A. Definisi
Leukemia adalah suatu tipe dari kanker yang berasal darikata yunani leukosit-
putih, haima- darah. Leukemia adalah kanker yang mulai dari sel- sel darah. Penyakit
ini terjadi ketika sel darah memiliki sifat kanker yaitu membelah tidak terkontrol dan
mengganggu pembelahan sel darah normal. Leukemia ( kanker darah) adalah jenis
penyakit kanker yang menyerang sel darah putih yang diproduksi oleh sumsum tulang
(bone marrow) (padila, 2013).
Leukemia adalah poliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas sering disertai
bentuk leukosit yang lain dari pada normal, jumlahnya berlebihan dan dapat
menyebabkan anemia, trombositopenia dan diakhiri dengan kematian (Nurarif &
Kusuma, 2015).
B. Etiologi
Penyebab dari penyakit leukemia tidak diketahui secara pasti. Faktor yang
diduga mempengaruhi frekuensi terjadinya leukemia (Padila, 2013) yaitu:
1. Radiasi
Berdasarkan laporan riset menunjukkan bahwa :
a. Para pegawai radiologi berisiko untuk terkena leukemia.
b. Pasien yang menerima radioterapi berisiko terkena leukemia.
c. Leukemia ditemukan pada korban hidup kejadian bom atom Hiroshima dan
Nagasak di Jepang.
2. Faktor Leukemogenik
Terdapat beberapa zat kimia yang dapat mempengaruhi frekuensi
leukemia :
a. Racun lingkungan seperti benzena : paparan pada tingkat-tingkat yang tinggi
dari benzene pada tempat kerja dapat menyebabkan leukemia.
b. Bahan kimia industri seperti insektisida dan Formaldehyde.
c. Obat untuk kemoterapi : pasien-pasien kanker yang dirawat dengan obat-obat
melawan kanker tertentu adakalanya dikemudian hari mengembangkan
leukemia. Contohnya, obat-obat yang dikenal sebagai agen alkylating
dihubungkan dengan pengembangan leukemia bertahun-tahun kemudian
3. Herediter
Penderita sindrom down, suatu penyakit yang disebabkan oleh kromosom
abnormal mungkin meningkatkan risiko leukemia, yang memiliki insidensi
leukemia akut 20 kali lebih besar dari orang normal.
4. Virus
Virus dapat menyebabkan leukemia menjadi retrovirus, virus leukemia
feline, HTLV-1 pada dewasa.
C. Factor resiko
Faktor-faktor risiko berikut bisa meningkatkan risiko terkena penyakit
leukemia:
1. Paparan radiasi yang berlebihan (misalnya tindakan radioterapi dan korban bom
atom)
2. Paparan terhadap bahan kimia beracun (misalnya benzena dan pengobatan
kemoterapi sebelumnya)
3. Penyakit genetik tertentu (misalnya sindrom Down)
4. Usia: AML dan CLL lebih umum terjadi pada kaum lansia
D. Klasifikasi
1. Leukemia Mielogenus/Mieloblastik AkutAML mengenai sel stem hematopeotik
yang kelak berdiferensiasi kesemua sel Mieloid: monosit, granulosit, eritrosit,
eritrosit dan trombosit.Semua kelompok usia dapat terkena; insidensi
meningkat sesuaibertambahnya usia. Merupakan leukemia nonlimfositik yang
paling seringterjadi. Pasien hanya dapat bertahan sampai 1 tahun, kematian
disebabkanoleh infeksi dan pendarahan.
2. Leukemia Mielogenus/Mieloblastik KronisCML juga dimasukkan dalam sistem
keganasan sel stem mieloid. Namunlebih banyak sel normal dibanding bentuk
akut, sehingga penyakit inilebih ringan. CML jarang menyerang individu di
bawah 20 tahun.Manifestasi mirip dengan gambaran AML tetapi tanda dan
gejala lebihringan, pasien menunjukkan tanpa gejala selama bertahun-
tahun,peningkatan leukosit kadang sampai jumlah yang luar biasa,
limpamembesar.
