PROPOSAL SKRIPSI
Oleh:
NIRM: 18311511
OKTOBER 2020
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pulau jawa merupakan pulau yang masyarakatnya masih memegang budaya dan tradisi.
Tradisi ini masih diturunkan serta dijalankan secara turun-temurun, Tradisi-tradisi tersebut
dikategorikan menjadi beberapa macam, seperti tradisi kelahiran, tradisi dalam acara
pernikahan, kemudian dilanjutkan tradisi dalam kematian. Selain itu ada tradisi yang
berhubungan dengan bumi lestari juga masih berjalan di pulau Jawa. Menurut Mulder,
masyarakat Jawa memiliki pandangan hidup yang menekankan pada ketenteraman batin,
keselarasan, dan keseimbangan. Pandangan hidup ini merupakan bentuk atas sikap menerima
terhadap segala peristiwa yang terjadi dengan menempatkan individu di bawah masyarakat serta
masyarakat di bawah alam. Individu memiliki tanggung jawab berupa hak dan kewajiban
Kebudayaan sendiri diartikan sebagai hasil cita, cipta, karya dan karsa manusia yang
diperoleh melalui belajar.2 Kebudayaan atau ritual kelahiran di Jawa sendiri ada beberapa
tahapan: Ngupati atau ngapati, nglimani, mitoni atau biasa disebut tingkeban, nhyanggani,
brokohan, sepasaran, puputan dan seterusnya sampai pada akhirnya ritual setahunan. 3 Ritual
pernikahan sendiri terdiri dari: kumbakarna, pasang tarub, midodareni dan majemukan,
1
Niels Mulder, Kepribadian Jawa dan Pembangunan Nasional (Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 1981), 65.
2
Acep Aripudin, Dakwah Antarbudaya (Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2012), 5.
3
Muhammad Sholikhin, Misteri Bulan Suro, Perspektif Islam Jawa (Jakarta: PT Suka Buku Kita. 2010), 56.
4
Muhammad Sholikhin, Ritual dan Tradisi Islam Jawa (Jakarta: PT Suka Bumi. 2010), 28.
Budaya atau ritual yang berikutnya adalah ritus kematian. Dalam budaya jawa atau ritual
jawa ritus kematian dilakukan untuk memperingati dan mendoakan roh orang yang sudah
meninggal yaitu dengan cara selametan pada hari-hari tertentu, misalnya: nelung dina (tiga hari),
Kemudian mitung dina (Tujuh hari). Ritual-ritual ini akan terus diselenggarakan oleh keluarga
yang masih hidup sampai hari keempatpuluh (matang puluhan), hari keseratus (nyatus dina), dan
GPIAI Efata Soko merupakan salah satu pos Pekabaran Injil dari GPIAI Efata Salatiga
yang berada di. Jl. Brigjen Sudiarto No 1a. GPIAI Efata Soko berdiri sejak tahun 1998. Pada
mulanya jemaat GPIAI Efata Soko adalah jemaat GPIAI Efata Ngablak yaitu juga salah satu pos
Pekabaran Injil GPIAI Efata Salatiga. Namun pada tahun 1998 diantara jemaat terjadi sauatu
sehingga jemaat yang tinggal di daerah dukuh Soko meminta memisahkan diri dari jemat GPIAI
Efata Jlarem. Telah dilakukan pendekatan kedua belah pihak untuk bersatu kembali, namun
keinginan jemaat Soko tetap ingin memisahkan diri sudah merupakan tekad bersama bukan
hanya karena masalah tetapi juga karena ingin memiliki temat ibadah sendiri kemudian hal ini
disetujui Gereja pusat dan dengan inilah berdiri Gereja GPIAI Efata Soko.
Letak geografis GPIAI Efata Soko berada di Desa Soko Kec. Gladagsari, Kab. Boyolali
dan di tengah-tengah lingkungan masyarakat pedesaan yang kita tahu dalam budaya Jawa
kebersamaan, yang biasanya diwujudkan dalam bentuk gotong royong dan kerja bakti.
