B. Latar Belakang
1
Ranang Agung, Wawasan Budaya Nusantara “Suku Sasak”. (Tugas Mata Kuliah
Budaya Nusantara. Institut Seni Indonesia Surakarta, 2015). hlm 1.
2
Sri Yaningsih, Azhar, Makarau, Cerita Rakyat Dari Nusa Tenggara Barat. (Gramedia
Widia Sarana Indonesia, 1996), hlm 5.
1
embung tengak ini merupakan salah satu wujud ungkapan terima kasih
kepada Tuhan atas hasil panen yang didapatkan.
Masyarakat Desa Dasan Tapen rutin melaksanakan ritus embung
tengak setiap tahunnya. Pelaksanaannya pun begitu unik karena tradisi ini
memiliki nilai histori yang cukup panjang. Ritus embung tengak ini
dirayakan dengan cara masyarakat Desa Dasan Tapen membuat hidangan
berupa topat dan tikel sebagai santapan pada saat roah. Topat dan Tikel ini
dihidangkan bersama berbagai macam lauk pauk yang sudah disiapkan
oleh masyarakt seperti ayam pelecing, olah-olah, rawon, sate dan berbagai
makanan istimewa lainnya. Roah diadakan di setiap mushalla Desa Dasan
Tapen, adapun dalam pelaksanaan ritus embung tengak ini semua
masyarakat dari kalangan anak-anak hingga orang dewasa turut berkumpul
dalam memeriahkan acara tersebut.
Dari pelaksanaa ritus embung tengak ini memiliki niali positif karena
masyarakat terus meningkatkan rasa syukur terhadap sang pencipta karena
embung tengak dapat mencerminkan suri tauladan baginda rasulullah saw
dalam menjalankan perintah Allah SWT. atas keberhasilan panen mereka.
Pelaksanaan ritus embung tengak patut kita pelihara selamanya,
karena dengan peringatan tersebut kita tidak akan kehilangan momentum
yang amat berharga untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya
memahami rasa syukur (terimakasih kepada Allah terhadap rizki yang di
berikan).
Masyarakat juga merasa ini adalah moment penting untuk
dimanfaatkan guna menjalin tali silaturrahim mengingat kesibukan setiap
hari yang membuat masyarakat sibuk sendiri dengan kegiatan masing-
masing mereka. Sikap masyarakat pada umumnya terhadap peringatan
ritus embung tengak bersifat emosionalistis.
Berdasarkan uraian diatas ritus embung tengak pada intinya adalah
suatu upaya membangun hubungan silaturrahmi di antara sesama manusia
dengan cara saling membantu dalam hal kebaikan dan menggambarkan
sikap kepedulian sosial, dengan demikian masing-masing individu merasa
2
hidup dalam kerukunan dan kebersamaan
Dari latar belakang tersebut mendorong penulis untuk melakukan
penelitian tentang “Merajut Silaturahmi Dalam Ritus Embung Tengak Di
Desa Dasan Tapen Kecamatan Gerung Kabupaten Lombok Barat”.
C. Rumusan Masalah
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan diatas, maka
penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui bagaimana praktik ritus embung tengak yang
ada di Desa Dasan Tapen Kecamatan Gerung Lombok Barat.
b. Untuk mengetahui bagaimana dampak praktik ritus embung tengak
sebagai upaya merajut silaturahmi di Desa Dasan Tapen
Kecamatan Gerung Lombok Barat.
2. Manfaat Penelitian
Secara teoritis penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan
khususnya dalam bidang sosial dan dakwah bagi penulis pada khususnya
dan dapat dijadikan salah satu refrensi yang dapat menambah informasi
bagi pengembangan ilmu yang secara khusus mengkaji masalah yang
berkaitan dengan ritus embung tengak.
Secara praktis penelitian ini dapat menambah wawasan masyarakat
untuk mengetahui dan memahami bagaimana budaya dan tradisi lokal
yang ada khususnya ritus embung tengak tersebut.
3
E. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian
4
2. Dewi Ummi Raihanun dengan judul penelitian “Tradisi Embung
Tengak Dalam Perspektif Dakwah Islam” Studi Kasus di Desa
Dasan Tapen Kecamatan Gerung Kabupaten Lombok Barat.
