Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

PERALATAN DIAGNOSTIK LANJUT

KELOMPOK 1 :

ALVIRA RANDA PUTRA (1902006)

BAMBANG TRI PRABOWO (1902014)

FIKA ADELLA (1902018)

MUHAMMAD ALIF (1902031)

MUHAMMAD QOSIM (1902033)

NESA DIPA ATIRAH (1902035)

RAHMA PUTRI ALAMITA (1902038)

DOSEN PEMBIMBING :

AYU HENDRA, S.Pd., M.Pd.T

TEKNIK ELEKTROMEDIK

POLITEKNIK KESEHATAN SITEBA

TAHUN AJARAN 2021


Electro Cardiotocograf (CTG)

A. Pengertian Electro Cardiotocograf (CTG)

Cardiotocograf (CTG) atau juga disebut fetal monitor adalah alat medik yang digunakan
untuk melakukan pemantauan kondisi kesehatan janin dalam rahim, dengan merekam
pola denyut jantung janin dan hubungannya dengan gerakan janin atau kontraksi
rahim.Pemeriksaan umumnya dapat dilakukan pada usia kehamilan 7-9 bulan dan pada
saat persalinan. CTG berupa dua piringan kecil yang memiliki fungsi berbeda. Satu
piringan berfungsi mengukur denyut jantung janin, sedangkan yang lain berfungsi
mengukur tekanan pada perut. Selama tes, alat ini ditempelkan ke permukaan perut
menggunakan ikat pinggang elastis yang dilingkarkan pada perut ibu hamil. Tes ini
membantu dokter mengetahui kapan ibu hamil mengalami kontraksi beserta kekuatannya.
Alat CTG mengeluarkan hasil berupa grafik sesuai denyut jantung janin dan kontraksi
rahim. Denyut jantung janin normal adalah sekitar 110 – 160 kali per menit. Apabila
hasil CTG menunjukkan lebih rendah, bisa jadi ada masalah pada janin. Kontraksi palsu
pada trimester ke-3 kehamilan bisa dideteksi lewat tes CTG. Ibu hamil tidak perlu
khawatir dengan CTG karena tes ini tidak menggunakan radiasi.

CTG adalah alat yang digunakan untuk memantau aktivitas dan denyut jantung janin,
serta kontraksi rahim saat bayi berada di dalam kandungan. Melalui pemeriksaan ini,
dokter dapat mengevaluasi apakah kondisi janin sehat sebelum dan selama persalinan.
Cardiotocography atau CTG adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengevaluasi
kondisi janin dalam kandungan secara spesifik. Prosedur ini akan mengukur laju detak
jantung dan ritme jantung janin. Pemeriksaan cardiotocography (CTG) termasuk tes rutin
kehamilan. Prosedur ini dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan lain yang ada
tidaknya kondisi tertentu yang dialami oleh ibu hamil. Misalnya, diabetes, tekanan darah
tinggi, atau gangguan medis lain yang bisa menyebabkan masalah pada janin.

B. Fungsi Electro Cardiotocograf (CTG)

Tujuan utama cardiotocography adalah memantau detak jantung janin. Pemeriksaan ini
juga bisa sekaligus mengevaluasi kontraksi rahim sang ibu, yang dapat menggambarkan
kesehatan janin. Pada dasarnya pemantauan dengan CTG bertujuan untuk mendeteksi
adanya gangguan yang berkaitan hipoksi janin dalam rahim, seberapa jauh gangguan
tersebut dan kemudian menentukan tindak lanjut dari hasil pemantauan tersebut. Pada
saat persalinan, kondisi janin dikatakan normal apabila denyut jantung janin dalam
keadaan reaktif, gerakan janin aktif dan dibarengi dengan kontraksi rahim yang kuat.

C. Bagian - Bagian Electro Cardiotocograf (CTG)

CTG umumnya meliputi dua piringan kecil yang ditempelkan ke permukaan perut
menggunakan ikat pinggang elastis yang dilingkarkan di perut ibu hamil. Satu piringan
berfungsi untuk mengukur denyut jantung janin, sedangkan piringan yang lain untuk
mengukur kekuatan dan kontraksi rahim ibu hamil.Sebelum CTG digunakan, dokter
atau bidan akan mengoleskan gel khusus terlebih dahulu pada perut ibu hamil. Setelah
itu, piringan dan ikat pinggang dari CTG akan dipasang di perut ibu hamil.

Setelah beberapa menit, piringan CTG yang terhubung pada mesin CTG akan
menampilkan data kontraksi rahim, denyut jantung janin, dan aktivitas janin di dalam
rahim melalui layar monitor. Data tersebut juga bisa dicetak pada kertas khusus yang
menggambarkan grafik CTG.Berbeda dengan denyut jantung normal orang dewasa
yang berkisar antara 60–100 kali per menit, rata-rata denyut jantung normal pada janin
adalah sekitar 110–160 kali per menit.

