Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Dalam rangka meningkatkan sistem usaha pembangunan masyarakat supaya lebih produktif
dan efisien, diperlukan teknologi. Pengenalan teknologi yang telah berkembang di dalam
masyarakat adalah teknologi yang telah dikembangkan secara tradisional, atau yang dikenal
dengan "teknologi tepat guna" atau teknologi sederhana dan proses pengenalannya banyak
ditentukan oleh keadaan lingkungan dan mata pencaharian pokok masyarakat tertentu.
Pertumbuhan dan perkembangan teknologi, ditentukan oleh kondisi dan tingkat isolasi dan
keterbukaan masyarakat serta tingkat pertumbuhan kehidupan sosial ekonomi masyarakat
tersebut. Untuk memperkenalkan teknologi tepat guna perlu disesuaikan dengan kebutuhan, yaitu
kebutuhan yang berorientasi kepada keadaan lingkungan geografis atau propesi kehidupan
masyarakat yang bersangkutan. Teknologi yang demikian itu merupakan barang baru bagi
masyarakat dan perlu dimanfaatkan dan diketahui oleh masyarakat tentang nilai dan
kegunaannya. Teknologi tersebut merupakan faktor ekstern dan diperkenalkan dengan maksud
agar masyarakat yang bersangkutan dapat merubah kebiasaan tradisional dalam proses
pembangunan atau peningkatan kesejahteraan masyarakat.

1.2Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengaplikasian CTG dalam kebidanan
2. Mengetahui pengaplikasian NST dalam kebidanan
3. Mengetahui pengaplikasian USG dalam kebidanan

BAB II
PEMBAHASAN
2.1Pemeriksaan NST (Non-Stress Test)
NST adalah cara pemeriksaan janin dengan menggunakan kardiotokografi, pada umur
kehamilan 32 minggu. Pemeriksaan ini dilakukan dengan maksud melihat hubungan perubahan
denyut jantung dengan gerakan janin. Pemeriksaan ini dapat dilakukan baik pada saat kehamilan
maupun persalinan.
2.1.1

Pengertian
Batasan : cara pemeriksaan janin dengan menggunakan kardiotokografi, pada
umur kehamilan 32 minggu. Pemeriksaan ini dilakukan dengan maksud melihat
hubungan perubahan denyut jantung dengan gerakan janin

2.1.2
Fungsi
1. Pemeriksaan NST dilakukan untuk menilai gambaran DJJ dalam hubungannya
dengan gerakan / aktivitas janin. Adapun penilaian NST dilakukan terhadap frekuensi
dasar DJJ (baseline), variabilitas (variability) dan timbulnya akselerasi yang sesuai
dengan gerakan / aktivitas janin (Fetal Activity Determination / FAD).
2. Dilakukan untuk menilai apakah bayi merespon stimulus secara normal dan apakah
bayi menerima cukup oksigen. Umumnya dilakukan pada usia kandungan minimal
26-28 minggu, atau kapanpun sesuai dengan kondisi bayi.
3. Yang dinilai adalah gambaran denyut jantung janin (djj) dalam hubungannya dengan
gerakan atau aktivitas janin. Pada janin sehat yang bergerak aktif dapat dilihat
peningkatan frekuensi denyut jantung janin. Sebaliknya, bila janin kurang baik,
pergerakan bayi tidak diikuti oleh peningkatan frekuensi denyut jantung janin.
2.1.3

Patofisiologi
Aktifitas dinamika jantung dipengaruhi oleh sistem saraf autonom yaitu simpatis
dan parasimpatis. Bunyi jantung dasar dan variabilitas dari jantung janin normal
terjadi bila oksigenasi jantung normal. Bila cadangan plasenta untuk nutrisi (oksigen)
cukup, maka stres intrinsik (gerakan janin) akan menghasilkan akselerasi bunyi
jantung janin, dan stres ekstrinsik (kontraksi rahim) tidak akan mengakibatkan
deselerasi.

2.1.4

Cara Melakukan
1. Persiapan tes tanpa kontraksi :
Sebaiknya pemeriksaan dilakukan pagi hari 2 jam setelah sarapan dan tidak boleh
diberikan sedativa.

