Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA SEPANJANG RENTANG


KEHIDUPAN DEWASA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa yang


diampu oleh Dosen Endang Caturini, S.Kep.,Ns.,M.Kep

KELOMPOK 7

1. KINANTI CAHYANING SARI


2. NURLINA SHOFIYATUN
3. NURUL CAHYA WIDYANINGRUM
4. PUTRI ANINDYA RUKMANA
5. RESKA AYU ANGGRAINI
6. VERONIKA NERISA PRADEWI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURAKARTA


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat
dan karunia Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Jiwa Sepanjang Rentang Kehidupan Dewasa”. Makalah ini
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT yang telah memberi kesempatan waktu dan kesehatan
2. Ibu Endang Caturini, M.Kep selaku dosen pengampu mata kuliah
Keperawatan Jiwa.
3. Orang tua yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun materi
4. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan tugas ini
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna,
baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun guna
menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi saya untuk lebih baik di masa yang
akan datang.

Surakarta, 25 Agustus 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut World Health Organization (WHO), kesehatan merupakan suatu
keadaan sehat yang utuh baik secara fisik, mental dan sosial serta bukan
hanya keadaan bebas dari sakit, penyakit atau kecacatan yang memungkinkan
setiap orang dapat hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Kesehatan jiwa
adalah kondisi dimana seorang indvidu dapat berkembang secara fisik,
mental, spiritual dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan
sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu
memberikan konstribusi untuk komunitasnya (UU No. 18 2014 tentang
Kesehatan Jiwa). Menurut Keliat (2014) dalam Kalendi (2021), kesehatan
jiwa merupakan suatu kondisi mental sejahtera yang harmonis dan produktif
dengan ciri menyadari sepenuhnya kemampuan dirinya, mampu menghadapi
stress kehidupan dengan wajar, dapat berperan serta dalam lingkungan hidup,
menerima dengan baik apa yang ada pada dirinya dan merasa nyaman dengan
orang lain.
Kesehatan jiwa mencakup disetiap perkembangan individu di mulai sejak
dalam kandungan kemudian dilanjutkan ke tahap selanjutnya dimulai dari
bayi (0-18 bulan), masa toddler (1,5-3 tahun), masa anak-anak awal atau pra
sekolah (3-6 tahun), usia sekolah (6-12 tahun), remaja (12-18 tahun), dewasa
muda (18-35 tahun), dewasa tengah (35-65 tahun), sehingga dewasa akhir
(>65 tahun) (Wong, D.L, 2009 dalam Kalendi, 2021). Asuhan keperawatan
sehat jiwa dalam rentang kehidupan dewasa merupakan tahap perkembangan
manusia usia 30 – 60 tahun dimana pada tahap ini merupakan tahap dimana
individu mampu terlibat dalam kehidupan keluarga, masyarakat, pekerjaan,
dan mampu membimbing anaknya. Apabila kondisi tersebut tidak terpenuhi
dapat menyebabkan ketergantungan dalam pekerjaan dan keuangan. Sebagai
seorang perawat, kita dituntut untuk mengerti proses tumbuh kembang
manusia mulai dari masa perinatal sampai dengan lansia. Oleh karena
keunikan yang dimiliki setiap individu berbeda – beda dan fase kehidupan
yang juga bertahap – tahap sehingga dalam menangani kasus tindakan yang
akan diberikan akan berbeda.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis tertarik untuk membahas
terkait asuahan keperawatan jiwa sepanjang rentang kehidupan dewasa dan
menganalisis intervensi terkait permasalahan-permasalahan yang muncul
pada tahapan tersebut.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas penulis dapat merumsukan masalah, yaitu
“Bagaimana asuhan keperawatan jiwa sepanjang rentang kehidupan dewasa
dan analisis intervensi terkait permasalahan-permasalahan yang muncul pada
tahapan tersebut?”

