Anda di halaman 1dari 77

Nama : Silfa Yana Putri

Dosen :Masdewi Nasution Sst Msi

MK :ASKEB pasca persalinan dan menyusui

Hari/Tgl :Kamis,17Sep2020

Jam :08.00-13.50

Pertemuan. : Ke 6 (Enam)

ANAMNESIS PADA IBU NIFAS

1. Menanyakan identitas ibu


a. Nama pasien: nama harus jelas, sesuai akta lahir, dan lengkap. Untuk
mempermudah bidan dalam mengetahui pasien, untuk memastikan bahwa
yang diperiksa benar-benar pasien yang dimaksud sehinga dapat
diberikan asuhan yang sesuai dengan kondisi pasien.
b. Umur, untuk mengetahui apakan pasien memiliki kehamilan yang berisiko
atau tidak, sehingga jika pasien berisiko dapat diantisipasi sedini mungkin.
c. Suku dan bangsa, untuk mengetahui kebudayaan dan perilaku/kebiasaan
pasien, apakah sesuai atau tidak dengan pola hidup sehat. Berhubungan
dengan kebiasaan tertentu atau penyakit-penyakit yang berhubungan
dengan ras/suku bangsa tertetu. Kepercayaan dan tradisi dapat
menunjang atau menghambat hidup sehat.
d. Agama, untuk memotivasi pasien dengan kata-kata yang bersifat religius,
terutama pada pasien dengan gangguan pskologis.
e. Pendidikan, untuk mengetahui jenjang pendidikan pasien maupun suami
sehingga bidan dapat menggunakan kata-kata yang sesuai dengan
jenjang pendidikan pasien/suami.
f. Pekerjaan, untuk mengetahui keadaan ekonomi pasien, sehingga saat
diberikan asuhan dapat disesuaikan dengan kondisi ekonominya.
g. Nomor telepon, untuk mempermudah bidan dalam memberikan asuhan
dan menghubungi pasien dan suami. Keluarga dekat yang mudah
dihubungi, untuk mempermudah bidan dalam memberikan asuhan jika
terjadi keadaan gawat darurat dan jika pasien dan suami sulit dihubungi.
h. Alamat harus jelas dan lengkap agar sewaktu-waktu dapat dihubungi,
misal : dalam keadaan gawat. Setelah pasien pulang mungkin perlu
kunjungan nantinya. Daerah tempat pasien tinggal juga mempunyai arti
epidemiologis, misal : resiko penyakit malaria.
2. Menanyakan Identitas suami meliputi nama, umur, agama,
suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan dan alamat rumah.
a. Nama suami, bertujuan untuk mempermudah bidan dalam mengetahui
pendamping pasien, mengenal suami pasien sehingga bidan dapat
berhubungan baik tidak hanya dengan ibu tetapi juga dengan suami.
Dengan mengenal suami pasien bidan juga akan lebih mudah dalam
memberikan asuhan.
b. Umur suami, umur suami menentukan kematangan dalam kesiapan
menjadi seorang ayah. Secara psikologis umur suami yang semakin
matang diharapkan dapat lebih mengerti tentang kondisi istri dan bidan
juga dapat berkomunikasi sesuai dengan kondisi pasien.
c. Agama, untuk memotivasi pasien dengan kata-kata yang bersifat religius,
bila bidan ingin memberikan asuhan secara religi, bidan dapat tepat
memberikan asuhan sebagaimana sesuai dengan keyakinan yang
dianutnya.
d. Suku/bangsa, untuk mengetahui kebudayaan dan perilaku/kebiasaan,
apakah sesuai atau tidak dengan pola hidup sehat.
e. Pendidikan, untuk mengetahui jenjang pendidikan suami sehingga bidan
dapat menggunakan kata-kata yang sesuai dengan jenjang pendidikan
suami. Misalnya, penggunaan bahasa pada pasien yang pendidikan
terakhirnya hanya Sekolah Dasar tentu saja berbeda dengan pasien yang
pendidikan terakhirnya S1 Kimia.
f. Pekerjaan, untuk mengetahui keadaan ekonomi pasien, sehingga bidan
dapat memberikan asuhan yang sesuai.
g. Nomor telepon dan alamat, untuk mempermudah bidan dalam
memberikan asuhan, memantau dan menghubungi suami.
3. Menggali Keluhan Utama atau alasan datang
Setiap pasien yang datang ke bidan pasti mempunyai alasan, sehingga
menggali keluhan utama atau alasan datang adalah hal yang harus ditanyakan.
Menggali keluhan utama atau alasan datang bertujuan untuk mengetahui
keluhn yang yang mendorong seorang pasien datang ke bidan atau dokter
serta untuk menggali lebih dalam mengenal keluhan pasien, baik diri sisi
penyakit maupun perspektif atu further exploration. Keluhan utama berbeda
dengan alasan datang, alasan datang pasti akan berobat atau berkonsultasi,
sedangkan keluhan utama lebih spesifik dari alasan datang contohnya
mengenai penyakitnya atau masalah psikososialnya.
4. Menggali Riwayat Perkawinan
a. Usia pada saat menikah
Tujuannya untuk mengetahui usia awal ibu saat menikah. Apakah secara fisik
dan psikologis ibu sudah siap menikah.
b. Lama menikah dan pernikahan ke___
Tujuannya adalah untuk mengetahui berapa lama usia perkawinan ibu dan
mengkaji bagaimana interaksi ibu dalam kehidupan rumah tangga.
c. Status perkawinan
Ini penting untuk dikaji karena dari data ini kita akan mendapatkan gambaran
mengenai suasana rumah tangga ibu nifas. Apakah ibu nifas menikah atau
tidak, ini berhubungan dengan dukungan dari orang-orang sekitarnya di masa
nifas. Bila ibu tidak menikah, secara psikologis ia tidak memiliki dukungan yg
cukup dari semua, sehingga sangat rentan mengalami post-partum blues dan
kejadian trauma psikologis lainnya.
5. Riwayat Kehamilan Terakhir
a. Periksa hamil berapa kali dan dimana
Kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau
dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan
pelayanan/asuhan antenatal. Pada setiap kunjungan Antenatal Care (ANC),
petugas mengumpulkan dan menganalisis data mengenai kondisi ibu melalui
anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk mendapatkan diagnosis kehamilan
intrauterine serta ada tidaknya masalah atau komplikasi (Saifudin, 2005).
Menurut Departemen Kesehatan RI (2002), kunjungan ibu hamil adalah kontak
antara ibu hamil dengan petugas kesehatan yang memberikan pelayanan
antenatal standar untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan. Istilah
kunjungan disini dapat diartikan ibu hamil yang datang ke fasilitas pelayanan
kesehatan atau sebaliknya petugas kesehatan yang mengunjungi ibu hamil di
rumahnya atau posyandu. Kunjungan ibu hamil dilakukan secara berkala yang
dibagi menjadi beberapa tahap, seperti :
a. Kunjungan ibu hamil yang pertama (K1)
Kunjungan K1 adalah kontak ibu hamil yang pertama kali dengan petugas
kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan dan pelayanan
kesehatan trimester I, dimana usia kehamilan 1 sampai 12 minggu.
b. Kunjungan ibu hamil yang keempat (K4)
Kunjungan K4 adalah kontak ibu hamil yang keempat atau lebih dengan
petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan dan
pelayanan kesehatan pada trimester III, usia kehamilan > 24 minggu.
Pentingnya mengetahui dimana pemeriksaan antenatal dilakukan,
berhubungan dengan kualitas perawatan kehamilan. Kualitas perawatan
kehamilan merupakan salah satu upaya dalam penurunan angka kematian,
pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang berkualitas dekat dengan
masyarakat difokuskan pada tiga pesan kunci Making Pregnancy Saver yaitu
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, penanganan komplikasi
obstetrik dan neonatal, serta pencegahan kehamilan tidak diinginkan dan
penanganan komplikasi abortus (Sujudi, 2002). L
b. Keluhan selama hamil (masing-masing trimester) dan mengatasinya
1. Nausea
Nausea lebih kerap terjadi pada asaat perut dalam keadaan kosong
sehingga lebih parah pada pagi hari. Julah puncak nausea dan muntah
pada wanita hamil adalah pada usia kandungan 11 minggu dengan lama
kira-kira lima sampai 6 minggu.biasanya nausea berakhir pada trimester
kedua. Nausea dan muntah yang hebat dan menetap hingga setelah
kehamilan trimester pertama dapat mengindikasikan hiperemesis
gravidarum atau mola hidatidosa. Untuk mengurangi nausea caranya yaitu :
a. Makan porsi kecil, sering, bahkan setiap dua jam karena hal ini mudah
dipertahankan dibanding makan prosi besar tiga kali sehari.
b. Makan biskuit kering atau roti bakar sebelum beranjak dari tempat tidur
di pagi hari.
c. Jangan menyikat gigi setelah selesai makan untuk menghindari stimulasi
refleks gag.
d. Minum minuman yang mengandung karbonat, khususnya gingerale.
e. Hindari makanan yang beraroma kuat atau menyengat.
f. Batasi lemak dalam diet makanan.
g. Menganjurkan mengkonsumsi pirodoksin (B 6) dengan dosis 25 mg QID
atau 50 mg BID. Apabila masih mengalami mual dan muntah disarankan
mengkonsumsi doksilamin, dipasaran terkenal dengan merk unisom.
Perbandingan obat yang diberikan adalah piridoksin 50 mg dan satu
tablet unisom menjelang tidur untuk piridoksin 25 mg BID; atau 25 mg
piridoksin dan satu setengah bagian tablet unisom TID. Efek samping
dari obat ini adalah mengantuk.
2. Ptialisme (salivasi berlebihan)
Terjadi karena peningkatan keasaman di dalam mulut atau peningkatan
asupan zat pati yang menstimulaso kelenjar saliva pada wanita yang rentan
mengalami sekresi berlebihan. Kondisi berlangsung terus menerus dan
menjadi suatu siklus karena bukan saja saliva yang berlebihan yang
membuat rasa mual semakin kuat, tetapi keinginan untuk menghindari
nausea juga mengakibatkan pasien menelan lebih sedikit makanan
sehingga jumlah saliva di dalam mulut meningkat.
3. Keletihan
Keletihan dialami pada trimester pertama, namun alasannya belum
diketahui. Metode untuk meredakannya adalah meyakinkan bahwa keletihan
adalah hal yang normal dan akan hilang secara spontan pada trimester
kedua. Ibu diancurka untuk istirahat pada sianghari. Latihan ringan dan
nutrisi yang baik juga dapat membantu mengatasi keletihan.
4. Nyeri punggung
Nyeri punggung bagian atas terjadi selama trimester pertama akibat
peningkatan ukuran payudara, yang membuat payudara semakin berat.
Pembesaran ini dapat mengakibatkan tarikan otot jika payudara tidak
disokong dengan baik. Cara untuk mengurangi nyeri yaitu dengan
menggunakan bra yang berukuran sesuai ukuran payudara. Bra yang baik
karakteristiknya yaitu :
a. Bahan bra menyokong dengan baik, berpori, lembut dan mudah dicuci.
b. Bra memiliki bentuk yang mencegah penekanan dan iritasi pada payudara
dan putting, sekaligus memberi sokongan yang pas.
c. Tali bahu yang lebar dan mudah disesuaikan.
d. Tali belakang yang lebar dan sejumlah kait pengencang yang mudah
disesuaikan.
e. Penyokong dari bawah ke atas dan dari samping ke arah dalam.
Selain itu, nyeri punggung pada kehamilan terjadi akibat pertumbuhan uterus
yang menyebabkan perubahan postur, dan juga pengaruh hormon relaksin
terhadap ligamen. Untuk mengurangi rasa tidak nyaman tersebut dapat
dengan mempertahankan postur yang baik, menggunakan posisi yang tepat
ketika mengangat sesuatu yang berat dan tidak terlalu lama berdiri.
5. Leukorea
Sekresi ini dimulai dari trimester pertama. Sekresi bersifat asam, meskipun
bakteri pada sekresi ini dapat melindungi janin dan ibu, namun apat menjadi
medium yang mempercepat pertumbuhan organisme yang menyebabkan
vaginitis. Upaya untuk mengatasinya yaitu memperhatikan kebersihan tubuh
pada daerah kewanitaan dan mengganti panty berbahan katun dan
sebainya tidak menggunakan douch atau semprot untuk menjada
kebersihan area genitalia.
6. Peningkatan Frekuensi Berkemih
Terjadi pada dua kali selama periode antepartum. Frekuensi berkemih
selama trimester pertama akibat berat fundus uterus yang membuat ithmus
menjadi lunak (tanda hegar) dan menimbulkan tekanan langsung pada
kandung kemih. Frekuensi berkemih pada trimester ketiga karena bagian
presentasi kepala masuk ke dalam panggul dan menimbulkan tertekanna
kandung kemih. Cara untuk mengurangi frekuensi berkemih yaitu dengan
menjelaskan mengapa hal ini bisa terjadi dan mengurangi asupan cairan
sebelum tidur malam sehingga wanita tidak perlu bolak-balik ke kamar
mandi.
7. Nyeri Ulu Hati
Timbul menjelang akhir trimester dan bertahan hingga trimester ke tiga.
Penyebabnya yaitu relaksasi sfingter jantung pada lambung akibat pengarug
peningkatan hormon progesteron, penurunan motilitas gastrointestinal yang
terjadi aibat relaksasi otot halus yang disebakan oleh peningkatan jumlah
progesterond dan tekanan uterus, serta tidak ada ruang fungsional untuk
lambanung atau perubahan tempat dan penekanan oleh uterus yang
membesar. Saran yang dapat diberikan untuk mengatasi nyeri ulu hati terdiri
:
a. Makan dalam porsi kecil tetapi sering, untuk menghindari lambung
menjadi penuh.
b. Mempertahankan postur tubuh yang mampu memberikan ruang lebih
besar untuk lambung. Postur tubuh membungkuk tidak disarankan.
c. Regangkan tangan melampaui kepala untuk memberikan ruang pad
perut.
d. Hindari makanan yang berlemak karena mengurangi motilitas usus dan
sekresi asam lambung yang dibutuhkan untuk pencernaan.
e. Hindari minum bersamaan dengan dengan makan karena cairan
cendrung menghambat asam lambung.
f. Hindari makanan dingin dan makanan pedas.
g. Upayakan minum susu murni dibandingkan susu manis.
8. Perubahan Payudara
Seringkali payudara menjadi lebih lunak dan terasa penuh akibat perubahan
hormonal. Terjadi peningkatan hormon estrogen yang merupakan alat untuk
penyimpanan lemak sebagai persiapan laktasi. Sirkulasi vaskular meningkat,
puting susu membesar, dan terjadi hiperpigmentasi areola.
9. Kram tungkai
Kram merupakan kontraksi tiba-tiba pada otot betis. Sering terjadi pada
kehamilan trimester ketiga. Kram ini dapat disebebkan oleh penurunan
kadar kalsium terionisasi dalam serum dan peningkatan kadar fosfat (Davis,
1996). Untuk mengurangi kram tungkai di malam hari, bidan dapat
menganjurkan ibu untuk melakukan latihan peregangan tungkai sebelum
tidur. Mengurangi asupan susu, minuman ringan, dan makanan siap santap
dapat mengurangi terjadinya kram tungkai. Ketika terjadi kram, ibu
dianjurkan untuk menekuk kaki ke arah yang berlawanan.
10. Sakit Kepala
Ibu hamil sering mengeluh sakit kepala selama hamil disebabkan oleh
perubahan hormonal, sinusitis, tegangan pada mata, keletiham dan
perubahan emosional (Peterson & Scotland 1994). Apabila sakit kepala
terjadi pada trimester ketiga dan disertai dengan peningkatan tekanan darah
dan disertai proteinurea ini mengindikasikan pre-ekslamsi pada kehamilan.
11. Konstipasi
Konstipasi pada kehamilan diduga disebabkan karena efek relaksasi
progesteron yang menyebabkan terjadinya motilitas usus, peningkatan
absorbsi air kolonik, kompresi usus bagian bawah oleh uterus, pemberian
tablet zat besi secara oral. Diet tinggi serat dan asupan cairan yang
memadai supaya feses tetap lunak dan memudahkan defekasi. Bidan harus
menanyakan erubahan frekuensi dan konsistensi defekasi pada ibu hamil.
Jika konstipasi bersifat resisten dapat menyebabkan hemoroid yang dapat
menimbulkan rasanyeri dan perdarahan.
c. Adakah patologi dalam kehamilan
1. Anemia
Anemia adalah istilah umum yang digunakan untuk defisiensi pada kuantitas
atau kualitas sel darah merah (SDM), yang mengakibatkan penurunan
kapasitas pembawa- oksigen darah (Sweet, 1997).
a. Anemia defisiensi zat besi
Kebutuhan zat besi pad kehamilan secara signifikan meningkat sebagai
akibat peningkatan kebutuhan maternal dan janin.
Tanda dan gejala :
Kebanyakan wanita yang mengalami defisiensi zat besi adalah asimtomatik.
Mereka yang dating dengan gejala keluhan keletihan, kurang energi, atau
kunang – kunang. Ibu dengan anemia berat dapat juga dapat juga
mengalami dispnea dan palpitasi. Pemeriksaan fisik dapat mengidentifikasi
membrane mukosa pucat.
b. Anemia Megaloblastik
Kebanyakan anemia megaloblastik yang ditemukan di Amerika Serikat
adalah akibat defisiensi asam folat. Kebutuhan folat meningkat secara
drastis pada kehamilan, dan defisiensi dapat terjadi pada ibu yang tidak
mengkonsumsi protein hewani atau sayur – sayuran hijau.
Tanda dan gejala :
Kebanyakan ibu dengan anemia megaloblastik asimtomatik. Identifikasi
faktor risiko, terutama penggunaan alcohol berat, dapat ,membantu dokter
dalam mengidentifikasi penyebab anemia. Anemia berat dapat dikaitkan
dengan keletihan, dan defisiensi vitamin B 12, dapat dikaitkan dengan gejala
neurologis, termasuk kehilangan proprioseptif ekstermitas bawah dan
kehilangan indra penciuman (Aldreoli et at., 1997)
c. Anemia herediter
1) Hemoglobinopati Sel Sabit
Ibu dengan sifat sel sabit (AS) mengalami peningkatan morbiditas karena
ISK dan anemia defiesiensi folat dan zat besi yang menyertai. Sifat sel sabit
adalah tipe hemoglobinopati paling umum, yang terjadi dalam 1dari 12
individu berkult hitam atau keturunan Mediterania.
Tanda dan gejala :
Tanda dan gejala serupa pada mereka dengan anemia lain dan bergantung
pada beratnya anemia. Pada kasus berat pasien mengeluh keletihan,
dispnea, dan palpitasi, serta membrane mukosa pucat.
2) Talasemia
Talasemia adalah determinan genetic gangguan hematologis yang
dikarakteriskkan oleh gangguan kecepatan produksi satu atau lebih rantai
peptide yang ditemukan dalam globin (Gant dan Cunningham, 1993).
Tanda dan gejala :
Anemia bentuk ringan sering asimtomatik. Skrinning hitung darah komplet
sering menunjukkan Hb 30% sampai 35% dan hitung retikulosit meningkat
sampai 10% sampai 20%.
2. Preeklamsia/ Eklamsia
Respon imun abnormal, gangguan endokrin, predisposisi genetic, kelebihan
atau kekurangan nutrisi, dan gangguan ginjal semua diajukan sebagai
berperan dalam terjadinya preeklamsia. Banyak sumber menyetujui bahwa
penyebab preeklamsia adalah multifactor.
Tanda dan gejala :
Preeklamsia ringan (TD diastolic <110 mmHg) sering asimtomatik. Dugaan
pertama terjadinya penyakit ini adalah temuan peningkatan TD selama
pemeriksaan prenatal. Proteinuria dan edema adalah dua temuan klasik lain
pada preeklamsia. Namun, proteinuria adalah temuan lanjut. Meskipun
edema konsisten dengan proses penyakit, sulit untuk membedakan edema
normal pada kehamilan dari edema awal yang dikaitkan dengan
preeklamsia. Adanya penambahan berat badan tiba – tiba lebih dari 1 kg per
minggu pada trimester dua kehamilan yang tidak dapat dijelaskan oleh
asupan diet harus dipertimbangkan sebagai tanda edema sampai terbukti
demikian.
3. Hipertensi Kronis
Hipertensi kronis dianggap ada pada 2% sampai 5% kehamilan. Hipertensi
ringan sampai sedang pada kehamilan tidak meningkatkan risiko ibu tetapi
dikaitkan dengan IUGR janin dan kematian janin. Faktor risiko untuk
hipertensi kronis meliputi usia lebih dari 35 tahun, riwayat keluarga
hipertensi, ras kulit hitam, penyalahgunaan alcohol, dan patologi dasar ginjal
atau kardiovaskuler. Konstributor utama untuk hipertensi adalah
aterosklerosis.
Tanda dan gejala :
Individu dengan hipertensi mungkin mengalami kemajuan penyakit ke titik
penyakit organ akhir di jantung, otak, dan ginjal. Pada kasus ini tanda dan
gejala akan konsisten dengan derajat gangguan organ.
4. Prolaps Katup Mitral
Prolaps Katup Mitral (PKM) diperkirakan terjadi pada 6% populasi dan dapat
terjadi pada 12% sampai 17% ibu usia subur. Prevalensi pada ibu
memuncak pada usia 20 sampai 29 tahun dan paling rendah pada usia 50
sampai 59 tahun. Meskipun telah ada banyak tulisan mengenai PKM secara
umum, terdapat keterbatasan pengetahuan tentang efek perubahan
kardiovaskuler akibat kehamilan terhadap PKM. PKM dapat menjadi
penyakit fungsi primer atau patologi sekunder yang diikaitkan dengan
gangguan jaringan penyambung atau penurunan ukuran ventrikel kiri
(Cowles dan Gonik, 1990).
PKM adalah pembesaran satu atau kedua katup mitral, paling umum katup
posterior.
Tanda dan gejala :
Kebanyakan ibu hamil dengan asimtomatik. Namun, bebarapa ibu mungkin
mengalami peningkatan palpitasi, aritmia, dan nyeri dada, terutama pada
aktivitas fisik.
5. Asma
Diperkirakan kira – kira 1% sampai 4% kehamilan dikomplikasi oleh asma
(Clark et al, 1993). Selama decade akhir, prevalensi, morbiditas, dan
mortalitas asma meningkat, mungkin karena polusi udara, kurangnya
kualitas udara di dalam rumah, dan meningkatkan pemajanan pada kimiawi
baru setiap hari dalam kehidupan. Asma adalah gangguan inflamasi kronis
pada jalan napas yang dikarakteristikkan oleh penggundulan epitel jalan
napas, deposisi kolagen di bawah dasar membrane jalan napas, edema,
aktivitas sel mast, dan inflamasi infiltrasi sel (National Heart, Lung and Blood
Institude, 1997). Asma dapat dikaitkan dengan peningkatan risiko kelahiran
preterm, BBLR, mortalitas neonates, hiperemesis gravidarum, perdarahan
vaginal, dan preeklamsia.
Tanda dan gejala :
Gejala meliputi pemendekan napas, perasaan “sesak” di dalam dada,
mengi, dan keluhan memburuknya gejala pada malam hari, dengan aktifitas
fisik, atau pemanjaan pada iritan yang diketahui.
6. Infeksi Saluran Kemih
Perubahan anatomis dan fisiologis pada kehamilan meningkatkan risiko ISK.
ISK pada kehamilan dikaitkan dengan berat badan lahir rendah, persalinan,
dan kelahiran preterm, hipertensi/preeklamsia, anemia maternal, dan
amnionitis.
Tanda dan gejala :
Gejala sistitis meliputi disuria yang disebabkan oleh inflamasi dinding
kandung kemih dan uretra dan urgensi berkemih serta inkomtinensia yang
disebabkanoleh iritabilitas otot destrumsor. Nyeri tekan suprapubik dan
ketidaknyamanan pinggang mungkin ada. Sedimen pada urine mengandung
banyak leukosit polimorfonuklear, bakteri, dan darah.
Tanda dan gejala pielonefritis meliputi malaise umum, demam, dan
menggigil, nyeri pinggang hebat, takikardia, dan hipotensi bila septikermia
terjadi signifikan. Mual dan muntah mungkin ada.

