KB IUD
Disusun Oleh :
Nim : PO.71.20.3.19.002
2. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya infeksi pada proses pemasangan IUD adalah
1. Memiliki resiko infeksi seksual sebelumnya seperti nutrisi ibu tidak adekuat
2. Tidak mengkonsumsi antibiotik dalam 20 hari pertama setelah pemasangan IUD
3. Teknik dan proses pemasangan IUD
4. MACAM-MACAM IUD
IUD telah dikembangkan dari generasi pertama yang terbuat dari benang sutera dan
logam (besi baja, stainlessteel, perak, dan tembaga), sampai pada generasi plastik baik yang
ditambahi obat (medicated), maupun yang tidak ditambahi obat (unmedicated). Jenis alat
kontrasepsi IUD adalah sebagai berikut :
a. Copper-T
IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelene di mana pada bagian vertikalnya
diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan kawat tembaga halus ini mempunyai efek
antifertilisasi (anti pembuahan) yang cukup baik. IUD bentuk T yang baru. IUD ini
melepaskan lenovorgegestrel dengan konsentrasi yang rendah selama minimal lima
tahun. Dari hasil penelitian menunjukkan efektivitas yang tinggi dalam mencegah
kehamilan yang tidak direncanakan maupun perdarahan menstruasi. Kerugian metode
ini adalah tambahan terjadinya efek samping hormonal dan amenorhea.
b. Copper-7
IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan.
fungsinya sama seperti halnya lilitan tembaga halus pada jenis Copper-T.
c. Multi Load
IUD ini terbuat dari dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan
berbentuk sayap yang fleksibel.
d. Lippes Loop
IUD ini terbuat dari bahan polyethelene, bentuknya seperti spiral atau huruf S
bersambung. Untuk meudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya
5. PATOFISIOLOGI KB IUD
ntrauterine device (IUD) atau alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) merupakan jenis
alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim. IUD merupakan alat kontrasepsi yang
efektif untuk jangka panjang, efisien karena hanya membutuhkan satu kali pemasangan,
nyaman untuk pasien, terjangkau, dan dapat mengembalikan kesuburan dengan cepat bila
dilepas.[1] IUD memiliki dua jenis yaitu IUD yang memiliki tembaga (misalnya IUD Cu
T380A) dan IUD yang mengandung hormon Levonorgestrel (mengandung total 13,5 mg
hormon levonorgestrel atau 52 mg hormon levonorgestrel).
Lama masa kerja IUD yang mengandung hormon adalah 5 tahun, sedangkan lama
masa kerja IUD Cu T380A adalah selama 10 tahun. Sehingga setelah masa kerjanya habis
IUD harus dilepas dan diganti dengan IUD yang baru bila masih ingin melanjutkan
kontrasepsi tersebut
Mekanisme kerja yang pasti dari tembaga IUD Cu T380A masih belum diketahui
secara pasti, tetapi diduga dapat menyebabkan inhibisi migrasi sel sperma, mengurangi
viabilitas sel sperma, mengurangi kecepatan transport sel ovum dan merusak ovum.
IUD yang mengandung levonorgestrel bekerja dengan cara menebalkan mukus
serviks sehingga menghambat penetrasi sel sperma, menghentikan ovulasi dan menipiskan
dinding rahim.
