Anda di halaman 1dari 6

PENGERTIAN LANJUT USIA (LANSIA)

TUJUAN PELAYANAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI LANJUT USIA (LANSIA)

a. Para lanjut usia dapat menikmati hari tuanya dengan aman .tenteram dan sejahtera.

b. Terpenuhinya kebutuhan lanjut usia baik jasmani maupun rohani.

c. Terciptanya jaringan kerja pelayanan lanjut usia.

d. Terwujudnya kualitas pelayanan.

https://dinsos.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/lanjut-usia-terlantar-65

FUNGSI PROGRAM KESEHATAN LANJUT USIA (LANSIA)

Kesehatan Lansia masuk dalam Upaya Kesehatan Masyarakat Pengembangan. Kegiatan program ini
banyak ditemukan di Posyandu Lansia. Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat
usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana
mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. Posyandu lansia merupakan pengembangan dari
kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui
program Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan
organisasi sosial dalam penyelenggaraannya.

Kegiatan posyandu lansia adalah kegiatan yang melibatkan peran serta masyarakat dalam rangka deteksi
dini, pemantauan dan tindak lanjut dini kesehatan pelayanan lansia.

Uraian tugas pokok dan fungsi program lansia adalah :

 Mengkoordinir kegiatan kesehatan lansia melalui posyandu lansia dan kegiatan lain.
 Membina dan memantau kegiatan lansia.
 Melakukan skrining dan konseling lansia di bantu petugas lainnya.
 Membuat perencanaan kegiatan kesehatan lansia.
 Pencatatan dan pelaporan kegiatan kesehatan lansia.

https://pkmsitubondo.situbondokab.go.id/halaman/kesehatan-lansia

PERAN

Pendidikan pekerjaan sosial telah mengambil peran terdepan dalam perannya mengidentifikasi masalah-
masalah orang lanjut usia (lansia) dan mengembangkan spesialisasi gerontologi dalam kurikulumnya.
Para Pekerja Sosial (Peksos) adalah bagian penting dalam lembaga-lembaga yang memberikan
pelayanan kepada lansia. Di beberapa negara, misalnya, saat ini bahkan sudah menetapkan bahwa
setiap perawatan lansia di rumah itu wajib mempekerjakan seorang peksos.

Di bawah ini ada beberapa keahlian peksos pada ranah lansia, yaitu:

Brokering Services (Mewasilahi Layanan).

Di beberapa masyarakat, ada banyak jenis layanan yang tersedia, namun hanya ada sedikit orang yang
tahu susunan layanan dan kualifikasi yang layak. Lansia adalah kelompok manusia yang memiliki
kebutuhan khusus untuk difasilitasi, karena diantara mereka ada yang kesulitan dalam urusan
transportasi, komunikasi, dan lain-lain yang menyebabkan mereka butuh dibantu dalam pemenuhan
kebutuhan mereka.

Case Management or Care Management Services (Manajemen kasus/perawatan).

Peksos itu adalah orang yang terlatih untuk melakukan assessment terhadap layanan sosial yang
dibutuhkan klien dan keluarganya. Ketika sudah sesuai, seorang peksos yang menjadi manajer kasus
akan mengatur (arranging), mengkoordinasikan (coordinating), monitoring (memantau), evaluating
(mengevaluasi), dan melakukan advokasi (adcovating) satu paket layanan yang beragam (a package
multiple services) bagi klien lansia. Saat ini, fungsi manajer kasus bagi klien lansia adalah: case finding
(menemukan kasus), presceening (penyaringan), intake, assessment, goal setting (membuat tujuan
akhir), care planning (merencanakan layanan), capacity building (penguatan kapasitas), care plan
implementation (mengimplementasikan rencana, re-assessment (assessment ulang), and termination
(pengakhiran).

Advocacy (Advokasi).

Seringnya, layanan terhadap lansia itu memiliki kekurangan di sana-sini, maka seorang peksos harus
melakukan advokasi terhadap lembaga pelayanan agar selalu ada penyempurnaan dan perbaikan
layanan bagi lansia.

Individual and Family Counseling (Konseling pribadi dan keluarga).

