Anda di halaman 1dari 15

Skenario 18

KETUBAN PECAH DINI


Kelompok 8
Eliya Nurhasanah

2009730017

Febian2013730038
Ferdi Ragil H 2013730039
Galih MP 2013730041
Ghani M Sardjono

2013730042

Dimas Widyanto 2013730027


Jananda Musdhika P2013730057
Indri Parameswari
Irma Juliana

2013730054

2013730056

Khoirussyifa ZN
Laela Rahmawati

2013730058
2013730059

Larasati 2013730060
Maya Qadriani 2013730065
Mutimmul Ifadah 2013730073
Nadia Santika Ayu 2013730074

Skenario Kasus
G3P2A0H2 usia 30 tahun ,
kehamilan 32 minggu , dating ke IGD
RS oleh karena mengeluarkan air
sejak tadi pagi. Bayi letak
memanjang dengan kepala di bagian
bawah. Frekuensi DJJ 140 150 dpm.
Perkiraan berat janin 2000 gram.
Inpsekulo : terlihat cairan di fornix
posterior

Ketuban Pecah Dini


Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya
selaput ketuban sebelum terjadi proses
persalinan.
Ketuban Pecah Dini Preterm (Preterm
Prematurely Rupture of the
Membranes/PPROM)adalah pecahnya
ketuban sebelum usia kehamilan 37 minggu.

Arti klinis Ketuban Pecah Dini


Bila bagian terendah janin masih belum masuk pintu atas
panggul maka kemungkinan terjadinya prolapsus talipusat atau
kompresi talipusat menjadi besar.
Peristiwa KPD yang terjadi pada primigravida hamil aterm
dengan bagian terendah yang masih belum masuk pintu atas
panggul seringkali merupakan tanda adanya gangguan
keseimbangan feto pelvik.
KPD seringkali diikuti dengan adanya tanda-tanda persalinan
sehingga dapat memicu terjadinya persalinan preterm dengan
segala akibatnya.
Peristiwa KPD yang berlangsung lebih dari 24 jam (prolonged
rupture of membrane) seringkali disertai dengan infeksi
intrauterine dengan segala akibatnya.
Peristiwa KPD dapat menyebabkan oligohidramnion dan dalam
jangka panjang kejadian ini akan dapat menyebabkan hilangnya
fungsi amnion bagi pertumbuhan dan perkembangan janin.

Faktor Resiko KPD

Kehamilan remaja
Merokok
Penyakit Menular Seksual
Vaginosis bakterial
Perdarahan antenatal
Riwayat ketuban pecah dini pada
kehamilan sebelumnya

Fungsi dan Peranan Cairan


Amnion
Sebagai pelindung bagi janin terhadap trauma
darim luar
Melindungi talipusat dari tekanan
Memungkinkan pergerakan janin secara bebas
sehingga mendukung perkembangan sistem
muskuloskeletal janin
Berperan dalam perkembangan paru janin
Melumasi kulit janin
Mencegah korioamnionitis pada ibu dan infeksi
janin melalui sifat bakteriostatik
Membantu mengendalikan suhu tubuh janin

Komplikasi KPD yang Terjadi


Pada Kehamilan Prematur
KPD preterm seringkali menyebabkan
terjadinya:
Persalinan preterm
Chorioamnionitis
Endometritis
Gawat
janin
atau
asfiksia
intrauterin
(pengaruh
tekanan
pada talipusat)

Langkah diagnostik awal


Pemeriksaan diagnostik awal
Pada pasien hamil yang datang dengan keluhan keluar
cairan harus dipikirkan diagnosa KPD
Tujuan umum diagnostik awal adalah :

Konfirmasi diagnosa
Menilai keadaan janin
Menentukan apakah pasien dalam keadaan inpartu
aktif
Menyingkirkan kemungkinan adanya infeksi

Selanjutnya.
Pemeriksaan vaginal (vaginal toucher) harus sangat dibatasi
termasuk untuk pemeriksaaan diagnostik awal
VT sebelum persalinan meningkatkan kejadian infeksi
neonatus dan memperpendek periode laten.
Dengan menghindari VT , usaha mempertahankan kehamilan
menjadi semakin lama.
Pemeriksaan inspekulo harus terlebih dahulu dilakukan
meskipun pasien nampak sudah masuk fase inpartu oleh
karena dengan pemeriksaan inspekulo dapat dilakukan
penentuan dilatasi servik.
Tanda infeksi yang jelas terdapat pada infeksi lanjut antara
lain : demam, takikardi, uterus tegang, getah vagina berbau
dan purulen
Oleh karena infeksi intra
amniotik subklinis juga sering
Diagnosa dini infeksi intraamniotik dilakukan dengan
terjadi dan keadaan ini pemeriksaan
adalah merupakan
penyebab utama dari
:
1. maka
morbiditas ibu dan anak,
evaluasi
gejala
Leukositosis
> 15.000
plp dan tanda
2. Protein
C-reactive
infeksi pada pasien harus
dilakukan
secara telitiDeteksi infeksi

cairan amnion dilakukan dengan amniosentesis -

Penatalaksanaan KPD tergantung


pada sejumlah faktor, antara lain :
(1) Usia kehamilan
(2) Ada atau tidak adanya chorioamnionitis
A.Kehamilan yang disertai Amnionitis.
Pada kasus KPD yang disertai dengan adanya tandatanda infeksi chorioamnionitis harus dilakukan
terminasi kehamilan tanpa memperhatikan usia
kehamilan.
Sebelum terminasi kehamilan, diberikan antibiotika
spektrum luas untuk terapi amnionitis
B.Kehamilan aterm tanpa amnionitis
Pada kehamilan aterm, penatalaksanaan KPD tanpa
disertai amnionitis dapat bersifat aktif (segera
melakukan terminasi kehamilan) atau ekspektatif
(menunda persalinan sampai maksimum 12 jam).