3. Luekemia Limfositik AkutALL dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast.
Sering terjadi padaanak-anak, laki-laki lebih banyak dibanding perempuan,
puncak insidenusia 4 tahun, setelah usia 15 ALL jarang terjadi. Manifestasi
limfositimmatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan
perifer,sehingga mengganggu perkembangan sel normal.
4. Leukemia Limfositik KronisCLL merupakan kelainan ringan mengenai individu
usia 50 sampai 70tahun. Manifestasi klinis pasien tidak menunjukkan gejala,
baruterdiagnosa saat pemeriksaan fisik atau penanganan penyakit lain
E. Bagan patofisiologi
Pada keadaan normal, sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan kita terhadap
infeksi. Sel ini secara normal berkembang sesuai dengan perintah, dapat dikontrol
sesuai dengan kebutuhan tubuh kita. Leukemia dapat meningkatkan produksi sel
darah putih pada sumsum tulang yang lebih dari normal. Sel darah putih terlihat
berbeda dengan sel darah normal dan tidak berfungsi seperti biasanya. Sel leukemia
memblok produksi sel darah putih yang normal, merusak kemampuan tubuh terhadap
infeksi. Sel leukemia juga dapat merusak produksi sel darah lain pada sumsum tulang
termasuk sel darah merah dimana sel tersebut berfungsi untuk menyuplai oksigen
pada jaringan.
Leukemia terjadi jika proses pematangan dari sitem sel menjadi sel darah putih
mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah keganasan. Perubahan
yang terjadi sering kali melibatkan penyusunan kembali bagian dari kromosom (bahan
genetik sel yang kompleks). Penyusunan kromosom (translokasi kromosom)
menganggu pengendalian normal dari pembelahan sel, sehingga sel yang membelah
tidak dapat terkendali dan menjadi ganas. Pada akhirnya sel-sel ini menguasai
sumsum tulang dan menggantikan tempat dari sel-sel yang menghasilkan sel-sel darah
normal. Kanker ini juga bisa menyusup ke dalam organ lainnya, termasuk hati, limpa,
kelenjar getah bening, ginjal dan otak (Padila, 2013).
Proliferasi sel kanker sel kanker bersaing dengan sel normal
Untuk mendapatkan nutrisi
infiltrasi
perdarahan
Tulang mengecil
demam & lemah
trombositopenia
Fraktur & lemah
F. Manifestasi klinis
1. Leukemia Mieloblastik Akut
a. Rasa lemah, pucat, nafsu makan hilang
b. Anemia
c. Perdarahan, petekie
d. Nyeri tulang
e. Infeksi
f. Pembesaran kelenjar getah bening, limpa, hati dan kelenjar mediastinum
g. Kadang – kadang ditemukan hipertrofi gusi khususnya pada M4 dan M5
h. Sakit kepala
2. Leukemia Mieloblastik Kronik
a. Rasa lelah
b. Penurunan berat badan
c. Rasa penuh di perut
d. Kadang – kadang rasa sakit di perut
e. Mudah mengalami perdarahan
f. Diaforesis meningkat
g. Tidak tahan panas
3. Leukemia Limfositik Akut
a. Malaise, demam, letargi, kejang
b. Keringat pada malam hari
c. Hepatosplenomegali
d. Nyeri tulang dan sendi
e. Anemia
f. Macam – macam infeksi
g. Penurunan berat badan
h. Muntah
i. Gangguan penglihatan
j. Nyeri kepala
4. Leukemia Limfositik Kronik
a. Mudah terserang infeksi
b. Anemia
c. Lemah
d. Pegal – pegal
e. Trombositopenia
f. Respons antibodi tertekan
g. Sintesis immonuglobin tidak cukup
G. Komplikasi
1. Gagal sumsum tulang yang disebut juga ( anemia aplastic)
2. Infeksi yang disebabkan akibat penurunan lukosit
3. Perdarahan yang disebabkan oleh penurunan factor pembekuan darah
4. Splenomegaly pembesaran limfa akibat sel- sel kanker masuk kedalam limfa
5. Hepatomegaly pembesaran hati yang diakibatkan sama masuknya sel-sel
kangkker kedalam hati ( asra, 2010)
H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis AMLTerapi induksi dan terapi konsolidasi
a. Terapi induksi (kemoterapi) → untuk membunuh selleukimia
b. Cytarabine (cystosal, ara C) daunorubbin (daunomycin,cerubidine) atau
mitoxantrone atau idarubicin, mercaptopurine(purinethol)
c. Supportive care (darah dan platelet) untuk infeksi,perdarahan, mukositis
dan diare.
