Anda di halaman 1dari 24

Mata Kuliah Pelayanan KB dan Kespro

Evidence Based
Dalam Asuhan KB
Modern AKDR
Dosen Pengampu: Budi Astyandini,S.Si.T.M.Kes
KELOMPOK 4

ALIFIA ANDIN DWI PUJI APRILIA IKHA RAHMAWATI LIVIA MAHSABELLA NANDA APRILIYANA
RAHMAWATI (P1337424120208) (P1337424120240) (P1337424120233) NURJAYANTI
(P1337424120250) (P1337424120247)

CRUISSITA CANTIKA ERSA ARDIYANI JILAN AFIFAH MAULIYA HIKMAYA PUTRI RAHMAWATI
ARIMATYAS PUTRI (P1337424120217) AZZAH PUTRI (P1337424120209)
(P1337424120238) (P1337424120239) (P1337424120229)

DEVI PUSPITA AYU IIS ISMA LINDI DANIKA MEYLINDA RATRI P. RIZQA ISNAINY
SETYONINGRUM RIMADHAN (P1337424120246) WITANTRI (P1337424120214)
(P1337424120253) (P1337424120237) (P1337424120248)
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)/lntra Uterine


Device adalah alat kontrasepsi yang terbuat dari
bahan plastik yang halus berbentuk spiral atau
berbentuk lain yang dipasang di dalam rahim dengan
memakai alat khusus oleh dokter atau bidan/
paramedik lain yang sudah dilatih (Irianto, 2007).

Dengan adanya alat ini dalam rahim, akan terjadi perubahan


pada endometrium yang mengakibatkan kerusakan (lysis) dari
spermatozoa sehingga tidak dapat membuahi sel telur
(Huliana, 2006).
AKDR/IUD

pilihan kontrasepsi yang dengan suatu prosedur


efektif, aman dan nyaman sederhana dimasukkan
bagi banyak wanita ke dalam rahim

berfungsi untuk
mencegah bersemainya
terbuat dari plastik dan sel telur yang telah
tembaga dibuahi didalam rahim

efektif : 97-98%
berbentuk T (oleh lama pemakaiannya
karenanya disebut sampai 5-8 tahun, setelah
Cooper T) itu harus ganti dengan
yang baru

(Trivedi A et al, 2014)


TIPE AKDR
B
A
AKDR progestin yang
melepaskan sejumlah
AKDR yang mengandung
kecil levonogestrel
tembaga, dibuat dari batang
secara kontinu AKDR
plastik kecil dan kumparan
tembaga (CuT-380A)
tembaga pada batang utama
tersedia secara cuma-
dan lengannya
cuma jika menggunakan
Tidak mengandung hormon
fasilitas program KB
pemerintah, digunakan
untuk insersi
pascaplasenta/pascaper
salinan dini.
Mekanisme Kerja AKDR

belum diketahui dengan pasti, tetapi ada beberapa teori dan hipotesis yang menjelaskan
mekanisme kerja AKDR sebagai berikut

Teori reaksi radang non


spesifik

Teori reaksi benda asing yang Teori perubahan Teori efek mekanik, Teori perubahan
menyebabkan kumpulan sejumlah hormonal melalui yaitu menimbulkan sekresi biokimia dan
besar makrofag yang menelan peningkatan kadar kontraksi rahim yang perubahan enzimatik
sperma atau ovum pada prostaglandin menghalangi karbonik-anhidrase dan
permukaan mukosa rahim intrauterine perjalanan sperma alkali
WAKTU PEMASANGAN AKDR

a. Pasca persalinan segera : b. Pasca persalinan lanjut/Interval: insersi dapat


 Pasca plasenta : insersi dalam 10 menit pasca ekspulsi dilakukan kapan saja setelah 4-6 minggu
plasenta pada persalinan per vaginam sehingga dapat pascapersalinan selama belum terjadi kehamilan.
dilakukan di meja persalinan yang sama.
 Intra-sesarian : Insersi pada saat seksio sesaria, setelah
mengeluarkan plasenta dan sebelum menutup dinding
segmen bawah rahim atau uterus
 Pasca persalian dini : insersi dilakukan dalam waktu di
atas 10 menit hingga 48 jam setelah ekspulsi plasenta,
dilakukan di ranjang bersalin (sebelum pindah ke
bangsal) atau di ruang tindakan obstetrik (jika telah
pindah ke bangsal rawat inap).
INDIKASI PEMASANGAN AKDR
Harna (2010) mengatakan indikasi
pemasangan AKDR adalah:

a. Telah mempunyai anak hidup satu atau lebih.


