Anda di halaman 1dari 29

DISUSUN OLEH : ANDI FAUZIYAR OCTAVIANY (20164011068)

PEMBIMBING: DR. WINARNI RISANTO SP.OG

CARDIOTOCOGR
APHY (CTG)
CARDIOTOCOGRAP
HY
Cardiotocography (CTG) is a
technical means of recording (-
graphy) the fetal heartbeat (-cardio)
and the uterine contractions (-toco)
during pregnancy, typically in the
third trimester

Merupakan pemeriksaan denyut


jantung janin untuk menilai
kesejahteraannya (fetal-wellbeing)

Merupakan salah satu alat elektronik


yang digunakan untuk menilai pola
DJJ dalam hubungannya dengan
adanya kontraksi ataupun aktivitas
janin
Pada awalnya pemeriksaan CTG dikerjakan pada saat persalinan, namun
kemudian terbukti bahwa pemeriksaan CTG ini memiliki banyak manfaatnya
pada masa kehamilan khususnya pada kasus-kasus dengan faktor resiko
untuk terjadinya gangguan kesejahteraan janin dalam rahim, seperti:
1. Hipertensi dalam kehamilan
2. Kehamilan lewat waktu
3. Pertumbuhan janin dalam rahim terhambat
4. KPD
5. Gerakan janin berkurang
6. Kehamilan dengan anemia
7. Kehamilan ganda
8. Oligohidramnion (air ketuban sedikit)
9. Polihidramnion (air ketuban banyak)
10. Kehamilan dengan penyakit ibu
KLASIFIKASI CTG

Non Stress Test (NST)


Contraction Stress Test (CST)
Oxytocin Challenge Test (OCT)
NON STRESS TEST (NST)
Pemeriksaan NST adalah pemeriksaan kesejahteraan janin dimulai sejak kehamilan 28minggu
(sebelum proses persalinan) dengan cara merekam perubahan denyut jantung janin dan
gerakan janin serta korelasinya menggunakan alat kardiotokograf Dinilai: frekuensi dasar
(baseline), variabilitas, dan timbulnya akselerasi DJJ akibat gerak janin yang diukur selama
min 20

Tujuan: untuk menilai kesejahteraan janin dalam kehamilah yaitu; mengobservasi perubahan
denyut jantung janin selama gerakan janin, mengetahui pemenuhan kebutuhan oksigen janin,
mencegah IUFD, mencegah dan mengurangi angka kematian ibu dan bayi, serta mengetahui
tanda-tanda abnormal pada janin sejak dini

Keuntungan: relatif cepat, tidak mahal, interpretasi mudah, bisa untuk klien rawat jalan dan
tidak ada efek samping

Kerugian: kadang sulit memperoleh jejak yang pas, pasien harus dalam posisi bersandar
selama 2030 mennit dan janin mungkin tidur selama tes

Indikasi:
IBU > PE-Eklamsia, KPD, DM, Hamil >40 mg, DC, Asma Bronkhial, Inkompatibilitas rhesus /
ABO, infeksi TORCH, bekas SC, dll
JANIN > IUGR, gerakan janin berkurang, suspek lilitan tali pusat, aritmia, bradikardi, atau
takikardi janin, hidrops fetalis
Prosedur:
1. Periksa kesadaran dan tanda vital ibu
2. Lakukan px leopold untuk menentukan letak, presentasi dan punktum maksimum DJJ
3. Hitung DJJ selama satu menit penuh secara manual
4. Pasang transduser untuk tokometri di daerah fundus uteri dan DJJ di daerah punktum
maksimum. Pemasangan tokometer/tokotransduser di pasang di fundus dan
kardiometri/kardiotransduser dipasang di tempat punktum maksimum DJJ
5. Setelah transduser terpasang baik, ubah posisi ibu menjadi setengah duduk dan
beritahu ibu bila janin terasa bergerak, tekan bel yang telah disediakan sesuai jumlah
gerakan janin yang dirasakan oleh ibu hamil selama perekaman CTG
6. Aktifkan listrik dan hidupkan stabilizer UPS sampai semua lampu hijau menyala dan
selanjutnya hidupkan alat CTG dengan menekan tombol I/0. Tunggu hingga parameter
ada pada display / monitor CTG
7. Ukur TD pada awal px dan 15 menit kemudian
8. Lakukan pencetakan hasil rekaman CTG dengan menekan tombol RECORD dan
kemudian menekan tombol UA REFERENCE pada saat tidak ada kontraksi uterus
9. Lama perekaman adalah 20mnt (tergantung keadaan janin dan hasil yg ingin dicapai)
10. Setelah selesai, matikan alat CTG dan matikan stabilizer UPS
11. Lepaskan tokometer/tokotransduser (TOCO/UC/UA) dan kardiometer/
kardiotransduser (US/FHR)
12. Lakukan dokumentasi data laporan pada buku register CTG dan di arsip di RM
13. KOnsultasikan hasil rekaman CTG kepada dokter spesialis obsgyn
Basil pemeriksaan NST disebut ABNORMAL (baik reaktif maupun
non reaktif) apabila ditemukan:
- Bradikardi
- Deselerasi 40 dpm / lebih di bawah frekuensi dasar (baseline),
tau DJJ mencapai 90 dpm yang lamanya 60 detik / lebih.
Hasil NST yang reaktif biasanya diikuti oleh keadaan janin yang
masih baik sampai 1 minggu kemudian, sehingga pemeriksaan ulang
dianjurkan 1 minggu kemudian jika ada faktor resiko superti
hipertensi, diabetes, perdarahan, maupun oligohidramnion
Basil NST non reaktif mempunyai nilai prediksi positif yang rendah <
30%, seringa perdu dilakukan px lanjutan dengan CST tau px lainnya
seperti USG Doppler.
CONTRACTION STRESS TEST (CST)
Pemeriksaan CST adalah pemeriksaan kesejahteraan janin dalam persalinan dengan cara
merekam perubahan denyut jantung janin dalam persalinan dengan cara merekam perubahan
denyut jantung janin dan kotraksi uterus serta korelasinya menggunakan alat kardiotokograf