IUD tidak melindungi penggunanya dari risiko penyakit menular seksual, sehingga
pada wanita dengan risiko tinggi disarankan pasangannya tetap menggunakan kondom
Selain digunakan sebagai alat kontrasepsi konvensional, IUD Cu T380A juga dapat
digunakan sebagai alat kontrasepsi darurat. IUD Cu T380A sebagai alat kontrasepsi darurat
harus dipasang dalam waktu 5 hari setelah melakukan hubungan intim dan tetap dapat
memberikan manfaat selama 10 tahun bila tetap dipasang.[3] IUD Cu T380A dapat lebih
efektif sebagai alat kontrasepsi darurat bila dibandingkan dengan pil kontrasepsi darurat.[6]
6. PATHWAY KB IUD
IUD
Nyeri
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan cultus jaringan yang terinfeksi
2. Laboratorium hematologi
8. PENATALAKSANAAN
1. Mengkonsumsi antibiotik sesuai indikasi
2. Melepaskan IUD
1. Merasakan sakit dan kejang selama 3-5 hari setelah pemasangan (Handayani, 2010)
2. Perdarahan pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia
(Handayani, 2010)
3. Perforasi dinding uterus Perforasi uterus dapat terjadi pada saat insersi AKDR. Perforasi
dapat partial dimana sebagaian AKDR masih berada didalam uterus atau komplit dimana
seluruh bagian AKDR masuk ke dalam cavum abdomen (Handayani, 2010). Menurut
(Everett,2008), umumnya perforasi terjadi sewaktu pemasangan IUD walaupun bisa terjadi
pula kemudian. Pada permulaan hanya ujung IUD saja yang menembus dinding uterus.
Kemungkinan adanya perforasi harus diperhatikan apabila pada pemeriksaan dengan sonde
uterus atau mikrokuret tidak dirasakan IUD dalam rongga uterus. Jika ada kecurigaan kuat
terjadinya perforasi, sebaiknya dibuat foto rontgen. Hendaknya dilakukan histerografi untuk
menentukan apakah IUD terletak didalam atau diluar rahim. Dan dapat ditentukan dengan
USG trasvaginal dan transabdominal
4. Infeksi IUD itu sendiri atau benangnya yang berada dalam vagina umumnya tidak
menyebabkan terjadinya infeksi jika alat – alat yang digunakan disuci hamakan, 11 yakni
tabung penyalur, pendorong dan IUD. Organisme mirip Actinomyces adalah bakteri yang
ditemukan pada wanita yang menggunakan AKDR melalui pemeriksaan sitologi saat
dilakukan penapisan terhadap serviks. Gejala infeksi bisa dilihat dari keluhan seperti gatal
pada vagina, luka, rabas berbau tidak sedap dan nyeri. Wanita dapat memilih memakai
AKDR sebagai suatu metode kontrasepsi dan kondom untuk melindungi mereka dari infeksi
(Everett,2008).
5. Kehamilan Jika timbul kehamilan dengan AKDR in situ, tidak akan timbul cacat pada bayi
oleh karena AKDR terletak antara selaput ketuban dan dinding rahim. Angka keguguran
dengan AKDR in situ tinggi. Jika ditemukan kehamilan dengan AKDR in situ sedang
benangnya masih kelihatan, sebaiknya AKDR dikeluarkan oleh karena kemungkinan
terjadinya abortus setelah AKDR itu dikeluarkan lebih kecil daripada jika AKDR dibiarkan
terus berada dalam rongga uterus (Everett,2008).
2. ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
1 Ds : Proses pemasangan alat KB (IUD) Gangguan rasa
Adanya keluhan nyeri ↓ nyaman ; Nyeri
setelah pemasangan alat Insersi IUD ke dalam rahim
KB kedalam rahim ↓
Do : Merangsang saraf bebas
Tampak meringis ↓
Skala nyeri 3-5 (0-5) Merangsang pengeluaran
Tampak gelisah histamine, bradikinin, serotonin
↓
Korteks cerebri
↓
Nyeri dipersepsikan
↓
Gangguan rasa nyaman; Nyeri
2 Ds : Proses pemasangan alat KB (IUD) Ansietas (cemas)
Adanya kekhawatiran ↓
dalam proses Ketidaktahuan klien terhadap
pemasangan alat KB proses penyakit/pembukaan IUD
(IUD) ↓
Do : Stressor
Tampak cemas ↓
Tampak sering Mekanisme koping in efektif
menanyakan tentang ↓
program yang akan ansietas
dilakukan