2. Prosedur pelaksanaan :
1) Pasien ditidurkan secara santai semi fowler 45 derajat miring ke kiri
2) Tekanan darah diukur setiap 10 menit
3) Dipasang kardio dan tokodinamometer
4) Frekuensi jantung janin dicatat
5) Selama 10 menit pertama supaya dicatat data dasar bunyi
6) Pemantauan tidak boleh kurang dari 30 menit
7) Bila pasien dalam keadaan puasa dan hasil pemantauan selama 30 menit tidak
reaktif, pasien diberi larutan 100 gram gula oral dan dilakukan pemeriksaan
ulang 2 jam kemudian (sebaiknya pemeriksaan dilakukan pagi hari setelah 2
jam sarapan)
8) Pemeriksaan NST ulangan dilakukan berdasarkan pertimbangan hasil NST
secara individual
2.1.5
Indikas
Semua pasien yang ada kaitannya dengan insufisiensi plasenta.
2.1.6
Komplikasi
Hipertensi ortostatik.
2.1.7

Cara Membaca
1. Pembacaan hasil :
a. Reaktif, bila :
1) Denyut jantung basal antara 120-160 kali per menit
2) Variabilitas denyut jantung 6 atau lebih per menit
3) Gerakan janin terutama gerakan multipel dan berjumlah 5 gerakan atau lebih
dalam 20 menit
4) Reaksi denyut jantung terutama akselerasi pola omega pada NST yang
reaktif berarti janin dalam keadaan sehat, pemeriksaan diulang 1 minggu
kemudian
5) Pada pasien diabetes melitus tipe IDDM pemeriksaan NST diulang tiap hari,
tipe yang lain diulang setiap minggu
b. Tidak reaktif, bila :
1) Denyut jantung basal 120-160 kali per menit
2) Variabilitas kurang dari 6 denyut /menit
3) Gerak janin tidak ada atau kurang dari 5 gerakan dalam 20 menit
4) Tidak ada akselerasi denyut jantung janin meskipun diberikan rangsangan
dari luar.
Antara hasil yang reaktif dan tidak reaktif ini ada bentuk antar yaitu kurang
reaktif. Keadaan ini interpretasinya sukar, dapat diakibatkan karena
pemakaian obat seperti : barbiturat, demerol, penotiasid dan metildopa.

Pada keadaan kurang reaktif dan pasien tidak menggunakan obat-obatan


dianjurkan NST diulang keesokan harinya. Bila reaktivitas tidak membaik
dilakukan pemeriksaan tes dengan kontraksi (OCT)
c. Sinusoidal, bila :
1) Ada osilasi yang persisten pada denyut jantung asal
2) Tidak ada gerakan janin
3) Tidak terjadi akselerasi, janin dalam keadaan bahaya. Bila paru-paru janin
matur, janin dilahirkan. Gambaran ini didapatkan pada keadaan
isoimunisasi-RH.
Jika pemeriksaan menunjukkan hasil yang meragukan, hendaknya diulangi
dalam waktu 24 jam. Atau dilanjutkan dengan pemeriksaan CST
(Contraction Stress Test). Bayi yang tidak bereaksi belum tentu dalam
bahaya, walau begitu pengujian lebih lanjut mungkin diperlukan.
d. Hasil pemeriksaan NST disebut abnormal (baik reaktif ataupun non reaktif)
apabila ditemukan :
1) Bradikardi
2) Deselerasi 40 atau lebih di bawah (baseline), atau djj mencapai 90 dpm,
yang lamanya 60 detik atau lebih. Pada pemeriksaan ini sebaiknya
dilakukan terminasi kehamilan bila janin sudah viable atau pemeriksaan
ulang setiap 12-24 jam bila janin belum viable.

2.2 Cardiotocography (CTG)

CTG atau cardiotocography adalah alat perekam dan pencetak detak jantung janin, dan kontraksi
Rahim ibu. cardio berarti detak jantung janin, toco berarti kontraksi Rahim, dan graphy berarti
perekaman .Perekaman ini dilakukan dengan dua elektroda yang berbeda. Elektroda yang satu
untuk merekam denyut jantung janin, dan elektroda yang satunya untuk merekam kontraksi

Rahim ibu. Selain itu, ada pula semacam alat pengendali jarak jauh atau remote control, yang
harus ditekan oleh ibu saat akan merasakan gerakan janin.
Pemantauan dengan CTG umumnya dilakukakan dari luar (external monitoring), yaitu
dengan ikatan satu elektroda pada kulit perut ibu,
tempat

elektroda

ini

mendeteksi

adanya

penegangan otot pada perut ibu, tetapi pada


posisi

tertentu, tempat denyut jantung janin dapat


terdereksi. Biasanya, perawat,bidan atau dokter
kandungan sudah mengetahui posisi jantung
janin.
Pemantauan dilakukan selama lebih kurang

20

menit. Selain itu, rekaman CTG akan tercetak secara otomatis di atas kertas dan

direkam di computer untuk digunakan oleh dokter saat pemantauan janin.