Fokus intervensi dengan konseling itu adalah untuk mengetahui secara pasti kebutuhan dan potensi
klien, kebutuhan dan potensi keluarganya, dan sistem sumber apa saja yang bisa digunakan untuk
membantu pemenuhan kebutuhan mereka semua itu.

Grief Counseling (Konseling pada saat mengalami kesedihan).

Lansia sering mengalami kesedihan karena kehilangan orang-orang yang mereka cintai, baik isteri,
suami, anak, cucu, dan harta-bendanya, atau bahkan kehilangan kesehatan badan dan mentalnya. Oleh
karena itu peksos lansia harus bisa melaksanakan konseling pada saat lansia mengalami hal-hal tersebut.
Adult day-care services (Perawatan sehari-hari pada orang dewasa).

Peksos dalam hal ini memberikan layanan konseling bagi individual dan keluarganya, penjangkauan, dan
menjadi broker bagi mereka, memberikan dukungan, layanan kelompok, dan membuat rencana layanan
keperawatan yang akan dilaksanakan oleh lembaga pemberi layanan keperawatan.

Crisis intervention services (Layanan intervensi saat mengalami krisis).

Peran ini dilakukan peksos agar situasi krisis menjadi stabil dan menghubungkan klien dan keluarganya
dengan lembaga pemberi layanan khusus lansia atau layanan apapun yang dibutuhkan klien.

Adult foster care services (Layanan pengasuhan orang dewasa).

Layanan ini di desain agar lansia bisa tinggal dan menetap di dalam komunitas (keluarga besarnya).
Peksos menyediakan layanan ini dengan menyelaraskan dengan tempat tinggal keluarga besar dari
lansia tersebut, memonitor kualitas kehidupan klien selama ikut tinggal bersama keluarga besarnya.

Adult protective services (Layanan perlindungan orang dewasa).

Layanan perlindungan ini diberikan kepada lansia yang mengalami atau berpotensi mengalami gangguan
fisik, gangguan keuangan (hartanya dicuri), salah perlakuan, pembiaran dari keluarganya.

Support and therapeutic groups (Kelompok dukungan dan terapi).

Pada beberapa kasus lansia, seorang peksos terkadang perlu membuat kelompok dukungan (support
group) dan kelompok terapi (therapeutic group) bagi lansia dan bagi keluarganya. Kelompok dukungan
dan kelompok terapi ini sangat berguna bagi lansia yang memasuki masa pensiun, mengatasi sakit
seperti penyakit Alzeimer, penyalahgunaan alkohol, narkoba, klien yang akan meninggal, lansia yang
mengalami depresi, atau kendala emosional lainnya.

Respite care (Layanan 24 jam).

Lansia terkadang ada yang membutuhkan layanan selama 24 jam penuh. Maka, peksos harus bisa
mengidentifikasi kebutuhan keluarga apakah mereka memerlukan layanan tersebut. Ketika

seorang lansia membutuhkan layanan 24 jam di rumahnya, maka peksos bisa memberikan layanan
tersebut sehingga bisa berperan menjadi “istri” atau anggota keluarganya sepanjang hari.

Transportation and housing assistance (Bantuan transportasi dan perumahan).

Peksos bisa menjadi broker dalam menyediakan layanan transportasi dan mencarikan rumah yang layak
di komunitasnya (keluarga besar lansia) sehingg lansia dapat hidup layak dan sejahtera.

Social services in hospitals and nursing homes (Layanan sosial di rumah sakit dan perawatan di rumah).

Peksos di rumah sakit dan layanan keperawatan rumah, bisa melakukan assessment tentang kebutuhan
sosial lansia, pendidikan kesehatan bagi lansia dan keluarganya, layanan langsung (semisal konseling)
kepada lansia, keluarganya, dan orang-orang yang berpengaruh kepadanya, advokasi, merencanakan
pelepasan dari RS, membangun komunikasi, partisipasi pada perencanaan program, memberikan
konsultasi dalam membangun lingkungan terapi, dan berpartisipasi dalam membuat layanan yang
memaksimalkan lansia untuk menjadi mandiri dengan potensi yang dimilikinya.