7. Diabetes Gestasional (Intoleransi Glukosa dalam kehamilan)


Diabetes mellitus gestasional (DMG) didefinisikan sebagai “intoleransi
karbohidrat dalam kehamilan) (Gerner et al, 1997, hlm. 190). Diperkirakan
pada 0,15% sampai 12,3% wanita hamil didiagnosis mengalami diabetes
gestasional. Faktor risiko meliputi usia ibu lebih dari 35 tahun, DMG
sebelumnya, kehamilan bayi sebelumnya >4000g, kehilangan janin
sebelumnya yang tidak jelas sebabnya, riwayat keluarga tentang
diabetespada kerabat derajat pertama, obesitas, dan kelahiran anak
sebelumnya dengan anomaly congenital. DMG dikaitkan dengan glikosuria
dan polihidramnion. DMG dapat dikaitkan dengan peningkatan morbiditas
ibu dan neonates. Makrosomia dengan komplikasi jangka panjang, atau
persalinan macet, kelahiran dengan forcep atau vakum, distosia bahu, dan
seksio sesarea lebih umum terjadi pada DG, bahkan dengan glukosa darah
terkontrol baik. Namun, Spellacy dan rekan (1985) menemukan bahwa
hanya 5,1% bayi dengan berat badan lahir lebih dari 4500g lahir pada ibu
dengan uji toleransi glukosa darah abnormal. Dalam sampel mereka 44%
bayi makrosomik lahir pada ibu dengan berat badan lebih dari 90 kg, dan
10,8% lebih dari gestasi 42 minggu. Temuan ini menunjukkan bahwa
obesitas dan kehamilan lewat waktu lebih berkaitan erat dengan
makrosomia daripada DGM.
Tanda dan gejala :
Meskipun kebanyakan ibu dengan DGM asimtomatik, beberapa mengalami
penambahan berat badan berlebihan dan glukosuria.
8. Diabetes Tipe I dan II pada kehamilan
Diabetes pragestasi dikaitkan dengan anomaly janin dan kehilangan
kehamilan dini. Hasil janin ini dikaitkan dengan diabetes tipe I berisiko tinggi
melahirkan bayi kecil untuk usia gestasi karena keterlibatan vascular yang
menimnulkan penurunan perfusi uteroplasental. Ibu dengan diabetes tipe II
berisiko tinggi melahirkan bayi makrosomik, khususnya bula mereka gemuk.
Ibu dengan diabetes juga berisiko tinggi mengalami gangguan hippertensif
kehamilan dan infeksi. ISK dapat menjadi masalah tertentu.
Tanda dan gejala :
Tanda dan gejala klasik diabetes tidak terkontol meliputi poliuria,polidipsia,
nokturia, dan penurunan berat badan – semua umum pada trimester
pertama kehamilan. Lebih umum, terutama pada diabetes tipe II, kondisi ini
asimtomatik.
9. Infeksi Papilomavirus Manusia
Kutil genital pling sering disebabkan oleh HPV tipe 6 atau 11. Virus
mengidentifikasi epithelium skuamosa, yang menghasilkan lesi yang
berbeda yang disebut kutil genital atau kondilomata akuminata. Lesi datar
dapat ditemukan pada serviks.
Tanda dan gejala :
Ibu mungkin mengeluh “benjolan” pada area vagina. Kutil vagina dan serviks
serta infeksi subklinis mungkin asimtomatik.
10. Infeksi Trikomoniasis
Trikomoniasis disebabkan oleh T. vaginalis, suatu protozoa. Studi terakhir
menemukan kaitan antara Trikomoniasis dan ketuban pecah dini dan
kelahiran premature. (Cotch et al.,1997)
Tanda dan gejala :
Meskipun Trikomoniasis mungkin asimtomatik pada wanita, kebanyakan ibu
hamil mengeluh adanya rabas hijau kekuningan atau abu – abu, dan berbau
busuk. Banyak ibu juga mengalami iritasi vulva berat.
11. Pedikulosis Pubis (Kutu Pubis)
Kutu pubis adalah parasit kecil seperti kotak yang hidup di pubis dan rambut
perianal. Parasit ini ditemukan juga di rambut aksila, tubuh, dan paha.
Tanda dan gejala :
Ibu yang terinfeksi biasanya mengeluh gatal pada area anogenital. Ia juga
datang memeriksakan diri setelah pasangannya atau anggota kerabat lain
terdiagnosis mengidap kutu.
d. Riwayat minum jamu/ obat – obatan tertentu
1. Jamu
Penggunaan jamu atau herbal pun tidak disarankan pada ibu hamil dan
menyusui terutama mengingat belum banyak penelitian yang menyatakan
keamanan penggunaan herbal pada wanita hamil dan menyusui.
Jamu merupakan ramuan tradisional yang dibuat dari bahan – bahan alami
berupa bagian dari tumbuhan seperti rimpang(akar-akaran), daun-daunan, kulit
batang,dan buah. Ada juga yang menggunakan bahan dari tubuh hewan,
seperti empedu kambing atau tangkur buaya.
Adapun jamu biasanya diminum sebagai alternatif pengobatan yang bersifat
herbal atau alami. Manfaat dari jamu banyak sekali. Salah satunya dapat
digunakan untuk mengatasi pegal linu, demam, batuk, diare, panas dalam,
melancarkan haid dan menambah nafsu makan. Berdasarkan pengalaman dan
beberapa referensi berikut efek negatif yang ditimbulkan minum jamu saat
hamil:
a. Menyebabkan keguguran, untuk jamu kunir asam yang bersifat
membersihkan dinding rahim, maka untuk ibu hamil muda perlu berhati –
hati, karena janin belum terlalu kuat menempel pada dinding rahim dan
dapat beresiko menyebabkan keguguran.
b. Mengeruhkan air ketuban, jamu memiliki endapan yang yang mengeruhkan
air ketuban sehingga menyebabkan ketuban menjadi kental bahkan
berwarna kehijauan dan akan membahayakan jika sampai terhirup oleh
janin.
c. Kulit janin berlapis atau berkerak, ini karena endapan jamu jika jamu
dikonsumsi secara rutin.
d. Plasenta lengket
e. Kelainan jantung, jamu juga bisa menyebabkan kelainan pada jantung, salah
satunya adalah kebocoran jantung, terutama jika dikonsumsi saat hamil
muda.
Jenis – jenis jamu :
a. Jamu beras kencur
Jamu beras kencur berkhasiat dapat menghilangkan pegal- pegal pada tubuh
dan sebagai tonikom atau penyegar. Beras kencur juga bias meringankan
batuk dan merupakan seduhan tepat untuk jamu batuk.
Bahan baku :
Beras, kencur, biji kedawung, rimpang jahe, biji kapulogo, buah asam, kayu
keningar, kunir,gula merah, dan gula putih.
b. Jamu cabe puyang
Biasa disebut sebagai jamu “pegal linu”. Artinya untuk menghilangkan cikalen,
pegal, dan linu – linu di tubuh, terutama pegal – pegal di pinggang. Namun
adapula yang mengatakan minuman ini menghindarkan dari kesemutan,
menghilangkan keluhan badan panas dingin atau demam. Seorang penjual
jamu mengatakan bahwa minuman ini baik diminum oleh ibu yang sedang
hamil tua dan bayi yang lahir jika minum jamu cabe puyang secara teratur akan
bersih dan bau tidak amis. Jamu cabe puyang mengandung zat besi dan
berkhasiat untuk menambah butiran darah merah bagu yang kurang darah
atau anemia.
Bahan baku :
Cabe jamu dan rimpang lempuyang, adas, pulosari, rimpang kunir, biji
kedawung, keningar dan asam kawak. Pemanisnya yaitu gula merah dicampur
gula putih dibubuhkan sedikit garam.
c. Jamu kudu laos
Khasiat jamu kudu laos adalah untuk menurubkan tekanan darah. Tetapi, ada
pula yang mengatakan untuk memperlancar peredaran darah, menghangatkan
badan, membuat perut terasa nyaman, menambah nafsu makan, melancarkan
haid, dan menyegarkan badan.
Bahan baku :
Buah mengkudu, rinpang laos, merica, asam kawak, cabe jamu, bawang putih,
kedawung, garam secukupnya, gula jawa , dan gula pasir.
d. Jamu kunyit
Jamu kunir asam atau jamu “adem – ademan atau seger – segeran” yang
dapat diartikan sebagai jamu untuk menyegarkan tubuh atau dapat membuat
tubuh menjadi dingin. Adapula yang mengatakan untuk menghindarkan dari
panas dalam atau sariawan. Seorang penjual jamu mengatakan jamu ini tidak
baik dikonsumsi oleh ibu hamil muda sehubungan dengan sifatnya yang
memperlancar haid.
Bahan baku :
Buah asam, kunyit, sinom (daun asam muda), temulawak, biji kedawung, dan
air perasan buah jeruk nipis. Sebagai pemanis gula merah, gula putih, dan
sedikit garam.
e. Jamu sinom
Manfaat, bahan baku, dan cara pembuatannya tidak beda jauh dengan jamu
kunyit. Perbedaannya hanya terletak pada tambahan bahan sinom.
f. Jamu pahitan
Jamu pahitan dimanfaatkan untuk berbagai masalah kesehatan. Penjual jamu
mengatakan kegunaan utama jamu ini adalah untuk gatal – gatal, kencing
manis, kurang nafsu makan, “cuci darah”, menghilangkan bau badan,
menurunkan kolestrol, perut kembung/ sebah, jerawat, pegal, dan pusing.
Bahan baku :
Sambiloto, brotowali, widoro laut, doro putih, babakan pule, adas atau empon –
empon, dan rempah – rempah.
g. Jamu kunci Suruh
Jamu kunci suruh dimanfaatkan oleh wanita, terutama ibu – ibu untuk
emngobati keluhan keputihan (fluor albus). Manfaat lain untuk merapatkan
bagian intim wanita (vagina), menghilangkan bau badan, mengecilkan rahim
dan perut, serta menguatkan gigi.
Bahan baku :
Rimpang kunci, daun sirih, buah asam yang masak, buah delima, buah pinang,
kunci pepet, majakan, jambe, manis jangan, kayu legi, beluntas, kencur, gula
merah, gula pasir, dan garam.
h. Jamu uyup – uyup/ Gepyokan
Digunakan untuk mengingkatkan produksi air susu ibu pada ibu yang sedang
menyusui. Khasiat lain untuk menghilangkan bau badan, baik pada ibu maupun
anak dan mendinginkan perut.
Bahan baku :
Kencur, jahe, bangle, laos, kunir, daun katu, temulawak, puyang, temugiring,
dan gula.
2. Obat – obatan
Wanita yang cerdas akan mengumpulkan banyak informasi mengenai kondisi
kesehatannya, terlebih ketika mengetahui kondisi kehamilannya memerlukan
obat-obatan tertentu untuk memulihkan kesehatan. Karena tidak pernah ada
jaminan bahwa obat yang dikonsumsi aman bagi setiap orang, maka ada
baiknya sebelum mengkonsumsi obat-obatan tertentu.
Untuk mengetahui obat-obatan yang aman untuk janin ketika di konsumsi oleh
ibu hamil, Food and Drug Administration (FDA) di Amerika Serikat membuat
kategori obat-obatan berdasarkan tingkat keamanannya terhadap janin:
a. Kategori A: penelitian pada manusia di trimester 1 tidak menunjukan
kelainan terhadap janin (belum ada bukti pada trimester 2 dan 3)
b. Kategori B: penelitian pada hewan percobaan tidak menunjukan efek
terhadap janin dan penelitian terhadap manusia masih belum menunjukan
bukti yang jelas. Atau pada hewan percobaan menunjukan kelainan janin,
sedangkan pada manusia tidak menunjukan kelainan janin sama sekali di
semua trimester.
c. Kategori C: penelitian pada hewan percobaan menunjukan kelainan janin,
tetapi pada manusia belum menunjukan bukti yang jelas. Tetapi manfaat
obat lebih tinggi dibandingkan potensial resiko yang terjadi.
d. Kategori D: penelitian pada manusia menunjukan bukti kelainan yang jelas
pada janin. Tetapi manfaat obat lebih tinggi dibandingkan potensi resiko
yang terjadi.
e. Kategori X: penelitian pada manusia menunjukan kelainan pada janin. Dan
tingkat bahayanya lebih besar daripada manfaatnya.
Secara singkatnya adalah:
a. Kategori A = Aman untuk janin
b. Kategori B = Cukup aman untuk janin
c. Kategori C = Digunakan jika perlu, kemungkinan bisa ada efek samping
pada janin
d. Kategori D = Digunakan jika darurat, bisa terjadi efek samping pada janin
e. Kategori X = Tidak pernah digunakan dan sangat berbahaya bagi janin
Obat apa yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi ibu hamil?
a. Boleh
1) Obat-obatan yang termasuk dalam kategori A dan B aman untuk dikonsumsi
ibu hamil.
2) Jika anda sedang berobat ke tenaga kesehatan, baik itu bidan, mantri
(perawat), dokter umum, ataupun dokter spesialis, selalu beritahukan jika
anda sedang hamil agar obat-obatan diganti dengan yang aman terhadap
janin.
3) Jika terpaksa membeli obat sendiri, selalu lihat kategori kehamilan dari
kandungan obat tersebut.
b. Tidak Boleh
1) Obat-obatan yang termasuk dalam kategori C dan D bisa berbahaya bagi
janin dan hanya digunakan dalam kondisi darurat dan pada kondisi yang
bisa mengancam nyawa ibu.
2) Obat-obatan yang termasuk dalam kategori X sangat berbahaya bagi janin
dan tidak pernah digunakan pada ibu hamil.
Tips Aman :
a. Untuk yang mengalami masalah kembung atau pencernaan yang tidak
lancar, Anda bisa mengkonsumsi obat simethicone untuk meredakan gas di
dalam lambung.
b. Bila Anda flu atau batuk, Anda boleh mengkonsumsi obat flu dan batuk jenis
sirup seperti guaifenesin atau vicks vaporub untuk melegakan pernafasan.
Namun ingat, beberapa obat untuk flu mengandung alkohol jadi Anda bisa
mengkonsumsinya secara terpisah atau tidak mengkonsumsi sama sekali.
Hindari produk obat yang mengandung decongestan, pseudoephefrine dan
phenylephrine karena dapat menimbulkan efek negative pada pembuluh
darah menuju plasenta.
c. Obat yang aman dikonsumsi selama hamil lainnya adalah acetaminophen,
yang membantu Anda mengatasi sakit kepala atau demam.
d. Untuk wanita yang memiliki alergi bisa mengkonsumsi obat jenis
chlorpheniramine atau antihistamin tetapi jangan memakai decongestan
berbentuk semprotan lebih sering dari yang disarankan karena bisa
menimbulkan kerusakan pada saluran nafas jika terlalu sering dipakai.
e. Ketika hamil Anda sering mengalami konstipasi, hemorroids atau diare?
Maka Anda bisa menggunakan laxative, dulcolax, anti diare untuk
membantu mengatasi masalah tersebut.
f. Bagi mereka yang punya masalah dengan jamur bisa memakai obat salep
jenis miconazole, tioconazole, butoconazole dan butenafine untuk
membantu mengatasi masalah tersebut. Itulah tadi beberapa obat yang
aman dikonsumsi selama hamil. Namun, untuk keamanan dan kenyamanan
masa kehamilan, sebaiknya Anda berkonsultasi dulu dengan ahlinya
sebelum memutuskan untuk mengkonsumsi obat-obatan tersebut.
6. Riwayat Persalinan Terakhir
Kala satu persalianan didefinisikan sebagai permulaan kontraksi persalinan
sejati, yang ditandai oleh perubahan serviks yang progresif dan diakhiri dengan
pembukaan lengkap (10 sentimeter). Hal ini disebut tahap pembukaan serviks.
Komponen data dasar untuk menentukan kesejahteraan ibu dan janin selama
kala satu persalinan adalah sebagai berikut.
1. Evaluasi terus-menerus terhadap setiap temuan signifikan yang diperoleh
dari riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik dan pelvis dan pemeriksaan
laboratorium yang dilakukan selama evaluasi awal terhadap ibu dan janin
dalam persalinan.
2. Evaluasi kemajuan persalinan.
3. Evaluasi perilaku dan responsnya terhadap persalinan dan orang terdekat
wanita tersebut.
4. Evaluasi terus-menerus terhadap kenormalan persentasi janin, posisi dan
variasi dan adaptasi janin terhadap pelvis.
5. Evaluasi denyut jantung janin.
6. Evaluasi perubahan fisiologis pada ibu.
7. Penapisan terus-menerus terhadap tanda dan gejala komplikasi obstetrik
dan kesejahteraan janian yang meragukan.
Kala dua persalianan dimulai dengan dilatasi lengkap serviks dan diakhiri
dengan kelahiran bayi. Tahap ini dikenal dengan kala ekspulsi.
Data dasar untuk menentukan kesejahteraan ibu dan janin selama kala dua
persalinan merupakan kelanjutan data dasar yng dikumpulkan dan dievaluasi
selama kala satu persalinan. Komponen data dasar tersebut termasuk hal-hal
berikut:
1. Kontinutas evaluasi setiap temuan yang sigifikan dari riwayat, pemeriksaan
fisik, pelvis dan pemeriksaan laboratorium yang dilakukan selama evaluasi
awal ibu dan janian dalam persalinan.
2. Kontinutas evaluasi kemajuan persalinan.
3. Kontinutas evaluasi pada janin.
4. Kontinutas evaluasi pada ibu.
5. Kontinutas penapisan tanda dan gejala komplikasi obstetrik dan gawat janin.
Rerata durasi kala satu dan kala dua persalianan
Tanpa konduksi anestesi Konduksi anestesi
Kala satu Kala dua Kala satu Kala dua
(jam) (menit) (jam) (menit)
Rerata
8,1 54 10,2 79
nulipara
Rerata
5,7 19 7,4 45
multipara
Semua perbedaan rerata signifikan secara statistik (P<0,0001)
Kala tiga persalinan dimulai saat proses perlahiran bayi selesai dan berakhir
dengan lahirnya plasenta. Proses ini dikenal sebagai kala persalinan plasenta.
Kala tiga persalinan berlangsung rata-rata antara 5 dan 10 menit. Akan tetapi,
kisaran normal kala tiga sampai 30 menit. Risiko perdarahan meningkat
apabila kala tiga lebih lama dari 30 menit, terutama antara 30 dan 60 menit.
Komponen data dasar dalam menetapkan keadaan wanita selama kala tiga
persalinan adalah sebagai berikut:
1. Evaluasi berkelanjutan setiap temuan bermakna sebelumnya.
2. Evaluasi kemajuan persalinan.
3. Evaluasi berkelanjutan pada ibu.
4. Skrining tanda dan gejala perdarahan kala tiga.
Kala empat persalinan mengidentifikasikan jam pertama pascapartum ini perlu
diamati dan dikaji dengan ketat. Bidan memiliki tanggung jawab selama kondisi
ini untuk hal-hal berikut:
1) Evaluasi kontraktilitas uterus dan perdarahan.
2) Inspeksi dan evaluasi serviks, vagina, dan perineum.
3) Inspeksi dan evaluasi plasenta, membran, dan tali pusat.
4) Pengkajian dan penjahitan setiap laserasi atau episiotomi.
5) Evaluasi tanda-tanda vital dan perubahan fisiologis yang mengindikasikan
pemulihan.
Keadaan Bayi
Keadaan bayi baru lahir dapat dilihat dengan melakukan pemeriksaan terhadap
bayi baru lahir. Komponen pemeriksaan bayi baru lahir yang lengkap terdiri dari
tiga bagian: (1) riwayat bayi baru lahir, (2) pengkajian usia kehamilan, dan (3)
pemeriksaan fisik.
Faktor medis dan perinatal serta dampak pada neonatus
Faktor Kemungkinan implikasi pada bayi baru lahir
Faktor medis ibu
Penyakit jantung Hipoksia intrauteri kronis
Diabetes Besar masa kehamilan; trauma;
hiperbilirubinemia; lahir mati
Penyakit ginjal Permaturitas; IUGR
Hipertensi Retardasi pertumbuhan; permaturitas;
abrupsio plasenta
Penyakit menular seksual Transmisi perinatal
Penyalah gunaan zat Sindrom putus zat pada neonatus
Rh atau isoimunisasi lain Anemia; ikterus; hidrops fetalis
Riwayat keguguran Sindrom genetik
sebelumnya
Faktor pranatal
Tidak ada perawatan pranatal Penyalahgunaan zat oleh ibu; tak ada
dukungan sosial
Perdarahan selama Defek plasenta; defek previa
kehamilan
Ketidaksesuaian ukuran-usia Retriksi pertumbuhan; bayi baru lahir besar;
trauma
Hipertensi akibat kehamilan Retriksi pertumbuhan; permaturitas
Diabetes gestasional Makrsomia; trauma lahir
Polihidramnion Masalah ginjal pada neonatus;
ketidakmampuan menelan
Oligohidramnion Defek pada amniotic band; sindrom dehidrasi;
kelainan pada ginjal/ kandung kemih neonatus
Infeksi Transmisi bakteri
Faktor perinatal
Persalinan kurang bulan/lewat RDS; asfiksia
bulan
Persalinan memanjang Trauma pada neonatus
Penggunaan obat pada Gawat pernapasan neonatus
persalinan
Gawat janin Asfiksia
Peningkatan suhu ibu Penularan infeksi perinatal
Persentasi/posisi janian Trauma neonatus
abnormal
Cairan amnion bercampur Pneumonia akibat aspirasi mekonnium
mekonium
Pecah ketuban yang lama Penularan infeksi perinatal
Perdarahan berlebihan pada Hipovolemia bayi baru lahir; hipoksia
saat persalinan
Prolaps tali pusat Asfiksia
Hipotensi maternal Asfiksia
Asidosis janin Asidosis bayi baru lahir