CTG adalah metode pemantauan janin selama perasalinan, entah itu persalinan normal
ataupun yang bermasalah. Kendati alat ini menggunakan gelombang ultrasound untuk
mendetekasi gerak denyut jantung janin, yang kemudian menerjemahkan dalam bentuk suara
yang dapat kita dengar. Bedanya, CTG dapat menetak denyut jantung janin dalam bentuk grafik.
Pendeteksian detak jantung janin ini digunakan oleh dokter kandungan untuk mengetahui
kesehatan janin dan apakah janin

di dalam kandungan mampu menyesuaikan diri dengan

tekanan dalam proses persalinan (kontraksi umumnya membuat janin tidak nyaman). Janin yang
sehat dan mendapat asupan oksigen yang cukup akan menunjukkan detak jantung normal dengan
kecepatan detak jantung 120-160 per menit. Janin yang sehat juga biasanya tetap aktif di dalam
kandungan selama masa kontraksi. Gerakan janin ini akan direkam oleh CTG, yaitu dengan
mencatat adanya peningkatan detak jantung yang perlahan lahan akan kembali normal ketika
janin berhenti bergerak.
Janin dengan asupan oksigen yang vukup akan mengalami ,minimal, dua kali
peningkatan detak jantung (gerakan aktif) dalam hitungan 15 detak per menit, setiap 20
menitnya. Lazimnya,kenaikan detak ini terjadi bersamaan dengan gerak janin. Sementara itu,
janin yang kurang mendapat asupan oksigen tidak akan bergerak aktif atau bahkan tidak bergerak
sama sekali. Namun, kadang-kadang, walaupun asupan oksigen janin mencukupi, detak jantung
janin bisa saja turun. Tidak semua penurunan detak ini mengkhawatirkan. Penting atau tidaknya
5

penurunan detak ditentukan oleh adanya kontraksi. Jika penurunan detak jantung tersebut
terlambat muncul, hal itu dapat dianggap berbahaya.
Keterlambatan penurunan detak jantung janin muncul pada akhir masa kontraksi dan
akan bertahan sampai kontraksi berhenti. Adanya penurunan detak jantung yang berulang adalah
tanda-tanda kelainan pada plasenta. Plasenta bisa saja tidak memberikan cukup oksigen pada
masa kontraksi sehingga janin tidak dapat bernapas. Jika hal ini sampai terjadi, diperlukan
pemeriksaan tambahan untuk pemeriksaan tambahan untuk memastikan janin dalam keadaan
sehat dan persalinan dapat berjalan lancer.
Pemantauan detak jantung janin dengan dengan CTG merupakan proses yang tidak
menyakitkan sama sekali. Seperti yang tampak pada gambar sebelumnya, alat dipasang pada
perut ibu, tempat elektroda atas akan mendeteksi kontraksi ibu sementara elektroda bawah akan
mendeteksi detak jantung janin.
Berikut ini adalah contoh hasil CTG :
Detak jantung normal janin adalah sekitar 120-160 detak per menit. Namun, detak jantung janin
tidak selalu sama karrena detak ini menjadi lebih cepat atau menjadi lebih lambat akibat gerakan
dan respons janin yang berkaitan dengan kadar oksigen.
Dibawah ini adalah contoh hasil pemantauan kontraksi ibu. munculnya kontraksi ditandai oleh
grafik yang meninggi atau adanya puncak grafik. Ini adalah pemantauan kontraksi yang normal.

