Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN AKDR

DEFINISI AKDR
AKDR adalah bahan inert sintetik (dengan atau tanpa unsur tambahan untuk sinergi
efektifitas) dengan berbagai bentuk, yang dipasangkan ke dalam rahim untuk menghasilkan
efek kontraseptik
(Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2010)

JENIS – JENIS AKDR


 AKDR CuT-380A
Kecil, kerangka dari plastik yang fleksibel, berbentuk huruf T diselubungi oleh kawat
halus yang terbuat dari tembaga (Cu)
 AKDR lain yang beredar di indonesia ialah NOVA T (Schering)
(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, 2011)

 Un-medicated IUD, lippes loop diperkenalkan pada awal 1960-an,dan dianggap sebagai
IUD standart, terbuat dari polyethylene (suatu plastik insert secara biologik) ditambah
barium sulfat. Ada empat macam IUD Lippes Loop yaitu Lippes Loop A, Lippes Loop
B, Lippes Loop C, Lippes Loop D
 Medicated IUD, Copper IUD yang paling dikenal saat ini adalah CuT-200, CuT-200B,
CuT-200Ag, CuT-200C, CuT-380A, CuT-380Ag, CuT-380S
(Buku Keluarga Berencana dan Kontrasepsi, 2010)

CARA KERJA AKDR


 Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi
 Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
 AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun AKDR
membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi
sperma untuk fertilisasi
 Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus
(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, 2011)
KEUNTUNGAN AKDR
 Sebagai kontrasepsi, efektivitasnya tinggi
 AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan
 Metode jangka panjang ( 10 tahun popteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti)
 Sangat efektif karena tidak perlu mengingat-ingat
 Tidak mempengaruhi hubungan seksual
 Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil
 Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380A)
 Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
 Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi
infeksi)
 Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir)
 Tidak ada interaksi dengan obat-obat
 Membantu mencegah kehamilan ektopik
(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, 2011)

KERUGIAN AKDR
 Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
 Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering berganti
pasangan
 Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai AKDR. PRP
dapat memicu infertilitas
 Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam pemasangan AKDR.
Sering kali perempuan takut selama pemasangan
 Sedikit nyeri dan perdarahan (spooting) terjadi setelah pemasangan AKDR. Biasanya
menghilang dalam 1-2 hari
 Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri, petugas kesehatan terlatih yang
harus melepaskan AKDR
 Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila AKDR
dipasang segera sesudah melahirkan)
 Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi AKDR untuk mencegah
kehamilan normal
 Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu. Untuk
melakukan ini perempuan harus memasukkan jarinya ke dalam vagina, sebagian
perempuan tidak mau melakukan ini
(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, 2011)

EFEK SAMPING AKDR


 Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan dan akan berkurang setelah 3
bulan)
 Haid lebih lama dan banyak
 Perdarahan (spooting) antar menstruasi
 Saat haid lebih sakit
(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, 2011)
 Rasa nyeri dan kejang diperut
 Gangguan pada suami
 Ekspulsi (pengeluaran sendiri)
(Ilmu Kandungan, 2007)

KOMPLIKASI AKDR
 Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan
 Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab
anemia
 Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila peasangannya benar)
(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, 2011)

YANG DAPAT MENGGUNAKAN AKDR


 Usia reproduksi
 Keadaan nulipara
 Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
 Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
 Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya
 Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
 Resiko rendah dari IMS
 Tidak menghendaki metode hormonal
 Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari
 Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari sanggama
(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, 2011)

YANG TIDAK DIPERKENANKAN MENGGUNAKAN AKDR


 Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil)
 Perdarahan vagina yang tidak diketahui (sampai dapat dievaluasi)
 Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servistitis)
 Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau abortus septik
 Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat
mempengaruhi kavum uteri
 Penyakit trofoblas yang ganas
 Diketahui menderita TBC pelvik
 Kanker alat genital
 Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm
(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, 2011)

EFEKTIVITAS AKDR
 AKDR post-plasenta telah dibuktikan tidak menambah resiko infeksi, perforasi dan
perdarahan
 Diakui bahwa ekspulsi lebih tinggi (6-10%) dan ini harus disadari oleh pasien, bila mau
akan datang di pasang lagi
 Kemampuan penolong meletakkan di fundus amat memperkecil resiko ekspulsi, oleh
karena itu diperlukan pelatihan
 Kontra indikasi pemasangan post-plasenta ialah: ketuban pecah lama, infeksi
intrapartum, perdarahan post partum
(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, 2011)

WAKTU PENGGUNAAN AKDR


 Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak hamil
 Hari pertama sampai ke-7 siklus haid
 Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu
pascapersalinan; setelah 6 bulan apabila menggunakan metode amenorea laktasi (MAL).
Perlu diingat, angka ekspulsi tinggi pada pemasangan segera atau selama 48 jam
pascapersalinan
 Setelah menderita abortus (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak ada gejala
infeksi
 Selama 1 sampai 5 hari setelah sanggama yang tidak dilindungi
(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, 2011)