b. Ingin menjarangkan kehamilan.
c. Sudah cukup anak hidup, tidak mau hamil lagi namun
takut atau menolak cara permanen.
d. Tidak cocok menggunakan kontrasepsi hormonal
karena mengidap penyakit jantung, hipertensi dan lain-
lain.
e. Berusia diatas 35 tahun dimana kontrasepsi hormonal
dapat memberikan efek kurang menguntungkan.
KONTRAINDIKASI PEMASANGAN AKDR

Sarwono (2006):

a. Kontraindikasi mutlak: diketahui atau dicurigai hamil


serta perdarahan vagina abnormal yang belum
didiagnosis
b. Rongga uterus distorsi hebat
c. Alergi terhadap tembaga
d. Mengidap tumor ovarium
e. Kelainan uterus (misalnya mioma)
f. Gonorhea, servisitis, kelainan haid, disminorhoe
g. Kavum uteri kurang dari 6,5 cm
KELEBIHAN & KEKURANGAN
Kelebihan Kekurangan

1) Bisa dilepas kapan saja, tanpa 1. Posisi KB spiral bisa bergeser


memengaruhi kesuburan. Setelah 2. Rasa tidak nyaman pada perut ketika baru
dilepas, kesuburan Anda bisa kembali pasang
normal. 3. beberapa bulan pertama : bercak
2) Aman digunakan untuk ibu menyusui. perdarahan (spotting) secara tidak teratur
3) Mengurangi risiko terkena kanker 4. Menstruasi lebih deras dan disertai kram
serviks dan kanker endometrium. saat menggunakan KB tembaga
4) Tidak membuat gemuk seperti pil KB. 5. Penggunaan KB spiral hormon,
5) IUD hormon bisa mengurangi nyeri dan menstruasi akan lebih ringan dan singkat
atau bisa tidak menstruasi sama sekali
kram PMS, mengurangi alran darah
6. Tidak mencegah dari risiko penyakit
yang terlalu deras selama menstruasi,
kelamin menular
dan menurunkan risiko kehamilan
ektopik.
EFEK SAMPING

Amenorea
Benang hilang/
Kejang/kram gangguan benang

Perdarahan
vagina yang Adanya
hebat dan pengeluaran
tidak teratur cairan dari
vagina /dicurigai
PRP
SUMBER: Saifuddin, 2011: MK-87
EVIDENCE BASED AKDR

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan


Kontrasepsi Non-IUD Pada Akseptor KB Wanita Usia
Subur 20-39 Tahun.

SUMBER: Adhayani, A Rahma. 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Kontrasepsi Non-IUD Pada
Akseptor KB Wanita Usia Subur 20-39 Tahun. Artikel Ilmiah. Universitas Diponegoro
Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif
kuantitatif dengan menggunakan metode cross sectional.
Penelitian ini dilaksanakan di PKM Kota bumi Udik pada
bulan Februari Tahun 2019. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh WU Sakseptor baru yang sudah menikah
dan memiliki anak yang berjumlah 100 orang di PKM
Kota bumi Udik, dengan jumlah Sampel 80 WUS yang
sudah menikah dan memiliki anak.
Hasil dan Pembahasan

Faktor Pemakaian KB IUD Frekuen Presentase


si (%)
Pemakai KB IUD    
Menggunakan 12 15.0
Tidak Menggunakan 68 85.0
Pengetahuan    
Baik 17 21.2
Cukup 29 36.2
Kurang 34 42.5
Pendidikan    
Tinggi 52 65.0
Rendah 28 35.0
Usia    
< 20 tahun 5 6.2
20-35 tahun 46 57.5
> 35 tahun 29 36.2
Dukungan suami    
Mendukung 26 32.5
Tidak Mendukung 54 67.5

Tabel 1
Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan Tabel 1 dari 80 Wanita Usia Subur (WUS) menggunakan KB IUD sebanyak 12 (15%). Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan Nurbaiti (2013) yaitu wanita usia subur yang menggunakan KB IUD berhubungan
dengan banyak factor dari dalam diri wanita usia subur yang menggunakan alat kontrasepsi. Dapat disimpulkan bahwa
faktor pengetahuan, pendidikan, usia dan dukungan suami dalam penelitian ini merupakan faktor untuk penentu
pemakaian KB IUD. Berdasarkan frekuensi pengetahuan wanita usia subur (WUS) yang menggunakan KB IUD terbanyak
dengan dikategorikan kurang 42% (34 Wanita usia subur). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Marlina (2017), yaitu pengetahuan wanita usia subur yang kurang baik lebih memiliki peluang besar untuk tidak
menggunakan KB IUD. Dapat disimpulkan bahwa factor pengetahuan, dalam penelitian ini merupakan faktor untuk
penentu pemakaian KB IUD.

