Anda di halaman 1dari 27

UNIVERSITAS KADIRI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


STATUS TER AKREDITASI BAN-PT
Program Studi : 1. Ners, 2. Ilmu Keperawatan (S.1), 3. Kebidanan (D.III), Bidan Pendidik (D.IV)
Sekretariat : Jl. Selomangleng No. 1 Kediri Telp. (0354) 775074/771846, Fax (0354) 775074

LAPORAN PENDAHULUAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM

DALAM RANGKA MEMENUHI TUGAS PRAKTEK PROFESI STASE MATERNITAS


Dosen Pembimbing : Indah J.,S.Kep,Ns,BIOMED

OLEH
SANIAH
NPM : 202006040010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KADIRI
TAHUN 2020
UNIVERSITAS KADIRI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


STATUS TER AKREDITASI BAN-PT
Program Studi : 1. Ners, 2. Ilmu Keperawatan (S.1), 3. Kebidanan (D.III), Bidan Pendidik (D.IV)
Sekretariat : Jl. Selomangleng No. 1 Kediri Telp. (0354) 775074/771846, Fax (0354) 775074

LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM

TANGGAL PENGAMBILAN KASUS


21 DESEMBER 2020

MAHASISWA
SANIAH
NPM : 202006040010

PEMBIMBING INSTITUSI PEMBIMBING KLINIK / CI

Indah J.,S.Kep,Ns,BIOMED ………..………………………


BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN
Alat kontrasepsi dalam rahin (AKDR) atau disebut juga Intra Utrine
Devices (IUD) adalah suatu alat untuk mencegah kehamilan yang efektif, aman
dan refersible yang terbuat dari plastik atau logam kecil yang dimasukkan dalam
uterus melalui kanalis servikalis (Imelda, 2018).
AKDR adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan kedalam rahim yang
bentuknya bermacam-macam terdiri dari plastik (polyethiline), ada yang dililiti
tembaga (CU), ada pula yang tidak, ada yang dililiti tembaga bercampur perak
(Ag), selain itu ada pula dibatangnya yang berisi hormon progesteron (Suratun,
2008)
Jenis AKDR yang sering digunakan adalah Coper T Cu T 380 A. IUD Copper T

Cu380 A memiliki panjang 36mm, lebar 32mm, 314mm 2. Kawat Cu dari bahan

vertikal, dua selubung Cu seluas masing- masing 33mm2 pada masing-masing


lengan horisontal. Daya kerjanya delapan tahun. (Hanafi, 2004; h. 213). IUD
CuT-380 A merupakan jenis IUD generasi ketiga berbentuk kecil, kerangka
dari plastik yang fleksibel, bebentuk huruf T diselubungi oleh kawat halus yang
terbuat dari tembaga (CU). Tersedia di Indonesia dan terdapat di mana – mana
(BKKBN, 2009 h. 153).
IUD merupakan alat berukuran kecil jenis IUD Copper T Cu 380A
berbentuk seperti huruf T yang dimasukkan ke dalam rahim dan memiliki
manfaat kontraseptif karena menghalangi sperma masuk ke dalam tuba falopi.

B. CARA KERJA
IUD adalah alat berukuran kecil yang ditempatkan di dalam rongga
endometrium, IUD berlapis tembaga mengubah cairan endometrium dan cairan
tuba, menghambat transport telur, pembuahan, motilitas sperma, dan
integritasnya. Reaksi peradangan benda asing lokal mengganggu endometrium
dan miometrium, yang pada akhirnya mempengaruhi oviduk, dan sekaligus
serviks. IUD berisi progesteron sehingga menyebabkan endometrium tidak
cocok untuk implantasi, mempertebal mucus serviks, dan dapat menghambat
ovulasi (Sinclair, 2010; h.687).
Mekanisme kerja IUD adalah mencegah kehamilan dan ion-ion Copper yang
berasal dari IUD tembaga mengubah isi saluran telur dan cairan endometrium
sehingga dapat mempengaruhi jalan sel telur di dalam saluran telur serta fungsi
sperma (Varney, 2007; h. 449-450).
IUD merupakan metode non hormonal dengan kontra indikasi, keuntungan,
dan efek samping yang sama dengan alat kontrasepsi hormonal yang hanya
berisi progestin. Alat ini merupakan metode kontrasepsi yang paling efektif.
Tetapi menyebabkan pola perdarahan menstruasi berubah dan tidak teratur,
selama tiga sampai enam bulan pertama, jumlah hari perdarahan dan bercak
darah dapat meningkat, selama enam bulan kedua, jumlah hari perdarahan dan
bercak darah masih tidak teratur, tetapi berkurang. Amenore dapat dialami oleh
kurang lebih 20% wanita pada akhir tahun pertama penggunaan alat kontrasepsi
IUD. Seorang wanita dapat kembali subur jika IUD dilepas, tetapi alat ini tidak
melindungi wanita dari penyakit menular seksual atau infeksi HIV (Varney,
2007; h. 458).