2.3 USG
2.3.1

Pengertian ultrasonik

Ultrasonik adalah suara atau getaran dengan frekuensi yang terlalu tinggi untuk bisa
didengar oleh telinga manusia, yaitu kira-kira di atas 20 kiloHertz. Hanya beberapa
hewan, seperti lumba-lumba menggunakannya untuk komunikasi, sedangkan kelelawar
menggunakan gelombang ultrasonik untuk navigasi. Dalam hal ini, gelombang
ultrasonik merupakan gelombang ultra (di atas) frekuensi gelombang suara (sonik).
2.3.2

Pengertian ultrasonografi

Ultrasonografi medis (sonografi) adalah sebuah teknik diagnostik (Diagnosis adalah


identifikasi mengenai sesuatu) pencitraan menggunakan suara ultra yang digunakan
untuk mencitrakan organ internal dan otot, ukuran mereka, struktur, dan luka patologi
(Patologi merupakan cabang bidang kedokteran yang berkaitan dengan ciri-ciri dan
perkembangan penyakit melalui analisis perubahan fungsi atau keadaan bagian tubuh)
membuat teknik ini berguna untuk memeriksa organ. Sonografi obstetrik biasa
digunakan ketika masa kehamilan.
Ultrasonografi atau yang lebih dikenal dengan singkatan USG digunakan luas
dalam medis. Dalam kasus kehamilan, Ultrasonografi (USG) digunakan oleh dokter
spesialis kandungan (DSOG/Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi) untuk
memperkirakan usia kandungan dan memperkirakan hari persalinan. Dalam dunia
kedokteran secara luas, alat USG (ultrasonografi) digunakan sebagai alat bantu untuk
melakukan diagnosa atas bagian tubuh yang terbangun dari cairan. Pilihan frekuensi
menentukan resolusi gambar dan penembusan ke dalam tubuh pasien. Diagnostik
sonografi umumnya beroperasi pada frekuensi dari 2 sampai 13 megahertz.
2.3.3

Sejarah USG

USG Pertama kali digunakan dalam bidang teknik untuk radar, yaitu teknik SONAR
( Sound, Navigation and Ranging) oleh Langevin (1918), seorang Perancis, pada waktu
perang dunia ke I, untuk mengetahui adanya kapal selam musuh. Kemudian digunakan
dalam pelayaran untuk menentukan kedalaman laut. Menjelang perang dunia ke II
(1937), teknik ini digunakan pertama kali untuk pemeriksaan jaringan tubuh, tetapi
hasilnya belum memuaskan. Berkat kemampuan dan kemajuan teknologi yang pesat,
setelah perang dunia ke II, USG berhasil digunakan untuk pemeriksaan alat-alat tubuh.
7

Hoery dan Bliss pada tahun 1952, telah melakukan pemeriksaan USG pada beberapa
organ, misalnya pada hepar dan ginjal. Sekarang USG merupakan alat praktis dengan
pemeriksaan klinis yang luas.
2.3.4
Cara Kerja USG
1. Transduser
Transduser adalah komponen USG yang ditempelkan pada bagian tubuh yang akan
diperiksa, seperti dinding perut atau dinding poros usus besar pada pemeriksaan prostat.
Di dalam transduser terdapat kristal yang digunakan untuk menangkap pantulan
gelombang yang disalurkan oleh transduser. Gelombang yang diterima masih dalam
bentuk gelombang akusitik (gelombang pantulan) sehingga fungsi kristal disini adalah
untuk mengubah gelombang tersebut menjadi gelombang elektronik yang dapat dibaca
oleh komputer sehingga dapat diterjemahkan dalam bentuk gambar.

2. Monitor yang digunakan dalam USG


Monitor adalah layar yang digunakan untuk menampilkan bentuk gambar dari hasil pengolahan
data komputer.

3. Mesin USG
Mesin USG merupakan bagian dari USG dimana fungsinya untuk mengolah data yang diterima
dalam bentuk gelombang. Mesin USG adalah CPUnya USG sehingga di dalamnya terdapat
komponen-komponen yang sama seperti pada CPU pada PC.