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan sehat jiwa pada
rentang kehidupan dewasa
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengkajian asuhan keperawatan sehat jiwa pada
rentang kehidupan dewasa
b. Untuk mengetahui diagnosa asuhan keperawatan sehat jiwa pada
rentang kehidupan dewasa
c. Untuk mengetahui intervensi asuhan keperawatan sehat jiwa pada
rentang kehidupan dewasa
d. Untuk mengetahui intervensi berdasarkan Evidence Based Practice
(EBP)
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Dewasa
Istilah dewasa berasal dari bahasa Latin, yaitu adultus yang berarti
tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna atau telah menjadi
dewasa. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, dewasa adalah keadaan
sampai umur, akil baligh (bukan anak-anak atau remaja lagi) padanan kata
yang sering digunakan untuk kedewasaan adalah “telah mencapai
kematangan” dalam perkembangan fisik dan psikologis, kelamin, pikiran,
pertimbangan, pandangan dan sebagainya. Seseorang dikatakan dewasa
adalah apabila dia mampu menyelesaikan pertumbuhan dan menerima
kedudukan yang sama dalam masyarakat atau orang dewasa lainnya ( Pieter
& Lubis, 2010 dalam Derista et al., 2021). Sehingga, seseorang
dikatakan dewasa apabila telah sempurna pertumbuhan fisiknya dan
mencapai kematangan psikologis sehingga mampu hidup dan berperan
bersama-sama orang dewasa lainnya.

B. Jenis dan Tahapan Perkembangan Dewasa


Tahapan masa dewasa menurut Elizabeth B. Hurlock dalam ( Trianawati
Y.,2017) adalah sebagai berikut :
1. Masa Dewasa Dini (18-40 tahun)
a. Masa dimana perubahan-perubahan fisik dan psikis yang menyertai
berkurangnya kemampuan reproduksi.
b. Masa dewasa dini memiliki ciri-ciri yankni sebagai masa pengaturan,
sebagai “usia reproduksi”, masa bermasalah, masa ketegangan
emosional, masa keterasingan sosial, masa komitmen, masa
ketergantungan, masa perubahan nilai, masa kreatif serta masa
penyesuaian diri dengan cara hidup baru.
2. Masa dewasa Madya (40-60 tahun)
a. Masa dimana menurunnya perubahan-perubahan fisik dan psikis
yang jelas nampak pada setiap individu
b. Masa dewasa madya memiliki karakteristik seperti periode yang
sangat ditakuti, merupakan masa transisi, masa stress, merupakan
“usia yang berbahaya”, masa evaluasi dengan standar ganda, masa
sepi, serta merupakan masa jenuh.
3. Masa dewasa Lanjut (60 tahun-kematian)
a. Masa dimana kemampuan fisik dan bahkan psikologis cepat
menurun ditandai dengan perkembangan seseorang ke arah integritas
ego dan putus asa.
b. Masa dewasa lanjut memiliki ciri-ciri yakni periode kemunduran,
perbedaan individual pada efek menua, usia tua dinilai dengan
kriteria yang berbeda, mempunyai status kelompok minoritas,
membutuhkan perubahan peran, keinginan menjadi lebih muda
sangat kuat pada usia lanjut ini.