Tujuan:untuk menilai kesejahteraan janin dalam proses persalinan yaitu: mengobservasi DJJ saat
kontraksi uterus, mengetahui pemenuhan kebutuhan oksigen janin, mencegah dan mengurangi
angka kematian ibu dan bayi, serta mengetahui tanda-tanda abnormal pada janin sejak dini

Dinilai: Frekuensi dasar, variabilitas & perubahan periodik DJJ akibat kontraksi uterus
Tes pembebanan dengan stimulasi puting atau memberikan oksitosin
Indikasi: untuk kehamilan beresiko insufisiensi plasenta atau kelainan janin yang berhubungan
dengan:
- IUGR, DM, Postmatur
- NST non reaktif
- Abnormal / susp. BPP (biophysical profile: pengkajian 5 variabel janin gerak napas,
gerak tubuh, tonus, vol. amnion & reaktivitas DJJ

Kontra Indikasi:
- Perdarahan trimester III
- Bekas SC dengan insisi klasik
- Kejadian yang meningkatkan resiko persalinan prematur: PROM, Incompetent
cervix, gameli
Hasil CST yang negatif menggambarkan keadaan janis yang
masih baik sampai 1 minggu kemudian (spesifitas 99%),
sedangkan hasil CST yang positif biasanya disertai outcome
perinatal yang tidak baik dengan nilai prediksi positif +/- 50%
METODE
Rekaman CTG dilakukan dengan dua
transduser yang terpisah;
- satu untuk menilai DJJ
- satunya lagi untuk menilai kontraksi
uterus ibu

Masing-masing trasnduser terbagi atas


eksternal (indirect) dan internal (direct)
1. Eksternal: dinilai dengan menempelkan
dua sensor pada dinding perut; indirek
2. Internal : untuk melihat derajat dilatasi
serviks. Karena kateter dimasukkan ke
dalam kavum uterus, maka sebras
munglin electrode mencapai kepala bayi
untuk menilai secara akurat DJJ.
Penilaian internal ini lebih akurat dan
lebih dianjurkan ketika ada komplikasi
pada janin
INTERPRETASI

1. Uterine activity (Contractions)/ kontraksi uterus


2. Baseline fetal heart rate / frekuensi dasar DJJ
3. Baseline FHR variability / variabilitas DJJ
4. Presence of accelerations
5. Periodic or episodic decelerations
1. UTERINE CONTRACTIONS
(KONTRAKSI UTERUS/HIS)
Kontraksi uterus mempunyai interval 3 - 5 menit, durasi 30 - 6- detik,
dan intensitas 40 - 60 mmHg
Frekuensi: jarak antara dimulainya satu kontraksi s/d dimulainya
kontraksi berikutnya
Durasi: jumlah waktu saat dimulainya kontraksi sampai akhir
kontraksi tersebut
Intensitas/amplitudo: menilai seberapa kuat kontraksi (mild,
moderate, strong)
N: kurang dari sama dengan 5 kontraksi dalam 10 menit
Hiperstimulasi: 6/> kontraksi rahim dalam 10 menit
Tachysystole: <5 kontraksi dalam 10 menit
2. BASELINE FETAL HEART RATE (FREK.
DASAR DJJ)