2.3.5
Jenis Pemeriksaan USG
1. USG 2 Dimensi
Menampilkan gambar dua bidang (memanjang dan melintang). Kualitas gambar yang
baik sebagian besar keadaan janin dapat ditampilkan.
2. USG 3 Dimensi
Dengan alat USG ini maka ada tambahan 1 bidang gambar lagi yang disebut koronal.
Gambar yang tampil mirip seperti aslinya. Permukaan suatu benda (dalam hal ini tubuh
janin) dapat dilihat dengan jelas. Begitupun keadaan janin dari posisi yang berbeda. Ini
dimungkinkan karena gambarnya dapat diputar (bukan janinnya yang diputar).
3. USG 4 Dimensi
Sebetulnya USG 4 Dimensi ini hanya istilah untuk USG 3 dimensi yang dapat bergerak
(live 3D). Kalau gambar yang diambil dari USG 3 Dimensi statis, sementara pada USG 4

Dimensi, gambar janinnya dapat bergerak. Jadi pasien dapat melihat lebih jelas dan
membayangkan keadaan janin di dalam rahim.
4. USG Doppler
Pemeriksaan USG yang mengutamakan pengukuran aliran darah terutama aliran tali
pusat. Alat ini digunakan untuk menilai keadaan/kesejahteraan janin. Penilaian
kesejahteraan janin ini meliputi:
1) Gerak napas janin (minimal 2x/10 menit).
2) Tonus (gerak janin).
3) Indeks cairan ketuban (normalnya 10-20 cm).
4) Doppler arteri umbilikalis.
5) Reaktivitas denyut jantung janin.
2.3.6
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Manfaat USG
Mengukur ukuran fetus (janin) untuk menentukan waktu kelahiran
Menentukan posisi fetus, apakah kepala sudah menghadap ke bawah atau belum
Melihat jumlah fetus di uterus
Mengecek jenis kelamin bayi (jika organ kelamin bisa terlihat dengan jelas)
Mengecek pertumbuhan janin
Menentukan apakah ada cukup cairan ketuban dalam uterus untuk melindungi bayi
Memonitoring bayi saat prosedur pelaksanaan amniosentesis (mengambil sampel cairan
ketuban menggunakan jarum untuk tes genetik). Dengan penggunaan gelombang
ultrasonik, prosedur sekarang tidak menggunakan jarum, sehingga resiko pelaksanaan

prosedur menurun sangat drastis.


8. Melihat adanya tumor pada ovarium dan payudara.
9. Melihat adanya struktur yang abnormal pada hati
10. Mengukur laju aliran darah di pembuluh darah
11. Mengukur laju aliran darah di ginjal
12. Mencari batu ginjal
13. Mendeteksi kanker prostat lebih dini

2.4 USG sebagai alat skrining dalam kehamilan


2.4.1

Definisi

Pemeriksaan USG kehamilan yang dilakukan untuk melihat secara detail keseluruhan
organ (anatomi) janin, dan kesejahteraan janin dalam rahim.

10

2.4.2

Tujuan

Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat apakah janin dalam keadaan normal dan tidak
didapatkan kelainan/kecacatan bawaan yang berat. Sebagian besar janin normal dan
sehat, namun sebagian kecil memiliki masalah, terutama pada kehamilan yang berisiko
tinggi.

2.4.3

Syarat

Untuk mendapatkan hasil yang optimal maka usia kehamilan saat USG sebaiknya antara
20-28 minggu. Usia kehamilan yang terlalu dini menyebabkan evaluasi organ tidak
optimal, karena gambaran yang masih terlalu kecil. Usia kehamilan > 28 minggu juga
kurang optimal karena bayi sudah terlalu besar dan memenuhi rahim sehingga
terkadang sulit mendapatkan gambar organ yang baik.

2.4.4

Prosedur

Dalam pemeriksaan ini janin akan dinilai secara detail per organ untuk mengetahui
normal tidaknya. Organ yang akan dievaluasi:
Kepala dan otak
Wajah
Leher dan tulang belakang
Rongga dada
Jantung
Dinding perut
Saluran pencernaan
Saluran kemih
Saluran reproduksi
Alat gerak
Kelamin

11

Selain itu juga akan dinilai: letak & posisi plasenta (ari2), normal tidaknya plasenta, tali
pusat, cairan ketuban, dan aliran darah pada rahim maupun janin. Dari hasil
pemeriksaan dapat diketahui usia kehamilan, taksiran berat badan janin, dan
kesejahteraan janin dalam rahim.
2.4.5

Waktu

Karena pemeriksaan ini dilakukan secara detail maka prosedur ini membutuhkan waktu
30 60 menit tergantung kasus. Terkadang tidak selalu pemeriksaan bisa diselesaikan
dalam satu kali pertemuan, jika hal itu terjadi maka dapat dilakukan pemeriksaan ulang
di kemudian hari.
2.4.6