C. Pengkajian
Perkembangan psikososial individu dewasa adalah individu mampu
terlibat dalam kehidupan keluarga, masyarakat, pekerjaan, dan mampu
membimbing anaknya. Masa dewasa ditandai dengan kebebasan pribadi,
kestabilan, keuangan dan interaksi social yang baik karena pada masa ini
individu mulai beranjak dewasa dan berkeluarga. Individu dewasa akan
menyadari bahwa tanggung jawab bertambah pada masa ini. Kegagalan
dalam mencapai kemampuan tersebut dapat menyebabkan ketergantungan,
baik dalam pekerjaan maupun keuangan.
Karakteristik perkembangan psikososial individu dewasa muda
Tugas Perkembangan Perilaku dewasa muda
Perkembangan yang a. Menjalin interaksi yang hangat dan akrab dengan
normal: Akrab orang lain
dengan b. Mempunyai hubungan dekat dengan orang-orang
orang lain tertentu (pacar,sahabat)
c. Membentuk keluarga
d. Mempunyai komitmen yang jelas dalam bekerja
dan berinteraksi
e. Merasa mampu mandiri karena sudah bekerja
f. Memperlihatkan tanggungajawab secara
ekonomi, social dan emosional
g. Mempunyai konsep diri yang realistis/sesuai
kenyataan
h. Menyukai dirinya dan mengetahui tujuan
hidupnya
i. Berinteraksi baik dengan keluarga
j. Mampu mengatasi strees akibat perubahan
dirinya
k. Menganggap kehidupan sosialnya bermakna
l. Mempunyai nilai yang menjadi pedoman
hidupnya
Penyimpangan a. Ketakuan/tidak siap menerima akibat
perkembangan perbuatannya
menyendiri /isolasi b. Sulit untuk memulai suatu hubungan
c. Tidak mempunyai teman dekat
d. Menghindari komitmen dalam berinteraksi
e. Mudah beralih dalam bekerja/karir atau gaya
hidup mudah terpengaruh
f. Tidak mempunyai nilai-nilai sebagai pedoman
hidup tidak mempunyai hubungan akrab dengan
orang lain
g. Tidak mampu mengatasi stress

