Anda di halaman 1dari 21

ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) PASCA SALIN

PENDAHULUAN

AKDR merupakan metode kontrasepsi reversibel, penggunaannya di

Amerika sekitar 7,1% pada wanita yang telah menikah dan 1,3% pada usia 15

hingga 44 tahun pada Tahun 2002. Insersi AKDR paling baik dilakukan dalam

waktu 10 menit setelah plasenta dilahirkan sampai dengan 48 jam setelah

persalinan. Hal ini mempunyai beberapa alasan untuk dilakukan, yaitu (a) ovulasi

setelah kehamilan tidak dapat diprediksi dan CuT merupakan kontrasepsi yang

berguna saat masa nifas, (b) wanita memiliki motivasi yang tinggi untuk

menerima kontrasepsi dan mendapatkan insersi AKDR di pusat kesehatan, (c) Di

Negara berkembang, persalinan merupakan waktu dimana wanita yang sehat

datang dan bertemu dengan paramedis dan kesempatan untuk memberikan

anjuranakan pentingnya kontrasepsi. Program keluarga berencanasebaiknya

melakukan konseling pada masa antepartum dan memanfaatkan masa post partum

untuk insersi AKDR pada pasien yang setuju untuk menggunakan kontrasepsi.1,2,3

Insersi AKDR sebagai kontrasepsi telah direkomedasikan oleh WHO

sebagai metode yang aman dan efektif. Insersi alat kontrasepsi dalam rahim

(AKDR) selama masa ini merupakan metode yang ideal untuk beberapa wanita,

karena tidak mempengaruhi pemberian air susu ibu (ASI).4,5

1
INSIDENS

Prevalensi peserta AKDR di Indonesia menurun selama 20 tahun terakhir,

dari 13% pada tahun 1991 menjadi 5% pada tahun 2007.6Pemasangan AKDR

setelah plasenta dilahirkan dirasakan menguntungkan untuk beberapa alasan

tertentu, seperti pada masa ini wanita tersebut tidak ingin hamil dan motivasinya

untuk memasang alat kontrasepsi masih tinggi. AKDR ini dapat digunakan 10

tahun dan ini akan menghemat biaya apalagi jika pemasangan dapat langsung

dilakukan di fasilitas kesehatan tempat Ibu melahirkan. Pemasangan AKDR post

plasenta dan segera pasca persalinan direkomendasikan karena pada masa ini

serviks masih terbuka dan lunak sehingga memudahkan pemasangan AKDR dan

nyeri berkurang bila dibandingkan pemasangan setelah 48 jam pasca persalinan.

Insersi AKDR post plasenta memiliki angka ekspulsi rata-rata 13-16%, dan dapat

hingga 9-12,5% jika dipasang oleh tenaga terlatih. Angka ekspulsi ini lebih

rendah bila dibandingkan dengan waktu pemasangan pada masa segera pasca

persalinan (immediate postpartum), yaitu 28-37%. Sayangnya, pemasangan

AKDR post plasenta belum terlalu banyak digunakan karena masih kurangnya

sosialisasi mengenai hal ini dan masih adanya ketakutan pada calon akseptor

mengenai terjadinya komplikasi seperti perforasi uterus, infeksi, perdarahan, dan

nyeri.Padahal pemasangan pada masa ini aman, memiliki risiko kecil untuk

infeksi, sedikit perdarahan, dan angka perforasi yang rendah.7

2
AKDR ( Alat Kontrasepsi Dalam Rahim ) Pasca Salin

Alat Kontrasepsi Dalam Rahim ( AKDR ) atau yang lebih dikenal dengan

IUD ( Intra Uterine Devices ) pasca salin adalah suatu alat yang dimasukkan ke

dalam rahim setelah proses persalinan selesai atau setelah seluruh alat genital

pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 4 minggu. Pascasalin

atau puerperium adalah masa setelah proses persalinan selesai dan berakhir

minggu keenam atau berlangsung selama 42 hari.8

AKDR dapat menyebabkan timbulnya reaksi radang lokal yang steril

didalam cavum uteri sehingga implantasi sel telur yang telah dibuahi terganggu.