d. Granulocyte growth factor.Terapi konsolidasi/post remisi (untuk
menghilangkan sisa sel leukimia yangtidak terdeteksi secara klinis) →
CytarabineTransplantasi sumsum tulang Donor sumsum tulang
menggantikan produksi sel darah. Sebelumnya dilakukan kemoterapi dan
radiasi untuk menghancurkan sumsum iskemik.Bisa terjadi resiko penolakan
dan infeksi.
2. Penatalaksanaan medis KML Fase kronis
a. Interferon dan cytocyne untuk memperbaiki kelainan kromosom
b. Hydroxyurea atau busulfan (myleran) untuk mengurangi SDP ( sensory
integration dysfunction)
c. Leukopheresis yaitu memisahkan dan membuang leukosit
d. Antracyline (daunomycin) untuk mengurangi SDP ( sensory integration
dysfunction) secara cepat dalam Fase transformasi
e. Terapi induksi dan transplantasi sumsum tulang.
3. Penatalaksaan medis ALL
a. Terapi induksi dengan tambahan kortikosteroid dan vinca alkaloid
b. Intrathecal kemoterapi (methotrexate) sebagai profilaksis SSP6
c. Maintenance : kemoterapi dosis rendah selama 3 tahun
d. Anti virus untuk mengurangi efek samping kortikosteroid
e. Transpalantasi sumsum tulang dapat menyembuhkan penyakit
4. Penatalaksaan medis KLL
a. Koemoterapi dengan kortikosteroid dan klorambusil (leukeran)
b. Cyplofosfamide, vincristine, doxorubicin
c. Imunoglobin IV untuk menangani efek samping obatseperti infeksi:
pneumocystis, listeria, mikobakteria, virus herpes dan sitomegalovirus.
I. Penatalaksanaan keperawatan
Pada setiap kasus anemia perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Terapi spesifik sebaiknya diberikan setelah diagnosis ditegakkan.
2. Terapi diberikan atas indikasi yang jelas, rasional, dan efisien.
Jenis-jenis terapi yang dapat diberikan adalah:
1. Terapi gawat darurat
Pada kasus anemia dengan payah jantung atau ancaman payah jantung,
maka harus segera diberikan terapi darurat dengan transfusi sel darah merah
dimampatkan (PRC) untuk mencegah perburukan payah jantung tersebut.
2. Terapi kauzal
Terapi kauzal merupakan terapi untuk mengobati penyakit dasar yang
menjadi penyebab anemia. Misalnya anemia defisiensi besi yang disebabkan oleh
infeksi cacing tambang harus diberikan obat anti cacing tambang.
3. Terapi empiria
Terapi yang terpaksa diberikan sebelum diagnosis dapat dipastikan, jika
terapi ini berhasil, berarti diagnosis dapat dilakukan. Terapi ini hanya dilakukan
jika tidak tersedia fasilitas diagnosis yang mencukupi. (Wiwik Handayani, 2008.)