Ketiga belas peran di atas, sekilas, ada beberapa peran peksos bagi orang dewasa dan lansia yang
overlap. Hal ini karena mayoritas orang dewasa di masyarakat itu relatif cepat berubah menjadi lansia.
Maka, pelayanan yang seolah overlap itu sebagai layanan antisipasi yang akan terus berlanjut saat
mereka menjadi lansia. Maka, hal ini juga merupakan peluang bagi para Peksos untuk terjun dalam
“ranah antara”, yaitu dewasa menuju lansia.

https://h3rus.wordpress.com/2015/09/06/pekerja-sosial-dan-lansia/

PERAN PEKERJA SOSIAL DALAM PELAYANAN LANJUT USIA (LANSIA)

Perlu disadari oleh seorang pekerja sosial bahwa proses lansia dan masalah-masalah yang menyertainya
seperti kesepian, kurang pendengaran dan penglihatan, lemah secara fisik, ialah sebuah proses alamiah
yang suatu saat setiap orang akan mengalami jika tidak meninggal diusia muda. Oleh karena itu seorang
pekerja sosial harus bisa memberikan pengertian kepada klien, agar bisa menerima segala kemunduran
yang terjadi pada dirinya. Secara psikologis lansia kadangkala mengalami masalah psikis, apalagi mereka
yang tinggal dipanti dan hidup bersama dengan lansia lain yang memiliki latar belakang keluarga, suku,
yang berbeda.

Benturan-benturan dan resiko terjadinya kesalahpahaman diantara mereka mudah sekali terjadi. Konflik
diantara kelayan bisa saja terjadi karena dua faktor:

Faktor Intern (kondisi psikologik) klien yang tidak stabil. Klien mengalami banyak masalah dan pikiran.
Masalah tersebut bisa berasal dari masa lalu yang kurang menyenangkan, atau berasal dari hubungan
dengan anggota kelaurga yang kurang harmonis. Selain konflik kondisi ini bisa pula memicu perilaku
klien yang maladaptif, cepat marah dan tersinggung, suka murung dan sedih, tidak bergairah serta
menarik diri dari pergaulan atau malas terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang ada dalam panti.

Faktor ekstern (kondisi sosial) yang tidak harmonis, terkondisikan budaya saling mencurigai, tidak saling
menghormati, tidak adanya budaya tolong menolong, serta mementingkan diri sendiri, serta peran
pekerja sosial yang kurang dalam pembinaan, bahkan bisa jadi pekerja sosial yang tidak paham serta
tidak menghayati nilai-nilai, prinsip-prinsip pekerjaan sosial bisa jadi pemicu dari masalah-masalah yang
timbul dalam panti lansia.

Pekerja sosial harus bisa memainkan peran yang strategis dalam pemenuhan kebutuhan secara
psikologik, dalam berbagai bentuk kegiatan intervensi yang bertujuan, terencana, dan terstruktur
dengan baik. Tehnik-tehnik yang paling memungkinkan adalah tehnik konseling, tehnik percakapan
sosial (dalam group work) serta kegiatan mengorganisir klien dalam berbagai bentuk kegiatan-kegiatan
sosial (Social activity) seperti, kelompok pengajian, kelompok olah-raga, kelompok pemelihara bunga,
kelompok bantu diri (self-help group).
Pekerja sosial dengan menggunakan metode bimbingan sosial kelompok dapat menfasilitasi
terciptanyaa kelompok percakapan sosial yang membahas berbagai hal-hal positif dan berhubungan
dengan kehidupan para lansia, metode ini sangat efektif digunakan dalam rangka mengurangi kejenuhan
klien dalam panti, serta membantu mereka memahami berbagai hal yang berkaitan dengan
kehidupannya, mereka dapat berbagai pengalaman serta bisa mengekspresikan perasaan serta ide-ide
dalam forum kelompok secara bebas. Mereka akan merasa berharga dan bermatabat jika ide-ide serta
pengalaman yang mereka miliki mau didengarkan oleh orang lain.