Oleh karena reaksi radang itu, maka muncullah sel-sel inflamasi seperti leukosit

PMN, makrofag, dan lain-lain. Dikarenakan munculnya leukosit PMN,

makrofag, sel mononuklear dan sel plasma yang dapat mengakibatkan lisis dari

spermatozoa/ovum dan blastocyst. AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan

ovum bertemu.Sehingga memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam

uterus.9,10

Perubahan secara biokimia pada mukus di serviks terjadi pada semua tipe

AKDR. Progestin oral maupun sistemik diketahui dapat merubah mukus servikal

dan secara teoritis menghambat transpor sperma melalui serviks. Pada studi

tentang penggunaan AKDR levonorgestrel jangka panjang, 69% siklus ovulatori

memiliki mukus servikal yang baik untuk transpor sperma. Sebaliknya, AKDR

tembaga meningkatkan konsentrasi tembaga secara substanstial pada mukus

servikal dan hal ini menghambat motilitas sperma, terdapat bukti yang

menunjukkan adanya perubahan endometrial yang cenderungbersifat spermisidal,

3
menghambat migrasi sperma melalui endometrium yang mana terjadi pada semua

tipe AKDR. Tingginya reaksi inflamasi di endometrium pada pemakaian AKDR

tembaga menunjukkan bahwa AKDR tembaga memiliki efek spermisidal yang

tinggi pada endometrial. Pada studi in vitro didapatkan bahwa ion-ion tembaga

menghambat motilitas sperma tetapi tidak mempengaruhi kapasitas fertilisasi.

Pada AKDR levonorgestrel, atrofi dan desidualisasi kelenjar dapat menghambat

pertahanan dari sperma.9

JENIS-JENIS AKDR

Banyak jenis AKDR yang telah dikembangkan mulai dari generasi pertama

yang terbuat dari benang sutera dan logam sampai pada generasi plastik

(polietien) baik yang tidak ditambahi obat maupun yang dibubuhi obat.8

1. AKDR Non Hormonal

a. Menurut bentuknya AKDR dibagi menjadi: 11

a) Bentuk terbuka (oven device), Misalnya: LippesLoop, CUT, Cu-7.

Marguiles, Spring Coil, Multiload,Nova-T

b) Bentuk tertutup(closed device), Misalnya: Ota-Ring, Atigon, dan

Graten Berg Ring.

b. Menuruttambahan obat atau metal:8

a) Medicated IUD, misalnya Cu-T 200 (daya kerja 3 tahun), Cu-T 220

(daya kerja 3 tahun), Cu-T 300 (daya kerja 3 tahun), Cu-T 380A

(daya kerja 10 tahun), Cu-7, Nova-T (daya kerja 5 tahun), ML-Cu

375 (daya kerja 3 tahun)

4
b) Unmedicated IUD, misalnya Lipes Loop, Marguiles, Saf-T Coil,

Antigon.

2. AKDR yang mengandung hormonal

a. Progestasert-T

b. LNG 20

Gambar 1. Berbagai macam AKDR 12

5
Gambar 2. Berbagai macam AKDR12

Jenis Pemasangan AKDR pasca persalinan

AKDR merupakan pilihan kontrasepsi yang tepat digunakan pada masa

pasca persalinan tanpa melihat status menyusui ibu, karena tidak mempengaruhi

kadar hormonal. 13

Pemasangan AKDR pasca persalinan bisa dibagi menjadi 3 macam:

a. Pemasangan post plasenta

Pemasangan AKDR dalam 10 menit setelah lahirnya plasenta pada

persalinan pervaginam. Pemasangan bisa dilakukan dengan menggunakan ringed

forceps atau secara manual. Pada saat ini serviks masih berdilatasi sehingga

memungkinkan untuk penggunaan tangan atau forsep. Penggunaan inserter

AKDR interval tidak bisa digunakan pada pemasangan post plasenta, karena

ukuran inserter yang pendek sehingga tidak bisa mencapai fundus selain itu,

karena uterus yang masih lunak sehingga memungkinkan terjadinya perforasi

lebih besar dibandingkan dengan menggunakan ringed forceps atau secara

manual.13

6
b. Pemasangan segera pasca persalinan

Pemasangan AKDR pada masa ini dilakukan setelah periode post plasenta

sampai 48 jam pasca persalinan. Teknik pemasangan AKDR pada saat ini masih

bisa dengan menggunakan ringed forsep , karena serviks masih berdilatasi, tetapi

tidak bisa dilakukan secara manual. Penggunaan inserter AKDR interval

sebaiknya tidak digunakan, karena kemungkinan terjadinya perforasi yang lebih

tinggi.13

c. Pemasangan AKDR transcesarian

Pemasangan pada transcesarian dilakukan sebelum penjahitan insisi uterus.