J. Pengkajian
1. Anamnesis
a. Biodata: terdiri dari nama, umur dimana biiasanya leukemia sering terjadi
pada umur 3- 5 thn, jenis kelamin perempuan/ laki- laki
b. Riwayat penyakit
1) Keluhan utama : biasanya Pucat, panas, lemah, lesu
2) RPS : biasanya Pucat mendadak disertai panas dan perdarahan.
3) RPD
Antenatal : biasanya ibu menderita leukemia
Natal : -
Post natal : -
c. Activity Daily Life
1) Nutrisi : biasanya, muntah, Nafsu makan hilang, penurunan BB
2) Eliminiasi : biasanya Terjadi konstipasi dan diare
3) Istirahat : biasanya Sering tidur
4) Aktivitas : biasanya Lemas, lelah, nyeri sendi, cepat kelelahan
5) Personal hygiene : biasanya sebagian Terganggu dan dibantu orag tua
d. Riwayat immunisasi
Temuan yang dipublikasikan dalam the journal of pediatrics menunjukan
bahwa anak- anak di negara dengan vaksinasi hepatitis B tinggi memiiki
peluang 20% lebih rendah terkena semua jenis kanker pada anak.
Selain itu aak- anak yang lahir dinegara dengan tingkat vaksinasi tinggi
untuk polio dan vaksin lainnya memiliki kemungkinan 30-40 % lebih rendah
terkena lymphoblastic leukemia akut, yaitu penyakit yang mempengaruhi sel-
sel darah putih.
“untuk mengetahui hubungan yang lebih jelas lagi diperlukan penelitian
masa depan. Dan ini bukan berarti anak- anak yang divaksi tidak akan
mendapatkan kanker, tapi bisa mengurangi resiko kemungkinan terkena
kanker.” (Dr Michael, 2011)
e. Riwayat tumbuh kembang
pada anak penderita leukemia, kemungkinan akan mengelami
keterlambatan, yaitu sebagai berikut:
Dalam Membuat jembatan dengan tiga kotak
Dalam Menyusun kalimat
Dalam mempergunakan kata- kata
Dalam menggambar lingkaran bermain dengan anak lain dan tidak
menyadari adanya lingkungan lain diluar keluarganya
f. Lingkungan
Biasanya lingkungan sekitar rumah kotor, kumuh dan pola hidup
lingkungan tidak baik menyebabkan virus kuman berkembang biak terutama
virus retrovirus, virus leukemia feline yang dapat menyebabkan leukemia
(kanker darah)
g. Keluarga
Biasanya terdapat adanya anggota keluarga dengan leukemia
2. Pemeriksaan fisik
a. Umum
Kesadaran : biasanya composmentis sampai koma
Tekanan darah : biasanya hipotensi
Nadi : biasanya takikardi (cepat) dan filiformis (papilla pada
lidah yang mempunyai bentuk seperti benang)
Suhu : biasanya demam sampai dengan hiperpireksia ( suhu
tubuh yang tidak bisa terkendai)
Pernafasan : biasanya (takipnea) sesak nafas
b. Data antropometri
BB : biasanya penurunan BB 10%
TB : biasanya pertumbuhan tidak terjadi scra normal
LK : biasannya lingkar kepala dalam ukuran normal
LLA : biasanya linggkar lengan atas dalam ukuran 20% lebih
kecil
c. Pemeriksaan Fisik
Kepala
Wajah : pucat
Mata : conjungtiva pucat, perdarahan retina, pupil odema
Hidung : epitaksis
Mulut : gusi berdarah, bibir pucat, hipertropi gusi, stomatitis
Leher : pembesaran kelenjar gejah bening, faringitis
Dada : nyeri tekan pada tulang dada, terdapat efusi pleura
Abdomen : hepatomegali, spenomefali, limfodenopati
Skeletal : nyeri tulang dan sendi
Integumen : purpura, ekimosis, ptekie, mudah memar
