Anda di halaman 1dari 11

KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA DAN PSIKOSOSIAL

LAPORAN PENDAHULUAN

“KESIAPAN PENINGKATAN PERKEMBANGAN LANSIA”

Disusun oleh :

JOTY ANGGRIANI
NPM : 08210100019

Joty anggriani
NPM : 08210100019

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS INDONESIA MAJU

TAHUN 2022
Laporan Pendahuluan
I. Kasus (masalah utama)
Kesiapan peningkatan perkembangan lansia
II. Teori Terkait Kasus
A. Definisi
Lanjut usia (Lansia) merupakan tahap akhir perkembangan
pada daur kehidupan manusia. Setiap orang yang dikaruniai
umur panjang akan mengalami tahapan ini. Dengan berhasilnya
pelayanan kesehatan yang ditandai dengan bertambahnya usia
harapan hidup maka kesempatan menjadi Lansia semakin besar
sehingga diperkirakan jumlah Lansia semakin bertambah.
lanjut usia (lansia) adalah individu yang berusia mulai dari 60 tahun
ke atas (World Health Organization, 2013; Undang-undang No.13 Tahun
1998;Undang-undang No.43 Tahun 2004; Peraturan Menteri Kesehatan
No.67 Tahun 2015) tetapi Erikson (1957) menyebutkan lansia mulai usia
65 tahun.
Lansia dapat menjadi usia keemasan yang bahagia jika individu
memiliki kesehatan yang baik, ikatan keluarga dan lingkungan sosial
yang kuat, kondisi ekonomi yang memadai disertai hubungan
interpersonal yang hangat.
Perkembangan lanjut usia adalah tercapainya integritas diri yang
utuh, pemahaman terhadap makna hidup secara keseluruhan membuat
lansia berusaha menuntun generasi berikutnya (anak dan cucu)
berdasarkan sudut pandangnya dengan bijaksana. Lansia yang tidak
mencapai integritas diri akan merasa putus asa dan menyesali masa lalunya
karena tidak merasakan hidupnya bermakna (Keliat, dkk.,2015)
Lansia dapat menjadi usia keemasan yang bahagia jika individu
memiliki kesehatan yang baik, ikatan keluarga dan lingkungan sosial
yang kuat, kondisi ekonomi yang memadai disertai hubungan
interpersonal yang hangat.
Sehubungan dengan masalah tersebut di atas, maka kelompok
Lansia perlu mendapat perhatian dan pembinaan khusus baik oleh
pemerintah atau swasta maupun berbagai disiplin ilmu termasuk
keperawatan, agar para usia lanjut dapat mempertahankan kondisi
kesehatannya sehingga tetap dapat produktif, berperan aktif di
masyarakat dan tetap bahagia di usia lanjut.
B. Klasifikasi Lansia
Klasifikasi lansia terdiri dari :
1. Pralansia (Prasenilis)
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
2. Lansia
Seseeorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
3. Lansia Resiko Tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang
berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah Kesehatan.
4. Lansia Potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau
kegiatan yang dapat menghasilakan barang/jasa.
5. Lansia Tidak Potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya
bergantung pada bantuan orang lain.
C. Karakteristik Lansia
Menurut (Maryam R.S, 2009) Lansia memiliki karakteristik
sebagai berikut :
1. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai pasal 1 ayat (2) UU No. 12 tentang
Kesehatan.
2. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari yang sehat sampai sakit,
dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi
adaptif hingga kondisi maladaptive.
3. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.
D. Perubahan Lanjut Usia
Ada beberapa perubahan pada lanjut usia, yaitu :
1. Perubahan kondisi fisik
Setelah seseorang memasuki masa lansia mulai adanya kondisi
fisik yang bersifat patologis berganda, misalnya tenaga berkurang,
energi menurun, kulit makin keriput, gigi makin rontok, tulang makin