Secara umum penelitian tersebut membahas tentang tradisi
yang ada di Desa Dasan Tapen. Dalam penelitian tersebut
menjelaskan bagaimana nilai-nilai dakwah dan komunikasi yang
bisa dilihat atau yang terkandung dalam tradisi embung tengak.
Adapun perbedaan penelitian kali ini dengan penelitian
terdahulu yaitu penelitian kali berfokus terhadap bagaimana
dampak praktik ritus embung tengak sebagai upaya merajut
silaturahmi di Desa Dasan Tapen Kecamatan Gerung Lombok
Barat.
3. Peneliti yang dilakukan oleh Rio Langgeng Martopo dengan judul
penelitian “Tradisi Pahingan Dalam Meningkatkan Tali
Silaturrahmi di Desa Sinar Rejeki Kecamatan Jati Agung Lampung
Selatan”.
Secara umum dalam penelitian tersebut membahas tentang
bagaimana peningkatan silaturahmi dengan adanya tradisi
pengajian pahingan. Dari hasil penelitian ini juga dapat
disimpulkan bahwa Tradisi Pahingan di masyarkat Desa Sinar
Rejeki sangatlah kental dalam menentukan setiap kegiatan besar di
Desa, masyarakat percaya bahwa dengan penentuan hari baik dan
bulan baik akan membawa berkah kepada masyarakat sehingga
pada saat masyarakat berkumpul satu sama lain dapat terjalin
hubungan baik dan silaturahmi dapat terjalin diantara masyarakat
desa.
Perbedaan penelitian kali ini dengan penelitian terdahulu
yaitu pada tradisi yang akan di teliti yaitu embung tengak serta
lokasi penelitian. Sedangkan persamaan prnelitin kali ini yaitu
terdapat pada metode penelitian yang menggunakan metode
kualitatif deskriptif.
5
G. Kerangka Teori
1. Interaksionisme Simbolik
3
Susanto (1993: 33)
6
Interaksi sosial yang memaknakan lambang sebagai arti yang
dimaksud, menurut adanya proses sosial internal (dalam diri orang)
yang berupa penunjukan diri dan penafsiran. Strauss (1964)
menyebutnya sebagai proses sosialisasi sebuah diri individu. Seorang
individu atau kelompok akan memberikan responnya kepada tindakan
orang lain atas dasar makna tindakan lambang yang dipahami,
penekanan interaksi oleh para interaksionis simbolis ini adalah sejauh
makna interaksi itu diimpropisasikan, di otak atik pada saat terjadinya
interaksi sosial (Worsley et. al, 1992: 304).4
Ineraksi timbal balik berkembang dan merubah sesuai dengan
simbol dalam situasi yang di hadapi individu atau kelompok. Karena
interaksi simbolik pada hakikatnya melibatkan pemaknaan mengenai
bagaimana menafsirkan simbol dan situasi itu, karena simbol dan
situasi itu dapat ditafsirkan secara berbeda-beda oleh orang-orang
yang berbeda-beda dari situasi ke situasi.
2. Konsep George Harbert Mead Tentang
Interaksionisme Simbolik
4
Worsley et. al, 1992: 304
7
tida pokok pikiran yaitu; act, thing, dan meaning. Manusia bertindak
(act) terhadap sesuatu (thing) atas dasar makna (meaning) yang
dipunyai sesuatu tersebut berasal dari interaksi sosial antara sseorang
dan sesamanya. Makna diperlukan atau diubah melalui suatu proses
penafsiran, yang digunakan orang dalam menghadapi sesuatu yang di
jumapinya (makna tidak begitu saja diterima tetapi ditafsirkan lebih
dahulu) (Sunarto 1993: 44).
Interaksi simbolik mengandung pokok-pokok tentang
komunikasi dan masyarakat. Jerome Manis dan Bernard Meltzer
(Little Jhon dan Foss, 2009: 59-16) mengatakan ada tujuh dasar teori
dan proposisi dalam interaksi simbolik, yaitu:
1. Manusia memahami sesuatu dengan menandai makna pada
pengalaman mereka.
2. Pemaknaan adalah belajar dari proses interaksi antar manusia.
3. Semua struktur dan institusi sosial dihasilkan oleh interaksi
manusia dengan lainnya.
4. Perilaku individu tidak ditentukan dengan kejadian-kejadian
yang telah terjadi, melainkan dengan kerelaan.