Berdasarkan frekuensi pendidikan wanita usia subur (WUS) yang menggunakan KB IUD terbanyak dengan dikategorikan
rendah 35.0 % (28 Wanita usia subur). Distiribusi frekuensi usia wanita usia subur (WUS) yang menggunakan KB IUD
terbanyak pada usia 20-35 tahun 57.5 % (46 Wanita usia subur). Dukungan suami terhadap keputusan untuk
menggunakan KB IUD pada wanita usia subur yang tidak mendapat mendukung sebanyak 67.5 % (54 wanita usia subur).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Marlina (2017), yaitu dukungan suami yang tidak mendukung
wanita usia subur lebih memiliki peluang besar untuk tidak menggunakan KB IUD.
Kesimpulan

Hasil analisis data dengan jumlah responden 80 wanita usia subur di PKM
Kotabumi Udik Kab. Lampung Utara Tahun 2019, maka dapat disimpulkan bahwa
didapatkan sebanyak 12 (15%) Wanita Usia Subur menggunakan KB IUD . Wanita
usia subur berdasarkan pengetahuan didapatkan 42.5% (34 WUS) yang memiliki
pengetahuan kurang. Berdasarkan pendidikan didapatkan 65% (52 WUS) yang
memiliki pendidikan tinggi. Berdasarkan usia WUS didapatkan 6.2% (5 WUS) yang
memilik usia <20 tahun. Berdasarkan Dukungan dari suami didapatkan 26,9% (7
WUS) yang mendapat dukungan dari suaminya. Ada hubungan antara
pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) terhadap pemakaian KB IUD dengan P
Value = 0.026.

Tidak terdapat hubungan antara pendidikan Wanita Usia Subur (WUS) terhadap
pemakaian KB IUD dengan P Value =0.199. Tidak terdapat hubungan antara usia
Wanita Usia Subur (WUS) terhadap pemakaian KB IUD 2019 dengan P Value
=0.839. Tidak terdapat hubungan antara dukungan suami pada Wanita Usia
Subur (WUS) terhadap pemakaian KB IUD dengan P Value =0.082.
Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari
hasil analisis didapat, penulis menyarankan
secara teoritis sebagai acuan untuk
penelusuran teori tentang factor-faktor
wanita usia subur dengan pemakaian KB
IUD, Secara praktis hasil penelitian dapat
digunakan sebagai acuan dalam membantu
pengambilan keputusan dan konseling
tentang KB IUD di PKM Kotabumi Udik Kab.
Lampung Utara sehingga dapat
meningkatkan pelayanan mutu ke
masyarakat.
2

Gambaran Dukungan Suami Dari Akseptor Dalam


Pemilihan Alat Kontrasepsi IUD
Di Desa Ringinarum Kecamatan Ringinarum
Kabupaten Kendal

SUMBER: Khobibah, et all. Gambaran Dukungan Suami Dari Akseptor Dalam Pemilihan Alat Kontrasepsi
IUD Di Desa Ringinarum Kecamatan Ringinarum Kabupaten Kendal. Midwifery Care Journal.
Abstrak
Ada berbagai macam pilihan kontrasepsi, salah satu jenis alat kontrasepsi adalah Intra Urerin Device (IUD)
yang merupakan salah satu metode kontrasepsi efektif. Banyak faktor yang mempengaruhi WUS (Wanita Usia
Subur) dalam penggunaan kontrasepsi, faktor tersebut antara lain usia WUS, jumlah keluarga, status
pekerjaan, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan alat kontrasepsi serta dukungan keluarga khususnya
suami. Dukungan suami adalah bentuk nyata keikutsertaan suami kepada istrinya dalam mempengaruhi
bahtera rumah tangga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dukungan suami dari akseptor
dalam pemilihan alat kontrasepsi IUD di desa Ringinarum Kecamatan Ringinarum Kabupaten Kendal. Desain
penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan survey. Populasi dalam penelitian ini yaitu semua akseptor
KB di Desa Ringinarum Kecamatan Ringinarum Kabupaten Kendal kurang lebih 261 akseptor. Jumlah sampel
66 responden dengan teknik sampling secara Acak Sistematis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar suami mendukung dalam pemilihan alat kontrasepsi IUD
sebanyak 52 responden (78,8%). Diharapkan dengan adanya dukungan dari suami, Wanita Pasangan Usia
Subur dapat memilih dan menggunakan alat kontrasepsi IUD. Hasil penelitian disarankan dapat digunakan
sebagai masukan pada Instansi BPPKB dan Dinkes untuk membuat program atau kebijakan yang lebih baik
untuk meningkatkan program – program dalam pencapaian target IUD dan meningkatkan mutu pelayanan
dalam program keluarga berencana, misalnya dengan cara mengadakan penyuluhan dan safari KB.
 Metodologi penelitian : Penelitian ini menggunakan deskriptif dengan Pendekatan cross sectional metode survei.