PETUNJUK BAGI KLIEN AKDR


 Kembali memeriksakan diri setelah 4 sampai 6 minggu pemasangan AKDR
 Selama bulan pertama mempergunakan AKDR, periksalah benang AKDR secara rutin
terutama setelah haid
 Setelah bulan pertama pemasangan, hanya perlu memeriksa keberadaan benang setelah
haid apabila mengalami:
1) Kram/kejang diperut bagian bawah
2) Perdarahan (spooting) di antara haid atau sanggama
3) Nyeri setelah sanggama atau apabila pasangan mengalami tidak nyaman selama
melakukan hubungan seksual
 Copper T-380A perlu dilepas setelah 10 tahun pemasangan, tetapi dapat dilakukan lebih
awal apabila diinginkan
 Kembali ke klinik apabila:
1) Tidak dapat meraba benang AKDR
2) Merasakan bagian yang keras dari AKDR
3) AKDR terlepas
4) Siklus terganggu/meleset
5) Terjadi pengeluaran cairan dari vagina yang mencurigakan
6) Adanya infeksi
(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, 2011)

PENATALAKSANAAN PELEPASAN AKDR


1) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan (pemeriksaan pelvic, speculum, tenakulum, dan
pelepasan AKDR) kepada klien wanita
R/ Menenangkan klien, memudahkan pemasangan, dan mengurangi rasa sakit
2) Masukkan speculum dan sesuaikan
R/ Mendapatkan ruang pandang terluas sehingga memudahkan pelepasan AKDR.
3) Bersihkan serviks secara menyeluruh dengan cairan antiseptic, mis larutan providon-
yodium (betadine) atau benzalkonium klorida (Zephiran). (Tanyakan kepada wanita
apakah ia alergi terhadap yodium sebelum cairan antiseptic yang mengandung yodium
digunakan)
R/ Mengurangi resiko infeksi.
4) Masukkan tenakulum ke dalam serviks
R/ Untuk stabilisasi uterus dan mengurangi risiko perforasi
Langkahnya:
a. Masukkan tenakulum gigi satu ke dalam serviks anterior pada arah jam 10 dan jam 2,
kurang lebih 1,5 sampai 2 cm (sekitar ¾ inci) dari jarak tulang eksternal
b. Buatlah sudut tenakulum dari arah atas ke bawah sehingga penekanan tenakulum
tidak terlalu dangkal, sehingga tidak merobek serviks ketika tenakulum dtarik, atau
terlalu dalam sehingga mengakibatkan obstruksi saluran serviks
c. Anda dapat lebih mudah memanipulasi tenakulum bila anda menggunakan kedua
tangan anda, dengan satu tangan berfungsi mengontrol kedua sisi tenakulum
d. Tutuplah tenakulum secara perlahan, selesaikan satu per satu. Beri tahu klien wanita
bahwa ia akan merasakan nyeri tajam singkat pada saat ini. Apabila ia mengalami
nyeri, tunggulah sampai nyeri tersebut menghilang sebelum melanjutkan ke langkah
berikutnya yaitu membuka uterus.
e. Tenakulum juga dapat berada pada arah jam 8 dan jam empat bila tenakulum lebih
mudah memasuki serviks posterior daripada serviks anterior.
f. Tenakulum tersebut tidak boleh diletakkan pada arah jam tiga atau jam 9 karena pada
area tersebut terdapat pembuluh darah utama yang menyuplai darah ke serviks dan
dapat mengakibatkan perdarahan berlebihan.
5) Klem forsep panjang atau alat pengait jarum pada benang AKDR
R/ AKDR dapat dicabut dengan mudah
6) Tarik tenakulum dengan mantap dan kuat
R/ Meluruskan sumbu uterus
7) Gunakan tenaga yang mantap untuk menarik benang AKDR
R/ Mencegah benangnya putus
Apabila benang AKDR tidak terlihat, gunakan forsep alligator dan lanjutkan dengan langkah
berikut:
1) Tarik dengan mantap dan kuat pada tenakulum
R/ Meluruskan sumbu uetrus
2) Masukkan forsep alligator ke dalam rongga uterus
R/ Mengait AKDR
3) Ambillah AKDR dengan forsep alligator
R/ AKDR dapat dicabut dengan mudah
4) Tariklah tenakulum dengan mantap dan kuat
R/ Meluruskan sumbu uterus
5) Tariklah secara perlahan dan mantap dengan menggunakan forsep
R/ Melepaskan AKDR dari rongga uteus.
Apabila anda merasakan tahanan besar selaa pelepasan AKDR, BERHENTI! Hubungi
dokter anda sebelum anda merusak benang AKDR atau (bila benang tersebut tidak tersedia
untuk mulai melepas AKDR) sebelum anda mengahdapi situasi yang tidak apat anda tangani
sendiri (mis. AKDR tertanam di dalam uterus atau AKDR sebagian telah mengakibatkan
perforasi pada uterus dan hal ini tidak terlihat pada pemeriksaan ultrasonografi)
(Buku Ajar Asuhan Kebidanan Vol.1 Ed.4, 2006)
(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi edisi 3, 2011)
DAFTAR PUSTAKA

Varney, Helen. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Vol.1 Ed.4. Jakarta: EGC

Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
prawirohardjo

Hartono, Hanafi. 2010. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan

Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono prawirohardjo

Prawiroharjo, Sarwono. 2011. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi edisi 3. Jakarta:
PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Anda mungkin juga menyukai