OLEH
SANIAH
NPM : 202006040010
LEMBAR PENGESAHAN
JUDUL KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM
MAHASISWA
SANIAH
NPM : 202006040010
A. PENGERTIAN
Alat kontrasepsi dalam rahin (AKDR) atau disebut juga Intra Utrine
Devices (IUD) adalah suatu alat untuk mencegah kehamilan yang efektif, aman
dan refersible yang terbuat dari plastik atau logam kecil yang dimasukkan dalam
uterus melalui kanalis servikalis (Imelda, 2018).
AKDR adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan kedalam rahim yang
bentuknya bermacam-macam terdiri dari plastik (polyethiline), ada yang dililiti
tembaga (CU), ada pula yang tidak, ada yang dililiti tembaga bercampur perak
(Ag), selain itu ada pula dibatangnya yang berisi hormon progesteron (Suratun,
2008)
Jenis AKDR yang sering digunakan adalah Coper T Cu T 380 A. IUD Copper T
Cu380 A memiliki panjang 36mm, lebar 32mm, 314mm 2. Kawat Cu dari bahan
B. CARA KERJA
IUD adalah alat berukuran kecil yang ditempatkan di dalam rongga
endometrium, IUD berlapis tembaga mengubah cairan endometrium dan cairan
tuba, menghambat transport telur, pembuahan, motilitas sperma, dan
integritasnya. Reaksi peradangan benda asing lokal mengganggu endometrium
dan miometrium, yang pada akhirnya mempengaruhi oviduk, dan sekaligus
serviks. IUD berisi progesteron sehingga menyebabkan endometrium tidak
cocok untuk implantasi, mempertebal mucus serviks, dan dapat menghambat
ovulasi (Sinclair, 2010; h.687).
Mekanisme kerja IUD adalah mencegah kehamilan dan ion-ion Copper yang
berasal dari IUD tembaga mengubah isi saluran telur dan cairan endometrium
sehingga dapat mempengaruhi jalan sel telur di dalam saluran telur serta fungsi
sperma (Varney, 2007; h. 449-450).
IUD merupakan metode non hormonal dengan kontra indikasi, keuntungan,
dan efek samping yang sama dengan alat kontrasepsi hormonal yang hanya
berisi progestin. Alat ini merupakan metode kontrasepsi yang paling efektif.
Tetapi menyebabkan pola perdarahan menstruasi berubah dan tidak teratur,
selama tiga sampai enam bulan pertama, jumlah hari perdarahan dan bercak
darah dapat meningkat, selama enam bulan kedua, jumlah hari perdarahan dan
bercak darah masih tidak teratur, tetapi berkurang. Amenore dapat dialami oleh
kurang lebih 20% wanita pada akhir tahun pertama penggunaan alat kontrasepsi
IUD. Seorang wanita dapat kembali subur jika IUD dilepas, tetapi alat ini tidak
melindungi wanita dari penyakit menular seksual atau infeksi HIV (Varney,
2007; h. 458).
2. Kerugian
a. Perubahan siklus haid (pada tiga bulan pertama dan akan berkurang
setelah tiga bulan)
b. Haid lebih lama dan banyak
c. Perdarahan (spotting) antar menstruasi
d. Saat haid lebih sakit
e. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang
berganti-ganti pasangan
2. Indikasi :
a. Usia reproduksi.
b. Keadaan nullipara.
c. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang. d. Wanita yang
sedang menyusui.
d. Setelah abortus dan tidak terlihat adanya tanda-tanda infeksi.
e. Tidak mengehendaki metode kontrasepsi hormonal
3. Efek samping:
a. Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan.
b. Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan
penyebab terjadinya anemia.
c. Penyakit radang panggul dapat terjadi pada wanita dengan IMS jika
memakai IUD, penyakit radang panggul dapat memicu terjadinya
infertilitas.
d. Sedikit nyeri dan perdarahan (spooting) terjadi segera setelah
pemasangan IUD, biasanya menghilang dalam 1-2 hari
4. Cara Pemasangan
a. Konseling pra pemasangan:
1) Menjelaskan cara kerja KB IUD
2) Menjelaskan keuntungan dan kerugian KB IUD
3) Menjelaskan cara pemasangan KB IUD
4) Menjelaskan jadwal kunjungan ulang pra pemasangan atau setelah
pemasangan yaitu satu minggu setelah pemasangan, enam bulan
setelah pemasangan, satu tahun setelah pemasangan.
5) Sedang hamil (diketahui hamil atau sedang hamil).
6) Perdarahan vagina yang tidak diketahui sebabnya
7) Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servitis)
8) Diketahui menderitaTBC pelvic
9) Kanker alat genital
10) Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm
b. Pemasangan
1) Mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan.
2) Masukan lengan IUD di dalam kemasan sterilnya, pakai kembali
sarung tangan yang baru.
3) Pasang spekulum vagina untuk melihat serviks.
4) Lakukan tindakan aseptik dan antiseptik pada vagina dan serviks
5) Jepit bibir serviks dengan tenakulum
6) Masukan IUD ke kanalis servikalis dengan tekhnik tanpa
sentuh, kemudian dorong ke dalam kavum uteri hingga mencapai
fundus.
7) Tahan pendorong (plunger) dan tarik selubung (inserter) ke bawah
sehingga lengan IUD bebas
8) Setelah pendorong ditarik ke luar, baru keluarkan selubung.
9) Gunting benang IUD, keluarkan tenakulum dan spekulum dengan
hati- hati.