Informasi yang dikumpulkan melalui observasi


Pengajian usia gestasi Pengkajian fisik
Karakteristik kulit Warna tubuh pusat dan perifer
Maturitas genetalia (wanita) Tonus otot
Sikap Karakteristik tangisan
Lanugo Karakteristik pernapasan
Proporsi tubuh dan pembentukan
bagian-bagian tubuh yang terlihat
Kontur abdomen
Adanya rambut, kuku tangan dan kuku
kaki
Kesimetrisan mata; gerakan mulut,
lengan, kaki
Adanya genetalia eksternal normal
Tulang belakang lurus, utuh
Rawat gabung adalah suatu cara perawatan dimana ibu dan bayi yang baru
dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan di tempatkan dalam sebuah ruangan
kamar atau tempat bersama-sama selama 24 jam penuh dalam seharinya
(Maryuni, 2009; Rukiyah, 2010). Syarat ibu dan bayi yang dapat di rawat
gabung Bayi dan ibunya yang dapat dirawat gabung harus memenuhi syarat
atau kriteria antara lain : usia kehamilan >34 minggu dan berat lahir >1800
gram (berarti berarti refleks menelan dan menghisapnya sudah membaik), nilai
APGAR pada lima menit pertama minimal 7, tidak ada kelainan kongenital yang
memerlukan perawatan khusus, tidak ada trauma lahir atau morbiditas lain
yang berat, dan bayi yang lahir dengan sectio caesarea yang menggunakan
pembiusan umum, rawat gabung dilakukan setelah ibu dan bayi sadar,
misalnya 4-6 jam setelah operasi selesai. Apabila pembiusan secara spinal,
bayi dapat segera disusui. Apabila ibu masih mendapat infus, bayi tetap dapat
disusui dengan bantuan petugas, dan ibu dalam keadaan sehat (Prawirohardjo,
2008; Maryuni, 2009).
6. Menggali Riwayat Obstetri
1) Jumlah Kehamilan
Jumlah kehamilan ditanyakan untuk mengetahui seberapa besar
pengalaman klien tentang kehamilan. Apabila klien mengatakan bahwa saat
ini adalah kehamilan yang pertama, maka bidan harus secara maksimal
memberikan pengetahuan kepada klien tentang bagiaamana merawat
kehamilannya dengan maksimal.
a) Menanyakan ibu melahirkan anak yang keberapa :
 Gravida adalah seorang wanita yang sedang hamil.
 Primigravida adalah seorang wanita yang hamil untuk pertama kalinya.
 Para adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi hidup untuk
pertama kalinya.
 Nullipara adalah seorang wanita yang belum pernah melahirkan bayi viable.
 Primipara adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi hidup untuk
pertama kalinya.
 Multipara atau pleuripara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi viable
beberapa kali ( sampai 5 kali ).
 Grande multipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi 6 kali atau
lebih, hidup atau mati.
( Sinopsis Obstetri, 1998 : 91-92 )
2)    Jumlah persalinan
Spontan/buatan?
Aterm/Premature?
Kapan kelahiran?
Melahirkan dimana?
Siapa yang menolong?
Apakah ada masalah saat persalinan?
3) Jumlah keguguran
Tanyakan kepada klien apakah ia pernah kegguguran atau tidak. Sebab
apabila pernah mengalami keguguran dalam riwayat persalinan sebelumnya
akan beresiko untuk mengalami keguguran pada kehamilan berikutnya
(keguguran berulang). Bidan perlu mengetahui bila pasien pernah
mengalami keguguran, maka bidan perlu mananyakan pada usia berapa
dan penanganan apa yang sudah didapatkan pasca abortus.
4) Jumlah Anak yang Lahir Hidup
Untuk mengetahui pernah tidaknya klien mengalami keguguran, apabila
pernah maka pada kehamilan berikutnya akan beresiko mengalami
keguguran kembali. Serta apabila jumlah anak yang hidup hanya sedikit dari
kehamilan yang banyak, berarti kehamilannya saat ini adalah kehamilan
yang sangat diinginkan.
Bidan perlu mengetahui jenis kelamin anak yang lahir hidup, berat badan
saat kelahiran, kondisi anak pada saat ini, dan apakah ada kecacatan pada
anak.
5) Anak yang Lahir Premature
Untuk mengidentifikasi apabila pernah mengalami kelahiran prematur
sebelumnya maka dapat menimbulkan resiko persalinan prematur
berikutnya.

f. Persalinan Dengan Tindakan


Induksi persalinan
Persalinan dari vagina dengan alat bantu, seperti ekstraktor vakum atau forsep
Induksi persalinan adalah dimulainya persalinan secara buatan. Biasanya
persalinan diinduksi dengan memberikan hormon yang membuat rahim
berkontraksi lebih sering dan lebih kuat. Pemberian dilakukan menggunakan
infus sehingga jumlah obat yang diberikan dapat diatur dengan tepat. Jika
terjadi kontraksi rahim yang terlalu kuat atau terlalu dekat, maka pemberiannya
perlu dihentkan, karena kontraksi rahim seperti itu bisa membahayakan janin
dan meningkatkan rasa nyeri pada ibu yang melahirkan. Oleh karena itu,
selama proses induksi dan persalinan, kondisi ibu dan janin akan terus
dipantau dengan ketat. Jika proses induksi persalinan tidak berhasil, maka bayi
akan dilahirkan melalui operasi cesar.
Masalah-masalah pada kehamilan yang biasanya membutuhkan induksi
persalinan antara lain tekanan darah tinggi dengan adanya protein pada air
kemih (pre-eklampsia) pada ibu hamil atau adanya tanda-tanda bahwa kondisi
janin tidak baik.
Persalinan tidak diinduksi jika wanita memiliki riwayat pembedahan pada rahim,
riwayat operasi cesar, atau memiliki herpes genitalia aktif. Persalinan juga tidak
diinduksi jika janin tidak berada dalam posisi yang normal, janin berukuran
terlalu besar, atau jika plasenta melekat pada posisi yang tidak benar.
Persalinan Melalui Vagina dengan Bantuan Alat
Persalinan melalui vagina dapat dibantu dengan menggunakan alat, yaitu
ekstraktor vakum atau forsep. Ekstraktor vakum terdiri dari mangkuk kecil yang
terbuat dari bahan seperti karet yang terhubung dengan sebuah vakum. Alat ini
dimasukkan ke vagina dan dilekatkan ke kepala janin dengan menggunakan
hisapan vakum. Saat rahim berkontraksi dan ibu mengedan, dokter atau bidan
akan menarik dengan perlahan untuk membantu melahirkan bayi. Jika
persalinan dengan ekstraksi vakum telah dicoba dan tidak berhasil, maka
biasanya akan dilakukan operasi cesar. Ekstrasi vakum bisa membuat
pembengkakan kecil pada kepala bayi, yang akan menghilang dengan cepat.
Mangkok penghisap juga dapat membuat memar pada kulit kepala bayi atau
menyebabkan perdarahan pada mata bayi (perdarahan retina). Selain itu, risiko
terjadinya distosia bahu dan jaundice juga meningkat. Tindakan ini tidak
dilakukan jika usia kehamilan kurang dari 34 minggu, karena kepala bayi masih
terlalu lunak.
Forsep adalah alat yang terbuat dari besi dan berbentuk seperti sendok besar
dengan bagian tepi yang bulat dan pas untuk mengelilingi kepala janin. Forsep
diletakkan hati-hati di kepala bayi dan disatukan pada bagian pegangannya.
Saat rahim berkontraksi dan ibu mengedan, dokter akan menarik bayi secara
perlahan-lahan untuk membantu melahirkan bayi. Forsep dapat meninggalkan
sedikit jejas pada wajah bayi, tetapi jejas ini akan menghilang dengan
sendirinya. Pada kasus yang jarang, pemakaian forsep dapat membuat bayi
memar atau dapat juga membuat robekan pada daerah antara vagina dengan
anus (perineum). Melahirkan dengan ekstraksi vakum atau forsep dapat
dilakukan pada situasi-situasi berikut :
a. Ketika janin dalam bahaya dan harus segera dilahirkan
b. Ketika ibu mengalami kesulitan dalam mengedan
c. Ketika persalinan berlangsung lama
d. Ketika ibu memiliki gangguan (misalnya gangguan jantung) yang membuat
ibu tidak disarankan untuk mengedan terlalu kuat
Operasi Cesar
Operasi cesar adalah tindakan pembedahan untuk melahirkan bayi dengan
membuat sayatan pada perut dan rahim ibu. Operasi cesar dilakukan jika
dipertimbangkan lebih aman untuk ibu, bayi, atau keduanya jika bayi dilahirkan
dengan operasi cesar dibandingkan dengan persalinan melalui vagina,
misalnya pada situasi-situasi berikut :
a. Ketika proses persalinan berlangsung lama
b. Ketika janin berada dalam posisi yang abnormal, misalnya sungsang
c. Ketika detak jantung janin tidak normal, menandakan adanya gawat janin
d. Ketika terjadi perdarahan vagina yang berlebihan, menandakan bahwa
plasenta mungkin telah terlepas dari rahim lebih cepat
e. Ketika ibu memiliki riwayat lebih dari satu kali operasi cesar sebelumnya
Jika seorang wanita memilih untuk melahirkan secara normal (melalui vagina)
setelah dulunya pernah sekali menjalani operasi cesar, maka ia harus tetap
merencanakan persalinan dilakukan di rumah sakit yang dilengkapi dengan
peralatan untuk operasi cesar, karena hanya sekitar 60-80% persalinan normal
yang berhasil dilakukan oleh wanita yang pernah sekali menjalani operasi
cesar. Selain itu, masih terdapat risiko yang untuk terjadinya robekan pada
rahim.
g. Riwayat Perdarahan
Perdarahan Post Partum (Perdarahan Pasca Persalinan)
Perdarahan post partum atau perdarahan pasca persalinan adalah salah satu
penyebab kematian ibu melahirkan. Tiga faktor utama penyebab kematian ibu
melahirkan adalah perdarahan post partum atau perdarahan pasca persalinan,
hipertensi saat hamil atau pre eklamasi dan infeksi. Perdarahan menempati
prosentase tertinggi penyebab kematian ibu (28%). Di berbagai negara paling
sedikit seperempat dari seluruh kematian ibu disebabkan oleh perdarahan,
proporsinya berkisar antara kurang dari 10-60 %. Walaupun seorang
perempuan bertahan hidup setelah mengalami pendarahan pasca persalinan,
namun selanjutnya akan mengalami kekurangan darah yang berat (anemia
berat) dan akan mengalami masalah kesehatan yang berkepanjangan (WHO).
Definisi Perdarahan Post Partum
Perdarahan pasca persalinan atau perdarahan post partum adalah perdarahan
melebihi 500 ml yang terjadi setelah bayi lahir.
Kehilangan darah pasca persalinan seringkali diperhitungkan secara lebih
rendah dengan perbedaan 30-50%. Kehilangan darah setelah persalinan per
vaginam rata-rata 500 ml, dengan 5% ibu mengalami perdarahan > 1000 ml.
Sedangkan kehilangan darah pasca persalinan dengan bedah sesar rata-rata
1000 ml.
Perkembangan terkini, perdarahan pasca persalinan didefinisikan sebagai 10%
penurunan hematokrit sejak masuk atau perdarahan yang memerlukan
transfusi darah.
Kejadian Perdarahan Post Partum
Kejadian perdarahan pasca persalinan atau perdarahan post partum sekitar
10-15% (4% pasca persalinan per vaginam dan 6-8% pasca persalinan bedah
sesar).
Klasifikasi Perdarahan Post Partum
1. Perdarahan post partum dini (early postpartum hemorrhage) adalah
perdarahan yang terjadi setelah bayi lahir dalam 24 jam pertama persalinan.
2. Perdarahan post partum sekunder (late postpartum hemorrhage) adalah
perdarahan yang terjadi setelah 24 jam persalinan, kurang dari 6 minggu
pasca persalinan.
Penyebab Perdarahan Post Partum
Perdarahan post partum dapat disebabkan oleh atonia uteri, robekan jalan
lahir, retensio plasenta, sisa plasenta, inversio uteri dan kelainan pembekuan
darah.
Gejala Klinik Perdarahan Post Partum adalah lemah, limbung, keringat dingin,
menggigil, hiperpnea, sistolik < 90 mmHG, nadi > 100x/m, Hb < 8 g%.
Diagnosis Perdarahan Post Partum :
a. Atonia uteri
Faktor resiko: over distensi uterus oleh karena polihidramnion, hamil kembar,
makrosomia janin; multi paritas, persalinan cepat atau lama, infeksi, riwayat
atonia uteri, pemakaian obat relaksasi uterus.
Gejala: uterus tidak berkontraksi dan lembek, perdarahan segera setelah anak
lahir.
Penyulit: syok, bekuan darah pada serviks atau posisi terlentang akan
menghambat aliran darah keluar.
b. Robekan jalan lahir
Faktor resiko: persalinan per vaginam dengan tindakan, makrosomia janin,
tindakan episiotomi.
Gejala: darah segar yang mengalir segera setelah bayi lahir, uterus
berkontraksi keras dan plasenta lengkap.
Penyulit: pucat, lemah dan menggigil.
c. Retensio plasenta
Gejala : plasenta belum lahir setelah 30 menit, perdarahan segera, uterus
berkontraksi dan keras.
Penyulit: tali pusat putus akibat traksi berlebihan, inversio uteri akibat tarikan,
perdarahan lanjutan.
d. Retensio sisa plasenta atau ketuban
Gejala: plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh darah) tidak
lengkap, perdarahan segera.
Penyulit: uterus berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak kurang.
e. Inversio uteri
Insidensi : 1 dari 2500 kelahiran
Faktor resiko: atonia uteri, traksi tali pusat berlebihan, manual plasenta,
plasentasi abnormal, kelainan uterus dan plasentasi pada fundus.
Gejala: uterus tidak teraba, lumen vagina terisi massa, tampak tali pusat, nyeri
perut akut dan syok (30%).
Penyulit: neurogenik syok, pucat dan limbung.
f. Ruptur uteri
Insidensi: 1 dari 2000 kelahiran.
Faktor resiko: riwayat pembedahan uterus sebelumnya, persalinan terhambat,
pemakaian oksitosin berlebihan, posisi janin abnormal, manipulasi uterus
dalam persalinan.
g. Plasentasi abnormal
Paling sering adalah plasenta akreta.
Faktor resiko: riwayat pembedahan uterus sebelumnya, plasenta previa,
kebiasaan merokok, multi grande para.
h. Koagulopati
Koagulopati kongenital dapat menjadi komplikasi pada 1-2 per 10.000
kehamilan. Penyebab: terapi antikoagulan dan koagulan konsumtif yang
disebabkan oleh komplikasi obstetrik.
i. Endometritis atau sisa fragmen plasenta
Gejala: sub involusi uterus, nyeri tekan perut bawah dan pada uterus,
perdarahan, lokia mukopurulen dan berbau bila disertai infeksi.
Penyulit: anemia dan demam.
Penanganan Umum Perdarahan Post Partum:
1. Selalu siap dengan tindakan gawat darurat.
2. Penatalaksanaan manajemen aktif kala III persalinan.
3. Meminta bantuan/pertolongan kepada petugas kesehatan lain.
4. Melakukan penilaian cepat keadaan umum ibu meliputi kesadaran nadi,
tekanan darah, pernafasan dan suhu.
5. Penanganan syok apabila terjadi.
6. Pemeriksaan kandung kemih, apabila penuh segera kosongkan.
7. Mencari penyebab perdarahan dan melakukan pemeriksaan untuk
menentukan penyebab perdarahan
h. BERAT BAYI LAHIR
Pada umumnya bayi dilahirkan setelah dikandung kurang lebih 40 minggu
dalam rahim ibu. Pada waktu lahir bayi mempunyai berat badan sekitar 3 Kg
dan panjang badan 50 cm (Solihin Pudjiadi, 2003:11). Secara umum berat bayi
lahir yang normal adalah antara 3000 gr sampai 4000 gr, dan bila di bawah
atau kurang dari 2500 gr dikatakan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
Menurut Jumiarni dkk(1995:73), BBLR adalah neonatus dengan berat badan
lahir pada saat kelahirankurang dari 2500 gram (sampai 2499 gram). Dahulu
bayi ini diakatakan prematurkemudian disepakati disebut low birth weight infant
atau Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR). Karena bayi tersebut tidak selamanya
prematur atau kurang bulan tetapidapat cukup bulan maupun lebih
bulan.Menurut Jumiarni dkk (1995:74) klasifikasi bayi menurut umur kehamilan
dibagi dalam 3 kelompok yaitu bayi kurang bulan adalah bayi dengan
masakehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari), bayi cukup bulan adalah
bayi denganmasa kehamilan dari 37 minggu sampai dengan 42 minggu (259
-293 hari), dan bayi lebih bulan adalah bayi dengan masa kehamilan mulai 42
minggu atau lebih. Daripengertian di atas maka bayi dengan BBLR dapat
dibagi menjadi 2 golongan, yaitu

Prematur murni dan Dismaturitas.