Bisa dilakukan dengan meletakkan AKDR pada fundus uteri secara manual atau

dengan menggunakan alat.13

Pemasangan AKDR setelah 48 jam sampai 4 minggu pasca persalinan tidak

dianjurkan karena angka kejadian ekspulsi yang lebih tinggi jika dibandingkan

dengan pemasangan segera pasca persalinan dan pemasangan AKDR interval.13

Gambar 3. Pemasangan AKDR 13,14

7
Keuntungan pemasangan AKDRpost plasenta:15,16

 Langsung dapat diakses oleh ibu yang melahirkan di pelayanan kesehatan

 Ibu memiliki motivasi yang tinggi

 Efektif dan tidak berefek pada ibu menyusui

 Efektif untuk pemakaian kontrasepsi jangka panjang

 Resiko perforasi lebih rendah

 Perdarahan yang terjadi minimal

 Hanya memerlukan 1 kali pertemuan untuk pemasangan dan follow up

yang minimal setelah 3 hingga 6 minggu setelah pemasangan. (kecuali

terdapat masalah/komplikasi)

 Reversibel dan ekonomis

 Tidak berinteraksi dengan obat-obatan.

 Dapat dikeluarkan kapanpun pasien inginkan.

Meskipun angka ekspulsi pada pemasangan AKDR segera pascasalin lebih

tinggi dibandingkan teknik pemasangan masa interval (lebih dari 4 minggu setelah

persalinan), angka ekspulsi dapat diminimalisasi bila:14

 Pemasangan dilakukan dalam waktu 10 menit setelah melahirkan plasenta

 AKDR ditempatkan cukup tinggi pada fundus uteri

 Pemasangan dilakukan oleh tenaga terlatih khusus

8
Namun demikian, terdapat beberapa risiko dan hal-hal yang harus diwaspadai

saat pemasangannya:14

 Dapat terjadi robekan dinding rahim.

 Ada kemungkinan kegagalan pemasangan.

 Kemungkinan mengalami nyeri setelah melahirkan hingga beberapa hari

kemudian.

 Kemungkinan terjadi infeksi setelah pemasangan AKDR (pasien harus

kembali jika ada demam, bau amis/anyir dari cairan vagina dan sakit perut

terus menerus).

AKDR juga dapat dipasang setelah persalinan dengan seksio sesarea. Angka

ekspulsi pada pemasangan setelah seksio sesarea kurang lebih sama dengan pada

pemasangan interval.14

PERALATAN UNTUK PEMASANGAN AKDR PASCA SALIN

Peralatan yang dibutuhkan untuk pemasangan AKDR pascasalin: 16

Bahan habis pakai: sarung tangan, kasa steril, antiseptik, larutan klorin 0,5%.

9
Gambar 5. Pemasangan Alat Kehamilan Dalam Rahim Pascasalin.16

TEKNIK PEMASANGAN

Teknik Pemasangan dengan Forsep Cincin

Tahapan-tahapan pemasangan:17

 Palpasi uterus untuk menilai tinggi fundus dan kontraksinya, dan jika perlu

lakukan masase uterus untuk membantu terjadinya kontraksi yang stabil.

 Cuci tangan dengan sabun dan keringkan dengan kain kering yang bersih.

 Gunakan sarung tangan steril.

 Letakkan duk steril untuk menutupi perut bagian bawah klien dan

di bawah bokong klien.

 Susun semua instrumen yang dibutuhkan dan letakkan pada wadah

steril atau duk steril.

10
 Pastikan bokong klien terletak pada tepi ujung meja (dengan atau

tanpa penyangga tungkai).

 Lakukan pemasangan AKDR dalam posisi duduk.

 Khusus pemasangan pascaplasenta, masukkan spekulum ke dalam vagina

dan periksa adakah laserasi pada serviks. Bila laserasi dan/atau episiotomi

(jika dilakukan) tidak berdarah aktif, dapat dijahit setelah pemasangan

AKDR.

 Masukkan spekulum ke dalam vagina (dipertahankan dengan tangan yang

non-dominan), lalu lakukan visualisasi serviks.

 Dengan tangan yang dominan, bersihkan serviks dan dinding vagina

dengan cairan antiseptik.

 Jepit sisi anterior serviks dengan forsep cincin.

 Sekali serviks dapat divisualisasi dan dijepit dengan forsep cincin,

visualisasiharusdipertahankan.

 Asisten membuka kemasan AKDR. Kemasan AKDR cukup

setengah terbuka.

 Asisten meletakkan kemasan AKDR yang setengah terbuka pada

wadah steril.