C. MACAM – MACAM AKDR


1. IUD Non- hormonal
Pada saat ini IUD telah memasuki generasi ke empat, IUD telah
dikembangkan mulai dari generasi pertama yang terbuat dari benang sutra
dan logam sampai generasi plastik (polyetilen) baik yang ditambah obat
maupun tidak.
2. IUD yang mengandung hormonal

D. Keuntungan dan Kerugian KB AKDR


1. Keuntungan :
a. Efektifitasnya tinggi
b. IUD sangat efektif segera setelah pemasangan
c. Sangat efektif karena tidak perlu mengingat-ingat kapan harus ber KB
d. Tidak mempengaruhi hubungan seksual
e. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut hamil Tidak
mempengaruhi kualitas dan volume ASI
f. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila
tidak terjadi infeksi)
g. Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid
terakhir).
h. Mencegah kehamilan ektopi

2. Kerugian
a. Perubahan siklus haid (pada tiga bulan pertama dan akan berkurang
setelah tiga bulan)
b. Haid lebih lama dan banyak
c. Perdarahan (spotting) antar menstruasi
d. Saat haid lebih sakit
e. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang
berganti-ganti pasangan

E. Kontraindikasi, Indikasi, dan Efek Samping


1. Kontra indikasi
a. Wanita hamil atau diduga hamil, misalnya jika seorang wanita melakukan
senggama tanpa menggunakan metode kontrasepsi yang valid sejak
periode menstruasi normal yang terakhir.
b. Penyakit inflamasi pelfik (PID) diantaranya : riwayat PID kronis, riwayat
PID akut atau subakut, riwayat PID dalam tiga bulan terakhir, termasuk
endometritis pasca melahirkan atau aborsi terinfeksi.
c. Riwayat kehamilan ektopik atau kondisi yang dapat mempermudah
ektopik
d. Ukuran uterus dengan alat periksa (sonde uterus) berada diluar batas yang
telah ditetapkan yaitu ukuran uterus yang normal 6 sampai 9cm.
e. IUD sudah ada dalam uterus dan belum dikeluarkan.

2. Indikasi :
a. Usia reproduksi.
b. Keadaan nullipara.
c. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang. d. Wanita yang
sedang menyusui.
d. Setelah abortus dan tidak terlihat adanya tanda-tanda infeksi.
e. Tidak mengehendaki metode kontrasepsi hormonal
3. Efek samping:
a. Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan.
b. Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan
penyebab terjadinya anemia.
c. Penyakit radang panggul dapat terjadi pada wanita dengan IMS jika
memakai IUD, penyakit radang panggul dapat memicu terjadinya
infertilitas.
d. Sedikit nyeri dan perdarahan (spooting) terjadi segera setelah
pemasangan IUD, biasanya menghilang dalam 1-2 hari

4. Cara Pemasangan
a. Konseling pra pemasangan:
1) Menjelaskan cara kerja KB IUD
2) Menjelaskan keuntungan dan kerugian KB IUD
3) Menjelaskan cara pemasangan KB IUD
4) Menjelaskan jadwal kunjungan ulang pra pemasangan atau setelah
pemasangan yaitu satu minggu setelah pemasangan, enam bulan
setelah pemasangan, satu tahun setelah pemasangan.
5) Sedang hamil (diketahui hamil atau sedang hamil).
6) Perdarahan vagina yang tidak diketahui sebabnya
7) Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servitis)
8) Diketahui menderitaTBC pelvic
9) Kanker alat genital
10) Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm

b. Pemasangan
1) Mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan.
2) Masukan lengan IUD di dalam kemasan sterilnya, pakai kembali
sarung tangan yang baru.
3) Pasang spekulum vagina untuk melihat serviks.
4) Lakukan tindakan aseptik dan antiseptik pada vagina dan serviks
5) Jepit bibir serviks dengan tenakulum
6) Masukan IUD ke kanalis servikalis dengan tekhnik tanpa
sentuh, kemudian dorong ke dalam kavum uteri hingga mencapai
fundus.
7) Tahan pendorong (plunger) dan tarik selubung (inserter) ke bawah
sehingga lengan IUD bebas
8) Setelah pendorong ditarik ke luar, baru keluarkan selubung.
9) Gunting benang IUD, keluarkan tenakulum dan spekulum dengan
hati- hati.
10) Dekontaminasi dan pencegahan pasca tindakan

c. Konseling dan instruksi pasca insers


1) Buat rekam medik.
2) Mengkaji perasaan akseptor pasca pemasangan IUD Copper T Cu-
380A.
3) Menjelaskan komplikasi yang mungkin timbul pasca pemasangan
IUD Copper T Cu-380A (Sakit dan kejang selama 3-5 hari pasca
pemasangan, perdarahan berat waktu haid atau diantarnya yang
mungkin penyebab anemia, perforasi uterus).
4) Ajarkan klien cara pemeriksaan mandiri benang IUD.
5) Mencucui tangan.
6) Ibu jongkok kemudian memasukkan jari tengah ke dalam vagina ke
arah bawah dan ke dalam sehingga dapat menemukan lokasi serviks.
7) Merasakan benang IUD pada ujung serviks, jangan menarik
benang tersebut.
8) Memeriksa IUD pada setiap akhir menstruasi dan sesering mungkin
di antara bulan-bulan kunjungan ulang.
9) Menjelaskan kemungkinan IUD keluar atau ekspulsi.
10) Menjelaskan bahwa IUD Copper T Cu380A segera efektif setelah
pemasangan.
11) Menjelaskan waktu kunjungan ulang (control pertama 1minggu
pasca pemasangan, selanjutnya 4-6minggu, saat menstruasi yang akan
datang, atau jika ada keluhan)
12) Menjelaskan bahwa akseptor dapat melepas IUD 10 tahun atau
apabila klien menghendaki.
13) Lakukan observasi selam 15menit sebelum memperbolehkan
klien pulang.

