Anda di halaman 1dari 9

ASUHAN KEPERAWATAN IUD (Intra Uterine Devices) PADA IBU

A. Definisi
IUD adalah suatu alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim yang
bentuknya bermacam-macam terdiri dari plastik yang dililiti tembaga atau Cu.
(Abdul Bari Saifudin, 2003 : hal MK 73-74)
IUD adalah suatu alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim yang
bentuknya bermacam- macam, terdiri dari plastik (polythyline), ada yang dililit
tembaga (Cu) ada pula yang tidak, tetapi ada pula yang dililit dengan tembaga
bercampur perak (Ag). Selain itu ada pula yang batangnya berisi hormon
progesterone. (Marjati, 2011)
Infeksi adalah proses infasip oleh mikroorganisme dan berpoliverasi didalam
jaringan tubuh yang dapat menyebabkan cedra seluler setempat akibat metabolism
toksin maupunreaksi antibody- antigen (potter & perry, 2005)
B. Etiologi
Penyebab terjadinya infeksi pada proses pemasangan IUD adalah:
1. Memiliki resiko infeksi seksual sebelumnya seperti nutrisi ibu tidak adekuat
2. Tidak mengkonsumsi antibiotok dalam 20 hari pertama setelah pemasangan IUD
3. Teknik dan proses pemasangan IUD
C. Factor resiko
1. Resiko penyakit radang panggul meningkat.
2. Bertambahnya darah haid dan rasa sakit selama beberapa bulan pertama pada
berbagai pemakai IUD.
3. Tidak dapat melindungi klien dari PMS dan AIDS.
4. Tali IUD dapat menimbulkan perlukaan partia uteri dan mengganggu hubungan
sseksual pada sebagian pemakai.
5. Klien tidak dapat mencabut sendiri IUD nya.
D. Klasifikasi
Macam-macam IUD
Menurut Hanafi, 2003 dalam buku KB dan Kontrasepsi hal 205-206, macam-
macam IUD sebagai berikut :
1. Un medicated IUD
a. IUD generasi pertama
b. Bersifat dari bahan pocyethylen (plastik) yang mengandung dan terbuat dari
bahan yang tidak bisa diserap
c. Terbuat dari bahan polyethylen (plastik) yang mengandung barium sulfat.
Macamnya ada 4 macam IUD lippes loop
a. Lippes loop A :Panjang 26,2 mm, lebar 22,2 mm, benang biru, satu titik pada
panggul IUD dekat benang ekor
b. Lippes loop B :Panjang 25,2 mm, lebar 27,4 mm 2 benang hitam bertitik 4
c. Lippes loop C :Panjang 27,5 mm, lebar 30,0 mm, 2 benang kuning bertitik 3.
d. Lippes loop D :Panjang 27,5 mm, lebar 30,0 mm, 2 benang putih bertitik 2.
2. Medicated Devices:
a. Bio-active devices
b. Second Generation Devices
- Mengandung Logam
3. AKDR-Cu Generasi pertama (First Generation Copper Devices )
a. Cu- T- 200 : Jarum –T
b. Cu-7: Gravivard
c. ML-Cu-250
4. AKDR- Cu generasi kedua (Second Generation Copper Devices)
a. CUT-380 A : Parogara
b. CUT- 380 Ag
c. CUT- 220 C
d. Nova-T: Novagard: mengandung Ag
e. Delta-T: Modified CUT-220 C: penambahan benang chromic catgut pada
lengan atas, terutama untuk insersi postpartum
f. ML CU-375
5. Mengandung hormon: progesteron atau levonogestrel
a. Progesterst : A12a-T dengan daya kerja 1 tahun
b. LNG-20 : mengandung levonogestrel
E. Bagan fatofisiologi
Pencegahan kehamilan