11
 Jepit AKDR dalam kemasan dengan forsep plasenta Kelly atau

forsep cincin panjang.

 AKDR dijepit pada bagian lengan vertikalnya, sementara lengan

horizontal AKDR sedikit di luar cincin. Hal ini akan membantu pelepasan

AKDR pada fundus dan menurunkan risiko AKDR ikut tercabut keluar

ketika mengeluarkan forsep

 Tempatkan AKDR pada lengkung dalam forsep Kelly (bukan lengkung

luar), dengan benang AKDR menjauh dari forsep.

 Dengan bantuan asisten untuk memegang spekulum, pegang forsep yang

telah menjepit AKDR dengan tangan yang dominan dan forsep yang

menjepit serviks dengan tangan lainnya

 Tarik forsep yang menjepit serviks secara perlahan ke arah pemasang, lalu

visualisasikan serviks.

 Masukkan forsep yang menjepit AKDR melalui vagina dan serviks,

secara tegak lurus terhadap bidang punggung ibu. Hal ini akan mengurangi

12
ketidaknyamanan pasien dan menghindari kontak antara AKDR

dengan dinding vagina.

 Saat forsep yang menjepit AKDR telah melalui serviks ke dalam

rongga uterus, asisten melepas spekulum.

 Tangan yang memegang forsep untuk menjepit serviks dipindahkan

keabdomen pada bagian puncak fundus uteri.

 Dengan tangan pada abdomen, stabilisasi uterus dengan

dengan melakukan penekanan yang mantap ke arah bawah melalui

dinding abdomen. Hal ini untuk mencegah uterus bergerak ke atas pada

saat forsep yang menjepit AKDR didorong masuk ke dalam uterus.

 Masukkan forsep yang menjepit AKDR dengan gerakan yang lembut

ke arah atas menuju fundus (diarahkan ke umbilikus). Perlu diingat

bahwa segmen bawah uterus dapat berkontraksi, dan oleh karena itu

mungkin perlu diberikan sedikit tekanan untuk mendorong AKDR masuk

hingga fundus.

 Jika terdapat tahanan, tarik forsep sedikit dan arahkan ulang forsep

lebih anterior ke arah dinding abdomen.

13
 Berdiri dan pastikan dengan tangan yang berada di abdomen bahwa ujung

forsep telah mencapai fundus.

 Pada tahap ini, putar forsep 45o ke arah kanan, untuk menempatkan

AKDR secara horizontal setinggi mungkin pada fundus

 Buka jepitan forsep untuk melepas AKDR

 Secara perlahan keluarkan forsep dari rongga uterus, pertahankan forsep

dalam keadaan sedikit terbuka dan merapat ke sisi uterus, menyusuri

dinding lateral uterus hingga forsep ditarik keluar

 Secara lembut, buka introitus vagina dengan dua jari dan lihat

bagian dalam vagina.

 Lanjutkan dengan perbaikan luka laserasi atau episiotomi.

Teknik Pemasangan Manual (Pascaplasenta)

Teknik ini hanya digunakan dalam waktu 10 menit setelah kelahiran

plasenta. Poin-poin utama teknik ini yang membedakannya dengan pemasangan

menggunakan instrumen ialah sebagai berikut:17

 Gunakan sarung tangan panjang (hingga siku lengan) yang steril atau

sarung tangan standar yang steril dengan baju kedap air steril.

 Gunakan tangan untuk memasukkan AKDR.

 Pegang AKDR dengan menggenggam lengan vertikal antara jari telunjuk

dan jari tengah tangan yang dominan.

14
 Dengan bantuan spekulum vagina, visualisasikan serviks dan jepit serviks

dengan forsep cincin.

 Keluarkan spekulum.

 Secara perlahan, dengan arah tegak lurus terhadap bidang punggung ibu,

masukkan tangan yang memegang AKDR ke dalam vagina dan

melalui serviks masuk ke dalam uterus.

 Lepaskan forsep yang menjepit serviks dan tempatkan tangan yang

nondominan pada abdomen untuk menahan uterus dengan mantap.

Stabilisasi uterus dengan penekanan ke bawah untuk

mencegahnya bergerak ke atas ketika memasukkan tangan yang

memegang AKDR; hal ini juga membantu pemasang untuk mengetahui ke

arah mana tangan yang memegang AKDR diarahkan serta memastikan

tangan telah mencapai fundus.

 Setelah mencapai fundus, putar tangan yang memegang AKDR 45 derajat

ke arah kanan untuk menempatkan AKDR secara horizontal pada fundus.