Cara memasang IUD ke Inverter

Cara pemasangan IUD CuT380A

d. Cara melepas IUD


1) Mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
2) Akseptor dipersilahkan untuk buang air kecil (BAK) terlebih dahulu
dan membersihkan daerah genitalnya, kemudian dipersilahkan
berbaring di tempat periksa dalam posisi litotomi.
3) Gunakan sarung tangan steril, lakukan vulva hygiene.
4) Lakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan menentukan
besar, bentuk, dan posisi rahim
5) Masukan spekulum ke dalam liang senggama posisikan sedemikian
rupa sehingga mulut rahim terlihat dengan baik.
6) Bersihkan serviks dengan dengan larutan antiseptik 3 kali secara
merata pada daerah serviks dan vagina.
7) Identifikasi benang IUD, jika terlihat, jepit benang dengan forsep,
tarik benang IUD perlahan-lahan ke arah bawah hingga keluar dari
liang senggama. Bila terasa ada tahanan terlalu kuat, cobalah lakukan
manuver dengan menarik-narik secara halus benang tersebut.
8) Apabila benang tidak terlihat, masukan sonde sesuai dengan posisi
rahim pada pemeriksaan dalam. Ukur dalam rahim dan putar gagang
sonde secara perlahan-lahan dalam bentuk lingkaran, benturan sonde
dengan IUD akan terasa bila IUD terdapat di dalam rahim. Tarik
IUD keluar dengan memakai IUD removel/pengait IUD.
9) Lepaskan spekulum, kemudian lakukan disinfeksi daerah vagina.

10) Lakukan dekontaminasi peralatan dan bahan pakai ulang dengan


bahan klorin 0,5%.

e. Komplikasi pasca pemasangan IUD


1) Infeksi :
IUD atau alat kontrasepsi dalam rahim yang berada didalam
vagina, tidak menyebabkan terjadinya infeksi jika alat-alat yang
digunakan dan tekhnik pemasangan dilakukan secara steril, jika
terjdi infeksi hal ini mungkin disebabkan sudah terdapat infeksi
yang subakut pada traktus genitalis sebelum pemasangan IUD.
2) Perforasi
Umumnya perforasi terjadi saat pemasangan IUD, pada
permulaan hanya ujung IUD saja yang menembus dinding uterus,
tetapi jika uterus berkontraksi IUD dapat terdorong lebih jauh
menembus dinding uterus, sehingga akhirnya sampai ke rongga perut.
Kemungkinan adanya perforasi harus diperhatikan apabila pada
pemeriksaan dengan spekulum benang IUD tidak terlihat
3) Kehamilan
Seorang klien yang mengalami kehamilan dengan IUD masih
terpasang perlu di berikan konseling tentang resiko yang akan terjadi
jika kehamilan dilanjutkan dengan IUD tetap terpasang. Resiko yang
dapat terjadi antara lain infeksi intrauterus, sepsis, aborsi spontan,
aborsi sepsis spontan, plasenta previa, dan persalinan prematur.
Apabila benang IUD tidak terlihat pada tulang serviks atau tidak
teraba pada saluran serviks, maka perlu dilakukan pemeriksaan
ultrasonografi atau USG untuk memastikan apakah IUD masih berada
didalam uterus.

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

A. Standar Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana


Prinsip pelayanan kontrasepsi saat ini adalah memberikan kemandirian
pada ibu dan pasangan untuk memilih metode yang diinginkan. Pemberi
pelayanan berperan sebagai konselor dan fasilitator, sesuai langkah-langkah di bawah
ini.
1. Jalin Komunikasi yang baik denga ibu
Beri salam kepada ibu, tersenyum, perkenalkan diri Anda. Gunakan komunikasi
verbal dan non-verbal sebagai awal interaksi dua arah. Tanya ibu tentang identitas
dan keinginannya pada kunjungan ini.
2. Nilailah kebutuhan dan kondisi ibu
Tanyakan tujuan ibu berkontrasepsi dan jelaskan pilihan metode yang dapat
diguakan untuk tujuan tersebut. Tanyakan juga apa ibu sudah memikirkan pilihan
metode tertentu.
3. Berikan informasi mengenai pilihan metode kontrasepsi yang dapat
digunakan ibu
Berikan informasi yang obyektif dan lengkap tentang berbagai metode
kontrasepsi: efektivitas, cara kerja, efek samping, dan komplikasi yang dapat
terjadi serta upaya-upaya untuk menghilangkan atau mengurangi berbagai efek
yang merugikan tersebut (termasuk sistem rujukan).
4. Bantu ibu menentukan pilihan
Bantu ibu memilih metode kontrasepsi yang paling aman dan sesuai bagi dirinya.
Beri kesempatan pada ibu untuk mempertimbangkan pilihannya. Apabila ingin
mendapat penjelasan lanjutan, anjurkan ibu untuk berkonsultasi kembali atau
dirujuk pada konselor atau tenaga kesehatan yang lebih ahli
5. Jelaskan secara lengkap mengenai metode kontrasepsi yang telah dipilih ibu
Setelah ibu memilih metode yang sesuai baginya, jelaskanlah mengenai:
a. Waktu, tempat, tenaga, dan cara pemasangan/pemakaian alat
kontrasepsi
b. Rencana pengamatan lanjutan setelah pemasangan
c. Cara mengenali efek samping/komplikasi
d. Lokasi klinik keluarga berencana (KB)/tempat pelayanan untuk kunjungan
ulang bila diperlukan
e. Waktu penggantian/pencabutan alat kontrasepsi
6. Rujuk ibu bila diperlukan
Rujuk ke konselor yang lebih ahli apabila di klinik KB ini ibu belum mendapat
informasi yang cukup memuaskan, atau rujuk ke fasilitas pelayanan
kontrasepsi/kesehatan yang lebih lengkap apabila klinik KB setempat tidak
mampu mengatasi efek samping/komplikasi atau memenuhi keinginan ibu.
Berikan pelayanan lanjutan setelah ibu dikirim kembali oleh fasilitas rujukan
(kunjungan ulang pasca pemasangan)

