Anda di halaman 1dari 7

BAB II

PEMBAHASAN

A. Cardiotocography (CTG)
Cardiotocography adalah adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur DJJ pada
saat kontraksi maupun tidak. Jadi bila doppler hanya menghasilkan DJJ maka pada
CTG kontraksi ibu juga terekam dan kemudian dilihat perubahan DJJ pada saat
kontraksi dan diluar kontraksi. Bila terdapat perlambatan maka itu menandakan
adanya gawat janin akibat fungsi plasenta yang sudah tidak baik. Biasanya, bayi di
dalam kandungan memiliki detak jantung antara 110 dan 160 denyut per menit dan
meningkat ketika bayi bergerak. Pemeriksaan detak jantung bayi dengan alat CTG ini
secara tidak langsung adalah cara mengetahui apakah bayi mendapat cukup oksigen
dari plasenta atau tidak. Tes ini melihat bagaimana detak jantung bayi dipengaruhi
oleh kontraksi. Alat ini biasanya digunakan saat ibu hamil menginjak trimester ketiga
dan bermanfaat untuk mendeteksi apakah ada gangguan atau tidak pada bayi sebelum
atau selama persalinan.

Cara pengukuran CTG hampir sama dengan doppler hanya pada CTG yang
ditempelkan 2 alat yang satu untuk mendeteksi DJJ sedangkan yang satu untuk
mendeteksi kontraksi, alat ini ditempelkan selama kurang lebih 20-60 menit. Pada
saat pemeriksaan CTG, posisi pasien tidak boleh tidur terlentang, tetapi harus
setengah duduk atau tidur miring kekiri.

Mesin CTG mengeluarkan hasil berupa grafik sesuai dengan denyut jantung janin dan
kontraksi rahim. Hasil pemeriksaan dapat dikategorikan menjadi reaktif dan
nonreaktif. Disebut nonreaktif bila denyut jantung janin tidak bertambah setelah ia
bergerak, dan reaktif jika denyut jantung meningkat setelah ia bergerak.

Namun, hasil yang tidak reaktif tidak selalu menunjukkan masalah. Bisa jadi bayi
sedang dalam kondisi tertidur lelap saat tes dilakukan, oleh sebab itu dokter akan
mencoba tes setelah meminta ibu hamil bergerak atau menggunakan stimulator
akustik janin untuk membangunkan bayi. Jika hasil masih tidak reaktif, dokter dapat
meminta untuk melakukan tes ini lagi setelah satu jam.
Jika CTG kedua menunjukkan bayi tetap tidak merespon dengan baik atau denyut
jantungnya tidak seperti yang seharusnya, dokter akan merujuk ibu hamil untuk
pemindaian ultrasound untuk menilai profil biofisik bayi. Profil biofisik akan
mengetahui kondisi bayi dan mengukurnya berdasarkan gerakan, pernapasan, reaksi,
dan tonus otot. Jika bayi menunjukkan hasil yang kurang bagus, mungkin dokter
menyarankan untuk melakukan persalinan dini.

Jadi Pengertian Umum Cardiotocography (CTG) adalah Suatu alat untuk mengetahui
kesejahteraan janin di dalam rahim, dengan merekam pola denyut jantung janin dan
hubungannya dengan gerakan janin atau kontraksi rahim.

B. Dikenal Dua Jenis Cardiotocography (CTG), yaitu CTG konvensional dan CTG
terkomputerisasi (Computerized cardiotocography), yaitu :
1. Cardiotocography konvensional adalah peralatan kardiotokografi yang hasil
interpretasinya dilakukan oleh dokter pemeriksa.
2. Cardiotocography terkomputerisasi adalah peralatan kardiotokografi yang sebagian
hasil interpretasi pemeriksaan CTG dilakukan oleh komputer yang ada didalam 21
peralatan CTG tersebut berdasarkan suatu ”data-base”.