 Keluarkan tangan secara perlahan, merapat ke dinding lateral uterus.

 Perhatikan jangan sampai AKDR tergeser ketika mengeluarkan tangan.

15
Teknik Pemasangan Transsesarea

Setelah persalinan dengan seksio sesarea:17

 Masase uterus hingga perdarahan berkurang, pastikan tidak ada

jaringan tertinggal dalam rongga uterus.

 Tempatkan AKDR pada fundus uteri secara manual atau

menggunakan instrumen.

 Sebelum menjahit insisi uterus, tempatkan benang pada segmen

bawah uterus dekat ostium serviks internal. Jangan keluarkan benang

melalui serviks karena meningkatkan risiko infeksi.

Tahapan setelah Pemasangan: 17

Setelah pemasangan AKDR menggunakan teknik apapun, langkah-

langkah berikut harus diikuti:17

 Rendam semua instrumen dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi.

 Buang semua sampah .

 Lepaskan sarung tangan setelah dekontaminasi dalam larutan klorin 0,5%

lalu buang sarung tangan tersebut.

 Cuci tangan dengan sabun dan air lalu keringkan dengan kain yang

bersih dan kering.

 Lengkapi kartu kontrol AKDR milik klien dan tulis semua informasi

yang dibutuhkan dalam catatan medis klien.

16
INDIKASI

Indikasi pemasangan AKDR:8

 Usia reproduksi

 Keadaan nullipara

 Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang

 Perempuan menyusui yang ingin menggunakan kontrasepsi

 Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya

 Setelah abortus dan tidak terlihat adanya infeksi

 Perempuan dengan resiko rendah infeksi menular seksual

 Tidak menghendaki metode hormonal

KONTRAINDIKASI

Ada beberapa wanita yang kontraindikasi untuk dilakukan pemasangan

AKDR.Seperti adanya riwayat penyakit keganasan tropoblastik, kanker

endometrial atau TB pelvis dan wanita yang sedang menderita IMS atau PID

merupakan 4 kondisi berdasarkan WHO.Untuk kontraindikasi pemasangan

AKDR post plasenta adalah ketuban pecah lama, ruptur membran yang lama,

penyakit tropoblas dalam kehamilan, uterus yang abnormal, gangguan pembekuan

darah, seperti DIC yang mungkin disebabkan oleh eklampsi dan pre-eklampsi

berat, infeksi intrapartum dan perdarahan post partum yang berkelanjutan. 1,20

17
Kontraindikasi Absolut Kontraindikasi Relatif

Adanya riwayat infeksi pelvis Penyakit liver (jika AKDR hormonal)

Diduga hamil Adanya resiko terjadi PID, seperti

Kondisi dimana terjadi kavitas uteri terkena penyakit infeksi menular

distorsi berat, seperti leiomyomata, seksual, meliputi infeksi post-abortal

polip endometrium, atau uterus sebelumnya atau endometritis

bikornuatum. puerperal, pasangan seksual yang

Perdarahan vaginal abnormal yang berganti-ganti, tidak ada perbaikan

tidak terdiagnosa, diduga ada respon terhadap infeksi seperti

keganasan genital, mengidap HIV.

Tabel 1. Kontraindikasi absolut dan relatif pemasangan AKDR18

EFEK SAMPING

AKDR dapat menyebabkan beberapa efek samping antara lain:

1. Perdarahan

Perdarahan sedikit – sedikit ini akan cepat berhenti. Jika pemasangan

AKDRdilakukan sewaktu menstruasi , maka perdarahan yang sedikit – sedikit

ini tidakakan diketahui oleh akseptor.Keluhan yang tersering adalah

menoragia, spotting metroragi.Jika terjadi perdarahan banyak yang tidak

dapat diatasi, sebaiknya AKDRdikeluarkan dan diganti dengan AKDR yang

mempunyai ukuran kecil. Jikaperdarahannya sedikit-sedikit dapat diberikan

pengobatan konservatif dan jikaperdarahan yang tidak terhenti dengan

18
tindakan-tindakan tersebut, sebaiknyaAKDR diangkat dan di ganti dengan

cara kontrasepsi lain.8

2. Rasa nyeri dan kejang di perut

Rasa nyeri dan kejang di perut dapat terjadi segera setelah pemasangan

AKDR.Biasanya rasa nyeri ini berangsur-angsur hilang dengan sendirinya.