D. Diagnosa Keperawatan
1. Kesiapan Peningkatan Koping Keluarga (D. 0090)
2. Resiko Harga Diri Rendah Situasional (D. 0087)
E. Intervensi (SDKI DPP PPNI 2017, SLKI DPP PPNI 2018, SIKI DPP PPNI 2018)
Diagnosa
No Tujuan dan KH Intervensi
Keperawatan
1 Kesiapan Peningkatan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama I. 09088
Koping Keluarga (D. …x24 jam perilaku anggota keluarga dalam Intervensi Utama :
0090) mendukung, memberi rasa nyaman, dan motivasi 1. Dukungan koping keluarga
keluarga membaik dengan KH : 2. Pelibatan keluarga
Perasaan diabaikan (5) 3. Promosi koping
Kekhawatiran tentang anggota keluarga (5) Intervensi Pendukung
Perilaku mengabaikan anggota keluarga (5) 1. Bimbingan system kesehatan
Komitmen pada perawatan/pengobatan (5) 2. Dukungan pengambilan keputusan
Komunkasi antara anggota keluarga (5) 3. Dukungan keluarga merecanakan perawatan
Perilaku tertekan (depresi) (5) 4. Dukungan keyakinan
Perilaku menyerang (agresi) (5) 5. Edukasi manajemen stress
Perilaku menghasut (5) 6. Edukasi perilaku mencari kesehatan
Gejala psikomatis (5) 7. Koordinasi diskusi keluarga
Perilaku menolak perawatan (5) 8. Manajemen stress
Perilaku bermusuhan (5) 9. Penentuan tujuan bersama
Oerilaku invidualistik (5) 10. Pengenalan fasilitas
Ketergantungan pada anggota keluarga lain (5) 11. Perencanaan pulang
Perilaku overprotektif (5) 12. Promosi kesiapan penerimaan
Toleransi (1) 13. Promosi keutuhan keluarga
Perilaku berujuan (1) 14. Promosi komunikasi efektif
Perilaku sehat (1) 15. Terapi mileu
2 Resiko Harga Diri Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama I. 09069
Rendah Situasional …x24 jam terjadi peningkatan terhadap perasaan Intervensi Utama :
(D. 0087) positif pada diri sendiri dengan KH : 1. Dukungan penampilan peran
Penilaian diri positif (5) 2. Promosi harga diri
Perasaan memiliki kelebihan atau kemampuan 3. Promosi kesadaran diri
positif (5) 4. Promosi koping
Penerimaan penilaian positif terhadap diri sendiri Intervensi Pendukung
(5) 1. Dukungan emosional
Minat mencoba hal baru (5) 2. Dukungan kelompok
Belajar menampakkan wajah (5) 3. Dukungan memaafkan
Postur tubuh menampakkan wajah (5) 4. Dukungan pelaksanaan ibadah
Konsentrasi (5) 5. Dukungan pengambilan keputusan
Tidur (5) 6. Dukungan pengungkapan kebutuhan
Kontak mata (5) 7. Dukungan perasaan bersalah
Gairan aktifitas (5) 8. Dukungan perlindungan penganiayaan
Aktif (5) 9. Dukungan proses berduka
Percaya diri berbicara (5) 10. Dukungan proses berduka : kematian perinatal
Perilaku asertif (5) 11. Dukungan sumber finansial
Kemampuan membuat keputusan (5) 12. Dukungan tanggungjawab pada diri sendiri
Perasaan malu (1) 13. Edukasi seksualitas
Perasaan bersalah (1) 14. Konseling
Perasaan tidak mampu melakukan apapun (1) 15. Latihan asertif
Meremehkan kemampuan mengatasi masalah (1) 16. Manajemen mood
Ketergantungan pada penguatan secara berlebihan 17. Modifikasi perilaku
(1) 18. Pencegahan penyalahgunaan zat
Pencarian penguatan secara berlebihan (1) 19. Penentuan tujuan bersama
20. Promosi citra tubuh
21. Promosi perkembangan anak
22. Promosi perkembangan remaja
23. Promosi resilien
24. Restrukturisasi kognitif
25. Terapi bantuan hewan
26. Terapi kelompok
27. Terapi penyalahgunaan Zat (Detoksikasi Zat)
28. Terapi reminisens
29. Terapi seni
F. Analisis Artikel
Level
Judul Author/Tahun Karakteristik Intervensi Outcome
EBP
Compassion- (Thomason & Sampel : Compassion based Tinjauan ini menunjukkan I
focuse therapies Moghaddam, Artikel yang diterbitkan intervention hasil yang signifikan terkait
for self-esteem: 2021) hingga tanggal 13 Juli efek compassion based
A systematic 2019, melalui database intervention (intervensi
review and meta CINAHL, MEDLINE, dan berbasis kasih sayang) pada
analysis PsycINFO yang terkait harga diri. Ini menunjukkan
dengan compassion- bahwa CFT (Compassion-
focused therapies dan self Focused Therapy) dan
esteem yang sesuai dengan compassion based
kriteria PICO dengan hasil intervention mungkin efektif
akhir sebanyak 10 artikel. dalam meningkatkan harga
diri - dan berkontribusi pada
Metode Penelitian : literatur yang ada mengenai
Systematic review and kemanjuran transdiagnostik
meta analysis dari intervensi berbasis
kasih sayang. Hal ini tampak
Variabel : relevan untuk pertimbangan
Compassion-focused konsep transdiagnostik
therapies dan self esteem (seperti harga diri rendah
dan CFT atau intervensi
berbasis kasih sayang), pada
tingkat kesulitan inti, dalam
mendukung orang dengan
mental kesehatan mereka -
terutama mungkin ketika
tantangan yang dihadapi
dalam terapi (misalnya,
pengobatan) resistensi atau
perbedaan kognitif-
emosional). Hal ini dapat
mendorong aliansi
terapeutik, mendukung
manfaat terapeutik jangka
panjang, tetapi juga
mengurangi kebutuhan
untuk pengembangan model
pengobatan spesifik
diagnosis jika sesuai.