B. Tujuh Langkah Manajemen Kebidanan Menurut Varney


1. Pengkajian

Merupakan suatu cara untuk mendapatkan informasi dengan menggunakan


metode wawancara secara langsung dan pemeriksaan fisik. Identifikasi dan analisa
data (pengkajian) pengumpulan data untuk menilai kondisi klien yang termasuk
data dasar adalah biodata atau identitas baik pasien maupun suami, data subjektif
dan data objektif terdiri dari pemriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium atau
pemeriksaan penunjang. Biodata yang dikumpulkan dari pasien dan suami meliputi
nama, umur, agama, suku atau bangsa pendidikan, pekerjaan, dan alamat lengkap,
riwayat kesehatan klien, serta catatan tentang kesehatan lalu dan sekarang. Semua
data di atas harus memberikan informasi yang saling berhubungan (relevan) dan
menggambarkan kondisi klien yang sebenarnya.
a. Langkah I : Pengumpulan data dasar

Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan semua

informasi yang akurat yang berkaitan dengan kondisi klien. Pada langkah ini di

lakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk


mengevaluasi keadaan klien secara lengkap :

1) Identitas pasien

2) Riwayat kesehatan

3) Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan

4) Meninjau data laboratorium

b. Identitas Penanggung Jawab

c. Alasan datang

d. Keluhan utama

Keluhan ditanyakan untuk mendukung data diagnosa dan mengetahui apa

yang dirasakan ibu pada waktu pengkajian, karena pasien dengan keluhan

memiliki varises dikaki, hipertensi, ibu menyusui dan ibu dengan riwayat

TBC non pelvik, maka klien dianjurkan untuk menggunakan alat

kontrasepsi non hormonal

e. Riwayat Kesehatan:

1) Riwayat kesehatan yang pernah diderita

Riwayat kesehatan yang pernah diderita ditujukan pada

pengkajian penyakit yang diderita pasien, seperti, jantung, hepatitis,

hipertensi, DM, malaria, ibu dengan riwayat penyakit jantung,

hepatitis, hipertensi, DM, malaria, diperbolehkan menggunakan KB

IUD karena tidak mempengaruhi dan bukan merupakan kontraindikasi

untuk pemasangan KB IUD, khusus untuk penyakit keputihan,

serviksitis dan vaginitis perlu dikaji untuk mengetahui apakah ibu

mempunyai penyakit menular seksual terutama pada infeksi seviksitis

atau pada vaginitis, karena penyakit-penykit tersebut merupakan kontra

indikasi untuk menggunakan KB IUD


2) Riwayat kesehatan sekarang

Riwayat kesehatan yang sekarang dikaji untuk mengetahui

adakah penyakit yang diderita. Jika pasien sedang menderita penyakit

seperti, jantung, TBC, DM, malaria, hepatitis, hipertensi,

diperbolehkan menggunakan KB IUD karena tidak mempengaruhi alat

kontrasepsi yang akan digunakan. Untuk penyakit keputihan, penyakit

menular seksual terutama pada serviksitis dan vaginitis. Jika klien

menderita vaginitis harus diobati sebelum klien menggunakan KB IUD

karena akan mempengaruhi terhadap alat kontrasepsi yang akan

digunakan oleh ibu

3) Riwayat kesehatan keluarga

Riwayat kesehatan keluarga dikaji untuk mengetahui apakah ada

penyakit keturunan yang dapat mempengaruhi kesehatan ibu disaat ibu

menggunakan alat kontrasepsi IUD. Misalnya penyakit keturunan seperti

hipertensi, jantung, DM, penyakit keturunan tersebut tidak

mempengaruhi terhadap pemakaian KB IUD

4) Riwayat Obstetri

a) Riwayat Haid

Riwayat haid dikaji untuk mengetaui apakah siklus menstruasi pada

ibu teratur karena berhubungan dengan efek samping KB IUD yaitu

perubahan siklus haid pada tiga bulan pertama dan akan berkurang

setelah tiga bulan, haid lebih lama dan banyak, dan dapat

menyebabkan resiko terjadinya anemia

b) Nasehat

Untuk mengetahui nasehat-nasehat yang diberikan bidan kepada ibu


sebagai pedoman ibu untuk menggunakan KB IUD.