Berat badan anak : biasanya ada penurunan BB
3. Data penunjang
Biasanya:
Penghitungan sel darah
Normociyic, normoromik anemia
Hb < 10 g/ 100ml
Retikulosit : rendah
Platelet count : < 50.000/mm
WBC > 50. 000/cm tampak blast sel leukemia
PT/PTT memanjang
LDH meningkat
Serum asam urat dalam urine : meningkat
Serum tembaga : meningkat
Chest X-Ray : pembesaran hepar dan lien
K. Analisa data
NO S E P
1. DS : nyeri abdominal, Proliferasi sel kanker sel Nyeri akut/ kronis
nyeri kepala, nyeri kanker bersaing dengan sel
persendian, sternum normal.Untuk
terasa lunak, kram pada mendapatkan nutrisi
otot
DO: meringis, infiltrasi
kelemahan, hanya
berpusat pada diri sendiri sel normal digantikan
dengan sel kanker
Infiltrasi ektramedular
Penurunan Leukosit
Infeksi
3. DS: menurut keluarga Proliferasi sel kanker sel Ketidakefektifan
klien, suhu tubuh selalu kanker bersaing dengan sel termoregulasi
tidak teratur normal.Untuk
DO: suhu tubuh tidah mendapatkan nutrisi
normal
Hipotermi: < 36,10C infiltrasi
Hipertermi > 37,70 C
tanda- tanda infeksi yaitu: sel normal digantikan
-Lubor dengan sel kanker
-Calor
-Dolor Defresi sumsum tulang
-Tumor
- Fungsilaesa Penurunan Leukosit
Infeksi
Demam/ kedinginan
4. DS: keluarga klien Proliferasi sel kanker sel G3 mobilitas fisik
mengatakan segala kanker bersaing dengan sel
aktifitas pasien dibantu normal.Untuk
oleh keluarga mendapatkan nutrisi
DO: klien terlihat lesu,
klien terlihat lemah, infiltrasi
fraktur,
sel normal digantikan
dengan sel kanker
Infiltrasi ektramedular
L. Diagnose keperawatan
1. Nyeri akut/kronis b,d Pembesaran limfa, liver, nodus limfe, tulang d.d
DS : nyeri abdominal, nyeri kepala, nyeri persendian, sternum terasa lunak,
kram pada otot
DO: meringis, kelemahan, hanya berpusat pada diri sendiri
2. Resiko infeksi b.d Penurunan Leukosit d.d
DS: keluarga klien mengatakan klien terlihat kesakitan
DO: terdapat pembengkakan atau tanda- tanda infeksi yaitu:
- Lubor
- Calor
- Dolor
- Tumor
- Fungsilaesa
3. Ketidakefektifan termoregulasi b.d infeksi d.d
DS: menurut keluarga klien, suhu tubuh selalu tidak teratur
DO: suhu tubuh tidah normal
Hipotermi: < 36,50C
Hipertermi > 37,0C
tanda- tanda infeksi yaitu:
-Lubor
-Calor
-Dolor
-Tumor
- Fungsilaesa
4. G3 mobilitas fisik b.d Tulang mengecil & lemah d.d
DS: keluarga klien mengatakan segala aktifitas pasien dibantu oleh keluarga
DO: klien terlihat lesu, klien terlihat lemah, fraktur,
M. Perencanaan
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, Hidayat A.2005. Pengaturan ilmu keperawatan anak 1. Selemba Medika Jakarta
Betz, Cecily, L 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatric (Masby’s Pediatric Nursing
Reference). Edisi 3. Jakarta EGC
Landier, W. 2001. Child Acute Lympoblastic Leukemia. Current Perspectives Oncol Nurs
Forum
Wong, Donna, L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatric Edisi 4, Jakarta: EGC
Buku nanda NIC NOC jilid 2
http://gedeagha.blogspot.co.id/2013/06/askep-leukemia-limpoblastik-akut.html
diakses pada mei 2020