D. Prinsip Kerja Electro Cardiotocograf (CTG)

CTG berupa dua piringan kecil yang memiliki fungsi berbeda. Satu piringan berfungsi
mengukur denyut jantung janin, sedangkan yang lain berfungsi mengukur tekanan pada
perut. Selama tes, alat ini ditempelkan ke permukaan perut menggunakan ikat pinggang
elastis yang dilingkarkan pada perut ibu hamil. Tes ini membantu dokter mengetahui
kapan ibu hamil mengalami kontraksi beserta kekuatannya.
Alat CTG mengeluarkan hasil berupa grafik sesuai denyut jantung janin dan kontraksi
rahim. Denyut jantung janin normal adalah sekitar 110 – 160 kali per menit. Apabila
hasil CTG menunjukkan lebih rendah, bisa jadi ada masalah pada janin. Kontraksi
palsu pada trimester ke-3 kehamilan bisa dideteksi lewat tes CTG. Ibu hamil tidak
perlu khawatir dengan CTG karena tes ini tidak menggunakan radiasi.

CTG menghasilkan dua kemungkinan, yaitu denyut jantung janin meningkat (hasil
reaktif) dan denyut jantung janin tidak meningkat karena sedang tidur atau penyebab
lain. Tes dilakukan secara berulang untuk mendapatkan hasil akurat. Jika setelah CTG
ulang janin tetap tidak bergerak, perlu tes penunjang untuk diagnosis penyebab seperti
identifikasi profil biofisik dan contraction stress test. Biasanya dilakukan jika usia
kehamilan kurang dari 39 minggu. Apabila lebih dari 39 minggu, dokter dapat
menganjurkan persalinan dini.CTG (Cardio Toco Graphy) adalah alat elektronik yang
digunakan untuk mendiagnosis kesejahteraan janin pada kehamilan berusia > 34
minggu, memantau denyut jantung janin (DJJ), gerakan janin dan kontraksi uterus pada
saat yang sama sehingga pola perubahan dalam bentuk grafik yang terjadi dapat
diketahui dan dianalisis.

E. Blok Diagram Electro Cardiotocograf (CTG)

Keterangan:

1. Rangkain FHR doppler (ultrasound) berfungsi untuk mendeteksi sinyal jantung janin
(FHR) dengan memanfaatkan gelombang ultrasound dan efek doppler.
2. Rangkaian FHR DECG berfungsi untuk mendeteksi sinyal jantung janin dengan
menggunakan internal ECG probe.
3. Rangkaian pendeteksi UC berfungsi untuk mendeteksi kontraksi uterin dengan
menggunakan pressure transducer (toco transducer). Jika sinyal UC sangat lemah
sehingga tidak terdeteksi oleh toco transducer, maka digunakan internal uterin
pressure (IUP).
4. Rangkaian ADC berfungsi untuk mengubah sinyal analog dari rangkaian detektor
FHR dan UC menjadi sinyal digital, sehingga dapat diterima oleh rangkaian pengoleh
data (CPU).
5. CPU (pengolah data) berfungsi untuk mengolah data/sinyal yang dihasilkan oleh
rangkaian detektor FHR dan UC.
6. Rangkaian DAC berfungsi untuk mengubah sinyal digital yang dihasilkan oleh CPU
menjadi sinyal analog, sehingga bisa menggerakkan rangkaian output.
7. Rangkaian output berfungsi untu menampilkan hasil pendeteksian dari rangkaian
detektor FHR dan UC (setelah melewati rangkaian pengolah data). Rangkaian output
terdiri dari:
 Display --> untuk menampilkan jumlah denyut jantung janin dan informasi lain
yang perlu ditampilkan sesuai spesifikasi alat.
 Loudspeaker --> untuk memperdengarkan suara/bunyi detak jantung janin.
 recorder/printer --> untuk menampilkan/mencetak grafik denyut jantung janin
dan grafik kontraksi uterin dan informasi lain yg diperlukan sesuai spesifikasi
alat.

F. SOP Pengoperasian Electro Cardiotocograf (CTG)

1. Pasang saklar alat pada stop kontak

2. Atur Posisi, lakukan pemeriksaan Leopold untuk menentukan letak, presentasi dan
punktum maksimum DJJ.

3. Pasang tali pengikat pada bagian bawah pasien

4. Letakkan Tranducer TOCO di daerah fundus uteri dan US DJJ didaerah punktum
maksimum, yang sebelumnya sudah diberi Jelly

5. Kemudian kencangkan dengan tali yang telah terpasang


6. Berikan tombol untuk mendeteksi pergerakan janin, beritahu pasien untuk
menekannya jika janin bergerak

7. Beritahu pasien untuk tidak pindah posisi selama pemeriksaan ini

8. Tekan tombol Power

9. Setelah layer CTG menyala dan stabil, tekan tombol print

10. CTG dilakuakn selama 20 Menit bila ragu, tambah.

11. Jika sudah selesai, tekan tombol OFF (tombol sama dengan Power )

12. Lepas semua tali pengikat

13. Kemudian rapikan kembali peralatan dan pasien

14. Robek hasil print CTG sesuai dengan lipatan potongan kertas

G. SOP Pemeliharaan Electro Cardiotocograf (CTG)

1. Cek dan bersihkan body dan bagian-bagian alat lainnya


2. Cek dan bersihkan probe/transducer dg kertas tisu halus
3. Cek kondisi dan fungsi recorder (termasuk kecepatan kertas, atur jika perlu)
4. Cek kondisi dan fungsi display
5. Cek kondisi dan fungsi loudspeaker
6. Cek dan bersihkan pen event marker
7. Uji kinerja alat.
8. Uji indikator error
9. Cek kebocoran arus listrik
10. Cek hubungan pembumian (grounding)
H. Troubleshooting Electro Cardiotocograf (CTG)

Anda mungkin juga menyukai