5) Riwayat perkawinan

Untuk mengetahui status perkawinan ibu, usia perkawinan ibu

apakah kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun karena

berhubungan dengan kematangan organ reproduksi dan juga kesiapan

organ reproduksi

6) Riwayat KB

Riwayat KB perlu dikaji karena disesuaikan dengan kondisi dan

keluhan yang di alami oleh klien sebelumnya untuk menganjurkan alat

kontrasepsi yang sesuai dengankebutuhan klien

7) Pola kebutuhan sehari-hari

a) Pola nutrisi

Pola nutrisi perlu dikaji untuk mengetahui kebutuhan nutrisi ibu,

karena kebutuhan nutrisi sangat berpengaruh terhadap fungsi

reproduksi, jika kebutuhan nutrisi ibu terpenuhi maka dapat

mengurangi resiko terjadinya anemia karena brhubungan dengan efek

samping KB IUD yaitu haid lebih banyak dan lama dan dapat

menyebabkan anemia (BKKBN, 2009; h. 155).

b) Pola eliminasi

Pola eliminasi perlu dikaji untuk mengetahui kebiasaan BAB

(terakhir BAB, warna, konsistensi, keluhan) dan kebiasaan BAK

(terakhir BAK, warna,konsistensi dan keluhan), terutama BAK perlu

dikaji untuk mengetahui ada keluhan atau tidak karena KB IUD dapat

menimbulkan gejala infeksi traktus genitalia pada wanita yaitu buang

air kecil sukar atau sakit dan adanya rasa panas atau terbakar (Hanafi,
2004; h. 220).

c) Pola aktivitas

Untuk mengetahui apakah pekerjaan ibu sehari-hari terlalu berat,

sehingga dapat berpengaruh terhadap alat kontrasepsi yang akan ibu

gunakan, karena pekerjaan ibu yang berat dapat mempengaruhi

penggunaan alat kontrasepsi yang akan digunakan karena dapat

menyebabkan ekspulsi (Handayani, 2010 ; h. 16).

d) Pola istirahat

Menggambarkan tentang pola istirahat ibu, yaitu berapa jam ibu

tidur siang dan berapa jam ibu tidur malam, karena berpengaruh

terhadap kesehatan fisik ibu.

e) Pola personal hygiene

Menggambarkan pola hygiene pasien, misalnya berapa kali ganti

pakaian dalam, membersihkan alat kelaminnya agar tidak terjadi

keputihan. Pola ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah pasien

menjaga kebersihan alat kelaminnya, karena jika pasien tidak

menjaga personal hygiene dengan baik maka akan berpengaruh pada

kesehatan alat reproduksinya karena berhubungan dengan KB IUD

yaitu terdapat cairan putih yang berlebihan, terjadi akibat produksi

cairan rahim yang berlebihan, hal ini tidak berbahaya apabila cairan

tersebut tidak berbau, tidak terasa gatal, dan tidak terasa panas

(BKKBN, 2008; h. 105).

f) Pola seksual

Pola seksual perlu dikaji untuk mengetahui kapan ibu terakhir

melakukan hubungan seksual dengan suami, dan memberitahu ibu


hal-hal yang harus diketahui ibu timbul rasa nyeri sesudah melakukan

hubungan seksual dan suami mengeluh mengalami perasaan kurang

enak sewaktu melakukan hubungan seksual

8) Psikososioal , kultural dan spiritual

a) Psikososial

Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui sejauh mana respon dan

dukungan yang diberikan suami dan keluarga kepada ibu untuk

menggunakan KB IUD.

b) Kultural

Hal ini perlu dikjaji karena setiap daerah memiliki kebudayaan yang

berbeda-beda dan dapat mempengaruhi penggunaan alat kontrasepsi

(Varney, 2007; h. 44-45).

c) Spiritual

d) Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui ketaatan ibu dalam

menjalankan ibadahnya maupun aktifitas keagamaan.

b. Data Objektif :

1) Keadaan umum :

Keadaan umum dikaji untuk mengetahui kesadaraan umum klien, pada

akseptor yang mengalami anemia umumnya keadaan akseptor lemah. Efek

samping dari pemakaian KB IUD adalah perubahan siklus haid dan

perdarahan spooting sehingga dapat mempengaruhi aksetor KB IUD jika


menderita anemia maka dapat memperparah terjadinya anemia sedang atau

berat

2) Tingkat kesadaran

Untuk menilai status kesadaran ibu, ini dilakukan dengan penilaian

composmentis, apatis, somnolen, sopor, koma, delirium. Tingkat kesadaran

yang baik adalah composmetis dimana ibu dalam keadaan sadar penuh, dan

dapat menggunakan KB IUD.