Mementingkan kesopanan, etika kesopanan orang jawa terwujud dalam istilah unggah-ungguh,
tata krama, tata Susila, basu krama, suba sita, etika dan sopan santun, Toleransi tinggi, dan
5
Muhammad Sholikhin, Kanjeng Ratu Kidul, dalam Perspektif Islam Jawa (Jakarta:PT Buku Kita. 2009), 40-41.
dekat dengan alam.6 Sehingga pada posisi ini jemaat GPIAI Efata Soko mendapat kewajiban
untuk menjaga kearifan lokal yaitu nilai-nilai kebersamaan, kebudayaan tradisi dan ritual yang
Ada beberapa alasan yang membuat jemaat GPIAI Efata Soko masih melakukkan ritus
kematian pada saat ada anggota keluarganya yang meninggal; karena ingin menjaga lingkungan
sekitar, artinya menghargai lingkungan beserta tradisi yang sudah diwariskan, ingin melestarikan
budaya yang ada. Penyelengaraan ritus kematian yang merupakam permintaan jemaat ini
ditujukan kepada Gereja dan Gembala GPIAI Efata Soko untuk melayani mereka dalam
peringatan kematian ini, jadi ini merupakan permintan jemaat dan bukan dari Gereja.
Gereja sendiri justru sangat menentang akan adanya ritual ini, dalam pengajarannya
Gembala GPIAI Efata Soko menegaskan bahwa ritual tersebut merupakan penyimpangan, bagi
Gereja jika melakukan maka hal tersebut termasuk sinkritisme, dan bagi jemaat atau keluarga
yang melakukan ritual itu termasuk okultisma. Hal ini didasarkan kerena fokus atau tujuan ritual
kematian jawa ini mendoakan ruh orang yang sudah meninggal, dan Alkitab tidak mengajarkan
itu. Pada situasi ini Gereja berada di posisi yang sulit, Gereja dituntut untuk melayani jemaat
lewat budaya yang Gereja sendiri menentangnya. Sehingga dalam hal ini gereja harus bijaksana
memberi pengajaran ketika diminta untuk melayani peringatan ritus kematian dirumah salah satu
jemaat.
Gereja mulai berpikir dan menyadari bahwa gereja tinggal bersama dan berada di dalam
masyarakat dengan kebudayaan dan kearifan lokal. Melihat hal ini gereja harus mampu
mengacu pada usaha untuk menempatkan Injil di tengah-tengah suatu kebudayaan tradisional. 7
Menurut Daniel J. Adams dalam bukunya “Kontekstual adalah melihat kebudayaan sebagai
Efata Soko selama ini telah mencoba memberikan pemahaman teologis dan iman Kristen secara
berkontekstual dalam lingkup ritus kematian jawa. Hal ini dilakukan Gereja karena memang
sudah menjadi tanggung jawa Gereja untuk meluruskan pemahaman Jemaat mengenai iman
Kristen dan budaya yang selama ini mereka ikuti. Praktek kontekstualisasi GPIAI Efata Soko
menjadi alasan penulis ingin meneliti lebih dalam bagaimana praktek pelaksanaannya.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Praktek Kontekstualisasi GPIAI Efata Soko Terhadap Ritus kematian di Desa
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana
Praktek kontekstualisasi yang dilakukan GIPIAI Efata Soko Terhadap Ritus Kematian.
D. Manfaat penelitian
1. Secara teoritis: hasil dari penelitian dapat bermanfaat sebagai kajian dalam
Kemtian.
7
B.F Drewes, Julianus Mojau,Apa Itu Teologi, Pengantar ke Dalam Ilmu Teologi (Jakarta: BPK Gunung
Mulia. 2007), 155.
8
Daniel J. Asams, Teologi Lintas Budaya, Refleksi Barat di Asia (Jakareta: PT BPK Gunung Mulia. 1974), 57.
2. Secara praktis: Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi jemaat
GPIAI Efata Soko, untuk memahami dan menjalankan Ritus Kematian yang
kontekstual dengan tetap mempertahankan iman yang benar dan kebudayaan yang
ada.
E. Ruang Lingkup
F. Metode penelitian
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan, dll, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk
kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode ilmiah.9 Metode deskriptif merupakan suatu metode yang
menggambarkan fenomena atau kejadian yang masih samar-samar untuk dikaji, sehingga
pembaca dapat mengetahui gambaran mengenai ojek penelitian dan menganalisa data
tersebut.10
1. Lokasi Penelitian
9
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), 6.
10
Moh. Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), 54.