Penguatan (Hidayati, 2018) Sampel: sasaran penelitian Self Compassion Hasil pembuktian empiris III
Karakter Kasih ditujukan remaja akhir – melalui pelatihan yang dilakukan dalam
Sayang “Self dewasa awal 18 – 21 tahun psikodrama penelitian ini memberikan
Compassion” penjelasan bahwa pelatihan
Melalui Metode penelitian: quasy psikodrama dapat
Pelatihan experimental meningkatkan self
Psikodrama compassion. Rerata
Variabel: Self Compassion kelompok sebelum diberi
perlakuan tidak mengalami
perubahan yang signifikan.
Setelah adanya perlakuan
Psikodrama terjadi
peningkatan rerata yang
signifikan, sehingga
individu dengan self
compassion yang tinggi
akan mampu untuk
penerimaan terhadap situasi
atau peristiwa yang dialami
baik secara emosional dan
kognitif.

Effects of (Frostadottir & Sampel : Jumlah sampel Intervensi dilakukan Baik MBCT maupun CFT II
Mindfulness Dorjee, 2019) sebanyak 58 (MBCT N: selama 4 minggu efektif untuk meningkatkan
Based Cognitive 20, CFT N: 18, Kontrol : dilanjutkan observasi perhatian, kasih sayang diri,
Therapy 20) selama 1 bulan. Peserta dan mengurangi depresi,
(MBCT) and yang berada dalam kecemasan, stress, dan
Compassion Metode : Non-Randomized kelompok perlakuan rumination (perenungan).
Focused Wait-List Controlled Study menerima MBCT 4 MBCT lebih efektif untuk
Therapy (CFT) minggu atau CFT 4 meningkatkan rumination
on Symptom Variabel : Mindfulness, minggu tinggi. CFT lebih efektif
Change, Self-Compassion, meningkatkan perhatian
Mindfulness, , Rumination, Depression, bagi mereka yang memiliki
Self- Anxiety, Stress, MBCT, rumination tinggi dan
Compassion , CFT rendah.
and Rumination
in Clients With
Depression ,
Anxiety , and
Stress
Effectiveness of (Wakelin & Sampel : Sebuah Compassion-based Temuan meta-analisis I
self- Simonds, 2021) pencarian sistematis intervention, was menunjukkan bahwa self-
compassion- ;literature mengidentifikasi developed by Paul compassion terkait
related 20 uji coba terkontrol Gilbert over the last 20 intervensi menghasilkan
interventions for secara acak (RTC) yang years. pengurangan kritik diri.
reducing self- memenuhi kriteria inklusi. Secara keseluruhan, tinjauan
criticism: A Sembilan belas makalah, tersebut memberikan bukti
systematic yang melibatkan 1350 yang menjanjikan tentang
review and peserta, memiliki data keefektifan intervensi yang
meta-analysis yang cukup untuk berhubungan dengan belas
dimasukkan dalam meta- kasih diri untuk mengurangi
analisis melalui database kritik diri.
yang diterbitkan antara
Januari 1993 dan Januari
2021 : Medline,
PsycArticles. Dari 20
penelitian, 18 penelitian
diambil karena memenuhi
kriteria inklusi.

Metode Penelitian : A
systematic review and
meta-analysis

Variabel : Self
Compassion and Self
Criticism

The (Davies et al., Sampel : 47 compassion focused Hasil penelitian V


Relationship 2021) orang dengan disabilitas therapy menunjukkan hasil yang
Between intelektual yang direkrut positif antara CFT dengan
Adverse dari Community Learning harga diri pada kelompok
Interpersonal Disability Teams (CLDTs) disabilitas intelektual. Hasil
Experiences ini menyiratkan bahwa CFT
And Self-Esteem Metode penelitian : dapat mendorong
In People With cross-sectional design peningkatkan harga diri
Intellectual serta merasa positif tentang
Disabilities: Variabel : diri mereka sendiri.
The Role Of compassion focused
Shame, Self- therapy, self-esteem, Self-
Compassion Compassion
And Social
Support