3) Tanda Vital

a) Tekanan darah : untuk mengetahui tekanan darah ibu ketika

akan menggunakan KB IUD, karena IUD copper T Cu380-A

merupakan jenis IUD non hormonal, dan dapat digunakan pada

penderita tekanan darah tinggi.

b) Nadi : untuk mengetahui nadi ibu normal atau tidak, nilai normal

nadi orang dewasa 69-100x/menit, dalam keadaan demam dapat

menyebabkan peningkatan denyut nadi dan mempengaruhi tingkat

kesadaran

c) Pernafasan : Pada penderita asma dan gangguan system respirasi,

diperbolehkan menggunakan IUD Copper T Cu 380A, karena bukan

termasuk kontra indikasi pemasangan IUD Copper T Cu 380A.

d) Suhu: untuk mengetahui keadaan suhu pada ibu normal atau tidak. Suhu

normal orang dewasa yaitu 360-380C. Suhu tubuh yang lebih dari 380C

merupakan tanda dan gejala terjadinya infeksi pada tubuh dan dapat

mempengaruhi pemakaian KB IUD, karena kontraindikasi KB IUD

adalah infeksi alat genitalia (seriksitis, vaginitis), penyakit radang

panggul (PRP), yang ditandai dengan demam.


e) Berat badan : untuk mengetahui tingkat kenormalan berat badan ibu,

berkaitan dengan keadaan nutrisi ibu.

f) Tinggi badan : untuk mengetahui tinggi badan ibu normal atau tidak.

g) LILA : Untuk mengukur lingkar lengan atas bagian kiri untuk indikasi

apakah ibu dinyatakan kurang gizi, jika diketahui ukuran lila ibu

kurang dari 23,5 cm, gunanya untuk mengetahui status gizi pada ibu

normal atau tidak, karena berhubungan dengan alat kontrasepsi yang

akan digunakan yaitu KB IUD yang dapat menyebabkan terjadinya

anemia.

4) Status Present

a) Bentuk Kepala : untuk mengetahui bentuk kepala dan keadaan

kebersihan kulit kepala.

b) Rambut : untuk mengetahui apakah rambut ibu rontok atau tidak karena

penggunaan alat kontrasepsi IUD Copper T cu380A tidak menyebabkan

kerontokan pada rambut.

c) Muka : Penggunaan IUD Copper T Cu380A tidak berpengaruh pada

muka, oedema pada muka merupakan tanda dari penyakit tekanan

darah tinggi, pada penderita tekanan darah tinggi disarankan untuk

menggunakan alat kontrasepsi IUD. Copper T Cu 380A, karena tidak

mengandung hormon

d) Mata : untuk mengetahui adanya anemis dengan menilai sclera dan

konjungtiva. Pada penderita anemia dianjurkan tidak memakai KB IUD

karena efek samping KB IUD adalah terjadi perubahan siklus haid lebih

banyak dan lama sehingga akseptor KB IUD akan berpotensi terjadi

anemia sedang atau berat.


e) Leher : untuk mengetahui apakah terdapat kelainan seperti terdapat

pembesaran kelenjar tyroid, limfe dan vena jugularis, pada penggunaan

IUD Copper T Cu 380A tidak mempengaruhi kelenjar tyroid, limfa dan

vena jugularis pada penderita tumor jinak payudara,

f) Dada dan Axilla disarankan untuk menggunakan IUD Copper T Cu

380A, karena tidak mengandung hormon. Pada wanita yang sedang

menyusui, penggunaan IUD Copper T Cu 380A tidak berpengaruh pada

kualitas atau volume ASI.

g) Abdomen luka bekas operasi, pembesaran kelenjar limfe/hati dan

nyeri tekan, untuk mengetahui adanya PRP (penyakit radang panggul)

karena penyakit radang panggul merupakan kontraindikasi KB IUD

h) Genetali : pada pemeriksaan genetalia perlu dikaji ada tidaknya infeksi

pada vagina dan serviks. Infeksi pada vagina dan serviks ditandai dengan

adanya peradangan, pengeluaran pervagina yang berlebihan, berwarna

putih, kuning hijau, atau abu- abu, berbau amis, disuria, disparenia, dan

perdarahan pasca coitus

i) Ekstremitas untuk mengetahui apakah terdapat oedem dan varices,

oedema pada kaki dan tangan merupakan tanda penderita tekanan darah

tinggi disarankan untuk menggunakan alat kontrasepsi IUD Copper T Cu

380A

2. Interpretasi Data

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis atau
masalah dan kebutuhan klien berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan.
Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan
masalah atau diagnosis yang spesifik, masalah lebih sering berhubungan dengan
bagaimana klien menguraikan keadaan yang ia rasakan, sedangkan diagnosa lebih
sering diidentifikasi oleh bidan yang difokuskan pada apa yang dialami oleh
klien.

a. Diagnosa Keperawatan :

Diagnosa ditentukan berdasarkan data-data yang diperoleh dari hasil

anamnesa dan pemeriksaan pada akseptor sehingga diperoleh data yang

mendukung diagnose tersebut. Berdasarkan data yang diperoleh, interpretasi

data yang didapatkan adalah : Ny.... umur.... P... Ah....Ab...., calon akseptor

baru KB IUD Copper T Cu 380A.

Data Dasar :

1) Dasar Subyektif :

a) Hasil dari anamnesa identitas akseptor yang dibutuhkan untuk

mendukung diagnosa yang dibuat.

b) Riwayat obstetrik akseptor meliputi : paritas, jumlah anak hidup, dan

riwayat abortus.

c) Riwayat kesehatan akseptor meliputi : riwayat kesehatan yang

berhubungan dengan penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS), gangguan

siklus menstruasi, dan keputihan.

d) Keluhan dari akseptor untuk menggunakan alat kontrasepsi IUD

Copper T Cu 380A

2) Dasar Obyektif :

Data obyektif diperoleh dari hasil pemerioksaan fisik pada akseptor

untuk mendapatkan data yang mendukung diagnosa diatas. Pada akseptor

tersebut tidak terdapat kontra indikasi pemasangan IUD Copper T Cu 380A.

