PEMBAHASAN
A. Cardiotocography (CTG)
Cardiotocography adalah adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur DJJ pada
saat kontraksi maupun tidak. Jadi bila doppler hanya menghasilkan DJJ maka pada
CTG kontraksi ibu juga terekam dan kemudian dilihat perubahan DJJ pada saat
kontraksi dan diluar kontraksi. Bila terdapat perlambatan maka itu menandakan
adanya gawat janin akibat fungsi plasenta yang sudah tidak baik. Biasanya, bayi di
dalam kandungan memiliki detak jantung antara 110 dan 160 denyut per menit dan
meningkat ketika bayi bergerak. Pemeriksaan detak jantung bayi dengan alat CTG ini
secara tidak langsung adalah cara mengetahui apakah bayi mendapat cukup oksigen
dari plasenta atau tidak. Tes ini melihat bagaimana detak jantung bayi dipengaruhi
oleh kontraksi. Alat ini biasanya digunakan saat ibu hamil menginjak trimester ketiga
dan bermanfaat untuk mendeteksi apakah ada gangguan atau tidak pada bayi sebelum
atau selama persalinan.
Cara pengukuran CTG hampir sama dengan doppler hanya pada CTG yang
ditempelkan 2 alat yang satu untuk mendeteksi DJJ sedangkan yang satu untuk
mendeteksi kontraksi, alat ini ditempelkan selama kurang lebih 20-60 menit. Pada
saat pemeriksaan CTG, posisi pasien tidak boleh tidur terlentang, tetapi harus
setengah duduk atau tidur miring kekiri.
Mesin CTG mengeluarkan hasil berupa grafik sesuai dengan denyut jantung janin dan
kontraksi rahim. Hasil pemeriksaan dapat dikategorikan menjadi reaktif dan
nonreaktif. Disebut nonreaktif bila denyut jantung janin tidak bertambah setelah ia
bergerak, dan reaktif jika denyut jantung meningkat setelah ia bergerak.
Namun, hasil yang tidak reaktif tidak selalu menunjukkan masalah. Bisa jadi bayi
sedang dalam kondisi tertidur lelap saat tes dilakukan, oleh sebab itu dokter akan
mencoba tes setelah meminta ibu hamil bergerak atau menggunakan stimulator
akustik janin untuk membangunkan bayi. Jika hasil masih tidak reaktif, dokter dapat
meminta untuk melakukan tes ini lagi setelah satu jam.
Jika CTG kedua menunjukkan bayi tetap tidak merespon dengan baik atau denyut
jantungnya tidak seperti yang seharusnya, dokter akan merujuk ibu hamil untuk
pemindaian ultrasound untuk menilai profil biofisik bayi. Profil biofisik akan
mengetahui kondisi bayi dan mengukurnya berdasarkan gerakan, pernapasan, reaksi,
dan tonus otot. Jika bayi menunjukkan hasil yang kurang bagus, mungkin dokter
menyarankan untuk melakukan persalinan dini.
Jadi Pengertian Umum Cardiotocography (CTG) adalah Suatu alat untuk mengetahui
kesejahteraan janin di dalam rahim, dengan merekam pola denyut jantung janin dan
hubungannya dengan gerakan janin atau kontraksi rahim.
B. Dikenal Dua Jenis Cardiotocography (CTG), yaitu CTG konvensional dan CTG
terkomputerisasi (Computerized cardiotocography), yaitu :
1. Cardiotocography konvensional adalah peralatan kardiotokografi yang hasil
interpretasinya dilakukan oleh dokter pemeriksa.
2. Cardiotocography terkomputerisasi adalah peralatan kardiotokografi yang sebagian
hasil interpretasi pemeriksaan CTG dilakukan oleh komputer yang ada didalam 21
peralatan CTG tersebut berdasarkan suatu ”data-base”.
Pemeriksaan CTG :
a. Sebaiknya dilakukan 2 jam setelah makan
b. Waktu pemeriksaan selama 20 menit
c. Selama pemeriksaan posisi ibu berbaring nyaman dan tak menyakitkan ibu
maupun bayi
d. Bila ditemukan kelainan maka pemantauan dilanjutkan dan dapat segera
diberikan pertolongan yang sesuai
Pemeriksaan CTG penting dilakukan pada setiap ibu hamil untuk pemantauan kondisi
janin terutama dalam keadaan:
a. Kehamilan dengan komplikasi (darah tinggi, kencing manis, tiroid, penyakit
infeksi kronis, dll)
b. Kehamilan dengan berat badan janin rendah (Intra Uterine Growth Retriction)
c. Oligohidramnion (air ketuban sedikit sekali)
d. Polihidramnion (air ketuban berlebih)
e. Kehamilan kembar
f. Janin telah membuang meconium (zat buangan) ke dalam air ketuban
g. Keluar darah segar ketika persalinan
Pemeriksaan CTG biasanya dilakukan pada kehamilan resiko tinggi, dan indikasinya
terdiri dari :
b. Ketuban pecah
c. Diabetes melitus
d. Kehamilan≥ 40 minggu
e. Vitium cordis
f. Asthma bronkhiale
i. Bekas S
k. Persalinan preterm
l. Hipotensi
m. Perdarahan antepartum
n. Ibu perokok
e. Hidrops fetalis
I. Akselerasi DJJ dimulai bila ada sinyal aferen yang berasal dari salah satu tiga sumber,
yaitu :
1. Priprioseptor dan ujung serabut saraf pada jaringan sendi
2. Serabut saraf nyeri yang terutama banyak terdapat di jaringan kulit, dan
3. Baroreseptor di aorta askendens dan arteri karotis, dan stretch receptors di
atrium kanan. Sinyal-sinyal tersebut diteruskan kecardioregulatory center
(CRC) kemudian kecardiac vagus dan saraf simpatis, selanjutnya menuju
nodus sinoatrial sehingga timbullah akselerasi DJJ