5. Pikiran terdiri dari ucapan yang tersembunyi, merefleksikan
interaksi satu sama lain.
6. Perilaku diciptakan atau dikhasilkan dari interaksi kelompok
sosial.
7. Seseorang tidak dapat memahami pengalaman manusia dengan
mengamati perilaku yang tersembunyi.
Inti dari teori interaksi simbolik terangkum dalam buku
George Harbert Mead dengan judul Mind, Self dan society (1934). Ia
menjelaskan tentang peran pikiran (mind). Pikiran manusia
mengartikan dan menafsirkan benda-benda dan kejadian yang
dialami, menerangkan asal-muasal dan meramalkan mereka. Pikiran
manusia menerobosi dunia di luar dan seolah-olah mengenalnya dari
balik penampilannya. Ia menerobosi diri sendiri juga dan membua
8
hidupnya sendiri menjadi objek pengenalannya, yang disebut “aku”
atau “diri/aku” dikenal olehnya mempunyai nama, jenis kelamin,
agama, warga Negara, dan seterusnya.
Mind dan Self pada dasarnya berasal dari society atau dari
proses-proses interaksi. Cara manusia mengartikan dunia (self)
berhubungan erat dengan masyarakatnya (society). Ada kesatuan
antara berfikir dengan beraksi, pikiran dan kedirian menjadi bagian
dari perlaku manusia, yaitu bagian dari interaksinya dengan orang-
orang lain. Interaksi itu membuat dia mengenal dunia dan dia sendiri.
Berfikir adalah interaksi oleh “diri” orang yang bersangkutan dengan
orang lain. Tidak ada pikiran yang timbul lepas-bebas dari situasi
sosial.
Menurut Ritzer (2008: 280-288) inti dari teroi interaksi
simbolik terletak pada mind, self and society. Pikiran (mind) adalah
peroses percakapan seseorang dengan dirinya sendiri, pikiran adalah
fenomena sosial. Pikiran muncul dan berkembang dalam proses sosial
dan merupakan bagian integral dari proses sosial. Proses sosial
mendahului pikiran, proses sosial bukanlah produk dari pikiran.
Dalam konteks ini, pikiran didefinisikan secara fungsional daripada
secara substansif.
Diri (self) adalah kemampuan untuk menerima diri sendiri
sebagai sebuah objek. Diri adalah kemampuan khusus untuk menjadi
objek sekaligus menjadi subjek. Lahirnya melalui dari persyaratan
proses sosial yaitu komuniasi antarmanusia. Diri muncul dan
berkembang melalui aktivitas dan hubungan sosial, tetapi setelah diri
berkembang melalui aktivitas dan hubungan sosial. Menurud mead,
adalah mustahil dari muncul tanpa adanya pengalaman sosial, tetapi
setelah diri berkembang ada kemungkinan mengembangkan diri tanpa
adanya kontak sosial.
Masyarakat (society). Menurut Selo Soemardjan masyarakat
adalah orang-orang yang hidup bersama, yang menghasilkan
9
kebudayaan. Sedangkan menrut Soekanto (1990: 26-27) dalam
masyarakat ada unsur-unsur yang melekat yaitu manusia yang hidup
bersama, bercampur untuk waktu yang cukup lama, mereka sadar
bahwa mereka merupakan suatu kesatuan, dan mereka merupakan
suatu sistem hidup bersama. Dalam pandangan Mead, masyarakat
(society) diartikan sebagai proses sosisal tanpa henti yang mendahului
pikiran dan diri. Masyarakat memiliki peran yang penting dalam
membentuk pikiran dan diri. Pada masyarakat inilah dialektika antara
pikiran dan diri menyatu dan membentuk perilaku dan tindakan sesuai
yang dimaknai.
Menurut Mulyana (2010: 71-72, dan 2012: 114) premis-
premis interaksionisme simbolik dapat diringkas sebagai berikut:
1. Individu merespon suatu situasi simbolik. Setiap orang
mersepon objek fisik (benda) dan objek sosial (perilaku
manusia) berdasarkan makna yang ada di lingkungannya,
namun individulah yang dipandang akif untuk
menentukan lingkungan mereka sendiri.
2. Makna adalah produk interaksi sosial, karena itu makna
tidak melekat pada objek, melainkan dinegosiasikan
melauli penggunaan bahasa. Negosiasi itu memungkinkan
karena manusia mampu menamai segala sesuatu, bukan
hanya objek fisik tetapi juga tindakan dan peristiwa yang
abstrak.