Pemasangan KB IUD

Masuknya benda asing dari vagina Ibu menderita/ beresiko menderita


menuju uterus PMS

Resiko infeksi

Perangsang reseptor nyeri infeksi Kurang paparan informasi

nyeri Kurang pengetahuan

F. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala dari ifeksi genitalia pada pemasangan IUD adalah
Tanda:
1. Nyeri di area yang terinfeksi
2. Muncul tanda- tanda infeksi seperti rubor, kalor, dolor
3. Ibu tanpak tidak nyaman
G. Komplikasi
1. Merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan
2. Perforasi dinding uterus(sangat jarang apabila pemasangan benar)
3. Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
4. Tidak baik digunaka pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering
berganti pasangan
5. Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri
6. Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi AKDR untuk
mencegah kehamilan normal.
H. Mekanisme kerja IUD
menurut Mochtar, 2008 dalam buku Sinopsis Obstetri : hal 109-111, mekanisme
kerja yang pasti dari IUD belum diketahui. Ada beberapa mekanisme kerja IUD yang
telah dianjurkan :
1. Timbulnya reaksi radang lokal yang non spesifik didalam cavum uteri sehingga
implantasi sel telur yang telah dibuahi terganggu.
2. Prodiksi lokal prostaglandin yang meninggi, yang menyebabkan terhambat
implantasi.
3. Teori reaksi benda asing yang menyebabkan pemadatan endometrium oleh sel-sel
makrofag dan limfosit yang menyebabkan blastokis rusak atau tidak dapat
bernidasi.
4. Teori pengaruh zat bioaktif progesteron (untuk IUD yang berisi progesteron)
yang menghambat ovulasi, mempengaruhi endometrium yang berakibat
menghambat nidasi, mempengaruhi lendir serviks yang menghalangi gerak
sperma.
5. IUD menimbulkan perubahan pengeluaran cairan, prostaglandin yang
menyebabkan rahim berkontraksi sehingga menghalangi transport sel sperma ke
kavum uteri.
6. Ion Cu yang dikeluarkan IUD dengan Cuppes menyebabkan gangguan gerak
spermatozoa sehingga mengurangi kemampuan untuk melaksanakan konsepsi
I. Keuntungan dan kerugian
Menurut Saifuddin Abdul Bari dalam buku Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kontrasepsi, 2006: MK-75 - MK-76:
1. Keuntungannya :
a. Sangat efektif, angka kegagalan 0,3 % sampai 1 %
b. IUD dapat efektif segera setelah pemasangan.
c. Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT.380A dan tidak perlu
diganti).
d. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.
e. Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
f. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil.
g. Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu IUD (CuT.380A)
h. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.
i. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau setelah abortus (apabila tidak
terjadi infeksi)
j. Tidak ada interaksi dengan obat-obat.
2. Kerugiannya :
a. Resiko penyakit radang panggul meningkat.
b. Bertambahnya darah haid dan rasa sakit selam beberapa bulan pertama pada
berbagai pemakai IUD.
c. Tidak dapat melindungi klien dari PMS dan AIDS.
d. Tali IUD dapat menimbulkan perlukaan partia uteri dan mengganggu
hubungan sseksual pada sebagian pemakai.
e. Klien tidak dapat mencabut sendiri IUD nya.
J. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Efektifitas IUD
Menurut Hanafi Hartanto, 2003 dalam buku KB dan Kontrasepsi hal 200-212,
Efektifitas dari IUD dinyatakan dalam angka kontinuitas (continuation rate) yaitu
berapa lama IUD tetap tinggal di utera tanpa :
1. Ekspulsi spontan
2. Terjadinya kehamilan
3. Pengangkatan atau pengeluaran karena alasan-alasan medis atau pribadi.
 Efektifitas dari macam-macam IUD tergantung pada IUD nya :
Jenis, ukuran, besar dan luasnya permukaan IUD, untuk IUD
medisionalis bergntung pada luasnya permukaan bahan bioaktif yang dikandung
dan lama pemakaian.
 Akseptor :
Umur, paritas, ketaatan dan keteraturan kontrol dan frekuensi senggama,
personal hygiene. Dari faktor-faktor yang berhubungan dengan akseptor yaitu
umur dan paritas, diketahui :
1. makin tua usia, makin rendah angka kehamilan, ekspulsi danpengangkatan
atau pengeluaran IUD.
2. makin muda usia terutama pada multigravida, maka tinggi angka ekspulsi dan
pengangkutan atau pengeluaran IUD.
Maka efektifitas IUD tergantung pada variabel administratif pasien dan medis,
termasuk kemudahan insersi, pengalaman pemasang, kemungkinan ekspulsi dari
pihak akseptor, kemampuan akseptor untuk mengetahui terjadinya ekspulsi dan
kemudahan akseptor untuk mendapatkan pertolongan medis.
K. Indikasi dan kontraindikasi
 indikasi
Menurut Manuaba, 2009 dalam buku Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
KB,Pemasangan IUD untuk bertujuan kontrasepsi dapat dilakukan pada wanita yang :
1. Telah memakai IUD di masa lalu dengan memuaskan dan aman.
2. Pernah melahirkan dan telah punya anak hidup.
3. Ukuran rahim tidak kurang dari 15 cm.
4. Telah cukup jumlah anaknya dan belum memutuskan untuk steril.
5. Tidak ingin hamil paling tidak lebih 2 tahun atau menjarangkan kehamilan.
6. Tidak boleh atau tidak cocok memakai kontrasepsi horrmonal (mengidap
penyakit jantung, hipertensi, hati).
7. Sedang menyusui dan menginginkan kontrasepsi.
8. Tidak ada kontra indikasi.

 Kontra Indikasi Pemasangan IUD


Menurut Manuaba, 2009 dalam buku Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
KB, kontraindikasi pemasangan IUD antara lain :
1. Diketahui dan curiga hamil.
2. Infeksi panggul (pelvis)
3. Pendarahan vagina yang tidak diketahui.
4. Dicurigai atau dikrtahui adanya kanker rahim.
5. Kelainan rahim (rahim kecil, stenosis kanalis servikalis, polip endometrium)
6. Anemi berat dan gangguan pembukaan darah.
7. Wanita dengan resiko tinggi mendapat PMS.
L. Penatalaksanaan
1. Mengkonsumsi antibiotic sesuai indikasi
2. Melepaskan IUD
M. Pengkajian
1. Wawancara
a. Jumlah anak yang direncanakan
b. Adakah masalah dalam kehamilan yang lalu seperti mual-mual dan lain-lain ?
c. Apakah ibu pernah menggunakan alat kontrasepsi sebelumnya?
d. Adakah keluhan dalam penggunaan kontrasepsi: mual, pendarahan, nyeri saat
berhubungan, infeksi atau haid tidak teratur dan sebagainya
e. Riwayat social: adakah pantangan yang berkaitan dengan budaya /kultur,
kebiasaan merokok
f. Harapan pada jenis kelamin anak tertentu
g. Riwayat menstruasi, KB hormonal biasanya menyebabkan gangguan siklus
haid seperti amenore, spotting, metroragia,
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum: adakah tanda-tanda ibu sedang sakit yang tampak dari
anemia, kelemahan, berat badan/tinggi badan,
b. Tanda – tanda vital : Tekanan Darah biasanya tinggi, Efek dari hormonal,
Nadi cepat, Napas terkadang sesak, suhu terkadang tinggi karena respon
tubuh terhadap pemasangan AKDR.
c. Muka periksa adanya oedema, jerawat, hyperpigmentasi (efek hormonal).
d. Kardiovaskuler : Palpitasi.
e. Dada : pernapasan kadang sesak.
f. Payudara : hyperpigmentasi
g. Abdomen : nyeri, mules, muntah-muntah, mual (efek AKDR)
h. Vagina : Periksa adakah blood show, keluar darah pervaginam, varises,
ukuran uterus yang mengalami kelainan
i. Ekstremitas : Adakah edema, varises pada ekstrimitas, bekas insisi post
pemasangan implant pada tangan atas.
N. Analisa data

NO S E P
1. DS: klien mengatakn nyeri pada Pencegahan kehamilan Nyeri akut
daerah yang terpasang KB IUD
DO: terdapat tanda – tanda Pemasangan KB IUD
infeksi
- Lubor Masuknya benda asing
- Kalor dari vagina menuju
- Dolor uterus
- Tumor
- Funfsilasea Resiko infeksi
Klien terlihan meringis
Perangsang reseptor
nyeri

Nyeri akut

2. DS: klien mengatakan panas Pencegahan kehamilan Resiko ifeksi


pada daerah luka
DO: Pemasangan KB IUD
terdapat luka terbuka
rentan terdapat tanda – tanda Masuknya benda asing
infeksi dari vagina menuju
- Lubor uterus
- Kalor
- Dolor Resiko infeksi
- Tumor
- Funfsilasea infeksi

3. DS: klien mengatakan tidak tau Pencegahan kehamilan Kurang


akan seperti ini pengetahuan
DO: Pemasangan KB IUD
klien pertama kali pakai Kb IUD
pengetahuan pasien tentang Kb Masuknya benda asing
kurang pengetahuan dari vagina menuju
uterus

Kurangnya paparan
informasi

Kurang pengetahuan

O. Diagnose keperawatan
1. Nyeri akut sehubungan dengan Perangsang reseptor nyeri akibat infeksi d.d
DS: klien mengatakn nyeri pada daerah yang terpasang KB IUD
DO: terdapat tanda – tanda infeksi
- Lubor
- Kalor
- Dolor
- Tumor
- Funfsilasea
Klien terlihan meringis
2. Resiko infeksi sehubungan dengan Masuknya benda asing dari vagina menuju
uterus d.d
DS: klien mengatakan panas pada daerah luka
DO: terdapat luka terbuka
rentan terdapat tanda – tanda infeksi
- Lubor
- Kalor
- Dolor
- Tumor
- Funfsilasea
3. Kurang pengetahuan sehubugan dengan kurang paparan informasi tentang KB
IUD
DS: klien mengatakan tidak tau akan seperti ini
DO: klien pertama kali pakai Kb IUD
pengetahuan pasien tentang Kb kurang pengetahuan
P. Perencanaan
1. Perencanaan Dx 1

Kriteria hasil Intervensi


Kriteria hasil: Pain management
 Mampu mengontrol nyeri ( tahu • Lakukan pengkajian nyeri secara
penyebab nyeri, mampu menggunakan komprehensif termasuk lokasi,
teknik nonfarmakologi untuk karakteristik, durasi, frekuensi,
mengurangi nyeri, mencari bantuan) kualitas dan factor presipitasi
 Melaporkan bahwa nyeri berkurang • Observasi reaksi nonverbal dari
dengan menggunakan manajemen ketidak nyamanan
nyeri • Gunakan teknik komunikasi
 Mampu mengenali nyeri ( skala, terapeutik untuk mengetahui
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) pengalaman nyeri pasien
 Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri • Ajarkan tentang teknik non
berkurang farmakologi
• Bantu pasien dan keluarga untuk
mencari dukungan
• Pilih dan lakukan penanganan nyeri
( farmakologi, nonfarmakologi dan
interpersonal)
• Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
• Evaluasi keefektipan control nyeri
• Tingkatkan istirahat
• Kolaborasi dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
Analgesic administration
• Tentukan lokasi dan karakteristik,
kualitas, dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat
• Cek intruksi dokter tentang jenis
obat, dosis dan prekuensi
• Cek riwayat alergi
• Monitor tanda- tanda vital sebelum
dan sesudah pemberian analgesic
pertama kali
• Berikan analgesic tepat waktu
• Evaluasi efektifitas analgesic tanda
dan gejala

2. Perencanaan Dx 2

Kriteria hasil Intervensi


Kriteria hasil:  Bersihkan lingkungan setelah
• Klien bebas dari tanda dan gejala dipakai pasien lain
infeksi  Batasi pengunjung bila perlu
• Menunjujan prilau hidup sehat  Gunakan sabun untuk cuci tangan
• Kemampuan untuk mencegah  Cuci tangan setiap sebelum dan
timbulnya infeksi sesudah tindakan keperawatan
 Berikan antibiotic bila perlu
 Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan local
 Berikan perawatan kulit (vulva
haigiene)
 Infeksi kulit dan membrane mukosa
terhadap kmerahan, panas, drainase
 Infeksi kondisi luka
 Dorong masukan nutrisi yang cukup
 Laporkan kecurigaan infeksi

3. Perencanaan Dx 3

Kriteria hasil Intervensi


Kriteria hasil:  Kaji tingkat pengetahuan pasien dan
 Pasien dan keluarga pasien telah keluarga
memahami tentang penyakit yang  Gambarkan tanda dan gejala yang
diderita pasien bisa muncul pada penyakit, dengan
 Pasien dan keluarga pasien mampu cara yang tepat
menjelaskan kembali apa yang telah  Indentipikasi kemungkinan
dijelaskan oleh tenaga kesehatan penyebab dengan cara yang tepat
 Sediakan informasi bagi keluarga
pasien tentang kemajuan kondisi
pasien, dengan cara yang tepat

Anda mungkin juga menyukai