Akurasi Dan Faktor Penyulit

Pemeriksaan USG hanya menyimpulkan temuan yang ada saat itu, sehingga bisa saja
muncul temuan baru di kemudian hari yang belum terdeteksi. Dan akurasi pemeriksaan
USG skrining hanya sekitar 50-60%, artinya tetap ada kemungkinan tidak terdeteksinya
suatu kelainan sekitar 40-50%. Ini disebabkan banyak faktor: posisi bayi sulit, bayi yang
terus bergerak, ibu obesitas (gemuk), posisi plasenta di depan, dan hal lain yang
menurunkan kualitas gambar usg. USG skrining juga hanya mendeteksi kelainan yang
muncul pada saat dilakukan pemeriksaan. Sehingga jika kelainan baru muncul pada
trimester ketiga maka tidak akan tampak pada saat pemeriksaan, meskipun hal ini
sangat jarang terjadi. Karena itu idealnya dilakukan satu kali lagi pemeriksaan pada
trimester ketiga.

2.4.7
USG 4D
Sebagai bonus/tambahan/pelengkap usg skrining akan dilakukan pemeriksaan USG 4D
wajah, dan kelamin janin. Gambaran USG 4D wajah dan kelamin tidak selalu dapat
ditampilkan pada saaat pemeriksaan karena banyak faktor yang dapat menyulitkan
(menyebabkan gambaran 4D tidak bisa didapat) seperti: posisi janin telungkup/wajah
menghadap belakang, wajah ditutup tangan/kaki janin, posisi ari2 di depan, posisi
kepala sudah masuk panggul, gerak bayi yang terlalu aktif, dan lain sebagainya. Karena
bersifat sebagai pelengkap dan bukan tujuan utama pemeriksaan skrining, maka
gambaran 4D ini tidak selalu berhasil didapatkan.
12

BAB III
PENUTUP
3.1Kesimpulan
NST adalah cara pemeriksaan janin dengan menggunakan kardiotokografi, pada umur
kehamilan 32 minggu. Pemeriksaan ini dilakukan dengan maksud melihat hubungan perubahan
denyut jantung dengan gerakan janin. Pemeriksaan ini dapat dilakukan baik pada saat kehamilan
maupun persalinan.
Hasil NST yang reaktif biasanya diikuti oleh keadaan janin yang masih baik sampai 1
minggu kemudian (dengan spesifitas sekitar 90%), sehingga pemeriksaan ulang dianjurkan 1
minggu kemudian. Namun bila ada faktor resiko seperti hipertensi/gestosis, DM, perdarahan atau
oligohidramnion hasil NST yang reaktif tidak menjamin bahwa keadaan janin akan masih tetap
baik sampai 1 minggu kemudian, sehingga pemeriksaan ulang harus lebih sering (1 minggu).
CTG atau cardiotocography adalah alat perekam dan pencetak detak jantung janin, dan
kontraksi Rahim ibu. cardio berarti detak jantung janin, toco berarti kontraksi Rahim, dan
graphy

berarti perekaman .Perekaman ini dilakukan dengan dua elektroda yang berbeda.

Elektroda yang satu untuk merekam denyut jantung janin, dan elektroda yang satunya untuk
merekam kontraksi Rahim ibu. Selain itu, ada pula semacam alat pengendali jarak jauh atau
remote control, yang harus ditekan oleh ibu saat akan merasakan gerakan janin.
Pemeriksaan USG kehamilan yang dilakukan untuk melihat secara detail keseluruhan
organ (anatomi) janin, dan kesejahteraan janin dalam rahim. Bertujuan untuk melihat apakah
janin dalam keadaan normal dan tidak didapatkan kelainan/kecacatan bawaan yang berat.
Sebagian besar janin normal dan sehat, namun sebagian kecil memiliki masalah, terutama pada
kehamilan yang berisiko tinggi.

13

DAFTAR PUSTAKA
https://zaifbio.wordpress.com/tag/janin/
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/inrachma/material/assessmentoffetalstatuss1c
ompatibilitymode.pdf
Andriana,evariny.2012.Melahirkan Tanpa Rasa Sakit. Jakarta: Bhuana Ilmu
Populer.
http://rsia.kendangsari.com/usg-skrining/

14

Anda mungkin juga menyukai