rapuh sebagainya. Secara umum kondisi fisik seseorang yang sudah
memasuki masa lansia mengalami gangguan kelainan fungsi fisik,
psikologik maupun social.
2. Perubahan kondisi psikososial
Kesepian yang dialami dapat berupa kesepian emosional,
situasional, kesepian social atau gabungan ketiganya. Berdasarkan
penelitian beberapa hal dapat mempengaruhi perasaan kesepian antara
lain : merasa tidak adanya figure kasih saying yang diterima seperti
suami atau istri dan anak, kehilangan integritas secara dilingkungan
sekitar, mengalami perubahan situasi (Septiningsih, D.S & Nai’mah,
2012).
Ketakutan menjadi tua dan ketidakmampuan bagi kebanyakan
orang untuk menghadapi proses penuaan mereka sendiri yang dapat
mencetuskan kepercayaan ageist. Pension dan gambaran
nonproduktivitas yang menyebabkan kepercayaan negative. Pekerja
usia muda mungkin memandang individu lansia sebagai seseorang
yang tidak punya sumbangan bagi masyarakat dan membiriskan
sumber daya ekonomi.
3. Perubahan mental
Factor yang mempengaruhi perubahan mental adalah perubahan
fisik, Kesehatan umum, tingkat Pendidikan , keturunan, lingkungan
perubahan pribadi yang drastis.
4. Perubahan yang berkaitan dengan pekerjaan
Perubahan ini diawali Ketika masa pension. Meskipun tujuan
pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan
hari tua, namun dalam kenyataan sering diartikan sebaliknya, karna
pensiun sering diartikan sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan,
jabatan, peran, status, kegiatan dan harga diri. Reaksi setelah orang
memasuki masa pensiun lebih tergantung dari model kepribadiannya
yang seperti yang telah diuraikan pada poin diatas. Dalam kenyataan
ada yang menerima, ada juga takut kehilangan, ada yang merasa
senang memiliki jaminan hari tua dan ada juga yang seolah-olah acuh
terhadap pensiun. Masing-masing sikap tersebut sebenarnya punya
dampak bagimasing-masing individu, baik positif maupun negarif.
Dampak positif lebih menentramkan diri lansia dan dampak
negative akan mengganggu kesejahteraan hidup lansia. Agar pensiun
lebih berdampak positif sebaiknya ada masa persiapan pensiun yang
benar-benar diisi dengan kegiatan-kegiatan untuk mempersiapkan diri,
bukan hanya diberi waktu untuk masuk kerja atau tidak dengan
memperoleh gaji penuh. Persiapan tersebut dilakukan secara
berencana, terorganisasi dan terarah bagi masing-masing orang yang
akan pensiun (Nurul F, 2017)
5. Perubahan dalam peran social di masyarakat
Masalah umum yang dialami para lansia adalah rentannya kondisi
fisik seperti berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan,
gerak fisik dan sebagainya makan muncul gangguan fungsional atau
bahkan kecacatan pada lansia. Misalnya badannya menjadi bungkuk,
penglihatannya mulai kabur, pendengarannya mulai berkurang, dan tak
jarang lansia diperlakukan sebagai beban, tidak sedikit juga lansua
tidak disukai, sering dikucilkan dipinti-panti jompo. Adanya anggapan
yang cenderung negative tersebut secara tidak langsung membentuk
lansia menjadi probadi yang merasa tidak berharga, kesepian, harga
diri rendah. Kondisi psikologis yang demikian mengidentifikasi adanya
frustasi ekstensial dimana seseorang tidak mempunyai tujuan hidup
yang jelas dan merasa hampa. Kebermaknaan hidup lansia berkaitan
dengan persepsi terhadap kualitas hiudp, yang mencakupkesejahteraan
psikologis, fungsi fisik yang baik, hubungan dengan orang lain,
Kesehatan dan aktivitas social. Memiliki makna hidup berarti dapat
meningkatkan semangat hidup dan meletakkan dasar untuk
kesejahteraan (Elviana K, Bidjuni H, 2015).
E. Tanda dan gejala