Pemeriksaan CTG :
a. Sebaiknya dilakukan 2 jam setelah makan
b. Waktu pemeriksaan selama 20 menit
c. Selama pemeriksaan posisi ibu berbaring nyaman dan tak menyakitkan ibu
maupun bayi
d. Bila ditemukan kelainan maka pemantauan dilanjutkan dan dapat segera
diberikan pertolongan yang sesuai
Pemeriksaan CTG penting dilakukan pada setiap ibu hamil untuk pemantauan kondisi
janin terutama dalam keadaan:
a. Kehamilan dengan komplikasi (darah tinggi, kencing manis, tiroid, penyakit
infeksi kronis, dll)
b. Kehamilan dengan berat badan janin rendah (Intra Uterine Growth Retriction)
c. Oligohidramnion (air ketuban sedikit sekali)
d. Polihidramnion (air ketuban berlebih)
e. Kehamilan kembar
f. Janin telah membuang meconium (zat buangan) ke dalam air ketuban
g. Keluar darah segar ketika persalinan

C. Tujuan dilakukan CTG


Tujuan utama cardiotocography adalah memantau detak jantung janin. Pemeriksaan
ini juga bisa sekaligus mengevaluasi kontraksi rahim sang ibu, yang dapat
menggambarkan kesehatan janin.

D. Syarat Pemeriksaan CTG :


a. Usia kehamilan≥ 28 minggu.
b. Ada persetujuan tindak medik dari pasien (secara lisan).
c. Punktum maksimum denyut jantung janin (DJJ) diketahui.
d. Prosedur pemasangan alat dan pengisian data pada komputer (pada CTG
terkomputerisasi) sesuai buku petunjuk dari pabrik

E. Indikasi Pemeriksaan CTG :

Pemeriksaan CTG biasanya dilakukan pada kehamilan resiko tinggi, dan indikasinya
terdiri dari :

1. Pada IBU : a. Pre-eklampsia-eklampsia

b. Ketuban pecah

c. Diabetes melitus

d. Kehamilan≥ 40 minggu

e. Vitium cordis

f. Asthma bronkhiale

g. Inkompatibilitas Rhesus atau ABO


h. Infeksi TORCH

i. Bekas S

j. Induksi atau akselerasi persalinan

k. Persalinan preterm

l. Hipotensi

m. Perdarahan antepartum

n. Ibu perokok

o. Ibu berusia lanjut

p. Lain-lain : sickle cell, penyakit kolagen, anemia, penyakit ginjal,


paru, jantung, dan tiroid.

2. Pada Janin : a. Pertumbuhan janin terhambat (PJT)

b. Gerakan janin berkurang

c. Suspek lilitan tali pusat

d. Aritmia, bradikardi, atau takikardi janin

e. Hidrops fetalis

f. Kelainan presentasi, termasuk pasca versi luar.

g. Mekoneum dalam cairan ketuban

h. Riwayat lahir mati

i. Kehamilan ganda dll

F. Prosedur Melakukan CTG


Prosedur melakukan CTG mirip dengan pemeriksaan ultrasonografi (USG) pada
perut. Secara garis besar, prosedurnya meliputi:
a. Dokter akan mengoleskan gel di perut ibu hamil agar lempeng alat pemantau
yang menempel ke kulit akan memberikan sinyal yang baik.
b. Alat pemantau detak jantung janin akan diletakkan pada perut ibu. Alat ini
berupa tali elastis dengan lempengan pada tiap ujungnya.
c. Lempeng yang satu berfungsi memonitor detak jantung janin, dan lempeng
lainnya berperan mengukur tekanan dalam perut ibu.