1). Prematur murni adalah neonatus dengan usia kehamilan kurang dari 37
minggudan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa
kehamilan,atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan.
Penyebabnyaberasal dari berbagai faktor ibu, faktor janin maupun faktor
lingkungan.
2). Dismaturitas atau Kecil untuk masa kehamilan adalah bayi lahir dengan
beratbadan kurang dari berat badan sesungguhnya untuk masa kehamilan. Hal
inikarena janin mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan
danmerupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilan (KMK).
Bayi berat lahir rendah merupakan masalah penting dalam
pengelolaannyakarena mempunyai kecenderungan ke arah peningkatan
terjadinya infeksi, kesukaran mengatur nafas tubuh rehingga mudah untuk
menderita hipotermia. Selain itu bayi dengan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)
mudah terserang komplikasi tertentu seperti ikterus, hipoglikomia yang dapat
menyebabkan kematian. Kelompok bayi berat lahir rendah yang dapat di
istilahkan dengan kelompok resiko tinggi, karena pada bayi berat lahir rendah
menunjukan angka kematian dan kesehatan yang lebih tinggi dengan berat
bayi lahir cukup.WHO memperkirakan bahwa angka prevalensi BBLR di negara
maju terbesarantara 3 – 7 % dan di negara berkembang berkisar antara 13 –
38 %. Untuk Indonesia belum ada angka pesat secara keseluruhan, hanya
perkiraan WHO pada tahun 1990 adalah 14 % dari seluruh koheren hidup
(Sjahmien Moehji, 2003:20).
2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi berat bayi lahir
Berat badan lahir merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor melalui
suatuproses yang berlangsung selama berada dalam kandungan. Faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi berat bayi lahir adalah sebagai berikut :
1. Faktor Lingkungan Internal
Yaitu meliputi umur ibu, jarak kelahiran, paritas, kadar hemoglobin, statusgizi
ibu hamil, pemeriksaan kehamilan, dan penyakit pada saat kehamilan.
2. Faktor Lingkungan Eksternal
Yaitu meliputi kondisi lingkungan, asupan zat gizi dan tingkat sosial ekonomi
ibuhamil.
3. Faktor penggunaan sarana kesehatan yang berhubungan frekuensi
pemeriksaan kehamilan atau antenatal care (ANC) (Sri Kardjati. 1985:21).
Faktor yang secara langsung atau internal mempengaruhi berat bayi
lahirantara lain sebagai berikut :
1. Usia Ibu hamil
Umur ibu erat kaitannya dengan berat bayi lahir. Kehamilan dibawah umur
20tahun merupakan kehamilan berisiko tinggi, 2-4 kali lebih tinggi di
bandingkandengan kehamilan pada wanita yang cukup umur (Sitorus,
1999:13). Pada umur yang masih muda, perkembangan organ-organ
reproduksi dan fungsi fisiologinya belum optimal. Selain itu emosi dan
kejiwaannya belum cukup matang, sehingga pada saat kehamilan ibu tersebut
belum dapat menanggapi kehamilannya secara sempurna dan sering terjadi
komplikasi. Selain itu semakin muda usia ibu hamil, maka anak yang dilahirkan
akan semakin ringan. Meski kehamilan dibawah umur sangat berisiko tetapi
kehamilan diatas usia 35 tahun juga tidak dianjurkan, sangat berbahaya.
Mengingat mulai usia ini sering muncul penyakit seperti hipertensi, tumor jinak
peranakan, atau penyakit degeneratif pada persendian tulang belakang dan
panggul. Kesulitan lain kehamilan diatas usia 35 tahun ini yakni bila ibu
ternyata mengidap penyakit seperti diatas yang ditakutkan bayi lahir dengan
membawa kelainan (Sitorus, 1999:15). Dalam proses persalinan sendiri,
kehamilan di usia lebih ini akan menghadapi kesulitan akibat lemahnya
kontraksi rahim serta sering timbul kelainan pada tulang panggul tengah.
Mengingat bahwa faktor umur memegang peranan penting terhadap derajat
kesehatan dan kesejahteraan ibu hamil serta bayi, maka sebaiknya
merencanakan kehamilan pada usia antara 20-30 tahun.
2. Jarak Kehamilan/Kelahiran
Menurut anjuran yang dikeluarkan oleh badan koordinasi keluarga
berencana(BKKBN) jarak kelahiran yang ideal adalah 2 tahun atau lebih,
kerena jarak kelahiranyang pendek akan menyebabkan seorang ibu belum
cukup untuk memulihkan kondisi tubuhnya setelah melahirkan sebelumnya. Ini
merupakan salah satu faktor penyebab kelemahan dan kematian ibu serta bayi
yang dilahirkan. Menurut Sitorus, (1999:16), bahwa risiko proses reproduksi
dapat ditekan apabila jarak minimal antara kelahiran 2 tahun.
3. Paritas
Paritas secara luas mencakup gravida/jumlah kehamilan,
prematur/jumlahkelahiran, dan abortus/jumlah keguguran. Sedang dalam arti
khusus yaitu jumlah atau banyaknya anak yang dilahirkan. Paritas dikatakan
tinggi bila seorang ibu/wanita melahirkan anak ke empat atau lebih. Seorang
wanita yang sudah mempunyai tiga anak dan terjadi kehamilan lagi keadaan
kesehatannya akan mulai menurun, sering mengalami kurang darah (anemia),
terjadi perdarahan lewat jalan lahir dan letak bayi sungsang ataupun melintang.
4. Kadar Hemoglobin (Hb)
Kadar hemoglobin (Hb) ibu hamil sangat mempengaruhi berat bayi
yangdilahirkan. Menurut Sitorus, (1999:63), seorang ibu hamil dikatakan
menderitaanemia bila kadar hemoglobinnya dibawah 11 gr/dl. Data Depkes RI
diketahui bahwa lebih dari 50% ibu hamil menderita anemia.Anemia pada ibu
hamil akan menambah risiko mendapatkan bayi berat lahirrendah (BBLR),
risiko perdarahan sebelum dan pada saat persalinan, bahkan
dapatmenyebabkan kematian ibu dan bayinya, jika ibu hamil tersebut
menderita anemia
berat (Depkes RI, 2002:31). Hal ini disebabkan karena kurangnya suplai darah
nutrisi akan oksigen pada placenta yang akan berpengaruh pada fungsi
plesenta terhadap janin.
5. Status Gizi Ibu Hamil
Status gizi ibu pada waktu pembuahan dan selama hamil dapat
mempengaruhipertumbuhan janin yang sedang dikandung (Solihin Pudjiadi,
2003:8). Selain itu giziibu hamil menentukan berat bayi yang dilahirkan, maka
pemantauan gizi ibu hamil sangatlah penting dilakukan. Pengukuran
antropometri merupakan salah satu cara
untuk menilai status gizi ibu hamil. Ukuran antropometri ibu hamil yang
palingsering digunakan adalah kenaikan berat badan ibu hamil dan ukuran
lingkar lengan atas (LLA) selama kehamilan.Sebagai ukuran sekaligus
pengawasan bagi kecukupan gizi ibu hamil bisa dilihat dari kenaikan berat
badannya (Sitorus, 1999:41). Ibu yang kurus dan selamakehamilan disertai
penambahan berat badan yang rendah atau turun sampai 10 kg,
mempunyai resiko paling tinggi untuk melahirkan bayi dengan BBLR. Sehingga
ibuhamil harus mengalami kenaikan berat badan berkisar 11-12,5 Kg atau 20%
dari berat badan sebelum hamil.Sedang Lingkar Lengan Atas (LLA) adalah
antropometri yang dapatmenggambarkan keadaan status gizi ibu hamil dan
untuk mengetahui resiko Kekurangan Energi Kalori (KEK) atau gizi kurang. Ibu
yang memiliki ukuranLingkar Lengan Atas (LLA) di bawah 23,5 cm berisiko
melahirkan bayi BBLR(Depkes RI:15). Pengukuran LLA lebih praktis untuk
mengetahui status gizi ibuhamil karena alat ukurnya sederhana dan mudah
dibawa kemana saja, dan dapatdipakai untuk ibu dengan kenaikan berat badan
yang ekstrim.
6. Pemeriksaan Kehamilan
Pemeriksaan kehamilan bertujuan untuk mengenal dan
mengidentifikasimasalah yang timbul selama kehamilan, sehingga kdsehatan
selama ibu hamil dapat terpelihara dan yang terpenting ibu dan bayi dalam
kandungan akan baik dan sehat sampai saat persalinan. Pemeriksaan
kehamilan dilakukan agar kita dapat segera
mengetahui apabila terjadi gangguan / kelainan pada ibu hamil dan bayi
yangdikandung, sehingga dapat segera ditolong tenaga kesehatan (Depkes RI,
2000:7).
7. Penyakit Saat Kehamilan
Penyakit pada saat kehamilan yang dapat mempengaruhi berat bayi lahir
diantaranya adalah Diabetes melitus (DM), cacar air, dan penyakit infeksi
TORCH.Penyakit DM adalah suatu penyakit dimana badan tidak sanggup
menggunakan gula sebagaimana mestinya, penyebabnya adalah pankreas
tidak cukup produksi
insulin/tidak dapat gunakan insulin yang ada. Akibat dari DM ini banyak
macamnya diantaranya adalah bagi ibu hamil bisa mengalami keguguran, bayi
lahir mati, bayi mati setelah lahir (kematian perinatal) karena bayi yang
dilahirkan terlalu besar, menderita edem dan kelainan pada alat tubuh bayi
(Sitorus, 1999:88).
Penyakit infeksi TORCH adalah suatu istilah jenis penyakit infeksi yaitu
Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes. Keempat jenis penyakit ini
sama bahayanya bagi ibu hamil yaitu dapat menganggu janin yang
dikandungnya. Bayi yang dikandung tersebut mungkin akan terkena katarak
mata, tuli, Hypoplasia (gangguan pertumbuhan organ tubuh seperti jantung,
paru-paru, dan limpa). Bisa juga mengakibatkan berat bayi tidak normal,
keterbelakangan mental, hepatitis, radang selaput otak, r`dang iris mata, dan
beberapa jenis penyakit lainnya (Sitorus, 1999:97).
Faktor-faktor yang mempengaruhi berat bayi lahir secara tidak langsung
/eksternal dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Faktor lingkungan yang meliputi kebersihan dan kesehatan lingkungan serta
ketinggian tempat tinggal.
2. Faktor ekonomi dan sosial meliputi jenis pekerjaan, tingkat pendidikan dan
pengetahuan ibu hamil.
j. RIWAYAT TANDA BAHAYA NIFAS
Tanda-Tanda Bahaya Masa Nifas adalah suatu tanda yang abnormal yang
mengindikasikan adanya bahaya/ komplikasi yang dapat terjadi selama masa
nifas, apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa menyebabkan
kematian ibu (Pusdiknakes,2003).
Tanda-tanda bahaya masa nifas, sebagai berikut :
1) Perdarahan Post Partum
Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml dalam masa
24 jam setelah anak lahir (Prawirohardjo, 2002)
Menurut waktu terjadinya di bagi atas 2 bagian :
a) Perdarahan Post Partum Primer (Early Post Partum Hemorrhage) yang
terjadi dalam 24 jam setelah anak lahir. Penyebab utama adalah atonia uteri,
retensio placenta, sisa placenta dan robekan jalan lahir. Terbanyak dalam 2
jam pertama.
b) Perdarahan post partum sekunder (Late Post Partum Hemorrhage) yang
terjadi setelah 24 jam, biasanya terjadi antara hari ke 5 sampai 15 post partum.
Penyebab utama adalah robekan jalan lahir dan sisa placenta (Prawirohardjo,
2002).
Menurut Manuaba (2005), perdarahan post partum merupakan penyebab
penting kematian maternal khususnya di negara berkembang.
Faktor-faktor penyebab perdarahan post partum adalah :
a) Grandemultipara.
b) Jarak persalinan pendek kurang dari 2 tahun.
c) Persalinan yang di lakukan dengan tindakan : pertolongan kala uri sebelum
waktunya, pertolongan persalinan oleh dukun,persalinan dengan tindakan
paksa, persalinan dengan narkosa.
2) Lochea yang berbau busuk (bau dari vagina)
Lochea adalah cairan yang dikeluarkan uterus melalui vagina dalam masa
nifas sifat lochea alkalis, jumlah lebih banyak dari pengeluaran darah dan lendir
waktu menstruasi dan berbau anyir (cairan ini berasal dari bekas melekatnya
placenta).
Lochea dibagi dalam beberapa jenis (Rustam Mochtar, 2002) :
a) Lochea rubra (cruenta): berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban,
sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekoneum, selama 2 hari pasca
persalinan.
b) Lochea sanguinolenta: berwarna merah kuning berisi darah dan lendir hari
ke 3-7 pasca persalinan.
c) Lochea serosa: berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-
14 pasca persalinan.
d) Lochea alba: cairan putih, setelah 2 minggu.
e) Lochea purulenta: terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
f) Lochiostasis: lochea tidak lancar keluarnya.
Apabila pengeluaran lochea lebih lama dari pada yang disebutkan di atas
kemungkinan adanya :
a) Tertinggalnya placenta atau selaput janin karena kontraksi uterus yang
kurang baik.
b) Ibu yang tidak menyusui anaknya, pengeluaran lochea rubra lebih banyak
karena kontraksi uterus dengan cepat.
c) Infeksi jalan lahir, membuat kontraksi uterus kurang baik sehingga lebih lama
mengeluarkan lochea dan lochea berbau anyir atau amis.
Bila lochea bernanah dan berbau busuk, disertai nyeri perut bagian bawah
kemungkinan diagnosisnya adalah metritis. Metritis adalah infeksi uterus
setelah persalinan yang merupakan salah satu penyebab terbesar kematian
ibu. Bila pengobatan terlambat atau kurang adekuat dapat menjadi abses
pelvik, peritonitis, syok septik (Rustam Mochtar, 2002).
2) Sub-Involusi Uterus (Pengecilan Rahim yang Terganggu)
Involusi adalah keadaan uterus mengecil oleh kontraksi rahim dimana berat
rahim dari 1000 gram saat setelah bersalin, menjadi 40-60 mg 6 minggu
kemudian. Bila pengecilan ini kurang baik atau terganggu di sebut sub-involusi
(rustam Mochtar, 2002).
Faktor penyebab sub-involusi, antara lain: sisa plasenta dalam uterus,
endometritis, adanya mioma uteri (Prawirohardjo, 2005).
Pada pemeriksaan bimanual di temukan uterus lebih besar dan lebih lembek
dari seharusnya, fundus masih tinggi, lochea banyak dan berbau, dan tidak
jarang terdapat pula perdarahan (Prawirohardjo, 2005).
Pengobatan di lakukan dengan memberikan injeksi Methergin setiap hari di
tambah dengan Ergometrin per oral. Bila ada sisa plasenta lakukan kuretase.
Berikan Antibiotika sebagai pelindung infeksi (Prawirohardjo, 2005).
3) Nyeri pada perut dan pelvis
Tanda-tanda nyeri perut dan pelvis dapat menyebabkan komplikasi nifas
seperti : Peritonitis. Peritonitis adalah peradangan pada peritonium, peritonitis
umum dapat menyebabkan kematian 33% dari seluruh kematian karena
infeksi.
Menurut Rustam Mochtar (2002) gejala klinis peritonitis dibagi 2 yaitu :
a) Peritonitis pelvio berbatas pada daerah pelvis
Tanda dan gejalanya demam, nyeri perut bagian bawah tetapi keadaan umum
tetap baik, pada pemeriksaan dalam kavum daugles menonjol karena ada
abses.
b) Peritonitis umum
Tanda dan gejalanya: suhu meningkat nadi cepat dan kecil, perut nyeri tekan,
pucat muka cekung, kulit dingin, anorexsia, kadang-kadang muntah.
4) Pusing dan lemas yang berlebihan
Menurut Manuaba (2005), pusing merupakan tanda-tanda bahaya pada nifas,
pusing bisa disebabkan oleh karena tekanan darah rendah (Sistol <> 160
mmHg dan distolnya 110 mmHg. Pusing dan lemas yang berlebihan dapat juga
disebabkan oleh anemia bila kadar haemoglobin <>
Lemas yang berlebihan juga merupakan tanda-tanda bahaya, dimana keadaan
lemas disebabkan oleh kurangnya istirahat dan kurangnya asupan kalori
sehingga ibu kelihatan pucat, tekanan darah rendah (sistol <>
a) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.
b) Makan dengan diit berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan
vitamin yang cukup.
c) Minum sedikitnya 3 liter setiap hari.
d) Pil zat besi harus di minum untuk menambah zat setidaknya selama 40 hari
pasca bersalin.
e) Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan kadar
vitaminnya kepada bayinya.
f) Istirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.
g) Kurang istirahat akan mempengaruhi produksi ASI dan memperlambat
proses involusi uterus.
6) Suhu Tubuh Ibu > 38 C
Dalam beberapa hari setelah melahirkan suhu badan ibu sedikit baik antara
37,20C-37,80 C oleh karena reabsorbsi benda-benda dalam rahim dan
mulainya laktasi, dalam hal ini disebut demam reabsorbsi. Hal itu adalah
normal.
Namun apabila terjadi peningkatan melebihi 380C beturut-turut selama 2 hari
kemungkinan terjadi infeksi. Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup
semua peradangan alat-alat genetalia dalam masa nifas (Rustam Mochtar,
2002).
Penanganan umum bila terjadi Demam :
a) Istirahat baring
b) Rehidrasi peroral atau infuse
c) Kompres atau kipas untuk menurunkan suhu
d) Jika ada syok, segera beri pengobatan, sekalipun tidak jelas gejala syok,
harus waspada untuk menilai berkala karena kondisi ini dapat memburuk
dengan cepat (Prawirohardjo, 2002).

8. Menggali riwayat KB (tempat pelayanan, jenis, lama pakai, alasan


berhenti, keluhan)
Alat kontrasepsi merupakan faktor penting dalam kehidupan seorang wanita,
dengan tingkatan kebtuhan yang bervariasi sesuai dengan tahapan dalam
rangkaian kehidupan tertentu, dan sebaiknya dipandang dalam konteks
seksual dan kesehatan reproduksi yang lebih luas. (Roberts 1981).
Kemampuan menikmati dan mengendalikan perilaku seksual dan reproduksi
merupakan unsur penting kesehatan seksual (WHO 1992), tetapi hal ini belum
dialami oleh kebanyakan wanita.Kehamilan yang tidak diharapkan dapat
memiliki dampak jangka panjang terhadap kualitas hidup orang tua dan anak.
(DoH 2001).
Peran Bidan dalam Keluarga Berencana
Bidan harus dapat memfasilitasi klien melalui pengetahuan dan pilihan dengan
memberikan ‘informasi dan saran mengenai keluarga berencana yang baik’
(UKCC1988).
Isu seputar penggunaan alat kontrasepsi meningkatkan adanya kebutuhan
yang tidak dapat diungkapkan oleh wanita; bidan menjadi factor penentu dalam
memanfaatkan dan menciptakan kesempatan agar wanita dapat menyatakan
kebutuhan mereka.Kesempatan berdiskusi mengenai persoalan kesehatan
seksual mungkin tidak hanya berpengaruh pada wanita, pasangan dan anak-
anaknya, bahkan juga temannya dan pada akhirnya, mungkin dapat membantu
mereka mengambil keputusan yang tepat terkait dengan kesehatan
seksualnya.
Barret et al (2000) menyarankan para professional perawatan kesehatan agar
berasumsi bahwa wanita dapat memulai kembali hubungan seksual setelah
persalinan, kemuadian membahas kontrasepsi.Akan tetapi, dalam waktu 6
minggu pascapartum, 60% wanita tidak melakukan hubungan seksual.
Kontrasepsi merupakan salah satu cara dari seluruh strategi kesehatan
seksual, dan para bidan harus dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk
mendorong kesadaran tentang kesehatan payudara, skrining leher Rahim, dan
cara berhubungan seksual yang aman.
Persoalan seperti penurunan libido, penyesuaian diri saat ,menjadi seorang
ibu, menyusui, ketidaknyamanan perineum, kekeringan vagina, dan citra tubuh,
semuanya dapat mempengaruhi pilihan dan kepatuhan terhadap metode
tertentu. Pemahaman bidan tentang wanita tersebut memungkinkan bidan
untuk menghargai pengaruh implisit, seperti agama, budaya, pergaulan, gaya
hidup, usia, motivasi, dan status social ekonomi yang juga mempengaruhi
pilihan ibu. Bidan harus terbiasa dengan layanan keluarga berencana yang
tersedia di area cakupan praktiknya, dan mengetahui sistem perujukan ke para
praktisi yang telah menjalani pelatihan spesialis.
Bounds (1994) menyarankan bahwa penting untuk menghubungkan angka
kegagalan dengan jangka waktu tertentu, seperti pada ‘waktu penggunaan
setahun pertama’, karena resiko kegagalan pada sebagian besar metode
menurun dari waktu ke waktu. Ketika membahas angka kegagalan pada
wanita, mungkin akan lebih relevan jika memberikan saran secara tersendiri,
yang mempertimbangkan beberapa faktor, seperti usia, laktasi, frekuensi
koitus, dan pentingknya pencegahan kehamilan.
Hatcher dan sejawatnya (1999) menunjukan bahwa pemberian asuhan
mempertimbangkan hal berikut ketika melakukan konseling kontraseptif :
1. Menyadari tentang bias yang ada pada dirinya sendiri.
2. Mengetahui bahwa setiap metode mempunyai baik keuntungan dan
kerugian.
3. Mengetahui pentingnya baik keefektifan dan keamanan metode pasien
tertentu.
4. Mempertimbangkan kebutuhan perlindungan terhadap infeksi menular
seksual (PMS)/HIV.
5. Mengetahu pentingnya kenyamanan dan kemampuan untuk menggunakan
metode dengan tepat.
6. Mempertimbangkan perlunya negosiasi pasangan untuk penggunaan yang
konsisten.
Pentingnya menggali riwayat KB dalam anamnesa Ibu nifas adalah untuk
memperkirakan pilihan ber-KB yang tepat setelah ibu akan memulai kehidupan
normalnya termasuk memulai rutinitas hubungan intim dengan suaminya.
Tempat Pelayanan
Tempat dimana seorang ibu wanita pernah mengikuti program ber KB
merupakan hal penting yang patut ditanyakan dan dikaji. Karena informasi
tersebut dapat kita gunakan sebagai sumber informasi bila kita ingin
mengetahui lebih lanjut mengenai riwayat ber KB seorang ibu, ini berlaku
apabila seandainya ada pasien yang datang kepada kita yang hendak ber KB
namun tidak tahu persis riwayat ber KB nya mungkin dikarenakan factor
pendidikan ibu tersebut yang kurang mengerti atau bahkan tak peduli dengan
apa yang ia alami.
Jenis KB
Mengapa riwayat jenis KB yang digunakan ibu perlu ditanyakan ?karena hal
tersebut dapat menjadi patokan kita dalam memberikan konseling ber KB
kepada ibu nifas. Bila ibu sudah KB sebelumnya dengan suatu metode
kontrasepsi dan ibu merasa puas dan nyaman dengan metode kontrasepsi
tersebut maka sarankan metode yang sama kepada ibu dengan syarat metode
KB tersebut juga membawa dampak positif dari sisi medis.
Lama pemakaian KB, alasan ber KB, dan keluhan selama ber KB
Lama pemakaian KB, alasan ber KB dan keluhan selama ber KB merupakan
item yang saling berkaitan. Semakin lama ibu menggunakan sebuah metode
kontrasepsi semakin kuat pula dugaan bahwa ibu nyaman dan puas dengan
metode kontrasepsi yang pernah ia gunakan. Namun bila penggunaan suatu
metode kontrasepsi berlangsung singkat kemudian ibu menambah alasan
penggunaan KB tersebut dengan disertai dengan keluhan seperti hipertensi
(pusing), berat badan bertambah secara melonjak tajam dan lain sebagainya
bidan harus melakukan konseling ber KB kebada ibu tersebut dengan
menjelaskan berbagai macam metode dan alat kontrasepsi dengan segala
kelebihan dan kekurangannya. Meyakinkan ibu bahwa alat kontrasepsi yang
tepat digunakan oleh ibu dengan kriteria demikian dan kontraindikasi yang
menyertainya agar ibu mau mengikuti saran yang bidan berikan demi kebaikan
ibu di masa yang akan datang.
b. Rencana KB
Rencana KB perlu dikaji karena hal ini termasuk salah satu usaha untuk
melancarkan program dua anak lebih baik.Selain itu penting juga untuk
menyelamatkan ibu dari bahaya hamil dini, karena jarak kelahiran antara anak
satu dengan anak berikutnya minimal adalah 2 tahun.
Pemberian asuhan harus mendiskusikam rencana ibu untuk fertilitas di masa
datang dan memberinya informasi yang membantunya membuat keputusan
yang sesuai dengan keyakinan dan kebutuhan pribadinya. Peggalian
pengalaman dengan penggunaan kontrasepsi sebelumnya memberi perspektif
historis tentang apa yang memuaskan dan apa yang kurang memuaskan.
Apabila ibu terlanjur berhubungan seksual setelah masa nifas usai tanpa
adanya perlindungan diri terhadap kemungkinan terjadinya kehamilan dengan
kata lain tanpa ber KB dapat membahayakan kelangsungan ibu dan anak yang
dikandungnya kelak. Akan terjadi komplikasi kehamilan karena ibu termasuk
resiko tinggi.Selain dampak fisiologis, dampak psikologis juga perlu
diperhatikan.Dari segi ekonomi dan mental orang tua juga pastinya belum siap
untuk menerima kehamilan beruntun ini.Bagaimana menghidupi bayinya,
bagaimana mencukupi kebutuhan pendidikannya, dan ketakutan-ketakutan lain
yang mungkin datang. Untuk itu, kehamilan beruntun perlu kita hindarkan dari
ibu dengan cara deteksi dini rencana masa depan ibu nifas melalui anamnesa
dan konseling sebagai sarana konsultasi dan promosi.
9. Menggali riwayat pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
1. Makan
Kalori
Salah satu zat atau nutrisi ibu nifas yang dibutuhkan ibu setelah melahirkan
adalah kalori.Kalori sebagai nutrisi ibu nifas sangat dibutuhkan, khususnya
pada masa menyusui.Pada masa menyusui, kebutuhan kalori sekitar 400-500
kalori, sedangkan wanita dewasa membutuhkan asupan kalori sebanyak 1800
kalori per hari.
Jadi sebaiknya, ibu nifas jangan mengurangi asupan kalori. Jika mengurangi
asupan kalori, akan mengakibatkan terganggunya proses metabolisme tubuh
dan mengakibatkan kerusakan pada Air Susu Ibu (ASI).
Protein
Salah satu nutrisi yang dibutuhkan ibu nifas adalah protein.Ya, protein
merupakan nutrisi ibu nifas yang tak kalah pentingnya dengan nutrisi ibu nifas
lainnya.Untuk ibu nifas, nutrisi protein yang dibutuhkan sekitar 3 porsi per hari.
Jika dilakukan perbandingan, satu porsi protein setara dengan 3 gelas susu, 2
butir telur, 5 putih telur, 120 gram keju, 1 gelas yoghurt, 120-140 gram
ikan/daging/unggas, 200-240 gram tahu, atau 5-6 sendok selai kacang.
Kalsium dan Vitamin D
Salah satu nutrisi ibu nifas yang dibutuhkan adalah kalsium dan Vitamin D.
Kalsium dan Vitamin D sangat bermanfaat untuk proses pembentukan tulang
dan gigi. Untuk mendapatkan asupan kalsium dan Vitamin D, bisa diperoleh
dari susu rendah kalori atau melakukan aktivitas berjemur di pagi hari. Pada
masa menyusui, asupan kebutuhan kaslium meningkat menjadi 5 porsi per
hari. Satu porsi kalsium setara dengan 50-60 gram keju, 1 cangkir susu krim,
160 gram ikan salmon, 120 gram ikan sarden, atau 280 gram tahu kalsium.
Magnesium
Salah satu nutris ibu nifas yang tak kalah pentingnya adalah magnesium.
Magnesium dibutuhkan sel tubuh untuk membantu proses gerak otot, fungsi
syaraf, dan memperkuat tulang. Kebutuhan nutrisi magnesium dapat diperoleh
dari gandungm dan kacang-kacangan.Jadi, untuk ibu nifas, konsumsilah
makanan yang mengandung magnesium agar menjaga kesehatan tubuh.
Buah-buahan dan Sayuran Hijau
Salah satu sumberasupan nutrisi ibu nifas adalah sayuran hijau dan buah-
buahan.Setidaknya, ibu nifas membutuhkan asupan buah-buahan dan sayuran
hijau 3 porsi sehari.Satu porsi setara dengan 1/8 semangka, 1/4 mangga, ¾
brokoli, ½ wortel, ¼ hingga ½ sayuran hijau yang telah dimasak, atau 1 tomat.
Karbohidrat Kompleks
Salah satu nitrisi ibu nifas yang tak kalah pentingnya adalah karbohidrat
kompleks. Selama proses menyusui buah hati, ibu nifas membutuhkan asupan
karbohidrat kompleks sebanyak 6 porsi sehari. Satu porsi karbaohidrat komples
setara dengan ½ cangkir nasi, ¼ cangkir jagung, 1 porsi sereal atau oat, 1 iris
roti, 2-6 biskuit kering atau crackers, ½ cangkir kacang-kacangan, atau 40
gram mie atau pasta.
Lemak
Salah satu nutrisi ibu nifas yang tidak boleh ditinggalkan adalah lemak.Pada
masa nifas dan menyusui, ibu nifas membutuhkan sekitar 4 ½ porsi lemak atau
14 gram lemak per harinya. Satu porsi lemak setara dengan 80 gram keju, 3
sendok makan kacang tanah, 4 sendok makan krim, secangkir es krim, ½
porong alpukat, 2 sendok makan selai kacang, 120-140 gram daging tanpa
lemak, 9 kentang goreng, 2 iris cake, 1 sendok makan mayones, atau 2 sendok
makan saus salad.
Vitamin
Salah satu nutrisi ibu nifas yang tak kalah penting dengan nutris lainnya adalah
vitamin. Selama proses menyusui, kebutuhan akan vitamin harus tetap terjaga.
Vitamin sebagai nutrisi ibu nifas antara lain vitamin A, vitamin B6, dan vitamin
E.
Vitamin A berguna untuk kesehatn kulit, kelenjar, serta kesehatan mata.Untuk
memenuhi asupan vitamin A, ibu nifas dapat memperolehnya pada telur, hati,
keju.Vitamin B6 membantu penyerapan protein dan meningkatkan fungsi
syaraf.Nutrisi vitamin B6 sekitar 2.0 mg per hari.
Vitamin B6 dapat diperoleh dari daging, hati, padi-padian, kacang polong, dan
kentang.Sementara itu, vitamin E bermanfaat sebagai antioksidan,
meningkatkan stamina dan daya tahan tubuh.Sumber vitamin E bisa diperoleh
dari kacang-kacangan, minyak nabati, dan gandum.
Zinc
Salah satu nutrisi ibu nifas yang dibutuhkan adalah zinc atau seng. Zinc
bermanfaat untuk penyembuhan luka dan pertumbuhan. Nutrisi zinc dapat
diperoleh dari daging, telur, dan gandum. Kebutuhan zinc per hari sekitar 12
mg
2. Minum
Ibu tidak perlu minum berliter-liter air agar jumlah ASI-nya banyak.Minumlah
saat ibu merasa haus atau minum sebanyak 2-3 liter per hari. Ibu bisa minum
air putih, jus, atau susu. Perhatikan air seni ibu. Jika air seni itu berwarna
kuning gelap, artinya ibu membutuhkan minum yang lebih banyak.Jika air
seninya berwarna jernih artinya kebutuhan cairan ibu sudah cukup.
3. Eliminasi
BAK
Buang air kecil sendiri sebaiknya dilakukan secepatnya.Miksi normal bila dapat
BAK spontan setiap 3-4 jam. Bila 8 jam post partum ibu belum dapat kencing
atau sekali kencing tetapi belum melebihi 100 cc, makan dapat dilakukan
kateterisasi, akan tetapi kalau ternyata kandung kencing penuh tidak perlu
menunggu sampai 8 jam. Untuk keteterisasi jika penderita (ibu) sesudahnya
belum dapat BAK ataupun banyaknya belum memuaskan dilakukan setiap 8
jam, dengan memeprhatikan jangan sampai terjadi infeksi.Oleh karena itu
mudah sekali timbul uretritis, sistitis dan juga pielibs, maka terapi antibiotika
sudah pada tempatnya.Namun ada baiknya kateteriasi dihindari, dengan
merangsang ibu untuk berkemih sendiri.Ia dapat dibantu untuk duduk di ats
kursi berlubang tempat BAK (commede). Jika masih belum diperbolehkan jalan
sendiri dan mengalami kesulitan untuk BAK dapat digunakan pispot diatas
tempat tidur, tetapi meskipun sedapat mungkin dihindari, kateterisasi lebih baik
dilakuakn dari pada terjadi infeksi saluran kemih akibat urine yagn tertahan
(menurut Wiknjosastro, Hanifa, 2005, Ilmu Kebidanan
BAB
Ibu diharapkan dapat BAB sekitar 3-4 hari post partum. Apabila mengalami
kesulitan BAB/obstipasi, lakukan diet teratur; cukup cairan; konsumsi makanan
berserat; olahraga; berikan obat rangsangan per oral/per rektal atau lakukan
klisma bilamana perlu.
4. Aktivitas/Mobilisasi
Latihan rentang gerak yang meliputi bagian tubuh dan tipe gerakan:
1) Rentang gerak pasif
Rentan gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan
persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif, misalnya
perawat mengangkat dan menggerakkan kaki pasien.
2) Rentang gerak aktif
Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan
menggunakan otot-ototnya secara aktif misalnya, berbaring pasien
menggerakkan kakinya.
3) Rentang gerak fungsional
Berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan melakukan aktivitas
yang diperlukan.
Pelaksanaan mobilisasi dini terdiri dari tahap-tahap sebagai berikut tidur
terlentang dulu selama 8 jam, kemudian boleh miring-miring, duduk, berdiri dan
bejalan-jalan. Sebelum melakukan mobilisasi terlebih dahulu melakukan nafas
dalam dan latihan kaki sederhana. Tahapan mobilisasi dapat membantu tubuh
melakukan adaptasi dengan baik sehingga tidak menimbulkan keluhan lain
yang tidak di harapkan.Gerakan mobilisasi ini diawali dengan gerakan ringan
seperti :
a) Miring ke kiri-kanan
Memiringkan badan kekiri dan kekanan merupakan mobilisasi paling ringan
dan yang paling baik dilakukan pertama kali. Disamping dapat mempercepat
proses penyembuhan, gerakan ini juga mempercepat proses kembalinya fungsi
usus dan kandung kemih secara normal.
b) Menggerakkan kaki
Setelah mengembalikan badan ke kanan dan ke kiri, mulai gerakan kedua
belah kaki.Mitos yang menyatakan bahwa hal ini tidak boleh dilakukan karena
dapat menyebabkan timbulnya varices adalah salah total.Justru bila kaki tidak
digerakkan dan terlalu lama diatas tempat tidur dapat menyebabkan terjadinya
pembekuan pembuluh darah batik yang dapat menyebabkan varices ataupun
infeksi.
c) Duduk
Setelah merasa lebih ringan cobalah untuk duduk di tempat tidur. Bila merasa
tidak nyaman jangan dipaksakan lakukan perlahan-lahan sampai terasa
nyaman
d) Berdiri atau turun dari tempat tidur
Jika duduk tidak menyebabkan rasa pusing, teruskanlah dengan mencoba
turun dari tempat tidur dan berdiri.Bila tersa sakit atau ada keluhan, sebaiknya
hentikan dulu dan dicoba lagi setelah kondisi terasa lebih nyaman.
e) Ke kamar mandi
Hal ini harus dicoba setelah memastikan bahwa keadaan ibu benar - benar
baik dan tidak ada keluhan.Hal ini bermanfaat untuk melatih mental karena
adanya rasa takut pasca persalinan.
5. Istirahat
Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat tidur yang dibutuhkan ibu
nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari.
Hal-hal yang dapat dilakukan ibu dalam memenuhi kebutuhan istirahatnya
antara lain :
1) Menganjurkan ibu untuk cukup istirahat
2) Sarankan ibu untuk melakukan kegiatan rumah tangga secara perlahan
3) Tidur siang atau istirahat saat bayi tidur
Kurang istirahat dapat menyebabkan :
1) Jumlah ASI berkurang
2) Memperlambat proses involusio uteri
3) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan dalam merawat bayi sendiri
6. Kebiasaan Sehari-hari (Merokok, Jamu, dan Obat)
Merokok
Merokok akan mengurangi hormon prolaktin di alam tubuh tubuh ibu menyusui,
sehingga menurunkan produksi ASI. Dan apabila produksi ASI berkurang
secara tidak langsung akan memicu peluang untuk early weaning atau
menyapih terlalu dini.
Merokok akan mempengaruhi LDR (let down reflects). Hal ini menyebabkan
sulitnya ASI untuk dikeluarkan, sehingga lebih sulit dinikmati oleh bayi.
Bayi yang sering menghirup asap rokok, akan meningkatkan risiko terkena
penyakit radang paru-paru, asma, bronkitis,infeksi telinga, infeksi sinus, dan
iritasi mata,
Bayi menjadi rewel (Sering Menangis), hal ini disebabkan karena tidak hanya
kandungan nikotin yang masuk ke dalam ASI namun juga bayi sebagai
perokok pasif di dalam rumah akan menjadikannya mudah gelisah dan
menangis.
Bayi yang dilahirkan dari ayah dan ibu yang merokok, 7X lebih berpeluang
meninggal karena SIDS (Sudden Infant Death Syndrome).Selain itu, bayi 1-3X
lebih sering ke dokter karena infeksi saluran pernapasan atau penyakit yang
berkaitan dengan alergi.Dan meningkat risiko menjadi perokok ketika mereka
dewasa.
Jamu
Penggunaan jamu atau herbal pun tidak disarankan pada ibu hamil dan
menyusui terutama mengingat belum banyak penelitian yang menyatakan
keamanan penggunaan herbal pada wanita hamil dan menyusui. Demikian
jawaban saya.
Sebaiknya ibu menyusui tidak mengkonsumsi jamu atau obat pelancar ASI
yang dijual bebas, tanpa konsultasi terlebih dahulu dengan bidan atau dokter
yang merawat anda. Ada beberapa jamu dan obat pelancar ASI yang justru
menyebabkan ibu mengalami pendarahan dan bayi yang minum ASI terserang
diare.
Obat
Pada bayi prematur mempunyai resiko lebih besar terhadap paparan obat
melalui ASI.Hal ini disebabkan karena belum matangnya organ – organ dalam
tubuh bayi premature. Jika memang ibu menyusui harus mendapat terapi obat,
sebaiknya obat di konsumsi 30 sd 60 menit setelah menyusui atau 3 sd 4 jam
sebelum waktu menyusui berikutnya (sumber ; farmasi klinis RSK). Hal itu perlu
dilakukan agar obat-obatan memiliki waktu untuk berada dalam sistem tubuh
beberapa saat.Sebab, kandungan zat-zat dalam obat tersebut dikhawatirkan
dapat mempengaruhi janin atau bayi yang sedang disusui.
Secara umum, obat jenis asetaminophen merupakan pereda rasa sakit yang
aman bagi ibu menyusui.Namun, sebaiknya konsultasikan dengan dokter
Anda.Jangan minum obat jenis aspirin selama menyusui karena bisa
menyebabkan pendarahan pada ibu dan ruam kulit pada bayi.Hindari juga
konsumsi obat jenis antihistamine untuk jangka panjang selama menyusui.Cek
apakah ada kemungkinan efek samping dari obat yang dikonsumsi ibu pada
bayi.Terutama gejala awal seperti sulit bernapas atau ruam kulit.
Alkohol
a) Menurunkan gangguan motorik anak
Penelitian menunjukkan, bayi yang mendapatkan ASI dengan kontaminasi
alkohol (satu gelas sehari), mungkin memiliki gangguan perkembangan
motorik. Bahkan akibat pengaruh alkohol tersebut, bayi akan mengalami
perubahan dalam pola tidur.
b) Mengurangi produksi ASI
Faktanya, Ikatan Dokter Anak Amerika Serikat menyebutkan, ibu menyusui
yang minum alkohol dalam jumlah banyak dapat membuat bayi mengantuk,
lemah, berat badan susah naik dan mengurangi reflek pengeluaran ASI pada
ibu.
7. Seksual
Proses pencapaian peran maternal dan paternal mempengaruhi tidak hanya
ikatan yang dibentuk antara bayi dan orangtua, tetapi juga hubungan di antara
pasangan. Aspek emosi dan psikososial hubungan orang tua ini, serta
perubahan fisik dan fisiologi kehamilan dan kelahiran, mempengaruhi hasrat,
harapan pasangan dan memulai kembali aktivitas seksual.
Teks obstertrik Amerika secara historis mengabaikan seksualitas dalam
kehamilan dan periode pasca partum atau pembatasan koitus yang disengaja
dari 6 minggu sebelum tanggal perkiraan kelahiran sampai 6 minggu setelah
kelahiran. Larangan ini didasarkan lebih pada larangan masyarakat yang tidak
jelas tentang wnaita hamil atau aseksualitas ibu baru, bukan pada rasional
ilmiah. Bebrapa mendukung melakukan kembali dalam beberapa minggu
kelahiran, sedangkan yang lain melarangnya sampai penyapihan 2 sampai 4
tahun setelah kelahiran (Reamy dan White, 1987). Ahli antropologi telah
berkontribusi pada kerangka pengetahuan tentang seksualitas dalam masa
subur lebih dari peneliti medis.
Riset kecil telah menggali bidang seksualitas selama periode pascapartum.
Byrd dan sejawatnya (1998) menemukan bahwa rerata waktu untuk melakukan
kembali hubungan seksual adalah 7,3 minggu setelah kelahiran, tetapi terdapat
variabilitas luas dalam waktu melakukan hubungan seksual kembali dalam
bulan pertama setelah kelahiran, dan 19% tidak melakukan aktivitas ini sampai
sedikitnya 4 bulan setelah kelahiran. Ibu menyusui ASI melaporkan penurunan
aktivitas dan kepuasan seksual ketika dibandingkan dengan ibu tidak menyusui
ASI. Selain itu, pasangan pria dari ibu tidak menyusui ASI melaporkan tingkat
kepuasan lebih tinggi dengan hubungan seksual daripada ibu yang menyusui
ASI.
Satu – satunya penelitian lain menemukan dalam literature medis yang dikutip
oleh U. S. Library of Medicine yang menggali hubungan antara alam perasaan
(mood), seksualitas, menyusui ASI, dan penyapihan pada ibu yang masih
menyusui ASI pada 6 bulan setelah kelahiran (Forster et al,1994). Penelitian
sebelumnya menunjukkan bahwa ibu menyusui ASI mengalami perasaan
seksual selama menyusui, dan temuan ini dapat mempengaruhi minat mereka
dalam aktivitas seksual dengan pasangan mereka. Survey prospektif yang
dilakukan oleh Byrd dan sejawatnya (1998) menunjukkan perbedaan jauh
dalam kepuasan seksual antara ibu menyusui dan tidak menyusui.
Pembahasan tentang masalah seputar seksualitas pada periode pascapartum
harus idealnya mulai pada periode prenatal. Pemberi asuhan harus melakukan
pembahasan ini dengan sensitivitas terhadap budaya dan keyakinan pribadi
yang dipegang oleh ibu dan pasnagannya. Umumnya, sebelum pemulangan
dari fasilitas kesehatan, pemberi asuhan harus meninjau ulang factor yang
harus dipertimbangkan sebelum melakukan kembali hubungan seksual dan
harus mengarahkan pembahasan tentang perasaan pasangan bila melakukan
kembali hubungan seksual selama control pascapartum pertama. Pasangan
harus diberi tahu tentang ekspresi seksual setelah melahirkan adalah normal,
respon sehat dalam hubungan dan bahwa mereka harus tetap mengingat
bahwa ekspresi seksual tidak dibatasi hanya pada hubungan seksual (koitus).
Keintiman mempunyai rentang ekspresi yang luas, dan pasangan dapat
mencoba lebih kreatif dalam mempertahankan ikatan emosi dan fisik mereka
selama periode transisi ini.
Ibu yang baru melahirkan boleh melakukan hubungan seksual kembali setelah
6 minggu persalinan. Batasan waktu 6 minggu didasarkan atas pemikiran pada
masa itu semua luka akibat persalinan, termasuk luka episiotomi dan luka
bekas section cesarean ( SC ) biasanya telah sembuh dengan baik. Bila suatu
persalinan di pastikan tidak ada luka atau perobekan jaringan, hubungan seks
bahkan telah boteh dilakukan 3 - 4 minggu setelah proses melahirkan itu.
Secara alami, sesudah melewati masa nifas kondisi organ reproduksi ibu
sudah kembali normal. Oleh sebab itu, posisi hubungan seks seperti apa pun
sudah bisa dilakukan.
10.Menggali Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Risiko ibu nifas dengan alergi pada makanan atau obat
Alergi merupkan suatu kondisi dimana tubuh memiliki responyang berlebihan
terhaadapsuatu zat (misalnya makanan atau obat). Juga dikenal dengan
hipersensitivitas. Gejala alergi sangat beragam dari ruam gatal yang ringan
atau kesemutan disekitar mulut, sampai situasi berat yang mengancam
jiwayang dapat mencakup kesulitan bernafas dan kolaps pernapasan.
Terjadinya alergi atau penyakit alergi bersifatturunan dan diketahuilebih sering
terjadi pada individu yang memiliki atopik lain, seperti eksema dan asma.
Alergi pada makanan dapat berpengaruh terhadap kurangnya asupan gizi yang
diperlukan pada ibu nifas. Untuk itu perlu pemenuhan zat gizi dari berbagai
sumber makanan lainnya yang tidak menimbulkan alergi. Sedangkan untuk ibu
nifas yang mengalami alergi obat, hal ini akan berpengaruh cukup besar
terhadap dirinya sendiri dan juga bayinya.
b. Risiko ibu nifas dengan penyakit jantung.
Penderita penyakit jantung kelas I dan Kelas II dapat meneruskan
kehamilannya, tetapi penyakit jantung kelas III dan IV tidak diperbolehkan
hamil.
Pengaruh jantung koroner dalam kehamilan
• Keguguran / aburtus
• Bayi lahir pada usia kehamilan 28-36 minggu / prematur
• Lahir cukup bulan namun dengan berat badan lahir rendah
• Lahir mati
• Kematian janin dalam rahim.
c. Risiko ibu nifas dengan penyakit malaria
Malaria dalam kehamilan adalah masalah bagi janin.Tingginya demam,
insufisiensi plasenta, hipoglikemia, anemia dan komplikasi-komplikasi lain
dapat menimbulkan efek buruk terhadap janin. Baik malaria P. vivax dan P.
falciparum dapat menimbulkan masalah bagi janin, akan tetapi jenis infeksi P.
falciparum lebih serius.(Dilaporkan insidensinya mortalitasnya l5,7% vs 33%)
Akibatnya dapat terjadi abortus spontan, persalinan prematur, kematian janin
dalam rahim, insufisiensi plasenta, gangguan pertumbuhan janin
(kronik/temporer), berat badan lahir rendah dan gawat janin.Selain itu
penyebaran infeksi secara transplasental ke janin dapat menyebabkan malaria
kongenital.Masalah pada bayi baru lahir adalah berat lahir rendah,
prematuritas, pertumbuhan janin terhambat , infeksi malaria dan kematian.
d. Risiko ibu nifas dengan penyakit Hepatitis
Baik virus A maupun virus B dapat menembus placenta, sehingga terjadi
hepatitis virus in utero dengan akibat janin lahir mati, atau janin mati pada
periode neonatal. Jenis virus yang lebih banyak dilaporkan dapat
menembusplacenta, ialah virus type B. Beberapa bukti, bahwa virus hepatitis
dapat menembus placenta, ialah ditemukannya hepatitis antigen dalam tubuh
janin in utero atau pada janin barulahir. Selain itu telah dilakukan pula autopsy
pada janin-janin yang mati pada periode neonatal akibat infeksi
hepatitisvirus.Hasil autopsy menunjukkan adanya perubahan-perubahan pada
hepar, mulai dari nekrosis sel-sel hepar sampai suatubentuk
cirrhosis.Perubahan-perubahan yang lanjut pada heparini, hanya mungkin
terjadi bila infeksi sudah mulai terjadi sejak janin dalam rahim.Kelainan yang
ditemukan pada hepar janin, lebih banyak terpusat pada lobus kiri. Hal ini
membuktikan, bahwa penyebaran virus hepatitis dari Ibu ke janin dapat terjadi
secarahematogen.Angka kejadian penularan virus hepatitis dari Ibu ke
janinatau bayinya, tergantung dari tenggang waktu antara timbulnya infeksi
pada Ibu dengan saat persalinan
e. Risiko ibu nifas dengan IMS
Perubahan fisiologis pada wanita hamil akan berdampak pada perjalanan dan
manifestasi klinis IMS. Beberapa infeksi menular seksual tersering adalah
sifilis, gonore, chlamydia trachomatis, vaginosis bakterial, trikomoniasis,
kondiloma, dan kandidiasis. IMS dan kehamilan dihubungkan dengan
kehamilan ektopik, abortus spontan, kematian janin dalam kandungan, infeksi
perinatal, intrauterine growth restriction, kelainan kongenital, ketuban pecah
dini, prematuritas, chorioamnionitis, infeksi puerperalis, bayi berat badan lahir
rendah, dan infeksi neonatal. Kehamilan dapat mengubah penampampakan
klinik IMS dan akan mempersulit diagnosis dan terapi.
Pada wanita hamil terjadi perubahan anatomi, penurunan reaksi imunologis,
perubahan flora serviko-vaginal, yang semuanya akan berpengaruh pada
perjalanan dan manifestasi klinis IMS itu sendiri. Pada kehamilan, dapat terjadi
penularan infeksi dari ibu ke janin dengan cara kontak langsung saat
persalinan, infeksi yang menjalar secara ascenden, dan agen penyebab yang
masuk ke sirkulasi janin menembus barier plasenta. Mengingat berbahayanya
IMS pada kehamilan, maka diperlukan adanya usaha
pencegahan.Penanganan penyakit menular seksual pada kehamilan adalah
dengan penanganan umum, konservatif, termasuk konseling dan pengobatan
pada mitra seksual.
f.Risiko ibu nifas dengan penyakit HIV/AIDS
Menurut WHO, sampai 30% bayi lahir dari ibu yang terinfeksi HIV akan tertular
HIV kalau ibunya tidak memakai terapi antiretroviral (ART). Bila ibu terinfeksi
HIV menyusui bayi, risiko keseluruhan naik menjadi 35-50%. Ibu dengan viral
load HIV yang tinggi lebih mungkin menularkan infeksi pada bayinya.
Kebanyakan ahli menganggap bahwa risiko penularan pada bayi sangat amat
rendah bila viral load ibu di bawah 1000 waktu melahirkan. Walaupun janin
dalam kandungan dapat terinfeksi, sebagian besar penularan terjadi dalam
proses melahirkan. Bayi lebih mungkin tertular jika persalinan berlanjut
lama.Selama persalinan, bayi dalam keadaan berisiko tertular oleh darah
ibunya.
g. Risiko ibu hamil dengan penyakit Asma
Komplikasi untuk ibu pada asma yang tidak terkontrol adalah kemungkinan
pre-eklampsia, eklampsia, perdarahan vagina dan persalinan premature,
sedangkan komplikasi terhadap bayi adalah intra uterine growth retardation,
bayi premature dan meningkatkan kemungkinan resiko kematian perinatal.Oleh
karenanya pasien hamil dengan asma harus dianggap sebagai pasien dengan
kehamilan resiko tinggi.
h. Risiko ibu nifas dengan penyakit TBC
Selain itu, risiko juga meningkat pada janin, seperti abortus, terhambatnya
pertumbuhan janin, kelahiran prematur dan terjadinya penularan TB dari ibu ke
janin melalui aspirasi cairan amnion (disebut TB congenital). Gejala TB
congenital biasanya sudah bisa diamati pada minggu ke 2-3 kehidupan
bayi,seperti prematur, gangguan napas, demam, berat badan rendah, hati dan
limpa membesar. Penularan kongenital sampai saat ini masih belum
jelas,apakah bayi tertular saat masih di perut atau setelah lahir.
i. Risiko ibu nifas dengan penyakit Hipertensi
Jenis hipertensi pada kehamilan yang paling berbahaya adalah Preeklampsia
atau di sebut juga keracunan kehamilan.
Pre-eklampsia ialah penyakit yg timbul dengan tanda-tanda hipertensi, edema
dan proteinuria yg timbul karena kehamilan, biasanya istilah lainnya disebut
juga keracunan kehamilan
Edema pre-eklampsia terjadinya penimbunan cairan secara umum dan
berlebihan dalam tubuh, biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat badan
serta pembengkakan kaki, jari tangan dan muka.Kenaikan berat badan sebesar
1 kg dalam seminggu beberapa kali bisa menjadi tanda pre-eklampsia.
Proteinuria pre-eklampsia terdapat konsentrasi protein dalam air kencing yg
melebihi 0,3 g/liter dan air kencing 400 ml atau kurang dalam sehari. Secara
kasar artinya, tandanya air kencing ibu penderita sedikit banget dalam
sehari.ampai saat ini belum diketemukan secara pasti penyebab dari pre-
eklampsia.
j. Risiko ibu nifas dengan penyakit Diabetes
Melalui difusi terfasilitasi dalam membran plasenta, dimana sirkulasi janin juga
ikut terjadi komposisi sumber energi abnormal. (menyebabkan kemungkinan
terjadi berbagai komplikasi). Selain itu terjadi juga hiperinsulinemia sehingga
janin juga mengalami gangguan metabolik (hipoglikemia, hipomagnesemia,
hipokalsemia, hiperbilirubinemia, dan sebagainya.
11. Menggali Riwayat kesehatan di masa lalu (keadaan/penyakit yang pernah
di derita oleh pasien).
a. Risiko ibu nifas dengan penyakit jantung.
Asosiasi Jantung New York mengklasifikasi penyakit jantung organic yang
merupakan stndart yang diterima luas sebagai berikut :
1. Kelas I : Asimptomatik dengan tingkat aktivitas normal
2. Kelas II : Simptomtik dengan aktivitas yang meningkat
3. Kelas III: Simptomatik dengan aktivitas yang biasa dilakukan
4. Kelas IV: Simptomatik saat istirahat.
Tidak ada klasifkasi penyakit jantung yang dapat ditetapkan secara mutlak.
Penderita penyakit jantung kelas I dan Kelas II dapat meneruskan
kehamilannya, tetapi penyakit jantung kelas III dan IV tidak diperbolehkan
hamil
Pengaruh jantung koroner dalam kehamilan
• Keguguran / aburtus
• Bayi lahir pada usia kehamilan 28-36 minggu / prematur
• Lahir cukup bulan namun dengan berat badan lahir rendah
• Lahir mati
• Kematian janin dalam rahim.
b. Risiko ibu nifas dengan penyakit malaria
Malaria dalam kehamilan adalah masalah bagi janin.Tingginya demam,
insufisiensi plasenta, hipoglikemia, anemia dan komplikasi-komplikasi lain
dapat menimbulkan efek buruk terhadap janin.
c. Risiko ibu nifas dengan penyakit Hepatitis
Hepatitis atau hepatitis infeksiosa adalah virus yang disebarkan oleh droplet
akibat tidak mencuci tangan stelah BAB. Pengaruh pada kehamilan adalah
abortus spontan dan gejala seperti influenza. Jik janin terinfeksi pada trimester
pertama dan tidak diobati, pengaruh yang ungkin timbul adalah anomaly janin,
kelahiran premature, hepatitis pada janin dan neonates dan kematian janin
dalam rahim. Vaksinasi gam globulin diberikan kepada ibu dan BBL untuk
menetapkan profilaksis.
d.Risiko ibu nifas dengan IMS
Perubahan fisiologis pada wanita hamil akan berdampak pada perjalanan dan
manifestasi klinis IMS. Beberapa infeksi menular seksual tersering adalah
sifilis, gonore, chlamydia trachomatis, vaginosis bakterial, trikomoniasis,
kondiloma, dan kandidiasis.
e. Risiko ibu nifas dengan penyakit HIV/AIDS
Tranmisi human immunodeficiency virus (HIV) suatu retrovirus terjadi terutama
melalui pertukaran cairan tubuh (missal : darah, semen, peristiwa perinatal)
(Friedland,Klein,1987) Depresi berat pada system imun seluler menandai
sindrom imnunodefisiensi didapat (AIDS). Begitu HIV memasuki tubuh serum
HIV menjadi positif dalam 10 minggu pertama pemaparan. Gejala meliputi
demam, malaise, mialgia, mual, diare, nyeri tenggorok, dan ruam dan dapat
menetap pada 2-3 minggu.
Menurut WHO, sampai 30% bayi lahir dari ibu yang terinfeksi HIV akan tertular
HIV kalau ibunya tidak memakai terapi antiretroviral (ART). Bila ibu terinfeksi
HIV menyusui bayi, risiko keseluruhan naik menjadi 35-50%. Ibu dengan viral
load HIV yang tinggi lebih mungkin menularkan infeksi pada bayinya.
Kebanyakan ahli menganggap bahwa risiko penularan pada bayi sangat amat
rendah bila viral load ibu di bawah 1000 waktu melahirkan. Walaupun janin
dalam kandungan dapat terinfeksi, sebagian besar penularan terjadi dalam
proses melahirkan. Bayi lebih mungkin tertular jika persalinan berlanjut
lama.Selama persalinan, bayi dalam keadaan berisiko tertular oleh darah
ibunya.
f.Risiko ibu hamil dengan penyakit Asma
Asma merupakan penyakit pernafasan aku yang disebakan oleh allergen, oleh
perubahan mencolok pada suu lingkungan atau oleh ketegngan emosi. Suatu
riwayat dalam alergi keluarga dimiliki oleh sekitar 50% individu dengan asma.
Manifestasi klinisnya dalah pada ekspirasi,batuk,sputum yang kental dan
dispnea.
Efek kehamilan pada asma tidak dapat diprediksi. Perubahan fisiologis yang
diindksi oleh kehamilan, tidak membuat wanita hamil lebih rentan terhadap
serangan asma. Asma meningkatkan insiden aborsi dan persalinan premature,
tetapi janin sendiri tidak terpengaruh.
g. Risiko ibu nifas dengan penyakit TBC
Tuberkulosis (TB) disebabkan oleh basilus tahan asam, gram negative. Tb
paru tidak merusak kehamilan walaupun TB pada sauran kemih dan SSP bias
mengganggu kehamilan. Abortus spontan terjadi 20% pada ibu yang terinfeksi.
Banyak kehamilan ini ektopik atau ibu mengalam gangguan kesuburan dengan
danya tuberkolosis genital. Selain itu Tb mendapat perhatian yang semakin
bnayak menjadi slah satu infeksi oportunitis yang sering terlihat pada individu
yag mengidap AIDS.
h. Risiko ibu nifas dengan penyakit Hipertensi
Hipertensi yang menyertai kehamilan merupakan penyebab utama morbiditas
dan mortalitas ibu dan bayi. Preeklamsia-eklamsia bias mempredisposisi ibu
mengalami komplikasi yang lenih letal, seperti solusio
plasemta,DIC,perdarahan otak, dan gagal ginjal akut (Cosensusu,
Report,1990) Klasifikasi yang paling umum dipakai saat ini untk hiperteni
selama kehamilan adalah preeklamsia-eklamsia(berat atau ringan), Hipertensi
kronis(sudah ada sebeum hamil), Hipertensi kronis dengan preeklamsia-
eklamsia, Hipertensi sementara.
i. Risiko ibu nifas dengan penyakit Diabetes
Diabetes Melitus merupakan gangguan sistemik pada metabolism kerbohidrat,
protein dan lemak. Diabetes Melitus ditandai dengan hiperglikemi yang
diakibatkan produksi insulin secara tidak efektif pada tingkat seluler. Apabila
insulin tidak cukup atau tidak efektif glukosa brakumulasi di aliran darah dan
terjadi hiperglikemia. Hiperglikemi menyebabkan hipermolaritas pada darah
sehngga terjadi dehidrasi dan peningatan volume darah. Akibatnya ginjal
mensekresi urne dalam volume yang besar sebagai uapaya menyeimbangkan
cairan dalam tubuh.
Wanita hamil yang menderita penyakit DM ini memiliki resiko mengalami
komplikasi. Tingkat komplikasi secara langsung berhubugan dengan control
glukosa wanita sebelum konsepsi dan selama masa hamil. Dan komplikasi
dipengaruhi oleh komplikasi diabetic sebelumnya.
12. Menggali Riwayat kesehatan keluarga (keadaan/penyakit yang pernah di
derita oleh keluarga pasien
a. Penyakit Jantung
Penyakit Jantung bawaan dalam bahasa medis disebut dengan stenosis aorta
ini merupakan penyempitan pada jalan keluar ventrikel kiri pada katup aorta
ataupun area tepat dibawah atau atas katup aorta mengakibatkan perbedaan
tekanan antara ventrikel kiri dan aorta. Kejadian penyakit jantung yang
diturunkan dari orang tua ke anak tidak banyak, yakni sekitar 2 – 5 %. Namun,
bila kedua orang tua menderita Penyakit Jantung Bawaan , kemungkinan untuk
mengalaminya akan meningkat menjadi 7 %. Penyakit Jantung Bawaan dapat
dicegah dengan cara rajin berolahraga dan mengkonsumsi makanan yang
sehat.
b. Malaria
Penyakit malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasite
malaria. Parasit ini disebarkan melalui gigitan nyamuk anopheles yang menjadi
host dari parasite ini. Setelah menggigit, parasite di transfer ke penderita dan
menyebar melalui darah ke hati, dimana mereka akan berkembang menjadi
dewasa dan membentuk merosit. Kemudian parasite ini akan masuk ke
pembuluh darah dan menginfeksi sel darah merah penderita. Malaria bisa
diturunkan di dalam kandungan dan bisa disebarkan melalui transfuse dengan
darah yang mengandung parasite tersebut.
c. Hepatitis
Hepatitis B Carier adalah orang yang terkena virus hepatitis dari garis
keturunan, atau yang diturunkan dari orangtua. Hepatitis B bisa diturunkan oleh
ibu yang mengidap virus hepatitis B pada anak melului media darah. Darah
pada jarum suntik bekas, jarum tato, alat medis dokter gigi, alat rumah tangga (
sikat gigi atau pisau cukur ), transfuse darah, dapat menjadi media penular
hepatitis B.
d. IMS
Infeksi Menular Seksual ( IMS ) slah satu penyebarannya bisa melalui
hubungan seksual dengan pasangannya yang sudah tertular. Penularan IMS
juga dapat melalui transfusi darah dengan darah yang sudah terinfeksi IMS.
IMS seringkali tidak menampakan gejala, terutama pada wanita.
e. HIV/AIDS
HIV/AIDS bisa ditularkan melalui cairan darah melalui transfuse darah yang
tercemar HIV lewat pemakaian jarum suntik yang sudah tercemar HIV, yang
dipakai secara bergantian. HIV/ AIDS juga bisa ditularkan melalui cairan
sperma dalam hubungan seks penetrative ( penis masuk ke dalam vagina /
anus ), tanpa menggunakan kondom. Penularan ini juga dimungkinkan dari
seorang ibu hamil yang HIV positif, dan melahirkan lewat vagina kemudian
menyusui bayinya, kemungkinan ini hingga 30%.
f.Asma
Penyakit asma merupakan penyakit keturunan. Bila salah satu atau kedua
orang tua, kakek atau nenek menderita penyakit asma maka akan diturunkan
ke anak. Penyakit asma bukan penyakit menular tetapi keturunan. Berdasarkan
data Badan Kesehatan Dunia ( WHO ), sebanyak 300 juta orang di dunia
mengidap penyakit asma dan 225 ribu orang meninggal karena penyakit asma.
g. TBC
Penyakit TBC tidak diwariskan secara genetic, karena penyakit TBC bukanlah
penyakit turunan. Hanya karena penularannya adalah melalui percikan dahak
yang mengandung kuman TBC, maka orang yang hidup dekat dengan
penderita TBC dapat tertular.
h. Diabetes
Diabetes dipengaruhi oleh faktor keturunan. Seseorang yang kedua orang
tuanya menderita diabetes sudah hamper dipastikan juga akan menderita
diabetes. Diabetes Melitus merupakan gangguan sistemik pada metabolism
kerbohidrat, protein dan lemak. Diabetes Melitus ditandai dengan hiperglikemi
yang diakibatkan produksi insulin secara tidak efektif pada tingkat seluler.
Apabila insulin tidak cukup atau tidak efektif glukosa brakumulasi di aliran
darah dan terjadi hiperglikemia. Hiperglikemi menyebabkan hipermolaritas
pada darah sehngga terjadi dehidrasi dan peningatan volume darah.
13. Menggali riwayat psikososial
Tanggapan ibu terhadap kelahiran bayinya dan tanggapan keluarga/suami
terhadap kelahiran bayinya.
Untuk mengetahui tanggapan seorang ibu dan keluarga terhadap kelahiran
bayinya :
1.Respon Positif
Respon positif dapat ditunjukkan dengan:
a. Ibu dan keluarga menyambut kelahiran bayinya dengan bahagia.
b. Ibu bertambah giat bekerja untuk memenuhi kebutuhan bayi dengan baik.
c. Ibu dan keluarga melibatkan diri dalam perawatan bayi.
d. Perasaan sayang terhadap ibu yang telah melahirkan bayi.
2. Respon Negatif
Respon negatif dapat ditunjukkan dengan:
a. Kelahiran bayi tidak dinginkan keluarga maupun ibu karena jenis kelamin
yang tidak sesuai keinginan.
b. Kurang berbahagia karena kegagalan KB.
c. Perhatian ibu pada bayi yang berlebihan yang menyebabkan ayah merasa
kurang mendapat perhatian.
d. Faktor ekonomi mempengaruhi perasaan kurang senang atau kekhawatiran
dalam membina keluarga karena kecemasan dalam biaya hidupnya.
e. Rasa malu baik bagi ibu dan keluarga karena anak lahir cacat. Anak yang
dilahirkan merupakan hasil hubungan zina, sehingga menimbulkan rasa
malu dan aib bagi keluarga.
14. Menggali Riwayat Ekonomi
Aspek status ekonomi :
- Mengetahui status gizi ibu nifas
Status ekonomi berkaitan erat dengan pemenuhan nutrisi ibu sejak hamil,
melahirkan, hingga masa nifas dan menyusui. Ibu dengan keluarga berlatar
belakang ekonomi rendah, pemenuhan nutrisinya terbatas biaya, sedangkan
ibu dengan keluarga berlatar belakang ekonomi yang menengah ke atas,
pemenuhan nutrisinya lebih mencukupi. Hal tersebut akan berpengaruh
terhadap status gizi ibu dan bayi baru lahir serta langkah penanganannya.
Sehingga status ekonomi perlu digali oleh bidan pada saat ANC, INC, dan
PNC.
- Pengetahuannya tentang kesehatan
Status ekonomi dan status pendidikan biasanya berbanding lurus. Keluarga
dengan status ekonomi yang mencukupi, pasti berlatar belakang pendidikan
yang baik pula. Sehingga disini status ekonomi juga akan berpengaruh
terhadap pengetahuan tentang kesehatannya. Ibu dengan keluarga yang
status ekonominya rendah dan pengetahuan tentang kesehatannya rendah,
maka akan cenderung mengabaikan kepentingan kesehatan dirinya dan
bayinya
- Panduan berkomunikasi dalam memberikan penyuluhan atau memberikan
solusi saat konseling
Bidan dalam memberikan konseling maupun penyuluhan kepada pasien,
memerlukan teknik berkomunikasi yang tepat agar pesan yang disampaikan
dapat dicerna dengan baik dan dapat dilaksanakan pasien. Sehingga dengan
begitu, bidan perlu melakukan anamnesa mengenai status ekonomi pasien,
agar bidan akan lebih mudah untuk melakukan komunikasi saat konseling
maupun penyuluhan berdasarkan status ekonomi keluarga pasien. Sebagai
contoh, misalnya ketika sedang berhadapan dengan pasien yang berlatar
belakang ekonomi rendah, bidan melakukan komunikasi dengan bahasa yang
lebih sederhana, serta ketika memberikan solusi terhadap keluhan pasien,
bidan juga perlu memperhatikan dengan status ekonomi rendah, solusi dari
keluhan pasien tersebut dapat dilakukan.
- Menciptakan pelayanan kesehatan yang terjangkau
Pemberian pelayanan kesehatan berhubungan erat dengan status ekonomi.
Bidan perlu memperhatikan status ekonomi dari pasien yang akan ia tangani,
hal ini akan berkaitan dengan pelayanan kesehatan yang akan pasien
dapatkan. Pasien dengan status ekonomi yang rendah, seharusnya
mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih terjangkau dan tidak
memberatkan keluarga, namun pelayanan yang diberikan tetap professional
dan adekuat.
15. Menggali data pengetahuan tentang masa nifas. Apakah ibu sudah
mengetahui tentang masa nifas, di antaranya:
a. Gizi ibu nifas: menu seimbang, penambahan kalori bagi ibu menyusui
• Makanan dengan menu seimbang, makanan yang dikonsumsi diamjurkan
mengandung 50-60% karbohidrat, lemak 25- 35% dari total makanan, protein
yang diperlukan adalah 10-15%, vitamin dan mineral untuk melacarkan
metabolisme tubuh.
• Mengonsumsi makanan tambahan, wanita normal memerluka 1800
kalori/hari, maka diperlukan tambahan kalori pada 6 bulan pertama 800
kalori/hari, 6 bulan selanjutnya 500 kalori/hari, dan di tahun kedua 400
kalori/hari.
• Asupan cairan 3liter/hari, 2 liter didapatkan dari air minum dan 1 liter dari
cairan yang ada pada kuah sayur, buah dan makanan yang lain.
b. Personal hygien: Kebersihan genetalia, mengganti pembalut
Kebersihan genetalia :
a) Siram mulut vagina hingga bersih dengan air setiap kali habis BAK dan BAB.
Air yang digunakan tak perlu matang asalkan bersih. Basuh dari arah depan
ke belakang hingga tidak ada sisa-sisa kotoran yang mnempel di sekitar
vagina baik itu dari seni maupun feses yang mengandung kuman dan bisa
menimbulkan infeksi pada luka jahitan.
b) Vagina boleh dicuci menggunakan sabun maupun cairan antiseptik karena
dapat berfungsi sebagai penghilang kuman.
c) Bila ibu benar-benar takut untuk menyentuh luka jahitan, upaya menjaga
kebersihan vagina dapat dilakukan dengan cara duduk berendam dalam
cairan antiseptik selama 10 menit. Lakuka setelah BAK atau BAB.
d) Setelah dibasuh, keringkan perineum dengan handuk lembut, lalu kenakan
pembalut baru. Ingat pembalut mesti diganti setiap habis BAK atau BAB
atau minimal 3 jam sekali atau bila sudah dirasa tak nyaman.
e) Setelah semua langkah tadi dilakukan, perineum dapat diolesi salep
antibiotik yang diresepkan oleh dokter.
c. Pakaian: bahan menyerap keringat, BH menyangga
• Memakai pakaian yang berbahan menyerap keringat.
• Menggunakan BH yang tidak terlalu ketat dan bersifat menyangga serta
jangan menggunakan BH yang ada kawatnya.
• Gunakan celana dalam yang berbahan katun.
d. Pemberian ASI on demand, cara menyusui, perawatan payudara.
• Menyusui tanpa dijadwal, sesuka bayi (on demand).
Sebaiknya dalam menyusui bayi tidak dijadwal, sehingga tindakan menyusi
bayi dilakukan di setiap saat bayi membutuhkan, karena bayi akan menetukan
sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui nbayinya bila bayi menangis bukan
karena sebab lain( kencing, kepanasan atau kedinginan atau sekedar ingin
didekap) atau ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat
dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung
bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya, bayi tidak memiliki pola
tertentu setelah 1-2 minggu kemudian.
Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat
berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya.