SUBJEKTIF OBJEKTIF

1. Mempunyai harga diri 1. Berpartisipasi dalam


tinggi kegiatan social dan
2. Menilai kehidupannya spiritual
berarti 2. Menyiapkan diri
3. Menerima nilai dan ditinggalkan anak yang
keunikan orang lain telah mandiri
4. Menerima dan beradaptasi 3. Menyipakan diri menerima
terhadap perubahan dalam ditinggal meninggal
kehidupan pasangan
5. Merasa dicintai dan berarti 4. Menyiapkan diri menerima
dalam keluarga datangnya kematian

F. Tugas perkembangan Lansia


Adapun tugas perkembangan lansia anatar lain penyesuaian diri
terhadap ketahanan dan Kesehatan fisik yang berkurang, penyesuaian
diri terhadap masa pensiun dan berkurangnya pendapatan, penyesuaian
diri terhadap kemungkinan ditinggal pasangan hidup karena kematian,
membina hubungan dengan teman sebaya dengan berperan serta dalam
organisasi social kemasyarakatan.

G. Masalah-Masalah Kesehatan Yang Sering Terjadi Pada Lansia


Masalah-masalah Kesehatan yang sering terjadi pada lanjut usia terkait
dengan beberapa aspek antara lain sebagai berikut :
1. Fungsi fisiologis : masalah pendengaran, penglihatan, pencernaan
dan nutrisi, perkemihan, kardiovaskuler, pernafasan, mobilisasi dan
keamanan.
2. Rasa nayaman : kulit, tidur dan istirahat, suhu tubuh, fungsi seksual.
3. Fungsi psikososial
4. Fungsi kognitif

H. Tujuan Asuhan Keperawatan


1. Kognitif, lansia mampu :
a. Memahami ciri perkembangan usia lansia
b. Menilai makna kehidupan
c. Memahami nilai dan keunikan orang lain
2. Psikomotor, lansia mampu :
a. Melakukan kegiatan sehari-hari sesuai dengan kemampuannya
b. Melakukan kegiatan social dan spiritual
c. Menuntun generasi berikutnya dengan bijaksana
3. Afektif, lansia mampu :
a. Merasa berarti dalam hidup
b. Merasa dicintai
c. Menerima ditinggal oleh orang yang dicintai
d. Menerima perubahan kehidupan

