo.
Terjadi pada kasus hipoksia
janin.
3) Deselerasi variabel/campuran : antara late dan early, gabungan
antara keduanya
Kategori CTG
Kategori 1 (Reaktif)
1. Garis tengah/baseline : 120-160
2. Variabilitas : 5-25
3. Akselerasi : bisa ada bisa tidak tergantung pembukaan dan kapan dia
datang
4. Deselerasi : tidak ada
Kategori 2 (Abnormal)
Kategori 2 adalah kategori dengan hasil di luar kategori 1 dan kategori 3, segera lakukan
rujukan bila hasil tidak berubah setelah dilakukan pemeriksaan ulang
Kategori 3 (Non reaktif)
1. Bradikardi (denyut jantung di bawah 120/100)
2. Deselerasi berulang
3. Pola sinusoid
Sumber :
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
https://www.slideshare.net/ulfasakurai/ctg-50890448?from_action=save
https://www.youtube.com/watch?v=ZHhCUIjgsVQ (Channel Youtube Kuman Ganteng :
Cara Membaca CTG # Trik CTG)
https://www.youtube.com/watch?v=BCVOjdX4mso (Channel Youtube LHSCCanada : Fetal
Monitoring During Labour)

Anda mungkin juga menyukai