• Memberi ASI secara penuh 6 bulan tanpa makanan lain (ASI eksklusif).
WHO dan UNICEF merekomendasikan kepada para ibu, bila memungkinkan
memberikan ASI eksklusif sampai 6 bulan dengan menerapkan
a) Inisiasi menyusu dini selama 1 jam setelah kelahiran bayi
b) ASI eklusif diberikan pada bayi hanya ASI saja tanpa makanan tambahan
atau minuman
c) ASI diberikan secara on demand atau sesuai kebutuhan bayi, setiap hari
setiap malam
d) ASI deiberikan tidak menggunakan botol, cangkir maupun dot
e) Mengeluarkan ASI dengan memompa atau memerah dengan tangan, disaat
tidak bersama anak
f) Mengendalikan emosi dan pikiran agar tenang

• Menyusui dengan cara yang baik dan benar.


1. Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskanpada puting
dan disekitar putting payudara. Cara ini mempunyai manfaat sebagai
desinfektan dan menjaga kelembaban putting susu.
2. Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara
3. Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain menopang
dibawah, jangan menekan putting susu dan payudaranya saja.
4. Bayi diberi rangsanganagar membuka mulut (rooting reflex) dengan cara:
a. Menyentuh pipi dengan putting susu
b. Menyentuh sisi mulut bayi
5. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke
payudara ibu dan putting serta kalang payudara dimasukkan ke mulut bayi :
a. Usahakan sebagian besar kalang payudara dapat masuk ke mulut bayi,
sehingga putting susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi akan
menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak dibawah
kalang payudara. Posisi yang salah, yaitu apabila bayi hanya mengisap
pada putting susu saja, akan mengakibatkan masukan ASI yang tidak
adekuat dan putting susu lecet.
b. Setelah bayi mulai mengisap payudara tidak perlu dipegang atau disangga
lagi.
6. Melepas isapan bayi
Setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa kosong, sebaiknya
diganti dengan payudara yang satunya. Cara melepas isapan bayi:
a. Jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut, atau
b. Dagu bayi ditekan ke bawah
7. Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada
putting susu dan di sekitar kalang payudara; biarkan kering dengan
sendirinya.
PEMERIKSAAN FISIK IBU NIFAS

A. Pengertian

Pemeriksaan fisik merupakan salah satu cara mengetahui gejala atau masalah kesehatan
yang dialami oleh ibu nifas dengan mengumpulkan data objektif dilakukan pemeriksaan
terhadap pasien.

B. Tujuan

Tujuan pemeriksaan fisik ibu nifas adalah

1. Untuk mengumpulkan data

2. Mengidentifikasi masalah pasien

3. Menilai perubahan status pasien

4. Mengevaluasi pelaksanaan tindakan yang telah di berikan

C. Prinsip umum

Prinsip-prinsip umum pemeriksaan ibu nifas:

1. Pemeriksaan fisik ibu nifas disesuaikan dengan tujuan kunjungan program dan kebijaksanaan
(6 jam, 2-6 hari, 2 minggu, 6 minggu setelah persalinan)

2. Menjelaskan pemeriksaan fisik yang akan dilakukan pada klien

3. Pada saat pemeriksaan fisik, biasakan pemeriksa berdiri di sebelah kanan klien.

4. Gunakan pendekatan fisik mulai dari arah luar tubuh ke arah dalam tubuh, posisi pasien
tergantung jenis pemeriksaan dan kondisi sewaktu di periksa.

5. Gunakan pemeriksaan fisik dengan menggunakan tekhnik pemeriksaan dari daerah yang
mengalami kelainan (abnormal) ke daerah yang tidak memgalami kelainan(normal)

6. Perhatikan pencahayaan yang tapat, suhu, suasana ruangan yang nyaman serta privasi
pasien.

D. Tekhnik Pemeriksaan Fisik Ibu Nifas


Tekhnik yang dipergunakan dalam pemeriksaan fisik ibu nifas ada empat yaitu: inspeksi,
palpasi,perkusi dan auskultasi.

E. Persiapan pemeriksaan fisik ibu nifas

Ada beberapa hal yang perlu di persiapkan sebelum melakukan pemeriksaan fisik ibu nifas:

1. Persiapan ruangan.

Ruangan disiapkan sebaik mungkin misal dengan memasang penyekat, mengatur


pencahayaan.

2. Persiapan alat

Baki 1 buah, tensi meter dan stetoskop, termometer,senter, kapas + air DTT, hand schoen 1
pasang, pincet, bengkok, tempat sampah, larutan clorin 0,5 %.

3. Persiapan pasien

Sebelum melakukan pemeriksaan beritahu pasien tindakan yang akan dilakukan, atur posisi
untuk mempermudah pemeriksaan, atur pasien seefisien mungkin.

F. Pemeriksaan fisik ibu nifas

1. Tanda-tanda vital

· Tujuan

Tanda-tanda vital meliputi : suhu tubuh, nadi, pernafasan dan tekanan darah. Mengukur tanda-
tanda vital bertujuan untuk memperoleh data dasar memantau perubahan status kesehatan
klien diaantaranya tanda adanya infeksi.

a. Tekanan darah

Tekanan darah normal yaitu < 140/90 mmHg. Tekanan darah tersebut bisa meningkat dari
pra persalinan pada 1-3 hari pos partum..Setelah persalinan sebagian besar wanita
mengalami peningkatan tekananan darah sementara waktu.Keadaan ini akan kembali
normal selama beberapa hari.Bila tekanan darah menjadi rendah menunjukkan adanya
perdarahan post partum. Sebaliknya bila tekanan darah tinggi,merupakan petunjuk
kemungkinan adanya pre-eklampsi yang bisa timbul pada masa nifas.Namun hal ini seperti
itu jarang terjadi.

Segera setelah melahirkan, banyak wanita mengalami peningkatan sementara tekanan


darah sistolik dan diastolik, yang kembali secara spontan kanan darah sebelum hamil selama
beberapa hari bidan bertanggung jawab mengkaji resiko preeklamsi pascapartum,
komplikasi yang relatif jarang, tetapi serius, jika peningkatan tekanan darah signifikan.
b. Suhu

Suhu tubuh normal yaitu kurang dari 38C.Pada hari ke 4 setelah persalinan suhu ibu bisa naik
sedikit kemungkinan disebabkan dari aktivitas payudara.Bila kenaikan mencapai lebih dari
38 C pada hari kedua sampai hari-hari berikutnya, harus diwaspadai adanya infeksi atau
sepsis nifas. Suhu maternal kembali dari suhu yang sedikit meningkat selama periode
intrapartum dan stabil dalam 24 jam pertama pascapartum. Perhatikan adanya kenaikan
suhu samapi 38 derajat pada hari kedua sampai hari kesepuluh yang menunjukkan adanya
morbiditas puerperalis.

c. Nadi

Nadi normal pada ibu nifas adalah 60-100. Denyut Nadi ibu akan melambat sampai sekitar 60
x/menit yakni pada waktu habis persalinan karena ibu dalam keadaan istirahat penuh. Ini
terjadi utamanya pada minggu pertama post partum.Pada ibu yang nervus nadinya bisa
cepat, kira-kira 110x/mnt.Bisa juga terjadi gejala shock karena infeksi khususnya bila
disertai peningkatan suhu tubuh. Denyut nadi yang meningkat selama persalinan akhir,
kembali normal selama beberapa jam pertama pascapartum. Hemoragi, demam selama
persalinan, dan nyeri akut atau persisten dapat mempengaruhi proses ini. Apabila denyut
nadi diatas 100 selama puerperium, hal tersebut abnormal dan mungkin menunjukkan
adanya infeksi atau hemoragi pascapartum lambat.

d. Pernafasan

Pernafasan normal yaitu 20-30 x/menit.Pada umumnya respirasi lambat atau bahkan
normal.Mengapa demikian, tidak lain karena ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam
kondisi istirahat.Bila ada respirasi cepat pospartum (> 30 x/mnt) mungkin karena adanya
ikutan dari tanda-tanda syok. Fungsi pernafasan kembali pada rentang normal wanita
selama jam pertama pascapartum. Nafas pendek, cepat, atau perubahan lain memerlukan
evaluasi adanya kondisi – kondisi seperti kelebihan cairan, seperti eksaserbasi asma, dan
emboli paru.

e. Keadaan Umum : Tingkat energi, self esteem, tingkat kesadaran.

f. Kepala,wajah dan leher

a). Pemeriksaan Wajah

· Tujuan

Untuk mengenditifikasi adanya tanda anemis, eklampsi postpartum biasa terjadi 1-2 hari
postpartum.
· Cara Kerja

1). Inspeksi muka : Simetris, warna kulit muka, ekspresi wajah dan pembengkakan

daerah wajah dan kelopak mata.

2). Inspeksi konjungtiva, dengan cara:

a). Anjurkan pasien untuk melihat lurus kedepan

b). Tarik kelopak mata bagian bawah ke bawah dengan menggunakan ibu jari.

c).Amati konjungtiva, untuk mengetahui ada tidaknya kemerahan/atau keadaan


vaskularisasinya.

b). Pemeriksaan Leher

· Tujuan

Untuk mengkaji adanya infeksi traktus pernafasan, jika ada panas sebagai diagnose banding.

· Cara Kerja

1). Inspeksi leher untuk melihat bentuk dan kesimetrisan leher serta pergerakannya.

2). Palpasi pada nodus limfe dengan cara:

a). Duduk dihadapan pasien

b). Anjurkan pasien untuk menengadah kesamping menjauhi pemeriksaan sehingga jaringan
lunak dan otot-otot akan relaks.

c). Lakukan palpasi secara sistematis dan determinasikan menurut lokasi, batas-batas dan
ukuran, bentuk dan nyeri tekan pada setiap kelompok kelenjar limfe: Submandibular
(ditengah-tengah antara sudut dan ujung mandibular) dan sub mental (pada garis tengah
beberapa cm dibelakang ujung mandibula). Periksa ekspresi wajah, adaya oedema, sclera
dan konjuctiva mata, mukosa mulut, adanya pembesaran limfe, pembesaran kelenjar thiroid
dan bendungan vena jugolaris.