Dalam penelitian ini, penulis melakukan penelitian di GPIAI Efata Soko di
menyampaikan data dalam pola, kategori dan suatu uraian dasar sehingga dapat
menentukan tema dan dapat merumuskan hipotesis kerja sesuai yang disarankan
data”.11 Pada penelitian ini data dari penelitian di GPIAI Efata Soko diolah
beberapa alat pengumpulan data yaitu: wawancara, observasi dan studi pustaka.
a) Tehnik Wawancara
yang akan ditujukan kepada yang akan diwawancarai.12 Dalam penelitian ini
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT.Remaja Roskadarya, 2010), 280.
11
12
Koentjaranigrat, Pengantar Ilmu Antropologi (Jakarta: Aksoro Baru, 1986), 138.
wawancara akan ditujukukan kepada Gembala dan jemaat GPIAI Efata
Soko.
b) Observasi
pengamatan keadaan yang wajar dan sebenarnya tanpa usaha yang disengaja
data yang terlihat, tetapi bisa mencakup data yang didengar dan pengamatan
didalamnya.
c) Dokumentasi
video.
G. Analisis Data
data dalam pola, kategori dan suatu uraian dasar sehingga dapat menentukan tema dan
dapat merumuskan hipotesis kerja sesuai yang disarankan data”. 15 Analisa data yang
13
Nasution, Metode Research: Penelitian Ilmiah (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), 106.
14
Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Pustaka Setia, 2011), 184.
15
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT.Remaja Roskadarya, 2010), 280.
digunakan penulis adalah analisa data kualitatif, proses yang digunakan dalam
1. Mencatat hal-hal yang menjadi sumber data di lapangan sebagai acuan untuk
3. Menganalisis data yang sudah terkumpul serta menemukan pola atau teori
diperoleh di lapangan dengan menggunakan kekuatan analisis dan sintesis dengan cara
membandingkan antara apa yang diketemukan di lapangan dengan konsep teori secara
tertulis.
H. Definisi Istilah
Kajian
Kata “Kajian” mempunyai makna: Proses, cara perbuatan, mengkaji, penyelidikan (pelajaran
yang mendalam). Kata “kajian” bisa memiliki kaitan makna dengan kata “penelitian” dalam
arti: kegiatan pengumpulan, pengolahan analisis dan penyajian data secara sistematis dan
objektif untuk memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu teori untuk mengembangkan
prinsip umum.16
Teologi Kontekstual
16
Andri Wicaksono, Pengkajian Prosa Fiksi (Yogyakarta: Garudhawaca. 2017), 63.
Kontekstual adalah melihat kebudayaan sebagai konteks dimana teologi dikembangkan
Ritus
Ritus adalah aktivitas dan ekspresi dari sistem keyakinan. Selain itu ritus juga merupakan
17
Daniel J. Asams, Teologi Lintas Budaya, Refleksi Barat di Asia (Jakareta: PT BPK Gunung Mulia. 1974), 57.
I. Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan: Latar belakang masalah, rumusan masalah, tuujuan penelitian, manfaat
penelitian, ruang lingkup penelitian, metode penelitian, analisis data, definisi istilah,
sistematika penulisan.
BAB II Landasan Teori: landasan teori mengenai Kajian Teologi Kontekstual Pelaksanaan
BAB III Pembahasan: Temuan lapangan mengenai Kajian Teologi Kontekstual Pelaksanaan
BAB VI Analisis Data: Analisis data temuan lapangan mengenai Kajian Teologi Kontekstual
Adams J. Daniel. Teologi Lintas Budaya, Refleksi Barat di Asia. PT BPK Gunung Mulia:
Moleong, 1974.
Drewes B.F, Mojau Julianus. Apa Itu Teologi, Pengantar ke Dalam Ilmu Teologi.: BPK Gunung
Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung, 2010.
Mulder Niels. Kepribadian Jawa dan Pembangunan Nasional. Gadjah Mada University Press:
Yogyakarta, 1981.
Sholikhin Muhammad. Misteri Bulan Suro, Perspektif Islam Jawa. PT Suka Buku Kita: Jakarta.
2010.
Sholikhin Muhammad. Ritual dan Tradisi Islam Jawa. PT Suka Bumi: Jakarta, 2010.
Sholikhin Muhammad. Kanjeng Ratu Kidul, dalam Perspektif Islam Jawa. PT Buku Kita:
Jakarta, 2009.
Wicaksono Andri. Pengkajian Prosa Fiksi. Garudhawaca: Yogyakarta, 2017.