10) Dekontaminasi dan pencegahan pasca tindakan
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
informasi yang akurat yang berkaitan dengan kondisi klien. Pada langkah ini di
1) Identitas pasien
2) Riwayat kesehatan
c. Alasan datang
d. Keluhan utama
yang dirasakan ibu pada waktu pengkajian, karena pasien dengan keluhan
memiliki varises dikaki, hipertensi, ibu menyusui dan ibu dengan riwayat
e. Riwayat Kesehatan:
4) Riwayat Obstetri
a) Riwayat Haid
perubahan siklus haid pada tiga bulan pertama dan akan berkurang
setelah tiga bulan, haid lebih lama dan banyak, dan dapat
b) Nasehat
5) Riwayat perkawinan
organ reproduksi
6) Riwayat KB
a) Pola nutrisi
samping KB IUD yaitu haid lebih banyak dan lama dan dapat
b) Pola eliminasi
dikaji untuk mengetahui ada keluhan atau tidak karena KB IUD dapat
air kecil sukar atau sakit dan adanya rasa panas atau terbakar (Hanafi,
2004; h. 220).
c) Pola aktivitas
d) Pola istirahat
tidur siang dan berapa jam ibu tidur malam, karena berpengaruh
cairan rahim yang berlebihan, hal ini tidak berbahaya apabila cairan
tersebut tidak berbau, tidak terasa gatal, dan tidak terasa panas
f) Pola seksual
a) Psikososial
Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui sejauh mana respon dan
menggunakan KB IUD.
b) Kultural
Hal ini perlu dikjaji karena setiap daerah memiliki kebudayaan yang
c) Spiritual
b. Data Objektif :
1) Keadaan umum :
berat
2) Tingkat kesadaran
yang baik adalah composmetis dimana ibu dalam keadaan sadar penuh, dan
3) Tanda Vital
b) Nadi : untuk mengetahui nadi ibu normal atau tidak, nilai normal
kesadaran
d) Suhu: untuk mengetahui keadaan suhu pada ibu normal atau tidak. Suhu
normal orang dewasa yaitu 360-380C. Suhu tubuh yang lebih dari 380C
merupakan tanda dan gejala terjadinya infeksi pada tubuh dan dapat
f) Tinggi badan : untuk mengetahui tinggi badan ibu normal atau tidak.
g) LILA : Untuk mengukur lingkar lengan atas bagian kiri untuk indikasi
apakah ibu dinyatakan kurang gizi, jika diketahui ukuran lila ibu
kurang dari 23,5 cm, gunanya untuk mengetahui status gizi pada ibu
anemia.
4) Status Present
b) Rambut : untuk mengetahui apakah rambut ibu rontok atau tidak karena
mengandung hormon
karena efek samping KB IUD adalah terjadi perubahan siklus haid lebih
pada vagina dan serviks. Infeksi pada vagina dan serviks ditandai dengan
putih, kuning hijau, atau abu- abu, berbau amis, disuria, disparenia, dan
oedema pada kaki dan tangan merupakan tanda penderita tekanan darah
380A
2. Interpretasi Data
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis atau
masalah dan kebutuhan klien berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan.
Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan
masalah atau diagnosis yang spesifik, masalah lebih sering berhubungan dengan
bagaimana klien menguraikan keadaan yang ia rasakan, sedangkan diagnosa lebih
sering diidentifikasi oleh bidan yang difokuskan pada apa yang dialami oleh
klien.
a. Diagnosa Keperawatan :
data yang didapatkan adalah : Ny.... umur.... P... Ah....Ab...., calon akseptor
Data Dasar :
1) Dasar Subyektif :
riwayat abortus.
Copper T Cu 380A
2) Dasar Obyektif :
b) Pada pemeriksaan abdomen tidak ada massa dan nyeri tekan. Adanya
massa pada abdomen merupakan tanda dari kelaina bawaan uterus atau
tumor jinak rahim yang dapat mempengaruhi kavum uteri. Nyeri tekan
3. Diagnosa Potensial
yang memerlukan antisipasi segera. Hal-hal yang perlu di antisipasi pada akseptor
baru KB IUD Copper T Cu 380A, masalah dan diagnosa yang diantisipasi adalah
IUD.
penanganan selanjutnya. Misalnya jika terjadi perforasi uterus dalam keadaan ini
IUD harus dikeluarkan melalui laparoskopi atau laparotomi, jika terjadi infeksi
yang ringan dapat diobati dengan antibiotika. Jika terjadi infeksi berat IUD harus
5. Rencana tindakan
diambil harus berdasarkan nasional yang relevan dan diakui kebenarannya serta
situasi dan kondisi tindakan harus dianalisa secara teroritis. Semua keputusan yang
pemasangan
6. Pelaksanaan
falopii.
Indikasi pemasangan IUD adalah wanita usia subur, wanita yang sedang
ektopik.
pemasangan
c) Penyakit radang panggul dapat terjadi pada wanita dengan IMS jika
infertilitas
b) Pasca abortus : 7 hari pasca abortus, dan apabila tidak ada gejala
infeksi.
13) melepas sarung tangan dan merendam dalam larutan klorin 0,5% dalam
pemasangan
7. Evaluasi
Mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan asuhan yang diberikan kepada
klien. Pada tahap evaluasi ini bidan harus melakukan pengamatan dan observasi
terhadap tindakan yang telah dilakukan. Manajemen kebidanan yang terdiri atas
tujuh langkah ini merupakan proses berfikir dalam mengambil keputusan klinis
dalam memeberikan asuhan kebidanan yang dapat diaplikasikan atau diterapkan
dalam setiap situasi.
dimasukkan dalam data objektif sebagai data penunjang. Data ini akan
memberikan bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan
diagnosis.