pemeriksaan fisik tersebut meliputi :


a) Pemeriksaan tanda-tanda vital (tekanan darah, suhu, respirasi,nadi)

b) Pada pemeriksaan abdomen tidak ada massa dan nyeri tekan. Adanya

massa pada abdomen merupakan tanda dari kelaina bawaan uterus atau

tumor jinak rahim yang dapat mempengaruhi kavum uteri. Nyeri tekan

pada abdomen bagian bawah merupakan tanda dari penyakit radang

panggul (PRP) yang merupakan kontra indikasi dari pemasangan IUD

Copper T Cu 380A (Saifuddin, 2006 ; h. MK-77).

c) Pemeriksaan dalam Jika pada pemeriksaan dalam tidak terdapat nyeri

tekan gerakan serviks pada penderita penyakit radang panggul

3. Diagnosa Potensial

Dari kumpulan masalah dan diagnosa, identifikasi dan faktor-faktor potensial

yang memerlukan antisipasi segera. Hal-hal yang perlu di antisipasi pada akseptor

baru KB IUD Copper T Cu 380A, masalah dan diagnosa yang diantisipasi adalah

terjadinya perforasi uterus, infeksi, karena akseptor dengan riwayat memiliki

infeksi tidak diperbolehkan menggunakan KB IUD, kehamilan pasca pemasangan

IUD.

4. Tindakan Antisipasi Segera


Langkah tindakan antisipasi segera mengidentifikasi situasi gawat dimana

bidan harus bertindak atau berkolaborasi dengan dokter kandungan untuk

penanganan selanjutnya. Misalnya jika terjadi perforasi uterus dalam keadaan ini

IUD harus dikeluarkan melalui laparoskopi atau laparotomi, jika terjadi infeksi

yang ringan dapat diobati dengan antibiotika. Jika terjadi infeksi berat IUD harus

dikeluarkan dan diberikan antibiotika

5. Rencana tindakan

Rencana tindakan. Harus didiskusikan dengan klien. Semua tindakan yang

diambil harus berdasarkan nasional yang relevan dan diakui kebenarannya serta

situasi dan kondisi tindakan harus dianalisa secara teroritis. Semua keputusan yang

dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini haruslah rasional dan benar-benar

valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang terbaru.

Rencana ini meliputi:

a. Berikan konseling pra pemasangan IUD Copper T Cu380A

1) Jelaskan pengertia IUD

2) Jelaskan cara kerja IUD

3) Jelaskan efektifitas IUD

4) Jelaskan indikasi dan kontra indikasi IUD

5) Jelaskan cara pemasangan IU

6) Jelaskan efek samping IUD

7) Jelaskan waktu penggunaan IUD

b. Lakukan inform consent

c. Lakukan pemasangan IUD Copper T Cu380A

d. Observasi keadaan umum akseptor


e. Beritahu jadwal control IUD dan waktu pelepasan

Konseling pasca pemasangan :

1) Mengkaji perasaan klien setelah dipasang IUD

2) Menjelaskan daya guna IUD Copper T Cu 380A yaitu 10 tahun

3) Menjelaskan cara memeriksa benang IUD Copper T Cu 380A dengan cara

memasukkan satu jari tengah ke dalam vagina sambil jongkok

4) Klien dianjurkan untuk tidak pulang 15 menit setelah pemasangan

5) Menjelaskan IUD Copper T Cu 380A langsung efektif segera setelah

pemasangan

6) IUD dapat dilepas setiap saat jika klien menghendaki

7) IUD tidak melindungi klien dari penyakit menular seksual (PMS)

8) Kemungkinan ketidaknyamanan ketika melakukan hubungan seksual

6. Pelaksanaan

Pelaksanaan merupakan aplikasi dari rencana tindakan pada akseptor KB IUD

Copper T Cu 380 A, pelaksanaan yang dapat dilakukan sesuai dengan rencana

yang telah dibuat.

a. Memberikan konseling pra pemasangan IUD Copper T Cu 380 A

1) Menjelaskan pengertian IUD

IUD adalah alat berukuran kecil berbentuk seperti huruf T yang

dimasukkan ke dalam rahim dan memiliki efek kontrseptif

2) Menjelaskan cara kerja KB IUD

Cara kerja KB IUD adalah menghalangi sperma masuk ke dalam tuba

falopii.

3) Menjelaskan efektifitas KB IUD IUD efektif segera setelah pemasangan


4) Menjelaskan indikasi dan kontraindikasi KB IUD

Indikasi pemasangan IUD adalah wanita usia subur, wanita yang sedang

menyusui, wanita yang memiliki varises dikaki.

Kontraindikasi pemasangan IUD adalah wanita hamil atau diduga hamil,

wanita dengan riwayat penyakit radang panggul (PRP), riwayat kehamilan

ektopik.