The (Seekis et al., Sample : 96 mahasiswa Writing tasks Self compassion writing II
Effectiveness Of 2017) psikologi wanita tahun tasks dan self esteem
Self- pertama, berusia 17-25 writing tasks memberi
Compassion tahun, di universitas dampak positif pada citra
And Self-Esteem perkotaan Australia. tubuh. Penggunaan self
Writing Tasks In compassin writing tasks
Reducing Body Metode penelitian : lebih menjanjikan sebagai
Image Concerns Randomized Control Trial sarana untuk membantu
individu dalam
Variable : self- menghilangkan masalah
compassion, self-esteem, yang di akibatkan citra
writing tasks, body image. tubuh.
G. Pembahasan
Self compassion merupakan karakter kasih sayang untuk diri sendiri.
Karakter self compassion memberikan kasih sayang dan cinta yang
dibutuhkan diri sendiri dengan meningkatkan harapan untuk bahagia dan
bebas dari penderitaan. Self compassion dapat mencegah seseorang terjatuh
dalam kondisi yang lebih buruk di saat mengalami situasi yang tidak
diharapkan. Penelitian membuktikan bahwa orang dengan self compassion
yang tinggi memiliki target yang tinggi terhadap diri, tetapi tidak menyiksa
diri saat kurang berhasil mencapai target tersebut. Dengan memiliki self
compassion justru seseorang akan mencapai kesehatan dan kesejahteraan
individu. (Hidayati, 2018).
Pada penelitian (Frostadottir & Dorjee, 2019) Cognitive Focused
Therapy (CFT) adalah terapi yang dapat dilakukan untuk membantu individu
mengembangkan kasih sayang untuk diri sendiri dan orang lain. Isi sesi dalam
CFT mencakup praktik perhatian, welas asih, dan welas asih terbimbing;
penyelidikan pengalaman peserta seperti ; review pekerjaan rumah;
perumpamaan; video; latihan pengalaman; dan pengajaran/diskusi tentang
tiga sistem regulasi emosi yang saling berhubungan. Upaya peningkatan self
compassion juga dapat dilakuakn melalui latihan psikodrama, berdasarkan
penelitian (Hidayati, 2018), tahap dalam latihan psikodrama ada 3 yaitu
pertama tahap persiapan. Tahap persiapan dilakukan untuk memotivasi
anggota kelompok agar siap berpartisipasi secara aktif dalam permainan,
menentukan tujuan permainan, menciptakan perasaan aman dan saling
percaya pada kelompok. Kemudian tahap pelaksanaan. Pada tahap ini pemain
utama dan pemain pembantu memperagakan permainan. Dengan bantuan
pemimpin kelompok dan anggota kelompok lain pemeran utama
memperagakan masalahnya. Terakhir tahap diskusi. Tahap ini merupakan
tahap berbagi pendapat dan perasaan (sharing). Dalam tahap diskusi atau
tahap bertukar pendapat dan kesan, para anggota kelompok diminta untuk
memberikan tanggpan dan sumbangan pikiran terhadap permainan yang
dilakukan oleh pemeran utama. Tahap diskusi ini penting karena merupakan
rangkaian proses perubahan perilaku pemeran utama kearah keseimbangan
pribadi.
Self-Compassion sebagai cara berhubungan dengan diri sendiri,
melibatkan tiga komponen yang berinteraksi: (a) self-kindness, yang mengacu
pada perspektif kepedulian terhadap diri sendiri melalui penerimaan diri tanpa
syarat dalam upaya untuk mengatasi kritik diri yang keras; (b) kemanusiaan
umum, yang mengacu pada penerimaan kekurangan pribadi atau keadaan
hidup yang sulit sebagai bagian dari kondisi manusia bersama; dan (c)
perhatian, yang menawarkan kesadaran dan penerimaan pengalaman negatif
secara seimbang yang membantu mencegah perenungan (Seekis et al., 2017).

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Seseorang dikatakan dewasa bila telah sempurna pertumbuhan fisiknya
dan mencapai kematangan psikologis sehingga mampu berperan dan
memberikan konstribusi untuk komunitasnya. Masa dewasa ditandai dengan
kebebasan pribadi, kestabilan keuangan dan interaksi sosial yang baik karena
pada masa ini individu mulai beranjak dewasa dan berkeluarga. Kegagalan
dalam mencapai kemampuan tersebut dapat menyebabkan ketergantungan,
baik dalam pekerjaan maupun keuangan dan bisa menimbulkan harga diri
rendah pada seseorang. Salah satu intervensi yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan harga diri seseorang adalah dengan self compassion atau kasih
sayang untuk diri sendiri. Penelitian membuktikan bahwa orang dengan self
compassion yang tinggi memiliki target yang tinggi terhadap diri, tetapi tidak
menyiksa diri saat kurang berhasil mencapai target tersebut, justru akan
mencapai kesehatan dan kesejahteraan individu.

B. Saran
Sebagai tenaga kesehatan diharapkan perawat dapat berperan aktif dalam
pemberi asuhan keperawatan pada pasien dengan harga diri rendah. Perawat
diharap dapat menggali keluhan pasien secara lebih dalam agar dapat
menemukan permasalahn pasien sehingga dapat memberikan intervensi yang
tepat sesuai dengan kondisi pasien terkini.

DAFTAR PUSTAKA
Davies, L., Ailsa, C. R., & Claire, R. (2021). The relationship between adverse
interpersonal experiences and self-esteem in people with intellectual
disabilities : The role of shame , self-compassion and social support. Journal
of Applied Research in Intellectual Disabilities, 34, 1037–1047.
https://doi.org/10.1111/jar.12844
Derista, Erlanngg, G. A., Hardiana, T., & Lestari, P. D. (2021). ASUHAN
KEPERAWATAN SEHAT JIWA SEPANJANG RENTANG KEHIDUPAN :
DEWASA.
Frostadottir, A. D., & Dorjee, D. (2019). Effects of Mindfulness Based Cognitive
Therapy ( MBCT ) and Compassion Focused Therapy ( CFT ) on Symptom
Change , Mindfulness , Self-Compassion , and Rumination in Clients With
Depression , Anxiety , and Stress. Frontiers in Psychology, 10(May), 1–11.
https://doi.org/10.3389/fpsyg.2019.01099
Hidayati, F. (2018). Penguatan Karakter Kasih Sayang “ Self Compassion ”
Melalui Pelatihan Psikodrama. Prosiding Seminar Nasional Psikologi
Unissula, 93–102.
Kalendi, A. U. (2021). LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP ASUHAN
KEPERAWATAN SEHAT JIWA PADA USIA DEWASA.
Seekis, V., Bradley, G. L., & Duffy, A. (2017). The effectiveness of self-
compassion and self-esteem writing tasks in reducing body image concerns.
Body Image, 23, 206–213. https://doi.org/10.1016/j.bodyim.2017.09.003
Thomason, S., & Moghaddam, N. (2021). Compassion-focused therapies for self-
esteem: A systematic review and meta-analysis. Psychology and
Psychotherapy: Theory, Research and Practice, 94(3), 737–759.
https://doi.org/10.1111/papt.12319
UU No. 18 tentang Kesehatan Jiwa. (2014). Undang - Undang Republik Indonesia
Tentang Kesehatan Mental No. 18 Tahun 2014. Undang - Undang Tentang
Kesehatan Jiwa, 1, 2.
Wakelin, K. E., & Simonds, L. M. (2021). Effectiveness of self-compassion-
related interventions for reducing self-criticism : A systematic review and
meta-analysis. Clin Psychol Psychother., January, 1–25.
https://doi.org/10.1002/cpp.2586
Trianawati. Y. 2017. Konsep Dasar Tahapan dan Tugas Perkembangan Masa
Dewasa.
https://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI_PEND_DAN_BIMBIN
GAN/196103171987032_AAS_SAOMAH/KONSEP_DASAR
%20_TAHAPAN_DAN_TUGAS_PERKEMBANGAN_MASA_DEWASA.
pdf diakses pada tanggal 24 Agustus 2021.

Anda mungkin juga menyukai