Konflik-konflik ataupun terjadinya perdebatan dalam kelompok dapat dinetralisir oleh pekerja sosial,
yang berperan sebagai fasilitator dalam mengarahkan percakapan dalam kelompok. Lansia sebagai
indvidu yang telah banyak mengecap pengalaman hidup, cenderung untuk tidak mau didikte, tapi
mereka biasanya punya ide-ide yang butuh didengarkan, maka mereka bisa diorganisir dalam suatu
kelompok klien dengan latar belakang masalah/kebutuhan relatif sama, kemudian diberikan
kesempatan untuk membahas masalah-masalah atau kebutuhan yang mereka rasakan dan alami, serta
mencari solusi pemecahan masalahnya secara tepat berdasarkan pemikiran mereka sendiri, hanya saja
peran pekerja sosial harus tetap ada sebatas fasilitator.

Oleh karena itu peran pekerja sosial sebagai fasilitator yang netral, tidak memihak dan mampu
mengarahkan kelompok pada pencapaian kesepakatan harus terus diasah. Baik kelompok percakapan
sosial maupun kelompok pemecahan masalah dapat menjadi media katarsis bagi klien, yakni tempat
dimana klien dapat melepaskan semua energi-energi negatif (rasa bersalah, rasa marah, perasaan
dikucilkan, perasaan tidak dihargai) dengan cara-cara yang postif. Pekerja sosial dapat mengajarkan
bagaimana mengungkapkan perasaan (rasa marah, tidak setuju, kejenuhan) secara tepat dan positif,
pekerja sosial dapat mengajarkan bagaimana mengungkapkan dan menyampaikan ide-ide dalam forum
kelompok yang mana individunya memiliki perasaan serta ide-ide yang tidak seragam. Forum ini dapat
dimanfaatkan oleh Pekerja sosial sebagai media pembelajaran agar klien bisa memahami keunikan,
keragaman, serta adanya perbedaaan paham, ide, gagasan, sikap maupun perilaku diantara masing-
masing individu.

Masyarakat lewat tangan pekerja sosial harus bisa dilibatkan berpartisipasi) dalam membantu klien yang
tinggal di panti. Adanya kunjungan secara berkala dan kontinyu dari anggota masyarakat tertentu dan
membina hubungan kekeluargaan dengan klien didalam panti tentunya sangat baik dan positif terhadap
kebahagiaan klien. Selain kunjungan secara berkala mereka juga dapat tetap berhubungan dan
berkomunikasi secara tidak langsung lewat berbagai sarana komunikasi seperti, surat-menyurat,
telepon, sms dan sebagainya. Masyarakat lewat perantara (broker) pekerja sosial dapat mengangkat
salah satu atau lebih lansia dalam panti sebagai orang tua, hal ini akan sangat membantu klien untuk
terjaminnya rasa kasih sayang dan rasa berharga dalam menghadapi masa-masa tuanya.

Mitos-mitos hanya akan membuat lansia semakin menderita dalam panti tidak sebatas pelayanan fisik
(pemakanan dan pengasramaan) bimbingan psikis, sosial dan keterampilan adalah bagian integral dari
sebuah pelayanan yang komprehensif dalam panti. Mesti ada senergitas pemahaman baik antara
pekerja sosial, kepala panti maupun kepala kepala seksi yang ada dipanti mengenai bentuk pelayanan
yang komprehensif. Minimnya pemahaman (aspek kognitif) pengambil kebijakan di dalam panti tentang
kebutuhan para lansia menjadi kendala utama dalam merealiasasikannya. Minimnya fasilitas serta dana
yang disediakan, sehingga untuk melaksanakan home visitpun susah dilaksanakan apalagi untuk
menggali sumber-sumber yang ada di masyarakat (suharto2007).

https://www.psychologymania.com/2012/12/peran-pekerja-sosial-dalam-pelayanan.html?m=1

PENGERTIAN TUNA SUSILA

Tuna Susila adalah seseorang yang melakukan hubungan seksual dengan sesama atau lawan jenisnya
secara berulang-ulang dan bergantian di luar perkawinan yang sah dengan tujuan mendapatkan imbalan
uang, materi atau jasa. (Kepmensos No.16/PRS/KPTS/XII/2003)

https://www.kamusbesar.com/tuna-susila

Anda mungkin juga menyukai