3. Makna yang diinterpretasikan individu dapat berubah dari
waktu ke waktu, sejalan dengan perubahan siutuasi yang
ditemukan dalam interaksi sosial. Perubahan interpretasi
dimungkinkan karena individu dapat melakukan proses
mental yaitu berkomunikasi dengan dirinya sendiri.
Dalam proses ini individu mengantisispasi reaksi orang
lain dengan mencari alternatif-alternatif ucapan atau
tindakan yangakan ia lakukan.
10
Menurut Harbert Blumer (1969: 5); symbolic interacsionism
sees meaning as social product, as creations that are formerd in and
throught the defining activites of people as they interact. Bahwa
makna dibentuk sebagai produk sosial dan merupakan ciptaam atau
bentukan dari aktivitas interaksi yang terjadi.5
H. Metode Penelitian
11
Kehadiran peneliti dalam penelitian ini, peneliti bertindak
sebagai instrument sekaligus pengumpul data. Oleh karena itu,
kehadiran peneliti8 di lapangan bertujuan untuk mencari dan
mengumpulkan data serta informasi valid tentang merajut
silaturrahmi dalam ritus embung tengak di desa dasan tapen
kecamatan gerung. Kehadiran peneliti harus dilukiskan secara
eksplisit dalam laporan penelitian mengenai perannya sebagai
partisipan penuh, sebagai pengamat penuh. Selain itu, harus jelas
statusnya sebagai peneliti oleh informan atau subjek. Adapun
menunjang kebutuhan instrument penelitian, maka peneliti
membutuhkan alat instrument antara lain:
a. Melakukan observasi ke lokasi penelitian.
b. Melakukan wawancara dengan informan atau narasumber
terpercaya.
c. Melakukan pencatatan dokumentasi yang menunjang data
penelitian.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini berada di Desa Dasan Tapen Kecamatan
Gerung Kabupaten Lombok Barat, alasan peneliti memilih lokasi
tersebut karena ritus embung tengak ini hanya ada dan di lakukan di
desa tersebut saja sehingga peneliti tertarik untuk meneliti di lokasi
tersebut.
4. Sumber Data
Data dalam penelitian dapat dikelompokkan dalam dua jenis
yaitu data primer dan data skunder.
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh
peneliti secara langsung dari sumber datanya. Data primer disebut
juga sebagai data asli atau data baru yang memiliki sifat up to date.
8
Lembaga Penelitian dan Pengabdi Masyarakat INKAFA Gersik, Pedoman Penulisan
Karya Ilmiah (Makalah, Artikel Penelitiam, Skripsi dan Tesis), (Gersik Jawa Timur: Academia
Publication, 2021), hlm 36.
12
Untuk mendapatkan data primer, peneliti harus mengumpulkannya
secara langsung. Teknik yang dapat digunakan peneliti untuk
mengumpulkan data primer antara lain observasi, wawancara, diskusi
terfokus (focus group discussion-FGD) dan penyebaran kuesioner.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan
peneliti dari berbagai sumber yang tekah ada (peneliti sebagai tangan
kedua). Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti
Biro Pusat Statistik (BPS), buku, laporan, jurnal, dan lain-lain.9
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan data merupakan langkah yang paling
strategis dalam penelitian, disamping menggunakan metode yang
tepat diperlukan pula memilih dan menyusun teknik pengumpulan
data. Kecermatan memilih dan menyusun teknik pengumpulan data
sangat berpengaruh terhadap obyektifitas hasil penelitian.
Penelitian yang akan dilakukan peneliti memungkinkan
tercapainya pemecahan masalah secara valid dan reliable
menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Observasi partisipan
Observasi adalah salah satu teknik pengumpulan data yang
sifatnya lebih spesifik dibanding teknik lainnya (Muhamad Ilyas
Ismail: 2020). Observasi adalah cara untuk mendapatkan informasi
yang penting mengenai orang, karena apa yang dikatakan belum
tentu sesuai dengan apa yang dikerjakan (creswell ). Observasi
merupakan metode yang sifatnya akurat dan spesifik untuk
mengumpulkan data dan mencari informasi menegenai segala
kegiatan yang dijadikan obyek kajian penelitian (patton).