Penatalaksanaan ekspektatif :
Tirah baring
Pemberian antibiotika spektrum luas
Observasi tanda inpartu dan keadaan ibu dan anak
Bila selama 12 jam tak ada tanda-tanda inpartu dan keadaan umum ibu
dan anak baik maka dapat dilakukan terminasi kehamilan
Bila selama masa observasi terdapat :
a. Suhu rektal > 37.60C
b. Gawat ibu atau gawat janin
Maka kehamilan harus segera diakhiri
Penatalaksanaan aktif:
Kehamilan segera diakhiri dengan cara yang sesuai dengan indikasi dan
kontraindikasi yang ada.
Baik pada penatalaksanaan aktif atau ekspektatif, harus diberikan
antibiotika spektrum luas untuk mencegah terjadinya amnionitis.

C.Kehamilan preterm tanpa amnionitis


Prinsip penatalaksanaan tidak berbeda dengan penatalaksanaan
pada kehamilan aterm tanpa amnionitis. Perbedaan terutama pada
antisipasi terhadap resiko chorioamnionitis yang lebih tinggi.
Pada kehamilan > 34 minggu, penatalaksanaan sama dengan
penatalaksanaan pada kehamilan aterm tanpa amnionitis.
Pada kehamilan kurang dari 24 minggu, resiko pecahnya ketuban
dini terhadap ibu sangat tinggi. Pada usia kehamilan ini, pemberian
steroid, tokolitik dan antibiotika tidak memberi manfaat bagi janin.
Penatalaksanaan kasus seperti ini dapat secara aktif atau
ekspektatif (poliklinis) dengan pengawasan dan informasi pada
pasien yang baik dan sepenuhnya tergantung dari kehendak pasien
dengan memperhitungkan segala resiko terhadap ibu dan anak.
Pada kehamilan antara 24 32 minggu, sejumlah intervensi klinik
sepertinya dapat memperpanjang masa kehamilan dan
memperbaiki out come

Setelah diagnosa KPD ditegakkan maka dapat dilakukan pemberian:


1.Antibiotika
- Tak seperti halnya pada persalinan preterm tanpa KPD, pemberian antibiotika
spektrum luas pada kasus KPD pada kehamilan preterm nampaknya memberikan
dampak yang baik dalam hal memperpanjang usia kehamilan dan perbaikan outcome
neonatal.
2.Kortikosteroid
- Banyak ahli yang memberikan rekomendasi penggunaan kortikosteroid pada kasus
KPD preterm > 32 minggu dengan syarat tidak terdapat tanda amnionitis.
- Pada populasi yang diteliti terlihat adanya manfaat yang bermakna dari pemberian
kortikosteroid dalam penurunan angka kejadianRDS-respiratory distress
syndrome,Necrotizing Enterocolitisdanperdarahan intraventricular.
3.Tokolitik
- Belum ada penelitian yang menunjukkan bahwa penggunaan tokolitik saja dapat
memperbaiki out come perinatal.
- Pada umumnya pemberian tokolitik pada kasus Preterm KPD dibatasi selama48
jamhanya untuk memberikan kesempatan bagi pemberian kortikosteroid dan
antibiotika.

D.Penatalaksanaan pasien secara poliklinis


Terhadap pasien preterm KPD dengan usia kehamilan kurang dari 32 minggu yang
masih tetap tidak menunjukkan tanda-tanda inpartu selama masa observasi, air
ketuban sudah tak keluar lagi dan tidak terdapat tanda oligohidramnion, ibu tidak
menderita demam dan tak terdapat tanda-tanda iritabilitas uterus dimungkinkan
untuk keluar rumah sakit (perawatan poliklinik) dengan advis khusus dan
persetujuan pasien.
Status pasien tersebut adalah sebagai pasien poliklinik dengan pengamatan sangat
ketat.
Di rumah, pasien diminta untuk istirahat total, tidak bersetubuh dan mencatat
suhu rektal setiap 6 jam dan datang ke RS bila terdapat tanda-tanda amnionitis
Setiap minggu pasien datang untuk perawatan antenatal dan dilakukan
pemeriksaan suhu tubuh, non stress test setelah kehamialn 28 minggu, penilaian
ultrasonografi untuk melihat pertumbuhan janin dan AFI- amniotic fluid index
Permasalahan : apakah jenis penatalaksanaan pasien seperti diatas tidak
memberikan resiko yang sangat tinggi terhadap ibu dan anak, mengingat bahwa
pengamatan poliklinis tidak mudah untuk dilaksanakan oleh pasien khususnya
untuk golongan sosial ekonomi rendah.

Anda mungkin juga menyukai