B. Payudara

Dalam melakukan pengkajian apakah terdapat benjolan,pembesaran kelenjar,dan


bagaimanakah keadaan putting susu ibu apakah menonjol atau tidak,apakah payudara ibu
ada bernanah atau tidak. Auskultasi jantung dan paru-paru sesuai indikasi keluhan ibu, atau
perubahan nyata pada penampilan atau tanda-tanda vital.
Pengakajian payudara pada periode awal pascapartum meliputi penampilan,
Pembesaran, simetris, pigmentasi, warna kulit, keadaan areola dan integritasi puting, posisi
bayi pada payudara, stimulation nepple erexi adanya kolostrum, apakah payudara terisi
susu, Kepenuhan atau pembengkakan, benjolan, nyeri, dan adanya sumbatan ductus,
kongesti, dan tanda – tanda mastitis potensial. Perabaan pembesaran kelenjar getah bening
diketiak.

Pemeriksaan payudara

Tujuan: Sebagai
pemeriksaan tindak lanjut dari pemeriksaa payudara prenatal dan segera setelah
melahirkan apakah ada komplikasi postpartum misalnya bendungan pada payudara (3-5 hari
postpartum), abses payudara, mastitis (3-4 minggu postpartum)

Cara Pemeriksaan

1). Inspeksi Payudara:

a. Cek kecukupan penyangga dengan menggunakan bra yang pasa dan tepat dalam

menyanggapayudara

b. Bantu pasien mengatur posisi duduk menghadap kedepan, telanjang dada dengan kedua

tangan rileks di sisi tubuh

c. Inspeksi kulit payudara mengenai warna, lesi, vaskularisasi dan udema

d. Inspeksi Epitelium putting: Karakteristik ukuran (kecil,besar), bentuk (menonjol, datar,


mendelep), pengeluaran cairan dan banyaknya (kolostrum, ASI, pus, darah) dan luka/lecet
pada putting susu.

2). Palpasi payudara untuk memastikan

a. Lakukan palpasi di sekeliling putting susu untuk mengetahui adanya keluaran. Bila

adanya maka identifikasi keluaran tersebut mengenai sumber, jumlah, warna,

konsistensi, dan kaji terhadap adanya nyeri tekan.

b. Angkat dan lipat tangan pasien Palpasi daerah klavikula dan ketiak terutama pada area

limfe nodi

c. Lakukan palpasi setiap payudara dengan teknis bimanual terutama untuk payudara yang
beukuran besar dengan cara:
pertama tekankan telapak tangan tiga jari tengah ke permukaan payudara pada kuadran

samping atas. Lakukan palpasi dengan gerakan memutar terhadap dinding dada dari tepi

menuju areola dan memutar searah jarum jam.

d. Lakukan payudara sebelahnya.

C. Uterus

Periksa tinggi fundus uteri apakah sesuai dengan involusi uteri

Apakah kontraksi uterus baik atau tidak

Apakah konsistensinya lunak atau keras

Apabila uterus awalnya berkontraksi dengan baik maka pada saat palpasi tidak akan tampak
peningkatan aliran pengeluaran lochea.Bila sebelumnya kontraksi uterus tidak baik dan
konsistensinya lunak,palpasi akan menyebabkan kontraksi yang akan mengeluarkan bekuan
darah yang terakumulasi,aliran ini pada keadaan yang normal akan berkurang dan uterus
menjadi keras

Diastasis Rectie

Kita melakukan pemerikasaan diastasis rectie yaitu tujuannya adalah untuk mengetahui apakah
pelebaran otot perut normal atau tidak caranya yaitu dengan memasukkan kedua jari kita
yaitu jari telunjuk dan jari tengah ke bagian dari diafragma dari perut ibu.Jika jari kita masuk
dua jari berarti diastasis rectie ibu normal.Jika lebih dari dua jai berarti abnormal.Cara
penanganan diastasis rectie adalah dengan operasi ringan (tometock)

D. Kandung Kemih

Jika kandung kemih ibu penuh,maka bantu ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya dan
anjurkan ibu agar tidak menahan apabila terasa BAK.Jika ibu tidak dapat berkemih dalam 6
jam post partum,bantu ibu dengan cara menyiramkan air hangat dan bersih ke vulva dan
perineum ibu.Bila berbagai cara telah dilakukan namun ibu tetap tidak bisa berkemih,maka
mungkin perlu dilakukan pemasangan kateterisasi.Setelah kandung kemih
dikosongkan,maka lakukan massase pada fundus agar uterus berkontraksi dengan baik.

E. Genitalia

Periksa pengeluaran lochea,warna,bau dan jumlahnya

Hematom vulva (gumpalan darah)

Gejala yang paling jelas dan dapat diidentifikasi dengan inspeksi vagina dan serviks dengan
cermat

Lihat kebersihan pada genitalia ibu


Ibu harus selalu menjaga kebersihan pada alat genitalianya karna pada maa nifas ini ibu sangat
mudah sekali untuk terkena infeksi

F. Perineum

Pada pemeriksaan perineum sebaiknya ibu dalam posisi dengan kedua tungkai dilebarkan.saat
melakukan pemeriksaan perineum periksalah:

Jahitan laserasinya

Sebelum melakukan pemeriksaan jahitan laserasinya,terlebih dahulu bersihkan pada bagian


jahitan laserasi dengan kasa yang dikasih betadine supaya jahitan terlihat tampak lebih jelas

Oedema atau tidak

Hemoroid pada anus

Hematoma (Pemb

engkakan jaringan yang isinya darah)

G. Ekstremitas Bawah

Pada pemeriksaan kaki apakah ada: Varises,oedema,Reflek patella,nyeri tekan atau panas pada
beti.Adanya tanda Homan,caranya dengan meletakkan 1 tangan pada lutut ibu dan di
lakukan tekanan ringan agar lutut tetap lurus.Bila ibu merasakan nyeri pada betis dengan
tindakan tersebut,tanda Homan (+).

Perubahan psikologis

Setelah proses persalinan, terjadi perubahan yang dramatis bagi seorang ibu dimana ibu kini
mempunyai bayi yang harus dilindungi dan dipenuhi kebutuhannya. Dalam perubahan
psikologis terdapat beberapa periode :

1. Periode Taking In

a) Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah kelahiran, ibu pasif dan tergantung, dia khawatir akan

tubuhnya.

b) Ibu akan mengulang-ngulang pengalamannya waktu bersalin dan melahirkan

c) Tidur tanpa gangguan sangat penting, bila ibu ingin mencegah gannguan tidur, pusing,

iritabel, interference dengan proses pengembalian keadaan normal.

d) Peningkatan nutrisi
2. Periode Taking Hold

a) Periode ini berlangsung pada hari 2-4 post partum. Ibu menjadi perhatian pada ke
mampuannya menjadi orang tua yang sukses dan meningkatkan tanggung jawab bayinya.

b) Ibu konsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, buang air kecil, buang air besar,
keluatan, dan ketahanan tubuhnya.

c) Ibu berusaha keras untuk menguasai tentang keterampilan tentang perawatan bayi
misalnya : menggendong, menyusui, memandikan dan memasang popok.

d) Pada masa ini ibu agak sensitive dan merasa tidak mahir dalam melakukan hal-hal tersebut,
cenderung menerima nasihat bidan atau perawat karena ia terbuka untuk menerima
pengetahuan dan kritikan yang bersifat pribadi. Pada tahap ini bidan penting
memperhatikan perubahan yang mungkin terjadi.

3. Periode letting Go

a) Terjadi setelah di rumah

b) Tanggung jawab ibu dalam merawat bayi

l. Data pengetahuan/perilaku ibu

Kaji pengetahuan ibu yang berhubungan dengan perawatan bayi, perawatan nifas, asi ekslusif
cara menyusui, KB serta hal-hal lain yang penting diketahui ibu dalam masa nifas dan
meyusui.

Pengetahuan ibu dan keluarga tentang peran menjadi orang tua dan tugas-tugas perkembangan
kesehatan keluarga, pengetahuan perubahan involusi uterus, perubahan fungsi blass dan
bowel. Pengetahan tentang keadaan umum bayi, tanda vital bayi, perubahan karakteristik
faces bayi, kebutuhan emosional dan kenyamanan, kebutuhan minum, perubahan kulit.

Ketrampilan melakukan perawatan diri sendiri (nutrisi dan personal hyhiene, payudara) dan
kemampuan melakukan perawatan bayi (perawatan tali pusat, menyusui, memandikan dan
mengganti baju/popok bayi, membina hubungan tali kasih, cara memfasilitasi hubungan
bayi dengan ayah, dengan sibling dan kakak/nenek). Keamanan bayi saat tidur, diperjalanan,
mengeluarkan secret dan perawatan saat tersedak atau mengalami gangguan ringan.
Pencegahan infeksi dan jadwal imunisasi.

I. Pengkajian

Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah pengumpulan data dasar untuk mengevaluasi
keadaan pasien. Merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang
akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien.
a.Data Subyektif

1. Biodata yang mencakup identitas pasien

a. Nama

Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari agar tidak keliru dalam
memberikan penanganan.

b. Umur

Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat
reproduksi belum matang, mental dan psikisnya belum siap. Sedangkan umur lebih dari 35
tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas.

c. Agama

Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau mengarahkan pasien
dalam berdoa.

d. Pendidikan

Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauhmana tingkat


intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya.

f. Suku / bangsa

Berpengaruh pada adapt istiadat atau kebiasaan sehari hari.

g. Pekerjaan

Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat social ekonominya, karena ini juga
mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut.

h. Alamat

Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan

2. Keluhan Utama

Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan masa nifas, misalnya pasien
merasa mules, sakit pada jalan lahir karena adanya jahitan pada perineum.

3. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat kesehatan yang lalu


Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut, kronis
seperti : Jantung, DM, Hipertensi, Asma yang dapat mempengaruhi pada masa nifas ini.

b. Riwayat kesehatan sekarang

Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada
saat ini yang ada hubungannya dengan masa nifas dan bayinya.

c. Riwayat kesehatan keluarga

Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga
terhadap gangguan kesehatan pasien dan bayinya, yaitu apabila ada penyakit keluarga yang
menyertainya.

4. Riwayat Perkawinan.

Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status menikah syah atau tidak, karena bila
melahirkan tanpa status yang jelas akan berkaitan dengan psikologisnya sehingga akan
mempengaruhi proses nifas.

5. Riwayat Obstetrik

a. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.

Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak, cara persalinan yang lalu, penolong
persalinan, keadaan nifas yang lalu.

b. Riwayat Persalinan sekarang.

Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak, keadaan bayi meliputi PB, BB, penolong
persalinan. Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah proses persalinan mengalami
kelainan atau tidak yang bisa berpengaruh pada masa nifas saat ini.

6. Riwayat KB

Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama,
adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas ini
dan beralih ke kontrasepsi apa.
7. Kehidupan Sosial Budaya

Untuk mengetahui pasien dan keluarga yang menganut adapt istiadat yang akan
menguntungkan atau merugikan pasien khususnya pada masa nifas misalnya pada
kebiasaan pantang makan.

8. Data Psikososial

Untuk mengatahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya. Wanita mengalami banyak
perubahan emosi / psikologis selama masa nifas sementara ia menyesuaikan diri menjadi
seorang ibu.Cukup sering ibu menunjukan depresi ringan beberapa hari setelah kelahiran.
Depresi tersebut sering disebut sebagai postpartum blues. Postpartum blues sebagian besar
merupakan perwujudan fenomena psikologis yang dialami oleh wanita yang terpisah dari
keluarga dan bayinya. Hal ini sering terjadi sering diakibatkan oleh sejumlah faktor.

Penyebab yang paling menonjol adalah :

a. Kekecewaan emosional yang mengikuti rasa puas dan takut yang dialami kebanyakan wanita
selama kehamilan dan persalinan.

b. Rasa sakit masa nifas awal.

c. Kelelahan karena kurang tidur selama persalinan dan postpartum pada kebanyakan Rumah
sakit. Di Rumah Sakit biasanya diakibatkan oleh kebijakan kunjungan yang kaku, kebijakan
perawatan yang tidak fleksibel dan tidak ada ketetapan untuk berada di Ruang.

d. Kecemasan pada kemampuannya untuk merawat bayinya setelah meninggalkan rumah sakit

e. Rasa takut menjadi tidak menarik lagi bagi suaminya

.9. Data Pengetahuan

Untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan ibu tentang perawatan setelah melahirkan
sehingga akan menguntungkan selama masa nifas.

10. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari.

a. Nutrisi

Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi, banyaknya, jenis makanan,
makanan pantangan.

b. Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar meliputi frekuensi, jumlah,
konsistensi dan bau serta kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna, jumlah.

c. Istirahat

Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien tidur, kebiasaan sebelum
tidur misalnya membaca, mendengarkan musik, kebiasaan mengkonsumsi obat tidur,
kebiasaan tidur siang, penggunaan waktu luang. Istirahat sangat penting bagi ibu masa nifas
karena dengan istirahat yang cukup dapat mempercepat penyembuhan.

d. Personal hygiene

Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan tubuh terutama pada daerah
genetalia, karena pada masa nifas masih mengeluarkan lochea.

e. Aktivitas

Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari. Pada pola ini perlu dikaji pengaruh aktivitas
terhadap kesehatannya. Mobilisasi sedini mungkin dapat mempercepat proses
pengembalian alat – alat reproduksi.

b. Data Obyektif

Dalam menghadapi masa nifas dari seorang klien, seorang bidan harus mengumpulkan data
untuk memastikan bahwa keadaan klien dalam keadaan stabil. Yang termasuk dalam
komponen – komponen pengkajian data obyektif ini adalah :

1. Vital sign

Ditujukan untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan kondisi yang dialaminya.

a. Temperatur / suhu

Peningkatan suhu badan mencapai pada 24 jam pertama masa nifas pada umumnya disebabkan
oleh dehidrasi, yang disebabkan oleh keluarnya cairan pada waktu melahirkan, selain itu
bisa juga disebabkan karena isirahat dan tidur yang diperpanjang selama awal persalinan.
Tetapi pada umumnya setelah 12 jam post partum suhu tubuh kembali normal. Kenaikan
suhu yang mencapai > 38 º C adalah mengarah ke tanda – tanda infeksi.

b. Nadi dan pernafasan

1). Nadi berkisar antara 60 – 80x/menit. Denyut nadi di atas 100 x/menit pada masa nifas
adalah mengindikasikan adanya suatu infeksi, hal ini salah satunya bisa diakibatkan oleh
proses persalinan sulit atau karena kehilangan darah yang berlebihan .

2). Jika takikardi tidak disertai panas kemungkinan disebabkan karena adanya vitium kordis.
3). Beberapa ibu postpartum kadang – kadang mengalami bradikardi puerperal, yang denyut
nadinya mencapai serendah – rendahnya 40 sampai 50x/menit, beberapa alasan telah
diberikan sebagai penyebab yang mungkin, tetapi belum ada penelitian yang membuktikan
bahwa hal itu adalah suatu kelainan .

4). Pernafasan harus berada dalam rentang yang normal, yaitu sekitar 20 – 30x/menit.

c. Tekanan darah

Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi postpartum, tetapi keadaan ini akan
menghilang dengan sendirinya apabila tidak ada penyakit – penyakit lain yang menyertainya
dalam 2 bulan pengobatan .

2. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dari ujung rambut sampai ujung kaki.

3. Pemeriksaan obstetric

a. Inspeksi

Perlu dilakukan untuk mengetahui pengeluaran pervaginam apakah sesuai dengan masa
nifasnya serta pengeluaran ASI.

b. Palpasi

Untuk mengetahui involusi uteri seperti : TFU, kontraksinya dan lochea serta keadaan payudara
apakah terdapat benjolan, pembesaran kelenjar atau abses, serta bagaimana keadaan
putting.

c. Perkusi

Bagaimana keadaan reflek patella.

4. Data penunjang

I. Intepretasi Data

Mengidentifikasi diagnosa kebidanan dan masalah. Dalam langkah ini data yang telah
dikumpulkan diintepretasikan menjadi diagnosa kebidanan dan masalah. Keduanya
digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa tetapi
membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam rencana asuhan terhadap pasien,
masalah sering berkaitan dengan pengalaman wanita yang diidentifikasikan oleh bidan.

A. Diagnosa Kebidanan
Diagnosa dapat ditegakkan yang berkaitan dengan Para, Abortus, Anak hidup, umur ibu, dan
keadaan nifas.

Data dasar meliputi :

1. Data Subyektif

Pernyataan ibu tentang jumlah persalinan, apakah pernah abortus atau tidak, keterangan ibu
tentang umur, keterangan ibu tentang keluhannya.

2. Data Obyektif

Palpasi tentang tinggi fundus uteri dan kontraksi, hasil pemeriksaan tentang pengeluaran
pervaginam, hasil pemeriksaan tanda – tanda vital.

B. Masalah

Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien.

Data dasar meliputi :

1. Data Subyektif

Data yang didapat dari hasil anamnesa pasien

2. Data Obyektif

Data yang didapat dari hasil pemeriksaan

II. Diagnosa Potensial

Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial. Pada langkah ini diidentifikasikan masalah
atau diagnosa potensial berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa, hal ini membutuhkan
antisipasi, pencegahan, bila memungkinkan menunggu mengamati dan bersiap-siap apabila
hal tersebut benar-benar terjadi. Melakukan asuhan yang aman penting sekali dalam hal ini.

III. Antisipasi Masalah

Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen kebidanan.

IV. Perencanaan

Langkah-langkah ini ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya yang merupakan lanjutan dari
masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau di antisipasi. Rencana asuhan yang
menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah diluhat dari kondisi pasien atau dari setiap
masalah yang berkaitan, tetapi juaga berkaitan dengan kerangka pedoman antisipasi bagi
wanita tersebut yaitu apa yang akan terjadi berikutnya.

Penyuluhan, konseling dari rujukan untuk masalah-masalah social, ekonomi atau masalah
psikososial. Adapun hal-hal yang perlu dilakukan pada kasus ini adalah

A. Observasi meliputi keadaan umum, kesadaran, tanda – tanda vital, tinggi fundus uteri,
kontraksi uterus, anjurkan ibu untuk segera berkemih, observasi mobilisasi dini, jelaskan
manfaatnya.

B. Kebersihan diri

1. Jaga kebersihan seluruh tubuh terutama daerah genetalia.

2. Ganti pembalut minimal dua kali sehari atau setiap kali selesai BAK

C. Istirahat

1. Cukup istirahat

2. Beri pengertian manfaat istirahat

3. Kembali mengerjakan pekerjaan sehari – hari.

D. Gizi

1. Makan bergisi, bermutu dan cukup kalori.

2. Minum 3 liter air sehari atau segelas setiap habis menyusui.

3. Minum tablet Fe / zat besi.

4. Minum vitamin A (200.000 unit)

E. Perawatan payudara

1. Breast care

2. Jaga kebersihan payudara

3. Beri ASI ekslusif sampai bayi umur 6 bulan.

F. Hubungan sexual

Beri pengertian hubungan seksual kapan boleh dilakukan.

G. Keluarga berencana

Anjurkan pada ibu untuk mengikuti KB sesuai dengan keinginannya.

V. Pelaksanaan
Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan penyuluhan pada klien dan keluarga.

A. Mengobservasi meliputi

1. Keadaan umum

2. Kesadaran

3. Tanda – tanda vital dengan mengukur (tekanan darah, suhu, nadi, respirasi).

4. Tinggi fundus uteri, kontraksi uterus.

5. Menganjurkan ibu untuk segera berkemih karena apabila kandung kencing penuh akan
menghambat proses involusi uterus.

6. Menganjurkan pada ibu untuk mobilisasi dini untuk memperlancar pengeluaran lochea,
memperlancar peredaran darah.

B. Kebersihan diri

1. Menjaga kebersihan seluruh tubuh terutama daerah genetalia.

2. Mengganti pembalut minimal dua kali sehari atau setiap kali selesai BAK

C. Istirahat

1. Memberi saran pada ibu untuk cukup tidur siang agar tidak terlalu lelah.

2. Memberi pengertian pada ibu, apabila kurang istirahat dapat menyebabkan produksi ASI
kurang, proses involusi berjalan lambat sehingga dapat menyebabkan perdarahan.

3. Menganjurkan pada ibu untuk kembali mengerjakan pekerjaan sehari – hari.

D. Gizi

1. Mengkonsumsi makanan yang bergisi, bermutu dan cukup kalori, sebaiknya ibu makan
makanan yang mengandung protein, vitamin dan mineral.

2. Minum sedikitnya 3 liter air sehari atau segelas setiap habis menyusui.

3. Minum tablet Fe / zat besi selama 40 hari pasca persalinan.

4. Minum vitamin A (200.000 unit) agar dapat memberikan vitamin A kepada bayinya melalui
ASI.

E. Perawatan payudara

1. Breast care

2. Menjaga kebersihan payudara

3. Memberi ASI ekslusif sampai bayi umur 6 bulan.


F. Hubungan sexual

Memberi pengertian hubungan seksual kapan boleh dilakukan.

G. Keluarga berencana

Menganjurkan pada ibu untuk segera mengikuti KB setelah masa nifas terlewati sesuai dengan
keinginannya.

Anda mungkin juga menyukai