G. Hasil yang didapatkan dari Pemeriksaaan cardiotocography


Pemeriksaan CTG dapat menunjukkan detak jantung janin. Berikut nilai-nilainya:
1. Detak jantung janin yang normal
 Jumlah detak jantung janin yang normal adalah 110-160 kali/menit.
2. Detak jantung janin tidak normal
 Kurang dari 110 kali/menit
 Lebih dari 160 kali/menit
3. Pola atau irama detak jantung yang tidak normal
4. Detak jantung janin tidak meningkat ketika janin bergerak atau
selama kontraksi
Hasil cardiotocography yang tidak normal mungkin menandakan janin tidak
mendapatkan cukup oksigen. Untuk mengatasinya, dokter bisa melakukan langkah-
langkah di bawah ini:
 Mengubah posisi ibu hamil
 Memberikan cairan lewat infus
 Memberikan oksigen
 Memberikan obat untuk merelaksasikan rahim dan mengurangi kontraksi
Bila penanganan tersebut tidak menunjukkan perbaikan, dokter bisa
mempertimbangkan untuk segera melakukan persalinan.Ketika pembukaan sudah
lengkap, dokter mungkin menggunakan forsep atau vakum khusus untuk membantu
proses kelahiran. Namun jika tidak, dokter mungkin mempertimbangkan operasi
caesar.
H. Mekanisme Pengaturan Denyut jantung janin diatur oleh banyak faktor, yaitu :
1. Sistem Saraf Simpatis
Distribusi saraf simpatis sebagian besar berada di dalam miokardium. Stimulasi
saraf simpatis, misalnya dengan obat beta-adrenergik, akan meningkatkan
frekuensi DJJ, menambah kekuatan kontraksi jantung, dan meningkatkan volume
curah jantung. Dalam keadaan stress, system saraf simpatis berfungsi
mempertahankan aktivitas pemompaan darah. Inhibisi saraf simpatis, misalnya
dengan obat propranolol, akan menurunkan frekuensi DJJ dan sedikit mengurangi
variabilitas DJJ.
2. Sistem saraf Parasimpatis
Sistem saraf parasimpatis terutama terdiri dari serabut nervus vagus yang berasal
dari batang otak. Sistem saraf ini akan mengatur nodus SA, nodus VA, dan neuron
yang terletak di antara atrium dan ventrikel jantung. Stimulasi nervus vagus,
misalnya dengan asetil kolin akan menurunkan frekuensi DJJ; sedangkan inhibisi
nervus vagus, misalnya dengan atropin, akan meningkatkan frekuensi DJJ.
3. Baroreseptor Reseptor ini letaknya pada arkus aorta dan sinus karotid. Bila
tekanan darah meningkat, baroreseptor akan merangsang nervus vagus dan nervus
glosofaringeus pada batang otak. Akibatnya akan terjadi penekanan aktivitas
jantung berupa penurunan frekuensi DJJ dan curah jantung
4. Kemoreseptor Kemoreseptor terdiri dari dua bagian, yaitu bagian perifer yang
terletak di daerah karotid dan korpus aortik; dan bagian sentral yang terletak di
batang otak. Reseptor ini berfungsi mengatur perubahan kadar oksigen dan
karbondioksida dalam darah dan cairan serebro-spinal. Bila kadar oksigen
menurun dan karbondioksida meningkat, akan terjadi refleks dari reseptor sentral
berupa takikardia dan peningkatan tekanan darah. Hal ini akan memperlancar
aliran darah, meningkatkan kadar oksigen, dan menurunkan kadar karbondioksida.
Keadaan hipoksia atau hiperkapnia akan mempengaruhi reseptor perifer dan 24
menimbulkan refleks bradikardia. Interaksi kedua macam reseptor tersebut akan
menyebabkan bradikardi dan hipotensi.
5. Susunan Saraf Pusat Aktivitas otak meningkat sesuai dengan bertambahnya
variabilitas DJJ dan gerakan janin. Pada keadaan janin tidur, aktivitas otak
menurun, dan variabilitas DJJ-pun akan berkurang
6. Sistem Pengaturan Hormonal Pada keadaan stres, misalnya hipoksia intrauterin,
medula adrenal akan mengeluarkan epinefrin dan nor-epinefrin. Hal ini akan
menyebabkan takikardia, peningkatan kekuatan kontraksi jantung dan hipertensi.
7. Sistem kompleks proprioseptor, serabut saraf nyeri, baroreseptor, stretchreceptors
dan pusat pengaturan(Lauren Ferrara, Frank Manning, 2005).

I. Akselerasi DJJ dimulai bila ada sinyal aferen yang berasal dari salah satu tiga sumber,
yaitu :
1. Priprioseptor dan ujung serabut saraf pada jaringan sendi
2. Serabut saraf nyeri yang terutama banyak terdapat di jaringan kulit, dan
3. Baroreseptor di aorta askendens dan arteri karotis, dan stretch receptors di
atrium kanan. Sinyal-sinyal tersebut diteruskan kecardioregulatory center
(CRC) kemudian kecardiac vagus dan saraf simpatis, selanjutnya menuju
nodus sinoatrial sehingga timbullah akselerasi DJJ

J. Karakteristik Gambaran DJJ Gambaran DJJ dalam pemeriksaan CTG dapat


digolongkan ke dalam 2 bagian besar, yaitu:
1. Denyut jantung janin dasar (baseline fetal heart rate). Yang termasuk disini
adalah frekuensi dasar dan variabilitas DJJ.
2. Perubahan periodik / episodik DJJ. Yang dimaksud dengan perubahan
periodik djj adalah perubahan djj yang terjadi akibat kontraksi uterus,
sedangkan perubahan episodik djj adalah perubahan DJJ yang bukan
disebabkan oleh kontraksi uterus (misalnya gerakan janin dan refleks tali
pusat).

Anda mungkin juga menyukai