Rata-rata antara puncak dan depresi selama periode


waktu tertentu (tapi tidak termasuk pada saat akselerasi
maupun deselerasi) pada fetal rate
Merupakan rentang denyut jantung yang terjadi antara
kontraksi uterus
N: 110-160 bpm
FHR - BRADYCARDIA FHR - TACHYCARDIA
1. Fetal Hipoksia: (late sign) 1. Fetal Hipoksia

2. Medications: ex; Narkotik, Propanolol,


Anestesi lokal (memblok reseptor pada 2. Medications: ex; atropin,
otot jantung janin untuk menerima betamimetik
epinefrin)
3. Epidural: (anestesi regional > 3. Prematuritas: bayi prematur > sist
vasodilatasi) saraf imatur > meingkatkan FHR
4. Syntetic Oxytocin (Pitocin): 4. Maternal Anxiety: releasing
hiperstimulasi myometrium > hipoksia epinephrin
5. Maternal Hypotension: tekanan pada 5. Fetal Infection: early sign of an
uterus (v.cava) intrauterine infection
6. Prolapsed Umbilical Cord or
Prolonged Compression of Umbilical
6. Maternal Fever: meningkatkan
Cord: mek. regulator fatal > stimulasi
metbolisme > peningkatan FHR
vagal > sist. saraf parasimpatik >
bradikardia

7. Fetal Movement/Stimulation
3, BASELINE FHR VARIABILITY
(VARIABILITAS DJJ)
adalah gambaran osilasi yang tidak teratur, yang tampak pada
rekaman denyut jantung janin
Diduga terjadi akibat keseimbangan interaksi dari sistem simpatis
(kardioakselerator) dan parasimpatis (kardiodeselerator)
Variabilitas DJJ yang normal menunjukkan system persarafan janin
mulai dari korteks - batang otak - n.vagus dan sistem konduksi
jantung semua dalam keadaan baik
Berkurangnya variabilitas DJJ dapat juga disebabkan oleh beberapa
keadaan yang bukan karena hipoksia, misalnya: Janin tidur (keadaan
fisiologik dimana activistas Kotak berkurang), Kehamilan preterm
(SSP belum sempurna), Janin anensefalus, Blokade n. vagus,
Kelainan jantung bawaan, serta pengaruh obat-obatan ex: narkotik,
diazepam, MgSO4,dll.
Dibedakan menjadi 2 bagian:
1. Variabilitas jangka pendek: merupakan perbedaan interval antar denyut
yang terlihat pada gambar CTG yang menunjukkan variasi dari frekuensi
antar denyut pada DJJ. Rata-rata siklus N: 2 - 3 dpm.
Variabilitas jangka pendek biasanya menghilang aika janin mengalami
kematian salam rahim

2. Variabilitas jangka panjang: gambaran osilasi yang lebih kasar dan lebih
jelas tampak pada CTG dibanding variabilitas jangka panjang. Rata-rata
siklus N: 3 - 6 dpm
Normal : bila amplitudo 6-25 dpm
Berkurang : bila amplitudo 2 - 5 dpm
Menghilang : bila amplitudo < 2 dpm
Saltatory : bila amplitudo > 25dpm
4. AKSELERASI
Merupakan respon simpatetik, dimana terjadi peningkatan
frekuensi DJJ, suatu respon fisiologik yang baik (reaktif). Ciri-ciri
akselerasi normal: amplitudo > 15 dpm, lamanya sekitar 15
detik, dan terjadi paling tidak 2 kali dalam waktu rekaman 20
menit.