Rasa nyeridapat dikurangi atau dihilangkan dengan pemberian analgetik. Jika

keluhan terusberlangsung, sebaiknya AKDR dikeluarkan dan diganti dengan

AKDR yangmempunyai ukuran yang lebih kecil.8

3. Gangguan pada suami

Kadang-kadang suami dapat merasakan adanya benang AKDR sewaktu

bersenggama. Disebabkan oleh benang AKDR yang keluar dari porsio uteri

terlalu pendek atau terlalu panjang. Untuk menghilangkan keluhan tersebut,

sebaiknya benang AKDR yang terlalu panjang dipotong sampai kira – kira 2-

3 cm dari posiouteri, sedangkan jika benang AKDR terlalu pendek, sebaiknya

AKDR-nya diganti. Biasanya dengan cara tersebut, keluhan suami akan

hilang.8

4. Ekspulsi

Ekspulsi AKDR dapat terjadi untuk sebagian atau seluruhnya. Resiko

terjadinya ekspulsi berkisar 1 kasus dalam 20 kejadian. Hal ini sering terjadi

dalam 3 bulan pertama penggunaan AKDR dan biasanya terjadi selama

menstruasi. Resiko terjadinya ekspulsi adalah umur muda, nulipara, dan

perdarahan berat.Banyak klinisi berpendapat bahwa pengguna AKDR

sebaiknya datang secara regular untuk mengecek posisi dan letaknya. Angka

19
kejadian ekspulsi post plasenta lebih rendah daripada insersi yang telah

dilakukan setelahnya. Pada sebuah studi, didapatkan angka ekspulsi untuk

pemasangan ≤ 10 menit sebesar 6,2% dan untuk pemasangan > 10 menit

sebesar 24,1%.Pada studi kohort di Cina didapatkan rendahnya ekspulsi pada

saat insersi setelah kelahiran sesar dibandingkan dengan insersi segerasetelah

kelahiran pervaginam.Pada studi yang dilakukan di India didapatkan angka

ekspulsi yang tinggi pada insersi AKDR dalam waktu 10 hari pertama setelah

post partum sebesar 6,1%.Gejala ekspulsi antara lain kram, pengeluaran darah

per vagina, spotting, dan dispareunia.20

KOMPLIKASI IUD

1. Infeksi Pelvis

Infeksi biasa terjadi pada 20 hari pertama setelah insersi.Hal ini dapat

dihindari dengan menggunakan teknik aseptik pada saat insersi dan dengan

mencegah wanita untuk memiliki banyak pasangan.Skrining untuk IMS

direkomendasikan pada daerah dimana prevalensi infeksi tinggi dan pada

wanita yang memiliki resiko (termasuk wanita dibawah umur 25

tahun).Pelvic actinomyscosis jarang terjadi berhubungan dengan penggunaan

AKDR. Actinomyscosis-like organisms (ALOs) kadang terlihat pada apusan

tetapi jika pasien tidak menunjukkan gejala, hal itu dapat dibiarkan dan

apusan dapat dilakukan ulang setelah 6-12 bulan kemudian. Jika ada gejala,

maka AKDR harus dilepas. Hal itu dilakukan untuk menghindari kontaminasi

dari vagina dan setelah itu dilakukan kultur.20

20
AKDR itu sendiri, atau benangnya yang berada dalam vagina,

umumnya tidakmenyebabkan terjadinya infeksi jika alat-alat yang digunakan

steril. Jika terjadi infeksi, hal ini mungkindisebabkan oleh sudah adanya

infeksi yang subakut atau menahun pada traktusgenitalis sebelum

pemasangan AKDR.8

2. Perforasi

Perforasi pada uterus dapat terjadi pada saat insersi AKDR meskipun

hal ini jarang disadari.Pada percobaan klinis yang besar didapatkan 1,3 setiap

1000 insersi.Angka perforasi meningkat disebabkan oleh kemampuan

operator, lamanya waktu, dan wanita yang memiliki angka keguguran yang

tinggi. Follow up rutin dilakukan 6 minggu setelah insersi.20

Perforasi umumnya terjadi sewaktu pemasangan AKDR. Pada

permulaan hanya ujungAKDR saja yang menembus dinding uterus, tetapi

lama kelamaan dengan adanyakontraksi uterus, AKDR terdorong lebih jauh

menembus dinding uterus, sehinggaakhirnya sampai ke rongga perut.Adanya

perforasi harus diperhatikan apabila pada pemeriksaan denganspekulum

benang AKDR tidak kelihatan.8

21

Anda mungkin juga menyukai