 Pembahasan :

Hasil penelitian menunjukkan bahwa suami kurang mendukung dalam pemilihan alat kontrasepsi IUD. Sebagian besar
suami mendukung dalam pemilihan alat kontrasepsi IUD sebanyak 52 responden (78,79%). Dukungan suami adalah
bentuk nyata keikutsertaan suami kepada istrinya dalam mempengaruhi bahtera rumah tangga mereka. Bentuk-
bentuk dukungan suami yang dapat diberikan pada istri adalah kedekatan emosional, suami yang mengijinkan istri
terlebat dalam suatu kelompok yang memungkinkan untuk berbagi minat, perhatian, suami dapat diandalkan ketika
istri membutuhkan bantuan, dan suami merupakan tempat bergantung untuk menyelesaikan masalah istri (BKKBN).
Dukungan suami dalam pemilihan alat kontrasepsi IUD mempengaruhi perilaku akseptor dalam menentukan
keputusan untuk tetap menggunakan kontrasepsi IUD, berhenti menggunakan atau berganti alat kontrasepsi yang lain.
Semakin besar dukungan suami terhadap pemilihan alat kontrasepsi IUD maka seharusnya perilaku akseptor
kontrasepsi IUD cenderung semakin tetap dan mantap menggunakan kontrasepsi IUD, namun sebaliknya jika
dukungan suami kurang mendukung maka perilaku akseptor kontrasepsi IUD cenderung untuk tidak memilih, berhenti
menggunakan atau berganti alat kontrasepsi yang lain, meskipun keputusan untuk tetap menggunakan kontrasepsi
IUD banyak dipengaruhi oleh faktor lain misalnya anjuran dari bidan, murah, aman dan efektif.
Kesimpulan
Hasil Penelitian mengenai “Gambaran dukungan suami dari PUS dalam
pemilihan alat kontrasepsi IUD di Desa Ringinarum Kecamatan Ringinarum
Kabupaten Kendal” dapat disimpulkan yaitu sebagian besar suami mendukung
dalam pemilihan alat kontrasepsi IUD sebanyak 52 responden (78,8%).

Saran
Diharapkan adanya tindak lanjut untuk melakukan penelitian dengan menggunakan
metode dan variable yang berbeda sehingga dapat menghasilkan penelitian yang
lebih baik, misalnya dengan menambah variabel lain seperti: pengetahuan
akseptor, dukungan tenaga kesehatan, budaya, minat, motivasi dan persepsi.
Sehingga dapat menemukan fakto-faktor yang dapat meningkatkan
penggunaan akseptor KB IUD
Daftar Pustaka

Sitohang, W. T. (2018). Faktor- Adhayani, A Rahma. 2011.


Faktor Yang Berpengaruh Faktor-Faktor Yang
Terhadap Pemakaian Alat Berhubungan Dengan
Kontrasepsi Dalam Rahim Pemilihan Kontrasepsi Non-
(AKDR) Pasca Salin (Doctoral IUD Pada Akseptor KB Wanita
dissertation, Universitas Usia Subur 20-39 Tahun.
Hasanuddin). Artikel Ilmiah. Universitas
Diponegoro
Khobibah, et all. Gambaran
Dukungan Suami Dari
Akseptor Dalam Pemilihan
Alat Kontrasepsi
IUD Di Desa Ringinarum
Kecamatan Ringinarum
Kabupaten Kendal.
Midwifery Care Journal.
Lampiran
1 2 3

THANK YOU
DO YOU HAVE ANY QUESTIONS?

Anda mungkin juga menyukai