Akselerasi menunjukkan respon fetal dan intergritas pada


mekanisme kontrol jantung

Akselerasi yang seragam (Uniform Acceleration): terjadinya


akselerasi sesuai dengan kontraksi uterus
Akselerasi yang bervariasi (Variable Acceleration): terjadinya
akselerasi sesuai dengan gerakan atau rangsangan pada janin
5. DESELERASI
Merupakan respon parasimpatis (n. vagus) melalui reseptor-reseptor (baro/kemoreseptor) sehingga
menyebabkan penurunan frekuensi DJJ
Deselerasi Dini: sering terjadi pada persalinan normal/fisiologis dimana terjadi kontraksi uterus yang
periodik dan normal. Deselerasi ini disebabkan oleh penekanan kepala janin oleh jalan latir yang
mengakibatkan hipoksia dan merangsang refleks vagal. Ciri-ciri:
- timbul dan menghilangnya bersamaan/sesuai dengan kontrakts uterus
- penurunan amplitudo tijdvak lebih dari 20 dpm
- lamanya deselerasi < 90 detik
- frekuensi dasar dan variabilitas mash normal
Deselerasi Variabel: sering terjadi akibat penekanan tali pusat pada masa kehamilan / kala I.
Penekanan tali puszta bisa karena lilitan tali pusat, tali puszta tumbung, atau jumlah air ketuban
berkurang.
- gambaran deselerasi bervariasi, baik saat timbulnya, lamanya, amplitudo, maupun
bentuknya
- saat dimulai dan berakhirnya deseerasi terjadi dengan cepat, penurunan frekuensi dasar
DJJ (amplitudo) bisa sampan 60 dpm
- biasanya terjadi akselerasi sebelum atau sesudah terjadinya deselerasi
- bila terjadi berulang terlalu sering tau deselerasi variabel memanjang, waspeda
kemungkinan terjadinya hipoksia janin yang berlanjut

Penanganan: perubahan posisi ibu, reposisi tali pusat, oksigenasi pada ibu, amnio-infusion bila
oligohidramnion, dan terminasi persalinan jika diperlukan
Deselerasi lambat: dapat terjadi pada beberapa keadaan
patologis. Bila terjadi kontrakts uterus > aliran darah ke
plasenta berkurang > hipoksia janin > rangsangan pada
kemoreseptor dan n.vagus > deselerasi lambat
Ciri-ciri:
- timbulnya 20 - 20 detik setelah kontraksi uterus dimulai
- berakhirnya sekitar 20 - 30 detik setelah kontraksi uterus
menghilang
- lamanya < 90 detik (rata-rata 40 - 60 detik)
- timbulnya berulang setiap kontraksi
- frekuensi dasar DJJ biasanya normal / takikardi ringan,
tapi pada hipoksia berat bisa terjadi bradikardi
INTERPRETASI HASIL
1). Kategori I : Pola DJJ Normal
1.1 Frekuensi dasar normal: 110 - 160 dpm 1.2 Variabilitas DJJ normal: moderat (5 -
25 dpm) 1.3 Tidak ada atau ada deselerasi dini 1.4 Ada atau tidak ada akselerasi

2). Kategori II : Pola DJJ Ekuivokal Frekuensi Dasar dan Variabilitas 1.1 Frekuensi
dasar: Bradikardia (<110 dpm) yang tidak disertai hilangnya variabilitas (absent variablity)
1.2 Takhikardia (>160 dpm) 1.3 Variabilitas minimal (1-5 dpm) 1.4 Tidak ada
variabilitas tanpa disertai deselerasi berulang 1.5 Variabilitas > 25 dpm Perubahan
Periodik 1.1 Tidak ada akselerasi DJJ setelah janin distimulasi 1.2 Deselerasi
variabel berulang yang disertai variabilitas minimal atau moderat 1.3 Deselerasi lama
(prolonged deceleration) > 2 mnt - < 10 mnt 1.4 Deselerasi lambat berulang disertai
variabilitas DJJ moderat (moderate baseline variability) 1.5 Deselerasi variabel disertai
gambaran lainnya, misal kembalinya DJJ ke frekuensi dasar lambat atau overshoot
3). Kategori III : Pola DJJ Abnomal Tidak ada variabilitas DJJ (absent FHR variability)
disertai oleh; 1. Deselerasi lambat berulang 2. Deselerasi variabel berulang 3.
Bradikardia 4. Pola sinusoid (sinusoidal pattern)
LAPORAN CARDIOTOCOGRAPHY (CTG)
1. Data Pasien

2. Denyut Jantung
Frekuensi dasar: . dpm
Variabilitas: tidak ada / minimal (1-5 dpm) / moderat (5-25 dpm) / meningkat (> 25 dpm)
Akselerasi: ada / tidak ada
Deselerasi: ada / tidak ada
Jenisnya: dini/lambat/ variabel prolonged
Beratnya: ringan/sedang/berat
Pola disfungsi SSP: tidak ada/ada, yaitu; Flat FHR / blunted patterns / unstable baseline/
overshoot / sinusoidal patterns / checkmark patterns

3. Kontraksi Uterus / HIS


Tidak ada / ada, bila ada HIS; Frekuensi:./10mnt, Kekuatan:. mmHg; lamanya:
menit ; relaksasi: . ; konfigurasi: .. ; tonus dasar: .. mmHg

4. Gerak Janin: . kali dalam:. menit

5. Diagnosis CTG: Kategori I / II / III

6. Saran
HAMDALAH

Anda mungkin juga menyukai