Observasi merupkan pengamatan dan pencatatan secara
sitematis terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala
9
Sandu Siyoto, Muhammad Ali Sodik, Dasar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta:
Literasi Media Publishing, 2015), hlm 67-68.
13
pada obyek penelitian (eko putro widyoko).
Dalam penelitian kali ini peneliti akan menggunakan jenis
Observasi partisipan digunakan yaitu untuk mengamati secara
langsung dan sekaligus berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan ritus
embung tenagk yang dilakukan oleh masyarakat Desa Dasan
Tapen. Disamping itu peneliti juga bertindak sebagai orang
kebanyakan guna pencatatan terhadap gejala-gejala obyek yang
akan diteliti secara sistematif dan mendapatkan informasi dari
informan.
2. Wawancara tak terstruktur
Untuk mencari data yang akurat, peneliti melakukan
wawancara dengan informan menggunakan wawancara tak
terstruktur agar peneliti leluasa dan bebas dalam berwawancara.
Wawancara tak terstruktur ini berbentuk pertanyaan tanya jawab
sembari bertatap muka antara pewawancara dengan informan,
dengan memberikan jawaban atas pertanayaan yang tak terpusat,
beralih dari satu pokok ke pokok lainnya.
Peneliti tidak menggunakan bentuk pertanyaan yang sudah
tersusun sebelumnya, tetapi langsung menanyakan segala sesuatu
yang ada hubungannya dengan masalah penelitian, kemudian
menggiringnya ke fokus masalah dengan tujuan memperoleh
informasi sebanyak-banyaknya dengan menjaga validitasnya
sebagai sumber data.
Dalam wawancara ini peneliti akan melakukan wawancara
dengan para tokoh agama maupun tokoh masyarakat yang ada di
Desa Dasan Tapen tentang ritus embung tengak itu sendiri.
3. Dokumentasi
Dalam penelitian ini peneliti juga menggunakan metode
atau teknik dokumentasi sebagai metode pengumpulan data. Dalam
pengumpulan data ini peneliti akan menggunakan alat bantu berupa
smartphone guna mendokumentasikan acara ritus embung tengak
14
yang ada di Desa Dasan Tapen Kecamatan Gerung Kabupaten
Lombok Barat.
4. Teknik Analisi Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyususn secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data
kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan
sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting yang
akan dipelajari, dan membuat simpulan sehingga mudah dipahami
oleh diri sendiri maupun orang lain.10
5. Pengecekan Keabhasan Data
Untuk menghindari data yang tidak valid, perlu diadakan
pengecekan keabhasan data. Pengujian keabhasan data
dalampenelitian ini negnggunakan teknik triangulasi. Triangulasi
yang digunakan untuk menegecek keabhasan data terdiri dari
triangulasi waktu, metode, dan sumber,11 yaitu sebagai berikut:
1. Triangulasi waktu, yaitu melakukan pengecekan wawancara,
observasi, atau dokumen di waktu atau situasi yang lain
untukmendapatkan data yang valid sesuai dengan masalah
penelitian.
2. Triangulasi sumber, yaitu teknik pengecekan data dengan
melakukan perbandingan atau mengecek kembali keabhasan
data dari informasi yang diperoleh dari lapangan dengan
sumber yang lain, pada sumber yang ada di lapangan.
3. Triangulasi metode, yaitu membandingkan antara data yang
diperoleh dari hasil wawancara dengan data yang diperoleh
melalui hasil observasi sehingga dapat ditarik kesimpulan yang
autentik sesuai dengan masalah yang diangkat dari penelitian
10
Hardani, Helmina Andriani, Jumari Ustiawaty, Evi Fatmi Utami, Ria Rahmatul
Istiqomah, Roushandy Asri Fardani, Dhika Juliana Sukmana, Nur Hikmatul Auliya. Metode
Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. (Yogyakarta: Penerbit Pustaka Ilmu, 2020). hlm 162
11
Sanapiah Faisal, Metodologi Penelitian Soaial, (Jakarta: Erlanga, 2001), hlm 33
15
ini.12
I. Sitematika Pembahasan
12
Mualimah, Peranan Kesetaraan Gender Dalam Pengembangan Karier, (Sumatra Barat:
CV. AZKA PUSTAKA, 2022). hlm 44-45
16