III. Proses Masalah

A. Pohon Masalah

Komunikasi berjalan baik

Kesiapan meningkatkan
koping keluarga

Mempertahankan ikatan
keluarga antar generasi
III. Diagnosa Keperawatan
Kesiapan meningkatkan koping keluarga
IV. Rencana Tindakan Keperawatan
a. Tindakan pada Lansia
1. Diskusikan perkembangan dan perubahan pada lansia.
2. Diskusikan makna dan perubahan fisik.
a) Makna kesehatab fisik yang telah dirasakan
b) Perubahan fisik yang dirasakan saat ini dan adaptasi yang perlu
dilakuakn. Misalnya : penglihatan berkuran diatasi dengan kacamata;
pendengaran berkurang diatasi dengan alat bentu dengar; mobilisasi
yang berkurang diatasi dengan alat bantu jalan, pegangan di kamar
dan kamar mandi; cara berpakaian yang aman; cara bangun dari
tempat tidur yang aman.
c) Pemerikasaan fisik teratur, olahraga lansia, makanan sehat.
3. Diskusikan makna dan perubahan pikiran
a) Prestasi yang pernah dicapai melalui akademik pekerjaan, dan
keluarga.
b) Perubahan daya ingat; cepat lupa atasi dengan menempatkan segala
sesuatu pada tempat tertentu (jangan berubah-ubah); konsentrasi
berkurang atasi dengan membaca, bermain catur/halma/teka-teki
silang; daya orientasi yang berkurang atasi dengan menempatkan
kalender, jam dengan angka yang besar.
4. Diskusikan makna dan perubahan fungsi social
a) Perubahan aspek social yaitu berkurangnya sahabat, hal ini dapat
diatasi dengan mengenang masa lalu; meningat keluarga dan
sahabat, melihat album foto, membentuk kelompok sosial lansia.
b) Perubahan pekerjaan yaitu pensiuan. Hal ini dapat diatasi dengan
mengembangkan bakat yang dapat dilakukan di rumah misalnya
mebuat telur asin dan berkebun.
5. Diskusikan makna dan perubahan aspek spiritual
a) Kenang masa-masa aktif dalam kegiatan spiritual.
b) Sesuaikan kegiatan spiritual dengan kondisi fisik.
c) Membentuk kegiatan ibdah lansi:pengajian, penelaahan alkitab,
berdoa Bersama.
b. Tindakan pada keluarga
Tindakan keperawatan ners: Tindakan keperawtan nesrs pada keluarga
diberikan kepada pasanagn, anak, cucu dan pengasuh (care giver), dari
lansi, kegiatannya yaitu :
1. Jelaskan tahap perkembangan dan perubahan yang terjadi pada lansi.
2. Jelaskan cara memfasilitasi integritas diri lansi.
3. Sediajan waktu bercakap-cakap dengan lansia tentang makna hidup
yang dialami dan berikan pujian.
4. Sediakan tempat yang aman dan nyaman bagi lansia:terang, tidak
licin, ada alat bantu berpegangan, tanda-tanda tempat yang jelas dan
lain-lain.
5. Fasilitasi pertemuan antar generasi dan beri kesempatan
menyampaikan pengalaman.
6. Diskusikan tentang rencana pembagia warisan dan pemakaman.
7. Diskusikan masalah kerekatan yang mungkin terjadi dan pelayanan
Kesehatan yang tersedia.
c. Tindakan pada kelompok
1. Tindakan keperawatan ners: Edukasi kelompok lansi di masyarakat,
seperti:Posbindu, Posyandu Lansia, dan lain-lain.
2. Tindakan keperawatan spesialis:terapi kelompok teraupetik lansia.
a) Sesi 1: Stimulus adaptasi perubahan aspek biologis dan seksual
b) Sesi 2 : Stimulus adaptasi perubahan aspek kognitif
c) Sesi 3 : Stimulus adaptasi perubahan aspek emosional
d) Sesi 4 : Stimulus adaptasi perubahan aspek social
e) Sesi 5 : Stimulus adaptasi perubahan aspek spiritual
f) Sesi 6 : Monitoring dan evaluasi pengalamn dan manfaat Latihan
Penelitian terkait terapi kelompok teraupetik lansi yang dilakukan
oleh Gulinda, Keliat, dan Widiatuti (2011) menunjukkan bahwa
terapi kelompok teraupetik lansia meningkatkan kemampuan
adaptasi dan perkembangan integritas diri lansia; Pase, Keliat, dan
Pujasari (2013) menunjukkan bahwa terapi teraupetik lansia
meningkatkan integritas diri lansia; Lestari, Mustikasari, dan
Daulima (2014) menunjukkan bahwa terapi kelompok teraupetik
lansia meningkatkan pencapaian tugas perkembangan lansia serta
Gatu, Mustikasari, dan Putri (2016) menunjukkan bahwa terapi
kelompok teraupetik lansia meningkatkan integritas diri pada
lansia.
DAFTAR PUSTAKA

Kelliat, Anna. dkk. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

Potter, Patricia A, and Perry, Anee G. (1985). Fundamentals of Nursing


concept, process, and practice. St. Louis : The C. V. Mosby Company

Spesialis Jiwa FIK 2005-2007 dan Tim pengajar spesialis jiwa (2008).
Draft Standar Asuhan Keperawatan Program Spesialis Jiwa. Jakarta:
Program Magister Keperawatan Jiwa FIK UI

Stolte, K. (2004), Diagnosa Keperawatan Sejahtera. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai