Anda di halaman 1dari 19

PENUGASAN INDIVIDU

REFLECTIVE WRITING: JALAN SUNYI PARA LANSIA

MAHASISWA :

ANASSTHASYA OLLA

NIM : 1490121117

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXVII SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL
BANDUNG

TA 2021/2022
I. RESUME VIDEO

Vidio di awali dengan petugas dari P3S Pelayanan, Pengawasan, dan


Pengendalian Sosial) yang sedang beroprasi untuk mengangkut para lansia yang
terlantar di pinggiran-pinggiran jalan untuk di antar ke panti sosial. Dari situ saja
sudah dapat kita lihat bahwa sekarang ini banyak sekali lansia-lansia yang tidak
memiliki tempat tinggal karena berbagai faktor baik itu dari faktor ekonomi, sosial,
pekerjaan maupun kesehatan. Para lansia yang berada di panti sosial berasal dari
berbagai kalangan kehidupan, keberadaan mereka di situ berasal dari berbagai
alasan baik keinginan sendiri, keinginan keluarga, atau seperti yang kita lihat di
awal video itu. Dikatakan dalam UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan
lanjut usia “lanjut usia adalah seorang yang mencapai usia 60 tahun”. Di Indonesia
sendiri jumlah lansia pada tahun 2021 sudah mencapai 29,3 juta penduduk
(Bandan Pusat Statistik).

Pertambahan lansia setiap tahun adalah akibat dari tingkat kesehatan


yang semakin naik. Kondisi fisik lansia itu pasti menurun dibanding sebelumnya dan
dari penurunan kondisi fisik lansia yang menurun maka ada konsekuensinya yaitu
kemampuan lansia untuk menangani kesehatan sendiri karena dengan penurunan
fisik otomatis kesehatan berkurang, bukan hanya itu kita lihat juga dari posisi sosial
seorang lansia itu. Ada beberapa orang yang memang tidak peduli dengan
lingkungan sosial yang memiliki lansia, bahkan kenyataan yang terjadi di lapangan
dimana apabila ada seseorang yang memiliki anggota keluarga yang lansia itu
mungkin di nomor duakan, jadi tidak sedikit ditemukan lansia yang berada di
pinggir jalan tidak mempunyai tempat tinggal. Dari masalah itu juga dapat muncul
gangguan kesehtan mental seorang lansia.

Dari berbagai aktifitas yang terjadi dalam video tersebut bisa dilihat
banyak sekali keluhan, masalah dan gangguan yang di alami oleh lansia-lansia yang
tinggal di panti sosial. Peran pemerintah saja tidak cukup untuk membantu
kehidupan lansia tersebut harus ada peran keluarga dan masyarakat juga demi
kesejahteraan para lansia seperti yang dikatakan dalam UU No.13 tahun 1998.
Selain lansia yang berada di panti sosial ada juga yang tinggal bersama keluarga
yang dimana lansia yang tinggal bersama keluarga juga belum bisa dikatakan hidup
dengan baik atau hidup bahagia di hari tua. Mari kita bahas satu-satu masalah
lansia yang terdapat dalam video tersebut.

Pertama, para lansia yang tinggal di panti sosial mempunyai masalah


hidup yang bermacam-macam, penyebab kehidupan mereka yang tinggal di panti
sosial dikarenakan akibat hidup yang sudah sebatangkara, atau ada konflik dalam
keluarga, ditelantarkan oleh keluarga akibat ketidak bergunaan atau tidak
membawa keuntungan lagi dalam hal banyak orang yang berfikir kalau lansia itu
lebih akan menyusakan, dititipkan oleh keluarga, dan akibat razia yang dimana
pemerintah berperan untuk membantu kehidupan lansia yang terlantar di jalanan.
Di dalam panti sosial para lansia mempunyai kisah-kisah mereka sendiri-sendiri ada
yang bahagia tinggal di panti dan ada juga yang tidak ingin tinggal dipanti karena
memilih untuk menghabiskan hidup mereka bersama keluarga yang mereka cintai.
Banyak masalh-masalah yang dirasakan dan dialami oleh para lansia di panti sosial,
ada yang sedih, murung, menghisolasikan diri, mempunyai gangguan kesehatan
fisik maupun mental, ada mempunyai perasaan yang kecewa akan kehidupan
sekarang. Dari semua itu banyak yang saya lihat para lansia merasakan kesedihan
yang mendalam sampai mengisolasikan diri mereka, tidak mau bersosialisasi
dengan sesama, turut serta dalam kegiatan aktivitas yang diadakan.

Alasan mereka yaitu mereka hanya ingin kumpul dengan keluarga


mereka, kemudian ada juga yang sedih karena ditinggal mati oleh pasangan,
merasa kekecewaan pada diri sendiri karena merasa tidak berguna lagi. Dari alasan-
alasan itulah yang mempengaruhi pemikiran para lansia dimana juga
mempengaruhi kesehatan fisik dan mental mereka. Bertambahnya usia maka
berpengaruh untuk penurunan fungsi tubuh, dan rentan sekali terkena penyakit
baik ringan maupun berat. Kesehatan fisik mereka juga mempengaruhi kesehatan
mental. Kehidupan lansia yang mengalami sakit seperti hipertensi dan stroke
mendapat perhatian lebih di panti sosial tersebut. Setiap aktifitas yang mereka
lakukan dalam bantuan petugas perawat yang berada di tempat, terkhususnya
lansia yang mengalami stroke dan tidak dapat berbuat apa-apa selain berbaring di
tempat tidur.

Kemudian ada juga lansia yang mengalami penyakit hipertensi, jantung,


penyakit kulit, di beri perhatian juga oleh petugas perawat. Untuk gangguan
kesehatan mental yang dialami lansia juga mendapat perhatian. Sebernanya semua
lansia baik sakit maupun sehat semua mendapat perhatian penting dari petugas
yang bekerja di panti sosial tersebut. Berbagai macam karakter yang timbul di panti
sosial tersebut salah satunya pemarah, suka emosi, trus juga ada yang tiba-tiba
sedih dan tiba-tiba senang. Tidak berbeda jauh dengan lansia yang tinggal bersama
dengan keluarga akibat ketidak pedulian kepada salahsatu anggota keluarga yang
lansia, kesibukan anggota keluarga masing-masing yang membuat lansia tersebut
merasa sedih dan tidak dipedulikan lagi.

Berbagai macam tantang yang dialami para lansia tersebut, seperti harus
bisa hidup mandiri dengan keadaan kesehatan dan fungsi tubuh yang semakin
menurun, kemudia harus bisa menyesuaikan diri dalam lingkungan pergaulan sosial
meski terkadang lansia itu susah untuk menyesuaikan diri dengan kondisi barunya,
harus bisa menerima keadaan fisik yang sudah tidak bisa sekuat dulu. Begitu juga
dengan tantangan para lansia yang tinggal bersama dengan keluarga mereka,
mereka harus bisa memahami kondisi mereka yang sudah semakin tua dan tidak
dapat berbuat banya. Namun terkadang ada lansia yang memaksakan diri untuk
tetap bekerja seperti sekuat dia dulu karena memikirkan tentang masih mempunyai
anggung jawab atas kehidupan anak dan cucu mereka. Padahal keluarga sudah
melarang mereka untuk bekerja.

Dari berbagai masalah yang di hadapi oleh para lansia tersebut, resiko
mengalami gangguan kesehatan itu akan berdampak sangat besar bagi diri mereka.
Seperti gangguan kesehatan fisik dan jiwa, untuk gangguan kesehatan fisik seperti
gangguan tulang, sendi, otot, saraf, dan penyakit jantung serta pembuluh darah
yang ujung-ujungnya berakhir stoke. Untuk gangguan jiwa dan mental lansia
cenderung mengalami depresi yang berat akibatnya akan mempengaruhi gangguan
interaksi sosial, komunikasi, gangguan tidur, kenyamanan, tidak ingin makan dan
minum sampai mengalami kekurangan gizi. Dan dari situlah bisa dikatakan awal
penyakit itu karena membuat daya tahan tubuh yang sudah berkurang menjadi
lebih menurun lagi. Hal tersebut juga pasti di alami oleh lansia yang tidak bersama
keluarga namun tidak diperduliin oleh tiap anggota keluarganya, ada yang sampai
mengurung diri di dalam kamar dan tidak mau keluar dari kamar karena merasa
malu akibat tidak dianggap ada.

Dari masalah-masalah lansia baik di panti sosial maupun dirumah, peran


perawat sangat penting untuk membantu keberlangsungan kehidupan para lansia.
Kesiapan perawat dalam merawat seorang lansia juga harus di persiapkan dengan
benar-benar karena harus mempunyai mental yang kuat apalagi kesabaran harus
sangat lebih pada diri seorang perawat yang bekerja di panti sosial lansia. Karena
merawat lansia perawat bukan hanya untuk merawat atau melayani kebutuhan
fisik lansia saja tetapi juga kebutuhan psikologis, sosial, dan spiritual lansia dalam
menghadapi kehidupan yang akan datang. Tingkat kepedulian perawat memang
sangat di uji dalam merawat seorang lansia jadi memang harus benar-benar
seorang perawat harus mempunyai dasar dan standar yang kuat.

Selain untuk merawat seorang lansia peran perawat juga ada dalam
keluarga lansia, dimana peran perawat sebagai advokat, edukator, koordinator, dan
konsultan. Dimana perawat memberikan pemahaman dan edukasi tentang lansia
kepada keluarga yang mempunyai anggota keluarga yang lansia. Dan bukan hanya
perawat, seharusnya kita semua sebagai masyarakat Indonesia yang memempunyai
landasan hukum, dan berpegang penuh terhadap norma dan rasa hormat terhadap
yang lebih tua maka kita juga punya tanggung jawab terhadap keberlangsunagn
kehidupan seorang lansia sesuai UU. Karena masa lansia akan dirasakan dan dilalui
oleh semua makhluk hidup.

II. PERTANYAAN KASUS

1. Apakah karakteristik lansia yang di rawat di panti sosial, panti wreda dan rumah
tempat tinggal?

Jawaban :

Karakteristik yang muncul pada lansia baik di panti wreda maupun di


rumah tempat tinggal terkesan sama saja tergantung dari masalah dan
gangguan yang dihadapi oleh seorang lansia tersebut. Karena kehidupan di
rumah apabila anggota keluarga tidak mempunyai kepedulian khusus maka
karakteristik dari anggota keluarga yang lansia tersebut juga akan terganggu
seperti timbul rasa kecewa, lebih suka mengurung diri dan merasa sedih di
kamar, menarik dan menutup diri dari aktivitas sosial. Sedangkan lansia yang
tinggal di panti sosial belum tentu mempunyai karakteristik yang buruk
tergantung dari lansia itu dalam memahami posisi dan kondisi dirinya, maka dia
akan merasa lebih senang dan bahagia untuk tetap tinggal di panti wreda
tersebut. Namun sesuai video yang saya nonton kebanyakan lansia yang hidup
di panti social memiliki karakteristik yang lebih tertutup, pendiam, murung,
kebingungan, dan sedih yang berlebihan.

2. Apakah yang menjadi tantangan bagi lansia yang dirawat di panti wredha?

Jawaban :

Salah satu tantangan bagi lansia yang dirawat di panti wredha adalah
bagaimana lansia tersebut bisa memahami dan menerima keadaan serta
kondisi dirinya saat ini, keadaan yang baru bagi dirinya saat ditinggal oleh
keluarga yang dia cintai. Seorang lansia itu juga mempunyai tantangan
bagaimana dia bisa dapat mengurus dirinya secara mandiri dalam keadaan fisik
yang sudah menurun dan tidak sekuat yang lalu.
3. Apakah risiko masalah kesehatan yang dapat dialami lansia di panti wredha?

Jawaban :

Salah satu risiko kesehatan yang di alami oleh lansia di panti wreda
seperti depresi, stress yang berlebihan, gangguan kecemasan, gangguan tidur,
penurunan sosialisasi, demensia, dan lansia yang selalu merasa kesepian dalam
hidupnya.

4. Jelaskan kelebihan dan kekurangan yang dialami lansia ketika di rawat di panti
wredha?

Jawaban :

Kelebihan yang dialami lansia ketika dirawat di panti wredha lumayan


banyak, seperti pelayan yang selalu di berikan oleh petugas perawat panti, baik
itu pelayanan kesehatan, sosial, dan spiritual. Dan itu sangat baik bagi lansia
yang ada di panti wredha karna selalu di perhatikan dan dijamin hari tuanya.
Contohnya kegiatan-kegiatan positif yang dilakukan di panti wredha dapat
mengurangi risiko depresi pada lansia, meningkatkan sikap bersosialisasi, dan
mengurangi risiko cedera pada lansia. Untuk kekurangan yang dialami lansia
ketika dirawat di panti wredha mungkin sedikit karena panti wredha itu
memberikan pelayan yang beragam kepada para lansia, namun kekurangan
yang dialami hanya saja lansia tidak terlalu bebas melakukan sesuatu yang ingin
mereka lakukan, hidupan dalam aturan dan tidak menutup kemungkinana
lansia yang dirawat di panti wredha bukan bertambah baik namun bertambah
buruk akibat pelayanan yang kurang berkualitas.

5. Jelaskan kelebihan dan kekurangan yang dialami lansia ketika di rawat oleh
keluarga?

Jawaban :

Kelebihan lansia jika dirawat oleh keluarganya apalagi dirawat dengan


sangat baik akan menambah keinginan untuk sembuh dari suatu penyakit pada
lansia, lansia tersebut akan sangat bahagia dan tidak mempunyai gangguan
stress dan terhindar dari risiko depresi karena dekat dengan orang-orang yang
dicintainya, merasa lebih dipeduliin meski sudah tidak dapat berbuat apa-apa
lagi atau tidak sekuat dulu lagi. Untuk kekurangan lansia yang di rawat oleh
keluarga dapat dilihat dari salah satunya faktor ekonomi keluarga yang
terkadang tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan apabila lansia sakit
dan dibawa ke fasilitas kesehatan untuk di rawat, belum lagi dengan obat-
obatan yang harus di beli untuk kesembuhan lansia dari penyakitnya.

6. Jelaskan apa yang harus di persiapkan individu untuk menjadi sehat dan
produktif di masa menua?

Jawaban :

Proses menua akan dialami oleh semua orang dan mulai masa muda
ini sudah banyak yang harus dipersiapkan dengan matang untuk nanti di hari
tua, baik menjaga kesehatan diri mulai sekarang, rajin berolah raga,
mengonsumsi makanan yang sehat, menjaga pola aktifitas sehari-hari agar lebih
teratur, mengubah pola pikir untuk lebih positif dalam menanggapi semua hal
yang terjadi dalam kehidupan, bersikap bijak untuk menanggapi hal-hal yang
terjadi dan juga mengambil keputusan dalam kehidupan, kesiapan mental,
kemudian ekonomi yang dimana dunia ini berkembang dengan sangat cepat
kebutuhan hidup mulai meningkat, biaya hidup semakin hari bertambah naik,
kemudian persiapkan juga kehidupan bersosialisasi yang baik dengan sesama,
dan kesiapan spiritualitas.

7. Sebutkan 4 masalah keperawatan yang berisiko dialami lansia ketika dirawat di


panti sosial dan panti wreda? (dibuat dalam bentuk tabel ringkasan diagnosa
keperawatan)

Jawaban :

1. Gangguan Mobilitas Fisik


2. Resiko Jatuh

3. Ketidakberdayaan

4. Gangguan Interaksi Sosial

8. Jelaskan 5 aspek etik yang harus diperhatikan perawat pada saat merawat
lansia di panti sosial dan panti wredha berdasarkan video tersebut?

Jawaban :

1. Pelayanan dengan tulus, dimana seorang perawat yang merawat seorang


lansia harus dilakukan dengan tulus.

2. Berkomunikasi dengan baik dan sopan, seorang perawat harus bisa


berkomunikasi dengan seorang lansia secara baik dan sopan agar lansia
berfikir bahwa parawat bersikap sangat menghormati

3. Bersikap memahami, dimana perawat harus memahami kondisi kesehatan


lansia karena khususnya bagi penyandang disabilitas atau penyakit tertentu
perawat harus paham bentul kondisi lansia tersebut agar siap terhadap
berbagai kemungkinan yang terjadi

4. Bersikap selalu membantu, dalam arti perawat harus selalu membantu


lansia dalam aktifitas sehari-hari dimana perawat harus bisa membantu
lansia untuk tetap aktif dalam kegiatan dimana hal ini sangat membantu
agar lansia tidak mudah merasa lelah dan tetap semangat untuk menjalin
kehidupan.

5. Etika untuk selalu tersenyum di depan lansia, hal ini dapat membantu lansia
dalam merasa kenyamanan atau merasa diterima dan disukai untuk berada
di panti wredha.

9. Jelaskan Peran Perawat dalam merawat lansia di panti wreda?

Jawaban :
Berikut adalah beberapa peran perawat dalam merawat lansia, yaitu
peran perawat dalam memaksimalkan kesehatan lansia dimana perawat
membantu lansia untuk selalu meningkatkan kesehatan setiap harinya.
Kemudian peran perawat juga dalam menjaga lansia untuk tetap selalu aktif
dalam berbagai kegiatan aktivitas fisik, peran perawat dapat mencari upaya
semaksimal mungkin agar lansia yang mengalami suatu penyakit untuk dapat
bebas mempertahankan kebebasan aktivitas secara mandiri. Ada juga peran
perawat dalam mengontrol makanan dan obat-obat untuk seorang lansia,
peran perawat dalam membantu menjaga kebersihan lansia, memotivasi dan
memberi perhatian pada lansia serta peran perawat dalam berkomunikasi
secara baik dengan lansia, dimana perawat dapat melakukan komunikasi secara
intensif dengan lansia sehingga lansia tidak merasa sendirian atau kesepian.

10. Jelaskan Peran Perawat dalam merawat lansia di lingkup keluarga?

Jawaban :

Peran perawat dalam merawat lansia pada lingkup keluarga, dimana


perawat berperan sebagai seorang pendidik atau edukator yang dimana
perawat bertugas untuk membantu memberikan pemahan, pendidikan dan
ilmu bagi keluarga tentang bagaimana cara untuk merawat seorang anggota
keluarga yang sudah termasuk dalam kategori lansia. Bagaimana cara untuk
merawat, membangun dan mempertahankan hubungan keluarga dengan baik,
membantu dalam mencari jalan keluar dalam menyelesaikan masalah dengan
anggota keluarga yang lansia dimana seorang lansia semakin bertambah umur
akan semakin lebih sensitif pemikiran dan perasaan mereka. Mengajarkan
tentang sikap untuk saling peduli, membantu, menghargai, mau mendengar,
mau menerima, mau berbagi, selalu tersenyum, melakukan sentuhan fisik yang
berupa pelukan dimana dapat membantu psikologis seorang lansia dan juga
hubungan komunikasi dapat terjalin dengan baik, selalu ada sikap saling
percaya dalam setiap anggota keluarga, dan mau untuk terus belajar dan
mengembangkan diri untuk menjadi lebih baik lagi.

III. ANALISA DATA

No Data Masalah
Data Subjektif : Ketidak berdayaan
Klien mengatakan dirinya sudah tidak
sekuat yang dulu dan merasa tidak
mampu melakukan aktivitas
sebelumnya
Data Objektif :
Klien tampak melakukan aktivitas
dengan bantuan perawat
Data Subjektif : Gangguan interaksi sosial
Klien mengatakan merasa tidak nyaman
dengan keadaan di panti wredha dan
memilih untuk tetap dengan keluarganya
Data Objektif :
Klien tampak kurang berinteraksi dengan
sesama lansia
Ringkasan Diagnosa Keperawatan Tunggal
Setiap Diagnosa Keperawatan harus dilengkapi dengan format ringkasan.

Dx Keperawatan Gangguan Mobilitas Fisik


Definisi Keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih
ekstermitas secara mandiri
Batasan karakteristik - Gangguan sikap berjalan
- Penurunan ketrampilan motorik halus
- Penurunan ketrampilan motorik kasar
- Penurunan rentang gerak
- Waktu reaksi memanjang
- Kesulitan membolak-balik posisi
- Ketidaknyamanan
- Melakukan aktivitas lain sebagai pengganti pergerakan
- Dispnea setelah beraktivitas
- Tremor akibat bergerak
- Instabilitas postur
- Gerakan lambat
- Gerakan spastik
- Gerakan tidak terkoordinasi
Pengkajian - Kaji nyeri
- Tingkat kemampuan otot
- Pola aktivitas
Faktor yg berhubungan - Intoleransi aktivitas
- Ansietas
- Indeks massa tubuh di atas persentil ke-75 sesuai usia
- Kepercayaan budaya tentang aktivitas yang tepat
- Penurunan kekuatan otot
- Penurunan kendali otot
- Penurunan massa otot
- Penurunan ketahanan tubuh
- Depresi
- Disuse
- Kurang dukungan lingkungan
- Kurang pengetahuan tentang nilai aktivitas fisik
- Kaku sendi
- Malnutrisi
- Nyeri
- Fisik tidak bugar
- Keengganan memulai pergerakan
- Gaya hidup kurang bergerak
Alternatif Dx (Saran Gangguan intoleransi aktifitas
Penggunaan)
Nursing Outcome (NOC) Tujuan Jangka Panjang : Mempertahankan mobilitas fisik
dengan batas toleransi meningkat

Tujuan Jangka Pendek : meningkatkan mobilitas fisik

Kriteria Hasil :

1. Pergerakan ekstermitas meningkat

2. Kekuatan otot meningkat

3. Rentang gerak (ROM ) meningkat

4. Kekakuan sendi menurun


Intervensi (NIC) Dukungan Mobilisasi ( I.05173 )
Observasi :
1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
2. Identifikasi tolenransi fisik melakukan pergerakan
3. Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah
sebelum memulai mobilisasi
4. Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
Teraupetik :
1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu
2. Fasilitasi melakukan pergerakan
3. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
2. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
3. Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan

Dx Keperawatan Resiko Jatuh


Definisi Berisiko mengalami kerusakan fisik dan gangguan kesehatan
akibat terjatuh
Batasan karakteristik - Lingkungan yang berkelompok
- Pemajanan pada kondisi cuaca tidak aman
- Ruang yang tidak dikenal
- Hambatan mombilitas
- Kesulitan gaya berjalan
Pengkajian - Pola aktifitas
- Riwayat jatuh
- Pengkajian resiko jatuh
Faktor yg berhubungan - Penurunan kekuatan otot
- Gangguan penglihatan
- Gangguan keseimbangan
Alternatif Dx (Saran Resiko cedera, resiko syok
Penggunaan)
Nursing Outcome (NOC)
Tujuan Jangka Panjang : Resiko jatuh menurun

Tujuan jangka Pendek : Tingkat jatuh menurun

Kriteria Hasil :

1. Jatuh dari tempat tidur menurun

2. Jatuh saat berdiri menurun

3. Jatuh saat duduk menurun

4. Jatuh saat berjalan menurun


Intervensi (NIC) Pencegahan Jatuh ( I.14540) :
Observasi :
1. Identifikasi faktor resiko jatuh
2. Identifikasi risiko jatuh setidaknya sekali setiap shift atau
sesuai dengan kebijakan institusi
3. Identifikasi faktor lingkungan yang melibatkan risiko
jatuh
4. Hitung resiko jatuh dengan menggunakan skala
5. Monitor kemampuan berpindah dari tempat tidur ke
kursi roda dan sebaliknya
Teraupetik :
1. Orientasikan ruang pada pasien dengan keluarga
2. Pastikan roda tempat tidur dan kursi roda selalu dalam
kondisi terkunci
3. Pasang handrall tempat tidur
4. Atur tempat tidur mekanis pada posisi terendah
5. Gunakan alat bantu berjalan
6. Dekatkan bel pemanggil dalam jangkauan pasien
Edukasi :
1. Anjurkan memanggil perawat jika membutuhkan
bantuan untuk berpindah
2. Anjurkan menggunakan alas kaki yang tidak licin
3. Anjurkan berkonsentrasi untuk menjaga keseimbangan
tubuh
4. Anjurkan melebarkan jarak kedua kaki untuk
meningkatkan keseimbangan saat berdiri
5. Ajarkan cara menggunakan bel pemanggil untuk perawat

Dx Keperawatan Ketidakberdayaan
Definisi Persepsi bahwa tindakan seseorang tidak akan
mempengaruhi hasil secara signifikan; persepsi kurang
kontrol pada situasi saat ini atau yang akan datang.
Batasan karakteristik - Ansietas
- Pemberihan asuh
- Harga diri rendah
- Penyakit
- Pola koping tidak efektif
- Harga diri rendah
Pengkajian - Indeks KATZ
- Pengkajian Fungsional

Faktor yg berhubungan - Perubahan kemampuan fisik


- Ketidakmampuan menjalankan peran
- Ketidakmampuan mengambil keputusan
- Kurang puas dengan kehidupan
Alternatif Dx (Saran Keputusasaan dan Isolasi sosial
Penggunaan)
Nursing Outcome (NOC) Tujuan Jangka Panjang : Harga diri meningkat

Tujuan Jangka Pendek : Mampu mengidentifikasi


kekuatan personal

Kriteria Hasil :

1. Pernyataan mampu melaksanakan aktivitas meningkat

2. Pernyataan keyakinan tentang


kinerja peran meningkat
3. Berpartisipasi dalam perawatan

4. Pernyataan frustasi menurun


Intervensi (NIC) Promosi Harapan ( I.09307 )
Observasi :
1. Identifikasi harapan pasien dan keluarga dalam
pencapaian hidup
Teraupetik :
1. Sadarkan bahwa kondisi yang dialami memiliki nilai
penting
2. Pandu mengingat kembali kenangan yang
menyenangkan
3. Libatkan pasien secara aktif dalam perawatan
4. Kembangkan rencana perawatan yang melibatkan
tingkat pencapaian tujuan sederhana sampai dengan
kompleks
5. Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga
terlibat dengan dukungan kelompok
6. Ciptakan lingkungan yang memudahkan
mempraktikkan kebutuhan spiritual
Edukasi :
1. Anjurkan mengungkapkan perasaan terhadap kondisi
dengan realistis
2. Anjurkan mempertahankan hubungan
3. Anjurkan mempertahankan hubungan teraupetik
dengan orang lain
4. Latih menyusun tujuan yang sesuai dengan harapan
5. Latih cara mengembangkan spiritual diri
6. Latih cara mengenang dan menikmati masa lalu

Dx Keperawatan Gangguan Interaksi Sosial


Definisi Kuantitas dan atau kualitas hubungan sosial yang kurang
atau berlebih
Batasan karakteristik - Ketidaknyamanan dalam situasi sosial
- Ketidakpuasan dengan hubungan sosial
- Disfungsi interaksi dengan orang lain
- Keluarga melaporkan perubahan dalam berinteraksi
- Gangguan fungsi sosial
Pengkajian - Pengkajian skala kesepian
- MMSE
- GDS
Faktor yg berhubungan - Kendala komunikasi
- Gangguan konsep diri
- Gangguan proses pikir
- Kendala lingkungan
- Hambatan mobilitas fisik
- Kurang pengetahuan tentang bagaimana meningkatkan
mutualitas
- Kurang keterampilan untuk meningkatkan mutualitas
- Ketidaksesuaian sosiokultural
Alternatif Dx (Saran Isolasi sosial dan Gangguan komunikasi verbal
Penggunaan)
Nursing Outcome (NOC) Tujuan Jangka Panjang : Sikap berinteraksi dengan orang
lain meningkat

Tujuan Jangka Pendek : Klien dapat membina hubungan


saling percaya

Kriteria Hasil :

1. Perasaan nyaman dengan situasi sosial


meningkat

2. Perasaan mudah menerima atau


mengkomunikasikan perasaan meningkat

3. Responsif pada orang lain meningkat

4. Minat melakukan tingkat emosi meningkat


Intervensi (NIC) Modifikasi Perilaku Keterampilan Sosial (I.13484) :
Observasi :
1. Identifikasi penyebab kurangnya keterampilan sosial
2. Identifikasi fokus pelatihan keterampilan sosial
Teraupetik :
1. Motivasi untuk berlatih keterampilan sosial
2. Beri umpan balik positif
3. Libatkan keluarga selama pelatihan keterampilan sosial
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan melatih keterampilan sosial
2. Jelaskan respon dan konsekuensi keterampilan
3. Anjurkan mengungkapkan perasaan akibat masalah yang
dialami
4. Anjurkan mengevaluasi pencapaian setiap interaksi
5. Edukasi keluarga untuk dukungan keterampilan sosial
6. Latih keterampilan sosial secara bertahap
DAFTAR PUSTAKA

Deni, F., (2018). Dinamika Lansia Panti Sosial Tresna Wreda Khusnul Khotimah Di Pekanbaru.
Riau. JOM FISIP. Vol. 5 Edisis II

Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI). (2017). Edisi 1. cetakan III

Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). (2019). Edisi 1. cetakan II

Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. (2018). Edisi 1. cetakan II

NANDA-I. (2018). Diagnosis Keperawatan Deifinisi dan Klasifikasi 2018-2020. Edisi 11

Anda mungkin juga menyukai