5) Menjelaskan efek samping KB IUD :

a) Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah

pemasangan

b) Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang

memungkinkan penyebab terjadinya anemia.

c) Penyakit radang panggul dapat terjadi pada wanita dengan IMS jika

memakai IUD, penyakit radang panggul dapat memicu terjadinya

infertilitas

d) Sedikit nyeri dan perdarahan (spooting) terjadi segera setelah

e) pemasangan IUD, biasanya menghilang dalam 1-2 hari

6) Menjelaskan waktu penggunaan KB IUD

a) Dalam siklus haid atau diantara siklus haid Setelah melahirkan, 4

minggu setelah melahirkan dan 6 bulan setelah melahirkan

b) Pasca abortus : 7 hari pasca abortus, dan apabila tidak ada gejala

infeksi.

b. Melakukan informend consent

Informed consent dilakukan sebagai syarat bahwa klien menyetujui

tindakan yang akan dilakukan terhadap dirinya..

c. Melakukan Pemasangan IUD


1) Memberikan penjelasan bahwa pemasangan IUD akan dilaksanakan,

akseptor dipersilahkan BAK

2) Mempersilahkan akseptor berbaring dalam posisi litotomi untuk

mempermudah pemasangan IUD.

3) Mencuci tangan menggunakan sabun, menyalakan dan mengarahkan

lampu sorot ke arah genetalia.

4) Memakai sarung tangan steril, membersihkan vagina atau vulva

hygiene menggunakan kapas DTT.

5) Memasukan speculum memberesihkan dinding vagina dan mulut rahim

dengan kapas disinfektan, perhatikan dinding vagina dan mulut rahim

apakah terdapat kelainan dan tanda-tanda infeksi.

6) Membersihkan portio dengan larutan antiseptik, menenjepit serviks

dengan tenakulum tepat pada sebelah atas portio.

7) Masukkan sonde uterus sesuai dengan arah rahim, untuk menentukan

dalamnya rahim, mengukur kedalaman uterus dengan sonde uterus dan

menyesuaikan tabung inserter sesuai hasil pengukuran dengan

menggeser leher biru.

8) Memegang tenakulum dengan tangan kiri, masukkan IUD sesuai

dengan arah dan dalamnya sonde, menarik sedikit pendorong dari

tabung inserter, kemudian inserter di dorong kembali ke arah kranial

sampai leher biru menyentuh serviks dan merasa ada tahanan.

9) Memegang ujung bawah dari inserter dengan tangan kiri dan

pendorong dengan tangan kanan, bersamaan dengan tarikan tetap pada

tenakulum, pada saat ini pendorong IUD tidak bergerak.

10) Mengeluarkan pendorong lalu menarik inserter sepanjang benang yang


akan di potong dengan benar, menggunting benang IUD 23cm di depan

portio dan mengeluarkan inserter.

11) Mengeluarkan tenakulum dengan hati-hati, menekan dengan kassa

pada bekas jepitan tenakulum selama 30-60 detik, mengeluarkan

spekulum dengan hati-hati.

12) Membereskan alat-alat dan merendam ke dalam larutan klorin

13) melepas sarung tangan dan merendam dalam larutan klorin 0,5% dalam

keadaan terbalik, mencuci tangan menggunakan sabun.

14) Memberitahukan kepada klien bahwa tindakan telah selesai dilakuakan

d. Memberikan konseling pasca pemasangan

Konseling cara pemasangan :

1) Mengkaji perasaan klien setelah dipasang IUD

2) Menjelaskan daya guna IUD Copper T Cu 380A yaitu 10 tahun

3) Menjelaskan cara memeriksa benang IUD Copper T Cu 380A dengan

cara memasukkan satu jari tengah ke dalam vagina sambil jongkok

4) Klien dianjurkan untuk tidak pulang 15 menit setelah pemasangan

5) Menjelaskan IUD Copper T Cu 380A langsung efektif segera setelah

pemasangan

6) IUD dapat dilepas setiap saat jika klien menghendaki

7) IUD tidak melindungi klien dari penyakit menular seksual (PMS)

8) Kemungkinan ketidaknyamanan ketika melakukan hubungan seksual

9) Mengobservasi keadaan umum akseptor

10) Memberitahu jadwal control dan waktu pelepasan

7. Evaluasi
Mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan asuhan yang diberikan kepada
klien. Pada tahap evaluasi ini bidan harus melakukan pengamatan dan observasi
terhadap tindakan yang telah dilakukan. Manajemen kebidanan yang terdiri atas
tujuh langkah ini merupakan proses berfikir dalam mengambil keputusan klinis
dalam memeberikan asuhan kebidanan yang dapat diaplikasikan atau diterapkan
dalam setiap situasi.

Manajemen Maternitas metode SOAP

S : Subjektif berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien.

Pengkajian data yang diperoleh merupakan ungkapan langsung tentang

keluhan atau masalah akseptor (Fauziah, 2010 ; h. 139).

O : Objektif merupakan pendokumentasian hasil observasi, hasil pemeriksaan

fisik pasien, pemeriksaan laboratorium, informasi dari keluarga dapat

dimasukkan dalam data objektif sebagai data penunjang. Data ini akan

memberikan bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan

diagnosis.

A : Assessment merupakan kesimpulan dari data subjektif dan data objektif,

karena keadaan pasien yang setiap saat bisa mengalami perubahan.

Assessment pada data perkembangan diperoleh : Ny, umur...., P..., Ah....,

Ab...., akseptor KB IUD Copper T Cu 380 Ahari pemasangan.

P : Planning adalah membuat rencana asuhan yang disusun berdasarkan hasil

analisis dan interpretasi data, rencana asuhan ini bertujuan untuk

mengusahakan tercapainya kondisi pasien.

Anda mungkin juga menyukai